Anda di halaman 1dari 6

Sosietas 9 (1) (2019) 648-655

Sosietas Jurnal Pendidikan Sosiologi


Journal homepage: http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/

Residivis Sebagai Masalah Sosial: Bagaimana Pembinaan


Seharusnya?
Firman Arief Permana

Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan In-
donesia, Bandung, Indonesia.
Correspondence: E-mail: firmanarief31@student.upi.edu

ABSTRAK ARTIKEL INFO


Tingginya intensitas pengulangan tindakan kejahatan di Received 16 Aug 2018
masyarakat merupakan permasalahan yang penting untuk Revised 20 Aug 2018
Accepted 25 Aug 2018
segera diatasi. Lembaga Pemasyarakatan diberikan Available online 09 Sep 2018
kewenangan untuk meminimalisir timbulnya residivis di ____________________
masyarakat. Namun sangat disayangkan, karena Keywords:
permasalahan residivis ini tidak dapat ditanggulangi dengan Residivis,
Lembaga Pemasyarakatan,
baik oleh masyarakat. Untuk menggali faktor penyebab masyarakat.
residivis ini penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian
ini berhasil mengungkapkan hasil dimana faktor lemahnya
ekonomi, kurangnya kepedulian keluarga terhadap mantan
narapidana, dan lingkungan pergaulan narapidana yang
mengakibatkan status residivis. Dari penelitin ini diharapkan
dapat berimplikasi kepada upaya meminimalisir terjadinya
pengulangan tindakan kriminal oleh masyarakat dan
Lembaga Pemasyarakatan.
.
© Sosietas 2019
1. PENDAHULUAN narapidana yang ada di dalamnya. Namun
pengaruh lingkungan dan kebutuhan yang
Kebijakan pembinaan di indonesia mendesak untuk dipenuhi, menjadi latar
terhadap narapidana di setiap daerah belakang kondisi yang buruk bagi narapidana
semakin berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk berhenti melakukan tindak pidana.
guna menekan tingginya pengulangan tindak Meskipun mereka telah mendapatkan
kejahatan di masyarakat atau meminimalisir hukuman juga pembinaan perlu adanya
mantan narpaidana yang menjadi residivis. sistem yang berkesinambungan antara Lapas
Namun terjadinya residivis di masyarakat dengan masyarakat (Dwiatmodjo, 2013, Hlm.
tidak hanya dapat ditangani oleh pihak 65).
lembaga pemasyarakatan. Lapas yang
memeberikan pembinaan moral dan Fakta yang berkembang di masyarakat,
kepercayaan diri harus dibarengi dengan seorang mantan narpaidana selalu
masyarakat yang kompromi dengan adanya mendapatkan cap buruk karena sempat
pelaku kriminal yang menjalani masa melakukan penyimpangan di masyarakat.
resosialisasi. Tidak konsistennya kondisi Kondisi sosial yang memmojokan individu
lapas dengan masyarakat menghambat dalam kelompok tersebut merupakan salah
kesuskesan pembinaan kepada narapidana. satu bentuk kontrol sosial untuk
Permasalah dalam segi kriminal banyak meminimalisir terulangnya tindakan
disebabkan masyarakat yang tidak siap menyimpang di lingkungan masyarakat
menerima mantan narapidana kembalai (Anwar dan Adang, 2014, Hlm. 117). Namun
sebagai masyarakat biasa (Haris, Rice and efek yang ditimbulkan dari kontol sosial
Quinsey, 1993, Hlm. 330). Tidak ada jaminan berupa cap belum tentu membuahkan hasil
bagi liangkuangan keamanan masyarakat yang baik. Karena dalam teori labeling
akan tetap tertib apabila enerima mantan seorang yang dikenakan cap buruk memiliki
pelaku kriminal kembali ke lingkungannya. kemungkinan untuk mengimplementasikan
cap buruk yang diberikan kepadanya (Schrag
Masyarakat pada umumnya tidak dalam Ahmadi and Nur’aini, 2005, hlm. 4).
menghendaki adanya tindakan atau prilaku hal tersebut menjadi pengakuan diri para
kriminal karena merupakan penyimpangan individu khususnya para mantan narapidana
nilai dan norma yang ada di masyarakat yang dikenakan cap buruk ketika kembali
(Muhlis and Norkholis, 2016, Hlm. 256). Nilai kepada masyarakat.
dan norma yang mestinya dijunjung tinggi
justru dilanggar dan pelaku menimbulkan Meskipun demikian kondisi cap buruk
keresahan di lingkungan masyarakat. Selain tidak menunjukan gagalnya sistem
mengganggu kemanaan juga mengancam pembinaan yang ada di lembaga
terhadap hak dan kepemilikan. Atas dasar pemasyarakatan. Hal tersebut karena
kerugian yang ditimbulkan pelaku Lembaga Pemasyarakatan tidak memiliki
penyimpangan mengakibatkan stigma buruk tanggung jawab ketika mantan narapidana
kepada mantan pelaku kejahatan. kembali kepada masyarakat. Masyarakatlah
yang harus mampu mengayomi kembali
Mantan narapidana seharusnya tidak mantan narapidana untuk kembali sesuai
mengulangi tindak kejahtannya karena sudah dengan noma, nilai, dan moral yang ada.
mendapatkan pembinaan selama menjalani Selaras dengan pernyataan pembina
masa hukuman di dalam lembaga lembaga pemasyarakatan yang mengatakan
pemasyarakatan. Lapas selaku lembaga legal bahwa “lapas memiliki kemampuan terbatas
yang membina lemabaga pemasyarakatan untuk mampu membina narapidana, tentu
seharusnya dapat menjadi alternatif saja yang bertanggung jawab apabila adanya
perbaikan moral dan diri bagi para pengulangan tindakan kriminal adalah

p- ISSN 2088-575Xe- ISSN 2528-4657 |


masyarakat, karena kejadian tersebut terjadi Pemasyarakatan perlu mencari kerja yang
di masyarakat” (Arief, 2019, Hlm. 86. layak setidaknya untuk pemenuhan dasar
kebutuhan dirinya sendiri. Rata-rata mantan
Guna melihat terjadinya status residivis
narapidana kesulitan untuk kembali kepada
maka perlu didalami apa faktor yang
pola masyarakat yang produktif (LaCourse,
melatarbelakangi mantan narapidana
Listwan, Reid, & Hartman, 2019). Narasum-
mengulang tindak pidana. Diharapkan
ber yang merupakan residivis ini melakukan
dengan mengungkap faktor penyebab
tindakan pencurian kembali untuk memen-
pengulangan tindak pidana tersebut
uhi kebutuhan hidup. Cara yang tidak perlu
diharapkan akan timbul upaya yang dapat
mendapatkan keyakinan dan kepercayaan
dilakukan untuk meminimalisir
dari orang lain kepada dirinya memudahkan
perkembangan residivis di masyarakat.
para mantan narapidana tersebut mencuri
2. METODE kendaraan bermotor. Pencurian kendaraan
bermotor tersebut juga dimudahkan dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan tersedianya pasar yang memperjualbelikan
kualitatif dengan metode studi kasus. barang hasil curian.
Pendekatan ini digunakan karena penelitian Sesuai dengan teori tindakan sosial yang
ini difokuskan pada kasus residivis untuk menyebutkan bahwa manusia akan
mengkaji lebih dalam mengenai faktor sosial melakukan tindakan dengan apa yang men-
penyebab mantan narapidana menjadi jadi rasionalnya. Manusia dalam kasus ini
residivis dan data yang bersumber dari melakukan tindakan pencurian karena
pengalaman narapidana residivis dalam menurut pelaku kejahatan tersebut tidak ada
beradaptasi hingga mengulangi kejahatan di jalan lain untuk pemenuhan kebutuhan
tenagh masyarakat. Penelitian ini hidupnya. Sesuai dengan tipe yang ada di da-
memperdalam temuan dalam suatu kasus lam teori tindakan sosial yaitu tindakan ra-
atau fenomena narapidana residivis yang sionalitas instrumental dimana tindakan
berjumlah 4 orang di Lapas Kelas II B yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
Kabupaten Garut. Penelitian ini dan pilihan sadar yang berhubungan dengan
memungkinkan kondisi yang menjelaskan tujuan tindakan itu dan ketersediaan kondisi
kondisi pengulangan tindak kriminal untuk mencapainya. “tindakan sosial yang
(Flyvbjerg, B (Aalborg University, 2006, Hlm. dilakukan seseorang didasarkan atas pertim-
220). bangan dan pilihan sadar yang berhubungan
3. TEMUAN DAN PEMBAHASAN dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan
Ada empat faktor yang melatar belakangi alat yang dipergunakan untuk mencapainya”
mantan narapidana kasus pencurian bermo- (Hanson, 2018).
tor dalam mengulangi tindak kejahatannya.
Semua faktor tersebut ditanggulangi melalui 3.2 Faktor Keluarga
pembinaan yang dilakukan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Garut. Kepedulian keluarga terhadap mantan na-
rapidana memberikan pengaruh yang cukup
3.1 Faktor Ekonomi besar. Dampak yang terjadi pada narapidana
adalah bentuk kekecewaan yang ditunjukan
Kondisi ekonomi menjadi sangat ber- dengan pengalihan perhatian narapidana
pengaruh kepada pengulangan tindakan ke- tersebut kepada hal lain. Keluarga yang acuh
jahatan atau kriminalisme. Hal tersebut ter- kepada kondisi residivis baik di luar dan di da-
jadi karena kondisi ekonomi keluarga narapi- lam lapas mengakibatkan berkurangnya
dana tidak menunjukan peningkatan. Bagi dorongan untuk berubah dan berbuat baik
seseorang yang baru keluar dari Lembaga (Lipinski, 2019, Hlm. 296). Akibatnya mantan

p- ISSN 2088-575Xe- ISSN 2528-4657 |


narapidana selalu mengulangi tindakan pen- Tindakan Sosial. Weber menyebutkan bahwa
curian kendaraan meskipun sudah seseorang akan melakukan tindakan yang
mendapatkan pembinaan di dalam lapas. didominasi perasaan atau emosi tanpa
Maka seharusnya keluarga memberikan perencanaan yang sadar. “Tipe tindakan so-
kepedulian dalam bentuk positif kepada sial afektif lebih didominasi perasaan atau
mantan narapidana. emosi tanpa refleksi intelektual atau
Apabila bentuk kepedulian yang negatif perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya
lebih menonjol justru akan menimbulkan la- spontan, tidak rasional, dan merupakan ek-
beling dalam diri mantan narapidana. Ketika spresi emosional dari individu” (Ritzer, 2014,
kondisi labeling dalam diri seseorang sudah hlm. 247). Keinginan untuk mendapatkan
ada maka cenderung untuk melakukan tinda- rasa aman dan nyaman saat kembali kepada
kan kejahatan yang berulang (Haris et al., masyarakat dibutuhkan oleh mantan narapi-
1993). Kondisi tersebut sesuai dengan asumsi dana. Akibat keluarga yang justru mengacuh-
salah satu penganut teori labeling. Scharg kan mantan narapidana, akhirnya mereka
mengatakan bahwa pada kenyataanya setiap mencari rasa keamanan dan kenyamanan
orang dapat berbuat baik dan tidak baik, kepada pihak lain yaitu teman sepergaulan.
tidak berarti mereka dapat dikelompokan Sedangkan lingkungan pergaulan yang diikuti
menjadi dua bagian yaitu pelaku kriminal dan adalah pergaulan yang tidak baik berdasar-
pelaku non-kriminal. Scharg sebagai seorang kan pengalaman mereka sendiri karena men-
penganut aliran labeling mengatakan bahwa jerumuskan kepada penyimpangan norma
salah satu asumsi yang terdapat dalam teori yang ada di lingkungan masyarakat mereka.
labeling adalah pada kenyataannya setiap Hal tersebut dilakukan bukan atas dasar
orang dapat berbuat baik dan tidak baik, kesadaran secara logis karena belum tentu
tidak baik berarti bahwa mereka dapat lingkungan sepergaulan akan merubah per-
dikelompokan menjadi dua bagian: ke- ilaku mereka, bahkan dapat menjerumuskan
lompok kriminal dan non-kriminal (Schrag kepada perbuatan kesalahan yang sama.
dalam Ahmadi and Nur’aini, 2005, hlm. 4).
3.4 Faktor Kondisi Sosial Masyarakat
3.3 Faktor Lingkungan Pergaulan
Mantan pelaku kejahatan dapat menjadi
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, seorang residivis disebabkan oleh kebutuhan
bahwa ketidakpedulian keluarga terhadap hidup. Sementara pemenuhan kebutuhan
mantan narapidana akhirnya mendorong hidup tersebut pada kenyataanya tidak dapat
mereka bergaul dengan rekan-rekan yang dipenuhi oleh barang hasil curian. Tentu ba-
berorientasi sama. Lingkungan yang seolah rang hasil curian tersebut dijual dan dipasar-
memberikan perlindungan juga menjeru- kan. Artinya pengepulan barang curian ter-
muskan kepada kesalahan yang sama. Pada jadi di lignkungan masyarakat dan hal terse-
kasus mantan narapidana sebelum dirinya but menunjukan bahwa pengepulan barang
menjadi narapidana residivis di Lapas Garut, hasil curian tersebut tidak dilakukan kepada
terjadi penjaminan bahwa dirinya akan sembarang orang. Adapun dalam kasus ini
mendapatkan keamaanan selama bergaul kendaraan hasil curian dijualbelikan melalui
dengan teman-temannya. Namun hal terse- pelaku pencurian kepada penadah. Dari hasil
but ternyata tidak terjadi ketika ia tertangkap pendapatan barang hasil curian, penadah
untuk kesekian kalinya, bahkan teman-te- kemudian dapat melakukan penjualan secara
mannya tidak menjenguknya sama sekali. langsung ataupun dipreteli dan dijual perk-
Peneliti melihat keadaan dimana mantan omponennya kepada pedagang sparepart
narapidana bergaul dengan sesuai dengan motor yang membutuhkan.
tipe Tindakan Afektif yang ada dalam Teori

p- ISSN 2088-575Xe- ISSN 2528-4657 |


Berdasarkan keadaan tersebut dapat di- Meluasnya perdagangan barang curian
jelaskan bahwa pelaku pencurian kendaraan dapat ditanggulangi dengan upaya pene-
baik itu residivis atau bukan akan melakukan gakan hukum yang lugas dan tegas kepada
penjualan kendaraan bermotor hasil curian setiap individu di masyarakat. Selain itu juga
untuk mendapatkan uang untuk mencukupi didukung oleh kepatuhan masyarakat ter-
kebutuhannya. hadap aturan yang berlaku. Bila masyarakat
Berdasarkan teori tindakan sosial hal ter- justru membiasakan dengan pelanggaran
sebut dilakukan seseorang sesuai dengan tin- maka akan terjadi ketidak teraturan di ling-
dakan rasional, dimana seseorang melakukan kungannya. Maka diperlukan kesadaran diri
sebuah tindakan atau perbuatan yang untuk mematuhi setiap aturan yang ada.
didasarkan kepada pilihan rasional dan logika
4. SIMPULAN
dari pemikiran pelaku. Artinya pelaku pencu-
rian kendaraan baik residivis ataupun bukan Residivis merupakan bentuk
akan menjual barang hasil curiannya tidak pengulangan tindakan kejahatan akibat
mungkin selama masih beroprasi terus kondis masyarakat yang tidak kondusif ketika
mengumpulkan terus menimbun barangnya. menerima mantan narapidana. Penyebab
Tentunya mereka melakukan penjualan ter- terjadinya pengulangan tindakan kriminal
sebut untuk mendapatkan uang. “tindakan dilatar belakangi oleh kebutuhan ekonomi
sosial yang dilakukan seseorang didasarkan dan lingkungan yang tidak mendukung
atas pertimbangan dan pilihan sadar yang seorang untuk bertaubat. Bentuk
berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan penyimpangan harus dikontrol bukan
ketersediaan alat yang dipergunakan untuk dengan cara memberikan label kepada
mencapainya” (Montaño and Kasprzyk, 2013, mantan pelaku melainkan dengan
Hlm 71). pembenahan diri dan pengayoman.
Upaya yang dapat dilakukan Faktor ekonomi dan lingkungan
Dalam setiap kasus pidana yang memiliki pergaulan saling berkaitan dalam
latar belakang ekonomi, penyelesaiaan per- mendukung terjadinya pengulangan
masalahan harus muncul dari sudut pandang tindakan kriminal. Proses terlibatnya
lingkungan kerja. Maka dari pada itu perlu seseorang dalam tindakan kriminal
adanya elemen yang mewadahi mantan na- dipengaruhi juga oleh cap yang melekat
rapidana untuk dapat membuktikan bahwa dalam diri dan pengimplementasian
mereka telah berubah. terhadap cap yang diberikan terhadapnya.
Perlu adanya upaya yang dari pihak
keluarga untuk mau menerima kembali man-
tan narapidana. Keluarga sebagai adgen so-
sialisasi primer juga berperan untuk kembali
memberikan pengertian dan kontrol kepada
mantan narapidana. Kelurga diharapkan
mampu membangun kembali kepercayaan
diri anggota keluarganya yang sempat me-
nyimpang.

REFERENSI
Anwar, Y., Adang. (2014). Kriminologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arief, F., (2019). Faktor Penyebab Mantan Narapidana Menjadi Residivis. Bandung: Skripsi.
Dwiatmodjo, H. (2013). Pelaksanaan Pidana Dan Pembinaan Narapidana Tindak Pidana
Narkotika (Studi terhadap Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

p- ISSN 2088-575Xe- ISSN 2528-4657 |


Narkotika Klas IIA Yogyakarta). Perspektif, 18(2), 64–73.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2014.14.1.281
Flyvbjerg, B (Aalborg University, D. (2006). Five misunderstandings about case-study research.
Qualitative Inquiry, 12 number(April), 1–26. Retrieved from
http://qix.sagepub.com/content/12/2/219.short
Hanson, R. K. (2018). Long-Term Recidivism Studies Show That Desistance Is the Norm.
Criminal Justice and Behavior, 45(9), 1340–1346.
https://doi.org/10.1177/0093854818793382
Haris, G. T., Rice, M. E., & Quinsey, V. L. (1993). Violent Recidivism of Mentally Disordered
Offenders. Criminal Justice and Behavior, 20(4), 315–335.
https://doi.org/10.1177/0093854893020004001
LaCourse, A., Listwan, S. J., Reid, S., & Hartman, J. L. (2019). Recidivism and Reentry: The Role
of Individual Coping Styles. Crime and Delinquency, 65(1), 46–68.
https://doi.org/10.1177/0011128718790497
Lipinski, S. (2019). a Retrospective Picture of Parental Attitudes in Incarcerated Male
Recidivists. SOCIETY. INTEGRATION. EDUCATION. Proceedings of the International
Scientific Conference, 3, 295. https://doi.org/10.17770/sie2019vol3.3843
Montaño, D. E., & Kasprzyk, D. (2013). Theory Of Reasoned Action, Theory Of Planned
Behavior, And The Integrated Behavioral Model. Health Behavior and Health
Education Behavior, 4, 68–94.
Muhlis, A., & Norkholis. (2016). Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Tradisi Pembacaan
Kitab Mukhtashar Al-Bukhari. Jurournal Living Hadis, 1(2), 243–260.
Vandiver, D. M., Braithwaite, J., & Stafford, M. C. (2019). An assessment of recidivism of
female sexual offenders: Comparing recidivists to non-recidivists over multiple years.
American Journal of Criminal Justice, 44(2), 211-229.

p- ISSN 2528-1410 e- ISSN 2527-8045 |

Anda mungkin juga menyukai