Anda di halaman 1dari 23

Ragam Gejala Sosial

dalam Masyarakat
By : Niar Wulandari Akbari, S.Sos
Tokoh

“Keseragaman semua anggota masyarakat


tentang kesadaran moral tidak dimungkinkan.
Tiap individu berbeda satu sama lain karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan
sosial” [Emile Durkheim]
Pemandu
Hal yang dipelajari dalam sosiologi adalah
pola-pola hubungan dalam masyarakat. Pola-
pola hubungan tersebut dapat menciptakan
kestabilan atau keadaan normal, namun dapat
pula menimbulkan keadaan yang tidak
normal, seperti penyimpangan dan masalah
sosial lainnya. Gejala-gejala tersebut dikenal
sebagai realitas sosial masyarakat.
Realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena
yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak
Realitas Sosial dapat dienyahkan). Berger dan Luckman melihat bahwa
realitas sosial memiliki dimensi objektif dan subjektif.
Manusia memiliki peluang untuk melakukan interpretasi
berbeda atas realitas yang diperolehnya melalui sosialisasi
(sosialisasi tidak sempurna) yang dilihatnya sebagai cermin
dunia objektifnya. Interpretasi yan berbeda ini secara kolektif
akan membentuk sebuah realitas baru. Berger menyebut
proses ini sebagai eksternalisasi.
Eksternalisasi berjalan lambat namun pasti. Proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan aturan atau norma
dalam masyarakat. Menurut Berger, masyarakat sebetulnya
adalah produk dari manusia. Manusia tidak hanya dibentuk
oleh masyarakat, tetapi juga mencoba mengubah masyarakat,
termasuk perubahan yang berakibat munculnya masalah-
masalah sosial.
Soerjono Soekanto
mengatakan bahwa
masalah sosial adalah
ketidaksesuaian antara
Masalah Sosial unsur-unsur kebudayaan
atau masyarakat yang
Masalah sosial sesungguhnya merupakan membahayakan
akibat dari interaksi sosial. Dalam keadaan kehidupan kelompok
normal, interaksi sosial dapat sosial. Masalah sosial
menghasilkan integrasi. Namun, interaksi dibedakan menjadi
sosial juga dapat menghasilkan konflik. empat yaitu sebagai
berikut.
▪ Masalah sosial dari faktor ekonomis
▪ Masalah sosial dari faktor biologis
▪ Masalah sosial dari faktor psikologis
▪ Masalah sosial dari faktor kebudayaan
Kriteria Masalah Sosial
▪ Kriteria umum, masalah sosial terjadi karena ada perbedaan antara nilai-nilai dalam suatu
masyarakat dengan kondisi nyata kehidupan.
▪ Sumber masalah sosial, selain bersumber dari interaksi sosial yang efektif, masalah sosial
juga dapat bersumber dari gejala-gejala alam.
▪ Pihak yang menetapkan masalah sosial, dalam masyarakat, umumnya terdapat sekelompok
kecil individu yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk menentukan apakah sesuatu
dianggap sebagai masalah sosial atau bukan.
▪ Masalah sosial nyata dan laten, masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang timbul akibat
terjadinya kepincangan yang disebabkan ketidaksesuaian tindakan dengan norma dan nilai
masyarakat. Masalah sosial laten adalah masalah sosial yang ada dalam masyarakat, tetapi
tidak diakui sebagai masalah.
▪ Perhatian masyarakat dan masalah sosial, suatu kejadian atau peristiwa berubah menjadi
masalah sosial ketika hal tersebut menarik perhatian masyarakat. Masyarakat secara intens
membahas dan menggugat peristiwa tersebut.
 Kemiskinan
Beberapa Masalah Sosial  Kejahatan
Masa Kini
 Disorganisasi Keluarga
 Masalah Generasi Muda Masyarakat Modern
 Peperangan
 Pelanggaran Terhadap Norma-Norma Masyarakat
 Pelacuran
 Kenakalan Remaja
 Alkoholisme
 Korupsi
Nilai dan Norma Sosial
 Nilai Sosial
Nilai didefinisikan sebagai konsepsi
(pemikiran) abstrak dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap
baik dan buruk.
 Konstruksi masyarakat
 Disebarkan antara sesama warga
masyarakat
Ciri-ciri Nilai
 Terbentuk melalui sosialisasi
 Bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
 Dapat mempengaruhi perkembangan
diri seseorang
 Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat
 Cenderung berkaitan satu sama lain dan
membentuk sistem nilai
 Dapat menyumbang seperangkat alat
untuk menetapkan “harga” sosial dari
suatu kelompok
Fungsi nilai sosial
 Mengarahkan masyarakat dalam
berpikir dan bertingkahlaku
 Penentu terakhir manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial
 Alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok (masyarakat)
 Alat pengawas/Kontrol perilaku
manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang mau
berperilaku sesuai dengan sistem nilai
 Pembagian Nilai Menurut Prof. Dr.
Notonegoro
Nilai Berdasarkan Cirinya
▪ Nilai material
▪ Nilai vital  Nilai dominan
 Nilai yang mendarah daging
▪ Nilai kerohanian
 Nilai kebenaran
 Nilai keindahan
 Nilai kebaikan atau nilai moral
 Nilai religious
Norma Sosial
Norma adalah aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok dalam
masyarakat. Norma dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali
tingkahlaku yang sesuai dengan harapan
masyarakat. Norma berfungsi mengatur
dan mengendalikan perilaku masyarakat
demi terciptanya keteraturan sosial.
Norma juga menjadi kriteria bagi
masyarakat untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
 Tingkatan Norma
o Cara (usage)

Norma sosial yang mengatur o Kebiasaan (folksways)  Jenis Norma


masyarakat bersifat formal o Tata kelakuan (mores) o Norma agama
dan non formal
oNorma formal bersumber o Adat istiadat (custom) o Norma kesusilaan
dari lembaga masyarakat
(institusi) formal. Norma ini o Norma kesopanan
biasanya tertulis
o Norma kebiasaan
oNorma nonformal biasanya (habit)
tidak tertulis dan jumlahnya
lebih banyak dari norma o Norma hukum
formal.
Agen, Bentuk, Tipe, dan Pola Sosialisasi
Penyimpangan Sosial
 Konformitas
Menurut John M. Shepard,
konformitas merupakan bentuk
interaksi ketika seseorang berperilaku
terhadap orang lain sesuai dengan
harapan kelompok atau masyarakat
tempat tinggalnya.

 Perilaku Menyimpang
Suatu perilaku dikatakan
menyimpang apabila tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat
Teori-Teori Perilaku Menyimpang
 Edwin H. Sutherland
Mengemukakan sebuah teori yang
dinamakannya differential association
theory. Menurutnya, penyimpangan
bersumber pada pergaulan dengan
orang yang berperilaku menyimpang.

 Robert K. Merton
Struktur sosial menghasilkan
pelanggaran terhadap aturan sosial dan
menekan orang tertentu kearah
perilaku nonkonformis.
 Edwin M. Lemert
Lemert menamakan teorinya
labelling theory. Menurut
Lemert, seseorang menjadi
penyimpang (deviant) karena
proses labelisasi (pemberian
julukan atau cap) oleh
masyarakat terhadap orang
tersebut.Selanjutnya Lemert
mengembangkan gagasan tentang
penyimpangan primer dan
sekunder untuk menjelaskan
proses pelabelan.
 Hubungan Antara Perilaku
Menyimpang dan Sosialisasi
yang Tidak Sempurna
Pada bagian sebelumnya kita telah
mempelajari tetang pelaku-pelaku
sosialisasi, seperti keluarga, sekolah,
teman sepermainan, dan media massa
(cetak elektronik). Setiap pelaku sosialisasi
mempunyai fungsi masing-masing yang
seharusnya saling melengkapi. Namun
pada kenyataannya, sering terjadi
ketidaksepadanan antara pesan yang
disampaikan pelaku sosialisasi yang satu
dengan pelaku sosialisasi yang lain.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah mekanisme
untuk mencegah penyimpangan dan
mengarahkan anggota masyarakat
untuk bertindak menurut norma dan
nilai yang telah melembaga. Para
sosiolog menggunakan istilah
pengendalian sosial untuk
menggambarkan segenap cara dan
proses yang ditempuh oleh
sekelompok orang oleh sekelompok
orang atau masyarakat yang
bersangkutan untuk memaksa individu
agar taat pada sejumlah pelaturan.
Terdapat dua sifat pengendalian sosial,
yaitu preventif dan represif. Preventif
adalah pengendalian sosial yang
dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran. Represif adalah
pengendalian sosial yang ditujukan
untuk memulihkan keadaan seperti
sebelum terjadi pelanggaran.
Pengendalian yang terakhir ini
dilakukan setelah orang melakukan
suatu tindakan penyimpangan.
Cara Pengendalian Sosial
 Cara Pengendalian Melalui Institusi
dan Noninstitusi
Cara pengendalian melalui institusi
adalah cara pengendalian sosial
melalui lembaga-lembaga sosial yang
ada di dalam masyarakat. Cara
pengendalian melalui noninstitusi
adalah cara pengendalian di luar
institusi sosial yang ada, seperti oleh
individu atau kelompok massa yang
tidak saling mengenal.
 Cara Pengendalian secara Lisan,  Cara Pengendalian Sosial Melalui
Simbolik, dan Kekerasan Imbalan dan Hukuman (Reward
and Punishment)
Cara pengendalian melalui lisan dan
simbolik disebut juga cara Cara pengendalian sosial melalui
pengendalian sosial persuasif. Cara imbalan cenderung bersifat preventif.
pengendalian sosial melalui kekerasan Cara pengendalian sosial melalui
sering juga disebut cara pengendalian hukuman cenderung bersifat represif.
koersif.
 Cara Pengendalian Sosial melalui
 Cara Pengendalian Sosial Formal dan Sosialisasi
Informal
 Cara Pengendalian Sosial Melalui
Formal oleh lembaga-lembaga resmi. Tekanan Sosial
Informal oleh kelompok yang kecil,
akrab,
Lembaga Pengendali
Sosial
 Polisi
 Pengadilan
 Adat
 Tokoh Masyarakat
 Media Massa

Anda mungkin juga menyukai