PENDAHULUAN
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam berdirinya suatu negara.Negara yang makmur,
merupakan tanda bahwa negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran ini
didukung oleh banyak faktor.Salah satunya adalah kesehatan lingkungan masyarakat di suatu negara
tersebut.Kesehatan masarakat adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit,memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usahapengorganisasian masarakat. Salah satunya
pengorganisasian pelayanan-pelayananmedis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan.
(IAKMI,2012)
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yangberkaitan dengan semua aspek
dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan
didefinisi-kan oleh World HealthOrganization sebagai: aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit
yangdisebabkan oleh faktor-faktor dalam lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teoridan praktek
dalam menilai dan mengendalikan faktor-faktor dalam lingkunganyang dapat berpotensi mempengaruhi
kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakupefek patologis langsung bahan kimia, radiasi dan beberapa
agen biologis, dandampak (sering tidak langsung) di bidang kesehatan dan kesejahteraan fisik yangluas,
psikologis, sosial dan estetika lingkungan termasuk perumahan, pembangunanperkotaan, penggunaan
lahan dan transportasi.(Pirenaningtyas,20070)
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan halyang essensial di samping
masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan danfaktor keturunan. Lingkungan memberikan
kontribusi terbesar terhadap timbulnyamasalah kesehatan masyarakat. (Pirenaningtyas, 2007)
Salah satu faktor dalam lingkungan yang menyebabkan aspek-aspek kesehatan manusia terganggu dan
munculnya penyakit adalah tingkat pendidikan masyarakatdi suatu daerah tempat mereka tinggal.
Faktor pendidikan dapat mempengaruhirespon masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang
program – program kesehatan yang lain. Akan tetapi, pengakuan ini tidak didukung oleh kenyataannya.
Artinya, dalam program – program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan,
tetapi kurang memberikan bobot. Argumentasi mereka adalah karena pendidikan kesehatan itu tidak
segera dan jelas memperlihatkan hasil. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan itu tidak membawa
manfaat bagi masyarakat dan tidak mudah dilihat atau diukur. Hal ini memang benar karena merupakan
‘ behavioral investmen’ jangka panjang. Hasil investasi pendidikan kesehatan baru dapat beberapa
tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek ( immediate impact) pendidikan kesehatan hanya
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat. Sedangkan peningkatan
pengatahuan saja belum akan berpengaruh langsung terhadap indikator kesehatan.
Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (
intermediate impact ) dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh
pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran ( outcome ) pendidikan
kesehatan. Hal ini berbeda dengan program kesehatan yang lain, terutama program pengobatan yang
dapat langsung memberikan hasil ( immediate impact ) terhadap penurunan angka kesakitan.
Semua ahli kesehatan masyarakat membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L.Blum. dari hasil
penelitiannya di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang sudah maju. Blum menyimpulkan
bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap kesehatan.
Kemudian berturut – turut disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan.
Bagaimana proporsi pengaruh factor – factor tersebut terhadap status kesehatan di negara – negara
berkembang, terutama Indonesia, belum ada penelitian. Apabila dilakukan penelitian mungkin hasilnya
berbeda – beda tergantung masyarakatnya.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Dilihat dari
segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogic praktis atau praktik kebidanan. Oleh
sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang
kesehatan.pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkebangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang
pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa mausia sebagai makhluk sosia dalam kehidupannya unuk
mencapai kelebihan ( lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tau dan sebagainya). Dalam
mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan
belajar.
Kegiatan proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseoarang adapat
dikatakan belajar apabila dalam dirinya teradi perubahan, dar tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
menegrjakan menjadi dapat menegerjakan sesuatu. Namun demikian, tidak semua perubahan semacam
itu terjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses
kematangan.kegiatan belajar mempunyai cirri- cirri :
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok atau masyarakat
yang sedang belajar, baik actual maupun potensial. Cirri kedua dari hasil belajar adalah bahwa
perubahan tersebut didapatka karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama.
Cirri ketiga adalah bahwa perubahan terjadi karena usaha yang didasari bukan karena kebetulan.
Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses
belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dan tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu,
dari tidak mampu mengatasi masalah – masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, fan lain
sebagainya.
Disamping konsep pendidikan kesehatan tersebut, para ahli pendidikan kesehatan juga telah mencoba
membuat batasan tentang pendidikan kesehatan yang berbeda – beda, sesuai dengan konsep mereka
masing – masing tentang pendidikan. Batasan – batasan yang sering dijadikan acuan antara lain dari :
Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Upaya
perubahan perilaku kesehatan bukan hanya ditekankan pada upaya penyuluhan atau pemberian
informasi – informasi kesehatan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap positif terhadap kesehatan
saja. Promosi kesehatan juga meandang penting upaya meningkatkan factor- factor lain seperti sarana
dan prasarana atau fasiltas untuk terwujudnya perilaku hidup sehat tersebut. Contoh: agar masyarakat
mau mengonsumsi makanan yang bergizi, minum air bersih, buang air besar dijamban, dan sebagainya,
tidak hanya cukup unuk diberi pengetahuan atau pemahaman tentang hal tersebut.
Tetapi masyarakat juga harus diberi kemampuan atau fasilitasi agar mereka mampu membeli atau
menghasilkan makanan yang bergizi, mempunyai atau mudah mengakses air bersih, mampu membuat
jamban keluarga, dan sebagainya.
Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah praktik dan
praksis pendidikan kesehtan masyarakat di Indonesia maupun di negara – negara berkembang lainnya.
Praksis pendidikan kesehatan pada umumnya terlalu menekankan perubahan perilaku masyarakat,
dengan memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan melalui berbagai media dan tekhnilogi
pendidikan dengan harapan masyarakat akan berperilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga
dampaknya terhadap pendidikan kesehatan masyarakar sangat kecil. Oleh sebab itu dengan
penggunaan promosi kesehatan sebagai revitalisasi pendidikan kesehatan ini akan lebih baik lagi praktik
dan hasilnya.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and promt treatment )
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sulit mendeteksi penyakit – penyakit yang terjadi dalam masyarakat. Bahkan kadang – kadang,
masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.
d. Pembatasan cacat ( disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka
sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain, mereka tidak
melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak
layak dan sempurna dapatmengakibatkan orng yang bersangkutan cacat mengalami ketidakmampuan.
e. Rehabilitatif ( rehabilitation )
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang – kadang orng menjadi cacat. Untuk memulihkan
cacatnya tersebut kadang – kadang diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan – latihan yang dianjurkan.
a. Komunikasi
Komunikasi (terutama komunikasi kesehatan) paralel dengan pendidikan (promosi kesehatan). Karena
komunikasi merupakan kegiatan untuk mengondisikan faktor – faktor predisposisi. Kurangnya
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang
negatif tentang penyakit, makanan, lingkungan dan sebagainya, mereka tidak berperilaku sesuai dengan
nilai – nilai kesehatan.untuk itu diperlukan komunikasi dan informasi – informasi tentang kesehatan.
b. Dinamika kelompok
Dinamika kelompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk menyampaikan
kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu, dinamika kelompok diperlukan juga dalam
mengondisikan faktor – faktor predisposisi perilaku kesehatan, dan harus dikuasai oleh setiap petugas
kesehatan.
c. Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat ( PPM )
Masyarakat harus mampu untuk mengorganisasi komunitasnya sendiri dalam komunitasnya sendiri
untuk berperan serta dalam penyediaan fasilitas- fasilitas. Untuk itu para petugas kesehatan harus
dibekali ilmu PPM.
d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa ( PKMD )
PKMD pada prinsipnya adalah wadah partisipasi masyarakat dalam bidang pengembangan kesehatan.
Filosofi dari PKMD adalah pelayanan kesehatan untuk mereka, dari mereka dan oleh mereka. Disamping
itu PKMD adalah bentuk operasional dari Primary Health Care yang merupakan wahana untuk mencapai
kesehatan internasional.
e. Pemasaran sosial ( Social Marketing )
Dalam rangka pendidikan kesehatan, pemasaran sosial diperlukan untuk intervensi dalam faktor- faktor
pendukung dan pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat.
f. Pengembangan organisasi
Agar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan organisasi masyarakat mampu
berfungsi sebagai faktor pendukung dan pendorong perubahan perilaku perubahan masyarakat, maka
perlu dinamisasi dari organisasi tersedbut. Oleh sebab itu mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan
harus menguasai ilmu pengembangan organisasi ( PO ) tersebut.
g. Pendidikan dan pelatihan ( DIKLAT )
Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidik
kesehatan ( Health Educator ). Untuk itu maka petugas kesehatan harus mempunyai sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai – nilai kesehatan. Demikian pula petugas lain atau tokoh masyarakat, juga
merupakan panutan perilaku dalam ( termasuk ) perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus
mempunyai sikap dan perilaku positif.
Untuk mencapai hal tersebut, petugas kesehatan dan para petugas lain harus memperoleh pendidikan
dan pelatihan khusus tentang kesehatan atau pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. Maka dari itu,
mahasiswa kesehatan harus memperoleh keterampilan pendidikan dan pelatihan.
h. Pengembangan media ( teknologi pendidikan kesehatan)
Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi tentang
kesehatan. Oleh sebab itu mahasiswa kesehatan mahasiswa harus menguasai teknik – teknik
pengembangan media.
i. Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan
Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai kekhususan bila dibandingkan
dengan program dan evaluasi program – program kesehatan lain. Hal ini disebabkan karena tujuan
program pendidikan sebagai indikator keberhasilan dari program pendidikan kesehatan adalah
perubahan pengetahuan, sikap, perilaku sasaran yang memerlukan pengukuran khusus.
j. Antropologi kesehatan
Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai
berbagai macam latar belakang budaya masyarakat yang bersangkutan.
k. Sosiologi kesehatan
Petugas kesehatan juga perlu mendalami tentang aspek – aspek sosial masyarkat dan oleh karenany
mereka harus menguasai sosiologi, terutama sosiologi kesehatan.
l. Psikologi.
Psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku untuk memahami perilaku individu, kelompok, maupun
masyarakat, maka tidak lepas dari mempelajari psikologi.
b. Kelompok kecil.
1. Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta
agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan
diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak
ada dominasi dari salah satu peserta.
2. Media Elektronik
a. Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV,
Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
b. Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll.
c. Video Compact Disc (VCD).Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi
kesehatan.
F. PERILAKU KESEHATAN
1. Konsep Perilaku
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan
antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respons). Ia membagi respons menjadi 2 :
a. Respondent respons/reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu.
Perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif
tetap, misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menimbulkan
mata tertutup, dll. Respondent respons (respondent behavior) ini mencakup juga emosi respons atau
emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang
bersangkutan. Misalnya menangis karena sedih/sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena
marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya
tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dll.
b. Operant Respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembang diikuti
oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh
karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang
telah dilakukan. Contoh : Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian
memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, responsnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
2. Perilaku Kesehatan
Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4 (empat) :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons, baik pasif
(mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya maupun di luar dirinya,
maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku
terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan
penyakit, misalnya : perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk
melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk
malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional maupun modern.
Perilaku ini mencakup respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
obat-obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan fasilitas, petugas dan
obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita
terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons seseorang
terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup
kesehatan lingkungan itu sendiri (dengan air bersih, pembuangan air kotor, dengan limbah, dengan
rumah yang sehat, dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health behavior)
sebagai berikut :
1. Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga tindakan-tindakan untuk
mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
individu yang merasakan sakit, untuk merasakan merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau
rasa sakit, termasuk kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab
penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakuakan
oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh
terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama anak-anak
yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
3. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons berbentuk 2 (dua) macam :
a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya ;
seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu mencegah suatu penyakit tertentu, meski ia tak membawa
anaknya ke puskesmas, seseorang yang menganjurkan orang lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB.
Dari contoh di atas ibu itu telah tahu guna imunisasi dan orang tersebut punya sikap positif mendukung
KB, meski mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu
perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior).
b. Bentuk aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh
di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua
sudah ikut KB dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak
dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut ”overt behavior”.
4. Domain Perilaku Kesehatan
a. Menurut Bloom
1. Perilku kognitif (kesadaran, pengetahuan)
2. Afektif (emosi )
3. Psikomotor (gerakan, tindakan)
b. Menurut Ki Hajar Dewantara.
a. Cipta (peri akal)
b. Rasa (peri rasa)
c. Karsa (peri tindak)
c. Ahli-ahli lain
a. Knowledge (pengetahuan), yaitu hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
(rasa, lihat, dengar, raba, bau) terhadap suatu obyek tertentu.
b. Attitude (sikap), yaitu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau obyek. Ahli lain menyatakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak.
c. Practice (tindakan/praktik). Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi
tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar
ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan
(support) dari fihak lain, misal suami atau istri, orang tua atau mertua, sangat penting untuk mendukung
praktek keluarga berencana.
d. Metode pendidikan untuk mengubah masing-masing domain perilaku
Merubah Pengetahuan Merubah Sikap Merubah Praktik
Ceramah Diskusi Kelompok Latihan sendiri
Kuliah Tanya Jawab Bengkel kerja
Presentasi Role Playing Demonstrasi
Wisata Karya Pemutaran film Eksperimen
Curah pendapat Video
Seminar Tape Recorder
Studi kasus Simulasi
Tugas baca
Simposium
Panel
Konferensi
Kesehatan merupakan hasil interksi berbagai faktor, baik faktktot internal maupun eksternal. Faktor
eksternal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari berbagai faktor, antara lain
sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Secara garis
besar, faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, maupun masyarakat,
dikelompokkan menjadi 4 ( Blum, 1974 ). Berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan
teresebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, lingkungan, dsb.
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Hereditas ( keturunan )
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat hendaknya dialamatkan kepada 4 faktor tersebut.
Dengan kata lain, intervensi atau upaya kesehatan masyarakat juga dikelompokkan menjadi 4, yakni
intervensi terhadap lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas.
Intervensi terhadap lingkungan fisik adalah dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan
terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, ekonomi, dalam bentuk program – program peningkatan
pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan. Intervensi
terhadap faktor pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan atau perbaikan fasilitas
pelayanan kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan. Sedangkan intervensi
terhadap faktor hereditas antara lain, dengan perbaikan gizi masyarakat, khususnya perbaikan gizi ibu
hamil. Dengan gizi yang baik, ibu hamil akan menghasilkan anak yang sehat dan cerdas. Sebaliknya ibu
hamil yang kurang gizi akan melahirkan anak dengan berat badan yang kurang, sakit – sakitan dan
bodoh. Disamping itu pendidikan kesehatan bagi kelompok yang mempunyai faktor resiko menurunkan
penyakit tertentu.
Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku. Namun
demikian, ketiga faktor lain ( lingkungan, pelayanan kesehatan, dan hereditas ) juga memerlukan
intervensi pendidikan kesehatan. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Peran pendidikan dalam faktor lingkungan.
Perilaku masyarakat yang tidak mengoptimalkan sanitasi dan fasilitas lainnya, baik berupa fisik maupun
non fisik.
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan disebut “Melek Kesehatan “ ( Helath Literacy ). Pendidikan
kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai melek kesehatan pada masyarakat saja, namun yang
lebih penting ialah mencapai perilaku kesehatan ( Healthy Behaviour ). Kesehatan bukan hanya
diketahui atau disadari ( Knowledge ) dan disikapi ( Attitude ) ,melainkan harus dikerjakan atau
dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari ( Practice ). Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari
pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi diri sendiri dan
bagi masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat ( Healthy Life Style).
3. Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan.
Dalam rangka perbaikan kesehatan masyarakat, pemerintah indonesia dalam hal ini departemen
kesehatan telah menyediakan fasilitas kesehatan masyarakat dalam bentuk pusat pelayanan kesehatan
masyarakat ( Puskesmas ). Tidak kurang dari 7000 puskesmas tersebar di seluruh indonesia. Namun
pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat belum optimal.
4. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas.
Orang tua khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan kepada
anak –anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan mewariskan kesehatan yang baik pula
kepada anaknya, sebaliknya kesehatan orang tua, khususnya kesehatan ibu yang rendah dan kurang gizi,
akan mewariskan kesehatan yang rendah pula kepada anaknya. Rendahnya kesehatan orang tua
terutama ibu, bukan hanya karena sosial ekonominya rendah, tetapi sering juga disebabkan karena
orang tua, atau ibu tidak mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatannya, atau tidak tahu
makanan yang bergizi yang harus dimakan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan diperlukan pada
kelompokk , agar masyarakat dan orang tua dapat menyadari dan melakukan hal – hal yang dapat
mewariskan kesehatan yang baik kepada keturunan mereka.
Disamping itu, banyak penyakit yang dapat diturunkan kepada anak oleh orang tua, baik itu ayah
maupun ibu. Bagi kelompok masyarakat yang berisiko menderita penyakit turunan ( asma, rematik,
jantung koroner ) harus diberikan pengertian sehubungan dengan penyakti- penyakit tersebut agar lebih
berhati – hati dan mengurangi akibat serius dari penyakit tersebut.
Apabila kita cermati peran kesehatan dalam 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan tersebut, maka
sebenarnya masing – masing faktor tersebut terkati dengan perilaku manusia, yakni perilaku masyarakat
dalam menyikapi dan mengelola lingkungannya. Perilaku masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, perilaku masyarakat dan petugas kesehatan dalam menyikapi dan
mengelola fasilitas atau pelayanan kesehata, kesadaran, praktik hidup sehat dalam mewariskan status
kesehatan kepada anak atau keturunannya.
Untuk mengondisikan faktor- faktor tersebut diperlukan pendidikan kesehatan. Itulah sebabnya maka
pendidikan kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Pendidikan kesehatan selalu terikat dengan perilaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat sangat diperlukan pendidikan kesehatan. Pendidikan
masyarakat akan diberikan atau di informasikan oleh tenaga kesehatan . Oleh sebab itu seluruh tenaga
kesehatan hendaknya dapat melakukan kegiatan tersebut, seperti memberikan penyuluhan kepada
masyarakat,memberikan bimbingan atau pelatihan kepada kader – kader di dalam ruang lingkup
masyarakat. Dengan adanya pendidikan kesehatan dalam masyarakat hendaknya akan mempengaruhi
atau merubah sikap dan perilaku masyarakat tersebut yaitu (PHBS).
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu pemakalah mohon
saran agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah dan
pembaca.