Anda di halaman 1dari 13

POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN

BERMASYARAKAT

¹Wahyu Dwi Lestari, ²Dasim Budimansyah, ³Wilodati


Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Pendidikan Indonesia
wahyudwi218@gmail.com

Abstract : This research was motivated by negative stigma that is given to ex-convict and that has
caused them to feel awkward when living in a society. In order to be accepted again, ex-convict
need to undergo the process of adaptation in their environment. This study aims to discover the
interaction, changes, impacts of the adaptation process, and the typology of adaptation of ex-
convict. This study used qualitative approach. Data collection technique was conducted through
observation, interview and documentation study. The findings of this study are: social interaction
of ex-convict to change the stigma is achieved by being friendly and actively participating in
community activities, positive changes after the period of custody is gaining increasing faith,
being more sensitive to the community and staying away from bad habits. The impacts of
adaptation include the changes of responses from families and neighbors, the loss of negative
stigma, the emergence of roles in the society, and peaceful feeling in life. The differences in
typologies of adaptation are influenced by family, neighborhood, criminal backgrounds, and the
means to change the stigma.

Keywords: Adaptation, Ex-convict, Society

Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemberian stigma kepada mantan narapidana yang
menimbulkan kecanggungan narapidana tersebut untuk bermasyarakat. Agar dapat diterima,
mantan narapidana perlu melakukan adaptasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi,
perubahan, dampak adaptasi, dan tipologi adaptasinya dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Temuan penelitian ini, yaitu pertama, interaksinya untuk mengubah stigma dengan menunjukan
sikap ramah dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kedua perubahan positifnya yaitu
bertambahnya keimanan, peka terhadap masyarakat dan meninggalkan kebiasaan buruknya.
Ketiga, dampak adaptasinya yaitu perubahan respon masyarakat, hilangnya stigma, memiliki
peran, dan hidup tenang. Kelima, tipologi adaptasi dipengaruhi keluarga, lingkungan, kejahatan,
dan cara mengubah stigma.

Kata Kunci : adaptasi, mantan narapidana, masyarakat

PENDAHULUAN
Mantan narapidana ialah seseorang masyarakat dengan baik serta dapat berperan
yang pernah melakukan tindak kejahatan wajar dengan masyarakat lainnya.
dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat Laminatang (1984, hlm. 181) menyatakan
baik itu kerugian secara ekonomi, psikologis bahwa:
maupun sosial. Lembaga Pemasyarakatan Lembaga-lembaga pemasyarakatan
adalah bentuk pidana penjara yang berfungsi bukan saja sebagai tempat untuk semata-
sebagai wadah untuk belajar kembali mata memidana orang, tetapi sebagai
(resosialisasi) bagi narapidana untuk tempat untuk membina dan mendidik
mempersiapkan diri mereka baik secara fisik orang-orang terpidana, agar mereka
setelah selesai menjalankan pidananya,
maupun mental untuk terjun kembali ke mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan di menyimpulkan jika “ada permasalahan
luar lembaga pemasyarakatan sebagai sosial tentang stigma dan diskriminasi
warga negara yang baik dan taat pada kepada tahanan, yaitu ketika kategori
hukum yang berlaku. individu mencoba beradaptasi, maka yang
ditemui ialah diskriminasi dan konsekuensi
Berdasarkan hal tersebut, penjatuhan
yang dihadapi ialah ketidakpercayaan,
hukuman pidana kepada pelaku kejahatan
kebencian, dan permusuhan. Hasil penelitian
sudah sepatutnya diberikan untuk membina
ini menunjukkan bahwa ratusan tahanan
dan mendidik kembali para pelaku
dirilis setiap tahun dan mereka menemukan
kejahatan, sehingga mereka menyadari
bahwa diri mereka diskriminasi.” Sikap
kesalahan yang mereka perbuat dan tidak
pesimistis dapat memunculkan
mengulanginya kembali di kemudian hari.
kecanggungan bagi mantan narapidana
Mantan narapidana memiliki harapan
untuk menjalani kehidupan di masyarakat.
untuk dapat berinteraksi dan menjalani
Rasa kecanggungan itu memungkinkan
kehidupan yang lebih baik bersama
mantan narapidana kembali melakukan
masyarakat selepas masa tahanannya.
tindakan kejahatan karena mereka merasa
Namun, penerimaan kembali mantan
ditolak oleh masyarakat. Walaupun
narapidana oleh masyarakat bukanlah
demikian, tidak sedikit mantan narapidana
perkara mudah. Sebagai orang yang pernah
yang mampu beradaptasi kembali di
melakukan kejahatan, tentu pemberian
lingkungan masyarakat untuk mengubah
stigma negatif dari masyarakat
stigma bahwa tidak semua mantan
menimbulkan ketakutan bagi mantan
narapidana selalu menjadi orang jahat. Oleh
narapidana untuk berbaur kembali di tengah
karena itu, seorang narapidana seharusnya
masyarakat.
mampu beradaptasi kembali dengan
Mantan narapidana sebagai orang
masyarakat sekitarnya.
yang pernah melakukan pelanggaran
Adaptasi terhadap sosial dan budaya
terhadap norma tentu tidak lepas dari
ialah salah satu proses sosial yang
perhatian masyarakat. Masyarakat tersebut
diperlukan dalam kehidupan sosial. Hal
yang masih menyimpan pertanyaan, apakah
tersebut memungkinkan terjadinya interaksi
mantan narapidana tersebut sudah benar-
sosial mantan narapidana baik dengan
benar berubah dari segala kesalahan masa
individu lain maupun dengan kelompok lain.
lalunya? Pertanyaan-pertanyaan seperti
Adaptasi sosial adalah salah satu bentuk
itulah yang akan menimbulkan pandangan
penyesuaian diri dalam lingkungan sosial.
atau stigma negatif dari masyarakat tempat
Gerungan (2009, hlm. 59) mengungkapkan
mantan narapidana tersebut tinggal. Stigma
penyesuaian dapat bermakna:
negatif tersebut akan diberikan oleh
masyarakat yang masih takut dan belum
Mengubah diri pribadi sesuai dengan
percaya akan perubahan mantan narapidana
keadaan lingkungan atau bermakna
setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.
mengubah lingkungan sesuai dengan
Stigma negatif dari masyarakat
keadaan pribadi. Adaptasi sosial
terhadap mantan narapidana mengakibatkan
akan terjadi pada individu yang
munculnya sikap pesimis bagi mantan
datang pada kelompok sosial yang
narapidana. Seperti yang dipaparkan dalam
berbeda dengan kondisi sosial daerah
jurnal If One Doesn’t Get You Another One
asalnya sehingga mengharuskannya
Will”: Formerly Incarcerated Persons’
melakukan adaptasi sosial untuk
Perceptions of Discrimination oleh Thomas
melakukan interaksi dengan kondisi
Lebel (2011) vol.20 no.10. Lebel (2011)
lingkungan kelompok sosial yang untuk melakukan penelitian dengan judul
baru tersebut. “Pola Adaptasi Mantan Narapidana dalam
Kehidupan Bermasyarakat”.
Sejalan dengan pendapat Gerungan
tersebut, Azani (2012) dalam jurnal yang METODE
Gambaran Psychlogical Well-Being Mantan Penelitian ini menggunakan
Narapidana vol 1, no. 1 mengenai enam pendekatan deskriptif-kualitatif. Pendekatan
dimensi dalam psikologi dari mantan ini digunakan karena penelitian ini
narapidana selepas keluar dari lembaga difokuskan pada adaptasi sosial mantan
pemasyarakatan. Azani (2012) menjelaskan narapidana dan data yang bersumber dari
bahwa “setiap mantan narapidana yang lepas pengamatan mantan narapidana dalam
menjalani masa tahanan akan mendapatkan menyesuaikan diri di tengah masyarakat.
tekanan secara psikologis dan memaksa Data tersebut dideskripsikan dan
mereka untuk berubah sertaberadaptasi digambarkan secara lebih jelas dan lebih
dengan lebih baik lagi sebagai masyarakat.” spresifik, karena hanya memusatkan pada
Memiliki kehidupan yang harmonis aspek-aspek tertentu, seperti bentuk
dan berhubungan baik dengan masyarakat interaksi, bentuk perubahan, dampak dari
adalah dambaan bagi setiap orang terutama proses adaptasi serta tipologi perbedaan
mantan narapidana. Hal tersebut adaptasi dari mantan narapidana. Selain itu,
didambakan karena sejatinya sebagai pendekatan deskriptif kualitatif lebih efektif
makhluk sosial, mantan narapidana juga digunakan dalam penelitian ini, karena
membutuhkan pengakuan atas dalam teknik pengumpulan datanya efektif
keberadaannya di tengah masyarakat. Oleh untuk mendapatkan data dari partisipan.
karena itu, proses adaptasi yang baik di Partisipan dalam penelitian ini
dalam masyarakat itulah yang nantinya akan berjumlah 10 partisipan, yaitu tiga orang
mampu mengubah stigma negatif mantan narapidana, tiga orang pihak
masyarakat terhadap mantan narapidana. keluarga, tiga orang pihak tetangga dan satu
Banyak kasus kejahatan yang ada di orang anak kosan dari salah satu mantan
dalam masyarakat, beberapa kasus yang narapidana sebagai partisipan tambahan.
dianggap sangat meresahkan diantaranya Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pali
adalah pembunuhan, perampokan dan Provinsi Sumatra Selatan, tepatnya di
narkotika. Kasus-kasus tersebut merupakan Kecamatan Talang Ubi. Pemilihan daerah
kasus yang dianggap sangat berbahaya dan penelitian karena daerah tersebut rawan
sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. tindak dengan kejahatan dan karakter
Keterlibatan individu ke dalam kasus masyarakat di daerah itu yang cenderung
tersebut dapat memungkinkan penolakan sedikit berani dan kasar.
dan pandangan negatif dari masyarakat. Hal Teknik pengumpulan data yang
itu karena semakin berat kasus kejahatan digunakan oleh peneliti meliputi observasi,
yang dilakukan individu maka semakin berat wawancara dan studi dokumentasi. Teknik
pula penerimaan dirinya di tengah analisis data menggunakan data reduksi
masyarakat. Selain itu, perbedaan latar (data reduction), penyajian data (data
belakang kehidupan dan kasus kejahatan display), dan kesimpulan (conclusion
dari individu akan sangat memengaruhi drawing verification). Data yang diperoleh
mereka dalam beradaptasi. akan diolah dan dicek kebenaranya, peneliti
Berdasarkan latar belakang yang melakukan pengecekan kebenaran data
telah dipaparkan di atas, penulis tertarik dengan cara memperpanjang waktu
penelitian, pengamatan terus-menerus, seperti pernikahan, syukuran, dll. Kelima,
triangulasi, serta menggunakan bahan menanggapi stigma negatif dengan bersikap
referensi dan melakukan member check. biasa saja, memberikan respon atas
pandangan tetangga dengan biasa saja, cuek,
HASIL DAN PEMBAHASAN tetap percaya diri, menyadari kesalahan dan
Bentuk Interaksi Sosial Mantan menunjukannya dengan sikap positif dari
Narapidana Sebagai Upaya dalam setiap kegiatan yang sudah dijalani.
Mengubah Stigma Negatif di Lingkungan Setiap manusia terlahir untuk hidup
Masyarakat berkelompok dan bermasyarakat. Seperti
Interaksi sosial yang dilakukan yang diungkapkan Ahmadi (1975, hlm. 40)
mantan narapidana sebagai upaya mengubah bahwa “hasrat hasrat yang mendorong
stigma negatif di dalam dirinya, yang manusia untuk hidup bermasyarakat adalah
meliputi pertama, menunjukan sikap ramah, hasrat sosial, hasrat untuk mempertahankan
penunjukan sikap ramah yang dilakukan diri, hasrat berjuang, hasrat harga diri, hasrat
oleh mantan narapidana dengan memberikan meniru, hasrat bergaul, hasrat untuk
teguran atau sapaan ketika bertemu dengan mendapatkan kebebasan, hasrat untuk
tetangga dan bersikap lembut dan memberitahukan, hasrat tolong menolong
menghargai tetangga. Kedua, membantu dan simpati.” Berdasarkan kesembilan
tetangga yang sedang kesulitan, mantan hasrat yang dipaparkan di atas, hal itulah
narapidana selalu memberikan pertolongan yang sangat mendasari mantan narapidana
kepada tetangga yang sedang mengalami untuk hidup damai dan berharap diterima
kesulitan. Hal tersebut merupakan kembali di tengah masyarakat. Mereka
perwujudan dari bentuk kepedulian mantan mencoba untuk melakukan proses adaptasi
narapidana kepada tetangga yang dianggap dengan menjalin interaksi yang baik
mantan narapidana sebagai keluarga terdekat bersama keluarga dan tetangga. Oleh karena
ketika mengalami kesulitan atau musibah. itu, sejatinya setiap warga masyarakat
Ketiga, menjalin komunikasi yang baik menginginkan adanya pengakuan dan
dengan keluarga dan tetangga, mengobrol penerimaan atas dirinya di dalam suatu
bersama, saling berbagi dan berkeluh kesah lingkungan masyarakat.
merupakan cara yang dilakukan mantan Adaptasi ulang untuk membersihkan
narapidana di dalam kehidupan sehari-hari nama baik bukanlah hal yang mudah untuk
bersama keluarga maupun tetangga. Dengan dilakukan mantan narapidana. Menurut
menjalin komunikasi yang baik, mantan Schneider (dalam Febriansyah, 2015, hlm.
narapidana menjadi merasa dimengerti 28) bahwa untuk adaptasi sosial, dapat
dengan keadaan yang dialami oleh diri dilakukan dengan beberapa syarat yang
mantan narapidana. Keempat, berpartisipasi harus dipenuhi, yaitu:
aktif dalam kegiatan yang ada di dalam (1) menyadari dan menghargai hak-hak
masyarakat, mantan narapidana mencoba yang dimiliki orang lain di dalam
berinteraksi dengan bergaul dan membaur di lingkungan masyarakat;
dalam masyarakat. Cara yang dilakukan (2) membangun persahabatan dengan orang
dalam upaya agar diterima kembali adalah lain dan mengembangkan persahabatan
dengan berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang berlangsung untuk waktu yang
kemasyarakatan. Kegiatan yang dilakukan lama;
seperti sholat berjamaah di masjid, menjadi (3) perlu adanya minat dan simpati untuk
guru mengaji, menjadi imam, khutbah, kebaikan orang lain;
pengurus masjid, menghadiri setiap acara
(4) berbagi dan suka menolong yang tersebut. Sesuai dengan karakter masyarakat
merupakan syarat selain minat dan Indonesia yang menginginkan hidup damai
simpati; dan dan sejahtera, sehingga masyarakat dalam
(5) menghargai norma dan integritas dari suatu wilayah di Indonesia memiliki ikatan
hukum, tradisi, dan kebiasaan yang solidaritas dan kekeluargaan yang kuat.
berlaku dalam masyarakat. Ketika mantan narapidana keluar dari
Hak-hak yang dimiliki orang lain hukuman pidana, masyarakat sangat
tentu menjadi syarat untuk dapat melakukan berperan penting merangkul dan
proses adaptasi. Hak-hak tersebut dapat mendekatkan diri dengan mantan
diwujudkan dengan menghargai setiap narapidana, sehingga terjalin hubungan yang
pendapat masyarakat dan menunjukan sikap baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan saling
toleransi kepada warga masyarakat di menasehati dan memotivasi yang pada
lingkungan tempat tinggal mantan akhirnya akan memberikan kepercayaan diri
narapidana berada. Persahabatan dibangun kepada mantan narapidana untuk mencoba
dengan sesama warga sejatinya sangat bergaul dan beradaptasi ulang di tengah
penting dilakukan agar terjalin ikatan masyarakat.
solidartias antar sesama warga masyarakat. Pada penelitian ini, nampaknya
Dengan menjalin hubungan persahabatan penulis lebih sepakat dengan jurnal yang
secara baik, mantan narapidana diharapkan berjudul On the Value Integration of
menjadi pribadi yang mampu diterima oleh Successfully Reformed Ex-Convicts: A
lingkungan sosialnya. Comparison With Moral Exemplars oleh
Pada jurnal Problems, Needs, and Jennifer Cole Wright, Heath Hoffmann and
Psychological State of Ex Convicts : A Olivia Coen. Vol 1 nomor 19 yang
Qualitative Study in a Turkish Sampel oleh menyatakan bahwa kisah-kisah mantan
Georgul dan Erden (2015) vol.4 no.3 narapidana terlihat dari masa lalu yang
dikatakan jika masalah terbesar mantan fokusnya pada keinginan untuk kekayaan
narapidana ialah sikap mereka terhadap materi, status/kekuatan sosial dan
dirinya yang menganggap dirinya sendiri kegembiraan, saat ini berubah menjadi fokus
yang tidak berguna sehingga menjadi putus pada membantu orang lain, keinginan untuk
asa di tengah masyarakat. Selain itu, terjadi menyebarkan cinta universal dan
masalah psiko-sosial pada diri mereka. penerimaan Tuhan, untuk membantu orang
Masalah tersebut seperti pengucilan sosial, lain, seperti menghindari negativitas,
pelabelan dan kerugian, seperti kriminal dan penjara, model peran dan
pengangguran, masalah ekonomi serta mencintai keluarga, keinginan untuk hidup
masalah perumahan yang dihasilkan dari layak , menginspirasi, mengagumkan
pengangguran. Beberapa mantan narapidana kehidupan. Kemajuan diri mereka sendiri
mengungkapkan bahwa setelah mereka yang mereka inginkan untuk diri mereka
masuk ke dalam penjara, anggota keluarga sendiri dan untuk masa depan. Beberapa
mereka yang ditinggal banyak menemui bahkan menolak julukan lama sebagai
masalah dan penyelesaiannya pun tidak seorang mantan narapidana seakan ia
dapat mereka selesaikan karena mereka mengatakan jika saya bukan orang itu lagi.
tidak bisa memiliki komunikasi secara Terutama dalam fase transisi, peserta sering
leluasa. disebut untuk menghindari pengaruh negatif
Berdasarkan temuan dalam dan aktif mencari orang-orang yang positif
penelitian ini, tidak terjadi suatu masalah untuk menghabiskan waktu bersama. Nilai-
yang terlalu besar seperti dalam jurnal nilai yang hadir dalam tanggapan mereka
aktif ditampilkan dalam kehidupan mereka lembaga pemasyarakatan, mantan
sekarang, keterlibatan mereka dalam gereja, narapidana menunjukan perubahan dalam
dalam kelompok dukungan masyarakat, dan dirinya dengan aktif dalam kegiatan
dalam reformasi penjara. kemasyarakatan, seperti selalu menghadiri
Kesepakatan tersebut disimpulkan acara pernikahan, syukuran, tahlilan dan
melalui hasil obervasi dan wawancara gotong royong di lingkungan sekitar.
dengan pihak keluarga dan tetangga yang Perubahan tersebut diharapkan mampu
melihat kemajuan terhadap diri mantan memperlihatkan sisi positif mantan
narapidana yang percaya diri dalam kegiatan narapidana yang ingin berubah dan bergaul
kemasyarakatan untuk menjalin integritas dengan masyarakat sehingga diterima dan
bersama warga setempat. Selain itu, baik diakui keberadaannya sebagai bagian dari
keluarga dan tetangga pun memberikan warga setempat. Ketiga, menjauhi pergaulan
posisi atau peran yang tak akan terganti dan kebiasaan di masa lalu. Lingkungan
seperti menjadi seorang ayah, kakek, merupakan agen sosialisasi yang sangat erat
pengurus masjid dan tokoh masyarakat yang kaitannya dalam pembentukan kepribadian
membuat mantan narapidana merasa seseorang. Mantan narapidana yang benar-
memiliki tujuan hidup. benar menyadari dosa dan kejahatannya di
masa lalu. Ia akan memilih untuk pergi
Bentuk Perubahan yang Terjadi Pada meninggalkan masa lalunya yang dianggap
Mantan Narapidana Setelah Keluar dari suram. Mantan narapidana masih terus
Lembaga Pemasyarakatan bergaul dengan rekan lamanya, hal tersebut
Setelah keluar dari lembaga memungkinkan mantan narapidana kembali
pemasyarakatan, mantan narapidana ke jalan yang salah. Seharusnya yang
memiliki perubahan menuju ke arah positif. dilakukan mantan narapidana ialah
Perubahan positif yang dilakukan mantan membuang masa lalu dan mencoba
narapidana setelah keluar dari lembaga beradaptasi ulang dengan rekan masyarakat
pemasyarakatan dapat berupa hal-hal tempat tinggal yang memiliki energi untuk
berikut. Pertama, bertambahnya iman dan menjadikan mantan narapidana berprilaku
ketakwaan. Banyak mendapatkan ilmu positif pula.
agama ketika program kerohanian di dalam Berbagai bentuk perubahan positif
lembaga pemasyarakatan membuat ada mantan narapidana tersebut dapat dikatakan
suatu perbedaan dalam hal spiritual yang sebagai buah hasil dari pembinaan yang
terdapat dalam diri mantan narapidana. dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan
Selain menyadari akan dosa yang ketika masih mendapatkan hukuman pidana.
diperbuatnya di masa lalu, setelah keluar Perubahan didukung oleh proses pembinaan
dari lembaga pemasyarakatan para mantan dari kepolisian juga didukung oleh
narapidana terlihat lebih mantap dalam dukungan dari berbagai pihak seperti
keagamaannya seperti rajin sholat berjamaah keluarga dan masyarakat tempat tinggal
di masjid, menjadi guru mengaji, imam, dan mantan narapidana. Sejalan dengan
khotib sehingga dipercaya menjadi pengertian dari sistem pemasyarakatan yang
pengurus masjid oleh masyarakat sekitar dituangkan dalam pasal 2 ayat 2 UU no. 12
tempat tinggalnya. Kedua, lebih peka dan Tahun 1995 dalam Nurulaen (2012, hlm 38)
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Sikap menyatakan bahwa :
yang cuek merupakan sikap yang dulunya Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan
dimiliki oleh mantan narapidana. Namun, dalam rangka membentuk warga binaan
setelah mantan narapidana keluar dari pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi stigma negatif, sehingga ketika bebas,
tindakan pidana sehingga dapat diterima mantan narapidana diharapkan dapat hidup
kembali oleh lingkungan masyarakat, kembali secara normal sebagai anggota
dapat aktif berperan dalam masyarakat.
pembangunan, dan dapat hidup secara
wajar sebagai warga yang baik dan
Dampak yang Terjadi Pada Mantan
bertanggung jawab.
Narapidana Setelah Melakukan Adaptasi
Oleh karena itu, diharapkan masuknya
di dalam Lingkungan Masyarakat
mantan narapidana ke dalam lembaga
Dampak yang terjadi setelah mantan
pemasyarakatan sebagai upaya agar mantan
narapidana melakukan adaptasi di dalam
narapidana mampu berubah, jera dan
lingkungan masyarakat berdasarkan temuan
memperbaiki diri dengan berbagai program
penelitian, sebagai berikut. Pertama,
yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan.
erubahan respon dari keluarga. Keluarga
Upaya-upaya tersebut dapat berupa berbagai
yang awalnya merasa sedih, kecewa dan
kegiatan pengajian, salat berjamaah, siraman
marah ketika melihat kasus kejahatan yang
rohani dan kegiatan keagamaan lainnya di
dilakukan oleh mantan narapidana perlahan
dalam lembaga pemasyarakatan.
berubah seiring proses adaptasi yang
Mantan narapidana tentunya
dilakukan individu dalam upaya mengubah
memiliki kebiasaan yang sering dilakukan
stigma negatif dalam dirinya. Hingga saat
semasa masih hidup bebas sebelum masuk
ini seluruh pihak keluarga merasa sangat
ke dalam lembaga pemasyarakatan.
bahagia ketika melihat perubahan dan
Berdasarkan data yang dihimpun dari
penerimaan diri yang dilakukan oleh mantan
informan, mantan narapidana memiliki
narapidana dalam kehidupan sehari-hari.
kebiasaan buruk seperti minum minuman,
Bahkan beberapa keluarga tidak menyangka
menggunakan narkoba, mencuri, hingga
perubahan dan proses adaptasi anggota
berkumpul dengan rekan-rekan yang salah.
keluarganya di tengah masyarakat hingga
Dengan adanya pembinaan tersebut
saat ini. Kedua, hilangnya stigma negatif
diharapkan terciptanya suatu energi baru
dari tetangga. Setelah mantan narapidana
dalam diri mantan narapidana agar
melakukan proses adaptasi dengan
menyadari kebiasaan buruk tersebut.
melakukan interaksi dan menjalin hubungan
Hal tersebut sangat sejalan dengan
yang baik dengan tetangga baik melalui
jurnal yang berjudul Filsafat (Sistem)
tegur sapa, sopan santun, serta tolong
Pemasyarakatan oleh Sulhin (2010) vol.21
menolong, terlibatnya mantan narapidana
no.1&2 yang menyatakan sistem
dalam kegiatan kemasyarakatan dan
pemasyarakatan Indonesia yang menganut
penunjukan perubahan diri mengakibatkan
filosofi reintegratif pada dasarnya sangat
stigma negatif di dalam masyarakat yang
adaptif terhadap koreksi yang berbasis di
awalnya kuat perlahan mulai hilang. Hal
masyarakat. Pemasyarakatan memandang
tersebut karena masyarakat juga merupakan
bahwa pembinaan tidak hanya dilakukan di
agen yang mampu menilai dan mengawasi
dalam lembaga, namun memerlukan fase
individu yang berada di dalam bagian
tertentu di mana narapidana berinteraksi
lingkungannya. Oleh sebab itu, dampak
dengan masyarakat hingga diintegrasikan
yang diberikan kepada mantan narapidana
kembali, meskipun masih dalam masa
sebagai hasil dari proses adaptasi adalah
pidana. Interaksi dan reintegrasi adalah
penerimaan dirinya di tengah masyarakat
upaya yang dilakukan untuk memperbesar
kemauan masyarakat untuk menerima dan dipercaya sebagai orang yang ingin
berubah dari masa lalu. Ketiga, mantan
kembali narapidana dan meminimalkan
narapidana memiliki peran di dalam masyarakat. Kelima, memiliki pekerjaan
masyarakat. Mantan narapidana yang yang tetap. Memiliki pekerjaan sama halnya
awalnya merupakan orang yang dianggap dengan pemberian kepercayaan dari
buruk di dalam masyarakat saat ini setelah masyarakat kepada mantan narapidana yang
beradaptasi memiliki perubahan. Perubahan dianggap memiliki prilaku yang baik setelah
tersebut berupa mantan narapidana sebagai melakukan proses adaptasi.
tokoh masyarakat yang dituakan di daerah Parsons (dalam Ritzer, 2012, hlm.
setempat. Mereka dianggap sebagai orang 121) berpendapat ada empat subsistem yang
yang pernah makan asam garam kehidupan menjalankan fungsi-fungsi utama dalam
dan telah terlihat perubahannya dalam kehidupan bermasyarakat yaitu adaptation,
kehidupan. Perubahan yang ditunjukkan goal attainment, intergration, dan lattent
mereka membuat masyarakat percaya jika pattern mainteance. Keempat skema penting
mantan narapidana merupakan orang yang tersebut tidak memiliki batasan yang jelas,
mampu memberikan nasehat dan membantu karena satu sama lain saling
mencarikan jalan keluar. Beberapa peran berkesinambungan. Mengenai fungsi untuk
tersebut terlihat ketika saat ini mantan semua sistem tindakan, skema tersebut
narapidana sering membawakan kata dikenal dengan skema AGIL, teori
sambutan dalam acara pernikahan dan sering fungsionalisme struktural dalam
menjadi ketua dalam kegiatan menganalisis tindakan sosial. Keempat fase
kemasyarakatan seperti pernikahan dan tersebut digambarkan dalam menganalisis
acara lainnya. Selajutnya peran sebagai tindakan sosial mantan narapidana berupa:
pengurus masjid juga merupakan bentuk (1) Adaptation (Adaptasi) ialah sebuah
keberhasilan mantan narapidana yang sistem yang berfungsi menanggulangi
dipercayai oleh masyarakat dalam situasi eksternal yang gawat. Sistem ini
mengemban tugas dan tanggung jawab yang dimaksudkan setiap individu harus
tidak semua orang mampu melakukannya. menyesuaikan diri dengan lingkungan
Menjadi pengurus masjid dan tokoh dan menyesuaikan lingkungan itu
masyarakat merupakan salah satu bentuk dengan kebutuhannya. Berbagai dimensi
keberhasilan atas dampak mantan permasalahan harus ada penyesuaian diri
narapidana dalam beradaptasi di tengah sistem itu terhadap tuntutan kenyataan
masyarakat. Keempat, memiliki keleluasaan yang keras, yang tidak dapat diubah
untuk hidup bermasyarakat. Masa lalu yang (inflexible) yang datang dari lingkungan.
suram dan kesalahan dalam melanggar Sama halnya dengan seorang mantan
norma di masyarakat menjadikan mantan narapidana yang mempunyai keharusan
narapidana yang saat itu hidup tercengkam dalam menyesuaikan diri dengan
dengan rasa takut dan was-was ketika lingkungan eksternalnya. Dalam hal ini
melakukan sesuatu hal di luar rumah. lingkungan eksternal tersebut berupa
Namun, saat ini mantan narapidana masyarakat yang memiliki adat,
mengalami perubahan dan melakukan kebiasaan dan norma yang tidak dapat
adaptasi di tengah masyarakat. Hasil yang diubah begitu saja.
mereka dapatkan ditunjukkan dengan (2) Goal Attainment (Pencapaian Tujuan)
adanya bentuk keleluasaan dalam bergaul. ialah sebuah sistem yang berfungsi
Hal tersebut karena mantan narapidana harus mendefinisikan dan mencapai
sudah tidak merasa bersalah sehingga tidak tujuan utamanya. Dalam hal ini seorang
ada sekat yang membatasi mantan mantan narapidana harus tetap
narapidana untuk hidup bebas dan leluasa di berpegang pada tujuan utama
adaptasinya yaitu mengubah stigma terus memelihara pola yang akan
negatif yang melekat pada dirinya memengaruhinya dalam mengambil suatu
setelah keluar dari lembaga tindakan sosial. Keharusan mantan
pemasyarakatan. narapidana dalam beradaptasi dengan
(3) Integration (Integrasi) ialah sebuah mempunyai tujuan untuk mengubah stigma
sistem harus mengatur antarhubungan yang dilakukan dengan menunjukan
bagian bagian yang menjadai integritasnya sebagai warga masyarakat.
komponennya. Sistem juga harus Tentunya kebersamaan untuk mengikuti atau
mengelola antarhubungan ketiga fungsi memelihara norma yang terdapat di
penting lainnya (A, G, L). hal tersebut lingkungan setempat akan membuat proses
penting dilakukan agar suatu sistem adaptasi dan penerimaan akan dirinya
sosial berfungsi secara efektif sebagai berjalan dengan cepat.
suatu kesatuan, harus ada paling kurang Hasil penelitian terdahulu yang
suatu tingkat solidaritas di antara dilakukan oleh Fitriani (2015) mengenai
individu yang termasuk di dalamnya. pengungkapan diri mantan narapidana
Masalah integrasi merujuk pada menyatakan bahwa dampak pengungkapan
kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan diri pada mantan narapidana, yaitu
emosional yang cukup menghasilkan meningkatkan kesadaran diri, mengatasi
solidaritas dan kerelaan untuk bekerja perasaan takut, membangun hubungan yang
sama dikembangkan dan dipertahankan. lebih dekat dan mendalam, serta
Mantan narapidana harus memiliki memecahkan berbagai konflik dan masalah
ikatan emosional kepada masyarakat di interpersonal. Penulis sependapat dengan
dalam lingkungannya. Upaya tersebut penelitian Fitrtiani (2015) yang menyatakan
agar terjalin integrasi antarsesama warga bahwa pengungkapan diri dapat memberikan
yang nantinya akan memunculkan efek yang baik dalam proses adaptasi
solidaritas dan dapat diterimanya mantan mantan narapidana. Oleh karena itu, akan
narapidana oleh masyarakat. memudahkan mantan narapidana diterima
(4) Latency (Latensi atau Pemeliharaan oleh masyarakat tempat tinggalnya, sehingg
Pola) ialah sebuah sistem harus berdampak pada keberhasilan mantan
melengkapi, memelihara, dan narapidana dalam beradaptasi.
memperbaiki, baik motivasi individual
maupun pola-pola kultural yang Perbedaan Tipologi Adaptasi Antara
menciptakan dan menopang motivasi. Mantan Narapidana Kasus Pembunuhan,
Pada tahapan ini akan terciptanya suatu Perampokan dan Bandar Narkoba di
pola yang tetap menjadi ciri khas seperti dalam Masyarakat.
halnya kekhasan suatu masyarakat di Perbedaan tipologi adaptasi antara
suatu wilayah. Mantan narapidana yang mantan narapidana kasus pembunuhan,
telah memahami pola dalam suatu perampokan dan bandar narkoba,
masyarakat akan memudahkannya untuk dipengaruhi oleh perbedaan faktor yang
beradaptasi dan berusaha mengikuti dan mendasar yang akan membedakan tipe
memelihara norma yang terdapat di adaptasinya, yaitu (a) perbedaan lingkungan
dalam lingkungan masyarakat tempat dia pergaulan mantan narapidana; (b) perbedaan
berada. latar belakang tindak kejahatan; (c)
Berdasarkan teori Parsons di atas, perbedaan cara mengubah stigma; (d)
maka dapat dilihat jika mantan narapidana perbedaan tanggapan keluarga dalam proses
yang mampu beradaptasi secara baik akan adaptasi; (e) perbedaan tanggapan tetangga
dalam proses adaptasi; dan (f) peran mantan proses. Roy (dalam Rasmun, 2004, hlm. 41)
narapidana setelah beradaptasi di dalam berpendapat sebagai berikut.
masyarakat Setiap orang memahami bagaimana
Schneider (dalam Febriansyah, 2015, individu mempunyai batas kemampuan
hlm. 30) menjelaskan bahwa setidaknya untuk beradaptasi. Pada dasarnya
terdapat lima faktor yang memengaruhi manusia memberikan repons terhadap
adaptasi sosial individu, yaitu kondisi fisik, semua rangsangan baik positif maupun
negatif. Kemampuan beradaptasi
kepribadian, pendidikan, lingkungan, serta manusia berbeda beda antara satu
agama dan budaya. Dalam penelitian ini, dengan lainnya, jika seseorang dapat
faktor yang paling menonjol dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
perbedaan tipologi adaptasi dari mantan maka ia mempunyai kemampuan untuk
narapidana adalah faktor lingkungan. Baik menghadapi rangsangan baik positif
berupa lingkungan keluarga maupun maupun negatif.
lingkungan masyarakat yang menjadi tempat
beradaptasi mantan narapidana. Selain itu, setiap manusia juga
Lingkungan keluarga merupakan mempunyai kemampuan yang digunakan
tempat berlangsungnya sosialisasi primer untuk menjaga integritas fisik dan psikologis
bagi mantan narapidana. Selain itu, agar mampu beradaptasi secara baik. Seperti
lingkungan keluarga juga merupakan yang dikatakan Rasmun (2004, hlm. 43)
lingkungan utama yang sangat penting yang yang membagi kemampuan tersebut ke
memengaruhi mantan narapidana untuk dalam empat bagian, di antaranya:
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial (1) Fisik (Physiological), ialah adaptasi
dan budaya yang berada di sekitar yang digunakan untuk tetap bersatunya
lingkungan masyarakat. Unsur-unsur di fungsi sistem tubuh, berupa reaksi fisik
dalam keluarga seperti interaksi terhadap adanya stressor yang masuk ke
antaranggota keluarga, peran sosial dalam dalam tubuh, yakni adanya penolakan
keluarga, kekohesifan keluarga, dan tubuh terhadap stressor, baik secara
gangguan dalam keluarga akan berpengaruh alami (reaksi imunitas), maupun yang
dalam penyesuaian dirinya di lingkungan dipelajari yaitu tindakan
sosial. menghindar/berlindung menangkis untuk
Lingkungan masyarakat juga menolak/mengurangi stressor.
menjadi faktor penting yang memengaruhi (2) Konsep Diri (Self Consept), ialah
perkembangan adaptasi sosial. Konsistensi kemampuan yang menyangkut persepsi
nilai-nilai, sikap, aturan, norma, moral, diri, yang melibatkan aktivitas mental
budaya, dan perilaku masyarakat akan dan pengungkapan perasaan diri. Konsep
diidentifikasi oleh individu yang berada diri ada lima, di antaranya (a) identitas
dalam masyarakat, sehingga akan diri ialah hal yang berhubungan dengan
berpengaruh terhadap proses perkembangan ciri ciri yang dipersepsikan; (b) ideal diri
adaptasi sosialnya. Dalam kenyataanya di adalah hal yang terkait dengan persepsi
kehidupan social, perilaku menyimpang diri terhadap cita-cita, keinginan,
terkadang dipengaruhi pula oleh kondisi harapan hidup yang dipersepsikan; (c)
lingkungan masyarakatnya. peran diri ialah persepsi terhadap peran
Model adaptasi ini pertama kali dirinya di lingkungan sosial masyarakat
dikembangkan oleh Sister Calista Roy yang misalnya; peran sebagai kepala keluarga,
mengembangkan konsep individu dan jabatan sosial di masyarakat, dll.; (d)
gambaran diri ialah hal yang terkait
dengan persepsi dirinya terhadap masa pembebasan. Dengan demikian
keseluruhan bentuk fisik (tubuh) yang hipotesis diterima. Menurut pandangan
dipersepsikan; dan (e) harga diri ialah peneliti, agaknya untuk menganalisis tingkat
persepsi terhadap keberadaan nilai kecerdasan emosi dari mantan narapidana
dirinya di dalam lingkungan sosial. tidak dapat dilihat secara sepintas dan
(3) Fungsi Peran (Role Function), adalah dengan mudahnya. Perhitungan akan
keseluruhan dari fungsi psikososial yang kecerdasan emosi seseorang membutuhkan
diperankan diberbagai peran tahapan dan proses untuk mengukurnya.
dimasyarakat, keberadaannya sebagai Maka agak sulit terlihat ketika sebagai orang
kepala keluarga, tokoh masyarakat, awam yang melihat. Selain itu, berdasarkan
tokoh agama, pejabat Negara, dll. Peran- karakter keseluruh mantan narapidana
peran yang dimiliki individu, sehingga diketahui memang sejak sebelum
dapat menjaga integritas diri melalui mendapatkan hukuman pidana, mereka
proses adaptasi. adalah orang orang yang memiliki emosi
(4) Kemandirian (Interdependence), ialah yang tinggi akan menanggapi berbagai
keseimbangan antara ketergantungan respon. Berdasarkan hasil penelitian pula
dan kemandirian dalam mencapai dikatakan jika semua mantan narapidana
sesuatu. mempunyai kecemasan masing masing yang
Berdasarkan kedua hal diatas, maka mereka rasakan.
dapat ditarik suatu benang merah yang Pada penelitian ini yang paling
menyatakan bahwa proses adaptasi sejatinya terlihat berbeda adalah antara karakter
merupakan suatu penyesuaian yang harus mantan narapidana pria dan wanita. Dalam
serius dijalankan dari niat dalam hati pribadi proses adaptasinya, mantan narapidana pria
individu bersangkutan. Konsep diri yang lebih memiliki karakter kesamaan cara
baik, kondisi fisik yang baik serta berinteraksi dan bersosialisasi. Kesamaan
kemandirian yang baik akan memengaruhi tersebut ditunjukkan dengan rutinitas salat
proses adaptasi tersebut. Kemampuan ke masjid dan banyak aktif dalam kegiatan
individu menyesuaikan diri dapat dilihat dari kemasyarakatan sehingga memudahkannya
mampu atau tidaknya individu dalam untuk beradaptasi. Sementara itu, sisi yang
menerima rangsangan positif dan negatif berbeda dari mantan narapidana wanita yang
dari berbagai aspek, dalam artian sedikit kurang memiliki peran setelah keluar
pengelolaan kondisi emosional. Karena dari lembaga pemasyarakatan. Hal itu
sejatinya proses adaptasi merupakan proses dikarenakan sebagai seorang wanita aktifitas
yang harus menyeimbangkan antara kondisi yang dijalani lebih banyak di dalam rumah.
fisik dan psikologis dari individu itu sendiri. Ditambah lagi karakter keluarga dan
Pada salah satu jurnal Hubungan lingkungan tempat tinggal mantan
Kecerdasan Emosi dengan Kecemasan narapidana wanita memang sedikit berbeda
Menghadapi Masa Pembebasan Pada dengan kedua mantan narapidana lainnya.
Narapidana oleh Martha dan Annatagia Oleh karena itu, tipologi perbedaannya
(2014) vol.2 no.2 memberikan simpulan sangat terlihat.
bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi Sejalan dengan peneliti, berdasarkan
maka semakin rendah kecemasan penelitian dalam jurnal mengenai gambaran
narapidana dalam menghadapi masa tingkat kecemasan pada warga binaan
pembebasan. Sebaliknya semakin rendah wanita menjelang bebas di lembaga
kecerdasan emosi maka semakin tinggi pemasyarakatan wanita klas II A Bandung
kecemasan narapidana dalam menghadapi oleh Indriani, dkk (2015) vol.1 no.1
menyatakan jika warga binaan wanita menghasilkan perubahan respon dari
menjelang bebas di Lembaga keluarga yang awalnya kecewa, marah dan
Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandung sedih menjadi bahagia, bangga dan tidak
hampir sebagian warga binaan memiliki menyangka. Hilangnya stigma negatif dari
tingkat kecemasan berat 38%. Kecemasan tetangga yang dahulunya sering
tersebut yang paling berat adalah kecemasan membicarakan dibelakang, takut dan kaku,
menghadapi masyarakat dan timbul ketidak saat ini sudah biasa saja dan sangat akrab.
yakinan atas penerimaan diri pada mantan Memiliki peran di dalam masyarakat seperti
narapidana selepas keluar dari Lembaga menjadi pengurus masjid, guru mengaji, dan
Pemasyarakatan. tokoh masyarakat yang pada intinya dapat
Berdasarkan analisis peneliti yang dipercaya oleh masyarakat akibat perubahan
dihubungkan dengan jurnal diatas, memang yang terpercaya. Memiliki keleluasaan
tingkat kecemasan wanita berbeda dengan untuk hidup bermasyarakat dengan bebasnya
pria. Karena wanita memiliki perasaan yang bergaul bersama siapa saja tanpa ada rasa
lebih sensitif dan cenderung lebih canggung dan tidak ada rasa was-was dalam
mendengarkan apa yang dikatakan orang berpergian karena sebelumnya mantan
lain. Oleh karena itu, pada akhirnya memang narapidana selalu cemas dan was-was ketika
sangat terlihat perbedaan menonjol antara akan pergi meninggalkan rumah. Serta
mantan narapidana dalam tipologi memiliki pekerjaan yang tetap karena
adaptasinya. perusahaan mempercayai akan potensi dan
perubahan yang dimiliki mantan narapidana.
SIMPULAN Pola adaptasi antara mantan
Interaksi sosial mantan narapidana narapidana kasus pembunuhan, perampokan
sebagai upaya mengubah stigma negatif dan bandar narkoba memiliki tipologi yang
ialah dengan cara berinterksi dengan berbeda satu sama lain. Perbedaan tipologi
masyarakat. Hal tersebut ditunjukkan tersebut dapat terlihat di antaranya melalui
dengan sikap yang ramah dengan tegur sapa, perbedaan lingkungan pergaulan mantan
membantu tetangga yang sedang kesulitan, narapidana, perbedaan latar belakang tindak
menjalin komunikasi yang baik dengan kejahatan, perbedaan cara mengubah stigma,
keluarga dan tetangga, berpartisipasi aktif perbedaan tanggapan keluarga dalam proses
dalam kegiatan yang ada di dalam adaptasi, perbedaan tanggapan tetangga
masyarakat, menanggapi stigma negatif dalam proses adaptasi, dan peran mantan
dengan bersikap biasa saja dengan percaya narapidana setelah beradaptasi di dalam
diri serta menunjukan perubahan sikap masyarakat.
kepada masyarakat.
Perubahan positif mantan narapidana
setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan DAFTAR RUJUKAN
adalah bertambahnya iman dan ketakwaan
Buku :
dengan rajin beribadah di masjid, lebih peka
dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan Ahmadi, A. (1975). Pengantar Sosiologi.
yang ada di lingkungannya, dan menjauhi Semarang: CV Ramadhani.
pergaulan dan kebiasaan dimasa lalu seperti Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial.
minum minuman, memakai narkotika, Bandung: PT Refika Aditama.
berguru ilmu hitam, dll.
Dampak proses adaptasi yang Laminatang. (1984). Hukum Penitensier
dilakukan oleh mantan narapidana Indonesia. Bandung: CV Armico.
Nurulaen, Y. (2012). Lembaga Skripsi:Universitas Pendidikan
Pemasyarakatan Masalah dan Solusi: Indonesia.
Perspektif Sosiologi Islam. Bandung: Fitriani, Leonie. (2015). Pengungkapan diri
MARJA. mantan narapidana. Universitas
Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Gunadarma
Adaptasi. Jakarta: Sagung Setyo.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi (Dari
Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Post Modern) – Edisi
Kedelapan 2012. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Jurnal :
Indriani, dkk. (2015). “Gambaran Tingkat
Kecemasan pada Warga Binaan
Wanita Menjelang Bebas di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas II A
Bandung”. Volume 1, No 1
Jennifer, dkk. (2015). “On the Value
Integration of Successfully Reformed
Ex-Convicts: A Comparison With
Moral Exemplars” Volume 1, No 19
Martha & Annatagia. (2014).“Hubungan
Kecerdasan Emosi dengan
Kecemasan Menghadapi Masa
Pembebasan Pada Narapidana.”
Volume 2, No 2.
Gorgul & Erden. (2015). “ Problems, needs
and psychological state of exconvicts:
A qualitative study in a Turkish
sample” Volume 4, No 3.
Lebel, T. (2011). “If One Doesn’t Get You
Another One Will”: Formerly
Incarcerated Persons’ Perceptions of
Discrimination.” Volume 20, No 10.
Sulhin, I. (2010). “Filsafat (Sistem)
Pemerintahan” Volume 7, No 1.

Skripsi :
Febriansyah, S.Y. (2015). Pola Adaptasi
Sosial Budaya Kehidupan Santri
Pondok Pesantren Nurul Barokah.

Anda mungkin juga menyukai