BAB 1 Askep Ca Serviks
BAB 1 Askep Ca Serviks
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi
sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat
K a n k e r s e r v i k s m e r u p a k a n k a n k e r ya n g d a p a t m e n ye r a n g
ini juga merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan
penderita kanker serviks di Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut.
Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil
1
pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita
B. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah
keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam
B. Etiologi
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
3. Jumlah perkawinan
3
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
4
- Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
- Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
5
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi
- Markroskopis
a. Stadium preklinis
b. Stadium permulaan
d. Stadium lanjut
Patofisiologi
6
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan
atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
7
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai
dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah
yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
2. Perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang
keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang
terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang
keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari
vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala
8
lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
F. Penatalaksanaan
1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
2. Operasi
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila
9
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
10
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
b. Dada
- Inspeksi : simetris
- Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
- Perkusi : pekak
d. Abdomen
- Perkusi : tympani
e. Genetalia
f. Ekstremitas
Tidak oedema
11
4. Analisa Data
Do :
dan makan
- Perilaku ekspresif
- perubahan TD
- Penurunan BB yg tiba-tiba
sum tulang
Do : -
- Penurunan
leukosit
12
4. Ds : - Gangguan Pola nafas tidak
pengembangan efektif
- dispnea
paru
- Napas pendek
- Pertukaran O2
Do :
dan CO2
- perubahan gerakan dada
terganggu
- Penurunan tekanan
inspirasi /ekspirasi
nafas
berulang
Do : -
- anemia
negative diri
Do :
- menyangkal permasalahan
- Membesar-besarkan
permasalahan
13
- Merasionalisasi kegagalan
diri
- Mual
Do :
abdomen ( borborigmi)
- Penurunan frekuensi
- Distensi abdomen
- Muntah
14
B. Diagnosa
ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk
C. Intervensi
15
an keterampilam aktif dalam
relaksasi, kontrol nyeri.
- Kontrol nyeri
maksimum.
2.Gangguan - Setelah dilakukan - Pantau intake dan - Identifikasi
perubahan tindakan output makanan tiap defisiensi
nutrisi kurang keperawatan hari. nutrisi.
dari kebutuhan diharapkan - Ukur BB tiap hari. - Memantau
b.d anoreksia kebutuhan nutrisi - Dorong pasien peningkatan
pasca tindakan dapat tercukupi untuk diet tinggi BB.
kemoterapi. dengan kriteria protein. - Kebutuhan
hasil: jaringan
- Pasien metabolik
mengungkapkan adekuat oleh
pentingnya nutrisi.
nutrisi.
- Peningkatan BB
progresif.
3.Ketakutan/ - Setelah dilakukan- Dorong pasien - Memberikan
cemas tindakan untuk kesempatan
berhubungan keperawatan mengungkapkan untuk
dengan ketakutan/ pikiran dan perasaan. mengungkapka
ancaman kecemasan - Berikan lingkungan n
perubahan berkurang sampai yang aman dan ketakutannya.
status kesehatan menghilang nyaman. - Membantu
serta ancaman dengan kriteria - Komunikasi mengurangi
kematian hasil: terapeutik dan kecemasan.
- Pasien kontak sering dengan - Meningkatkan
mendemonstrasik pasien. kepercayaan
an koping efektif pasien.
16
dalam - Bantu - Meningkatkan
pengobatan. mengembang-kan kemampuan
- Pasien tampak koping menghadapi kontrol cemas.
rileks dan rasa takutnya.
melaporkan
cemas berkurang.
4.Ganguan body - Setelah dilakukan - Diskusikan dengan - Membantu
image tindakan pasien bagaimana mengidentifika
berhubungan keperawatan pengobatan si masalah
dengan diharapkan mempengaruhi untuk
perubahan gangguan body kehidupan pasien. menemukan
struktur tubuh image dapat - Jelaskan bahwa pemecahannya.
sekunder teratasi dengan tidak samping terjadi - Membantu
terhadap kriteria hasil: pada pasien. pasien untuk
kemoterapi - Pasien mampu - Berikan dukungan menyiapkan
mengembangkan emosi. diri
mekanisme - Gunakan sentuhan beradaptasi.
koping. selama interaksi dan - Membantu
- Pasien mampu pertahankan kontak klien untuk
memahami mata. percaya diri.
tentang perubahan - Meningkatkan
struktur tubuh. kepercayaan
diri pasien.
5.Gangguan - Setelah dilakukan - Kaji kulit terhadap - Efek
integritas kulit tindakan efek samping terapi kemerahan
berhubungan keperawatan kanker, observasi dapat terjadi
dengan efek diharapkan adanya pada terapi
radiasi dan integritas kulit kerusakan/perlambat radiasi.
kemoterapi dapat terjaga an penyembuhan - Mempertahank
luka. an kebersihan
17
dengan kriteria - Mandikan dengan kulit tanpa
hasil: air hangat dan sabun mengiritasi
- Pasien ringan. kulit.
berpartisipasi - Dorong pasien - Membantu
dalam mencegah untuk menghindari menghindari
komplikasi. menggaruk kulit. trauma kulit.
- Tidak terjadi - Ubah posisi tubuh - Meningkatkan
kerusakan kulit. dengan sering. sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.
D. Implementasi
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
E. Evaluasi
komplikasi perdarahan.
18
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
terapi
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri
dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-
159.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan
kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan
Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
21