Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rizki Dinanda Apakah hukum pidana itu ?

pertanyaan
ini sesungguhnya sangat sulit untuk
STB : 3495
dijawab, mengingat hukum pidana itu
Kelas : TP-A mempunyai banyak segi, yang masing-
masing mempunyai arti sendiri-sendiri.
Hukum Pidana Yang Berkembang di
Penerapan hukum pidana berkaitan
Indonesia
dengan ruang lingkup hukum pidana itu
Pendahuluan sendiri dapat bersifat luas dan dapat
pula bersifat sempit. Dalam tindak
Kehidupan manusia di dalam pergaulan
pidana dapat melihat seberapa jauh
masyarakat sendiri diliputi oleh norma-
seseorang telah merugikan masyarakat
norma, yaitu peraturan hidup yang
dan pidana apa yang perlu dijatuhkan
mempengaruhi tingkah laku manusia di
kepada orang tersebut karena telah
dalam masyarakat. Sejak masa kecilnya
melanggar hukum. Selain itu, tujuan
manusia merasakan adanya peraturan-
hukum pidana tidak hanya tercapai
peraturan hidup yang membatasi sepak
dengan pengenaan pidana, tetapi
terjangnya. Tetapi dengan adanya
merupakan upaya represif yang kuat
norma-norma maka penghargaan dan
berupa tindakan-tindakan pengamanan.
perlindungan terhadap diri dan
Perlunya pemahaman terhadap
kepentingan-kepentingannya juga
pembelajaran hukum pidana itu sendiri.
kepentingan-kepentingan setiap warga
masyarakat lainnya serta ketentraman Pengertian Pidana
dalam masyarakat terpelihara dan
Istilah Pidana berasal dari bahasa hindu
terjamin.
Jawa yang artinya Hukuman, nestapa
Namun dari aspek itu kebanyakan atau sedih hati, dalam bahasa Belanda
hukum yang berkembang dalam disebut straf. Dipidana artinya dihukum,
masyarakat lebih Spesifik Kehukum kepidanan artinya segala sesuatu yang
Adat, Namun Pada kesempatan ini kami bersifat tidak baik, jahat, pemidanaan
dari kelompok pertama ingin artinya penghukuman. Jadi Hukum
menjelaskan sekelumit tentang Hukum Pidana sebagai terjemahan dari bahasa
Pidana. belanda strafrecht adalah semua aturan
yang mempunyai perintah dan larangan kesusilaan. Lahirnya hukum pidana
yang memakai sanksi (ancaman) adalah untuk menguatkan norma-norma
hukuman bagi mereka yang tersebut.
melanggarnya.
Hukum Pidana di Indonesia itu sendiri
Sedangkan menurut Prof. secara umum dapat dibagi menjadi dua
Moeljatno, S.H Hukum Pidana adalah yaitu:
bagian daripada keseluruhan Hukum
1. Hukum pidana materiil yaitu
yang berlaku di suatu negara, yang
semua ketentuan dan peraturan yang
mengadakan dasar-dasar dan aturan-
menunjukkan tentang tindakan-tindakan
aturan untuk:
yang mana adalah merupakan tindakan-
1. Menentukan perbuatan-perbuatan
tindakan yang dapat dihukum, siapakah
mana yang tidak boleh dilakukan dan
orangnya yang dapat
yang dilarang, dengan disertai ancaman
dipertanggungjawabkan ter-hadap
atau sanksi yang berupa pidana tertentu
tindakan-tindakan tersebut dan
bagi barang siapa yang melanggar
hukuman yang bagai-mana yang dapat
larangan tersebut.
dijatuhkan terhadap orang tersebut,
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal
disebut juga dengan hukum pidana
apa kepada mereka yang telah
yang abstrak.
melanggar larangan-larangan itu dapat
dikenakan atau dijatuhi pidana 2. Hukum Pidana Formil merupakan
sebagaimana yang telah diancamkan. sejumlah peraturan yang mengandung
3. Menentukan dengan cara bagaimana cara-cara Negara mempergunakan
pengenaan pidana itu dapat haknya untuk mengadili serta
dilaksanakan apabila ada orang yang memberikan putusan terhadap
disangka telah melanggar larangan seseorang yang diduga melakukan
tersebut tindakan pidana, atau dengan kata lain
Hukum pidana tidak lahir dengan adalah caranya hukum pidana yang
sendirinya atau dengan kata lain hukum bersifat abstrak itu harus diberlakukan
pidana tidak lahir dari norma hukum itu secara konkrit. Biasanya orang
sendiri, tetapi telah ada pada norma lain menyebut jenis hukum pidana ini
seperti norma agama, adat dan sebagai hukum acara pidana.
B. Tujuan & Fungsi Hukum Pidana kepentingan masyarakat sebagai suatu
kolektiviteit dari perbuatan-perbuatan
o Tujuan Hukum Pidana
yang mengancamnya atau bahkan
Hukum Pidana merupakan ilmu merugikannya baik itu datang dari
pengetahuan Hukum, oleh karena itu perseorangan maupun kelompok orang
peninjauan bahan-bahan mengenai (suatu organisasi). Berbagai
Hukum Pidana terutama dilakukan dari kepentingan bersifat kemasyarakatan
sudut pertanggung jawaban manusia tersebut antara lain ialah ketentraman,
tentang “Perbuatan yang dapat ketenangan dan ketertiban dalam
dihukum”. Kalau seorang melanggar kehidupan masyarakat. Salah satu
peraturan pidana, maka akibatnya ialah kesimpulan dari seminar kriminologi ke-
bahwa orang itu dapat dipertanggung 3 1976 di Semarang antara lain, hukum
jawabkan tentang perbuatannya itu pidana hendaknya dipertahankan
sehingga ia dapat dikenakan hukuman sebagai salah satu sarana untuk social
(kecuali orang gila, dibawah umur, dsb). defense yaitu untuk perlindungan
masyarakat.
Tujuan Hukum Pidana itu memberi
system dalam bahan-bahan yang Namun demikian, dalam perspektif
banyak dari hokum, azas-azas Barat yang kehidupan bersamannya
dihubungkan satu sama lain sehingga lebih didasarkan pada paham-paham
dapat dimasukkan dalam satu system. seperti individualisme dan liberalisme.
Penyelidikan secara demikian adalah Konsep tentang tujuan diadakannya
dogmatis yuridis. Peninjauan bahan- hukum pidana agaknya cenderung
bahan hukum pidana terutama diorientasikan untuk memberikan
dilakukan dari sudut pertanggung perlindungan terhadap berbagai macam
jawaban manusia tentang perbuatan kepentingan warga Negara secara
yang dapat dihukum. individu dari kesewenang-wenangan
penguasa. Konsep demikian antara lain
Pada prinsipnya sesuai dengan sifat
dapat ditelusuri melalui berbagai
hukum pidana sebagai hukum public
pemikiran barat khususnya yang terkait
tujuan pokok diadakannya hukum
dengan gagasan tentang azas legalitas.
pidana ialah melindungi kepentingan –
Sementara itu, ada pula pemikiran yang
menggabungkan secara sekaligus dua yang mengatur tentang dapat dibuatnya
tujuan diadakannya hukum pidana yang UU pidana lainnya diluar KUHP.
telah disebutkan diatas. Sehingga
2. Fungsi Khusus
konsepnya menjadi bahwa hukum
pidana diadakan tujuannya adalah Melindungi kepentingan hukum dari
disamping untuk melindungi perbuatan yang hendak
kepentingan-kepentingan yang bersifat memperkosanya dengan sanksi pidana
kemasyarakatan, sekaligus (secara yang sifatnya lebih tajam bila
implisit) juga melindungi kepentingan- dibandingkan dengan sanksi pidana
kepentingan yang bersifat yang terdapat pada cabang hukum yang
perseorangan. lain. Kepentingan hukum yang wajib
dilindungi itu ada tiga macam yaitu :
o Fungsi Hukum Pidana
ü Kepentingan hukum perorangan
1. Fungsi Umum
(individuale belangen) misalnya
Fungsi umum Hukum Pidana adalah kepentingan hukum terhadap hak hidup
untuk mengatur hidup kemasyarakatan (nyawa), kepentingan hukum atas
atau menyelenggarakan tata dalam tubuh, kepentingan hukum akan hak
masyarakat yang berisi ketentuan milik benda, kepentingan hukum
hukum pidana yang berlaku untuk terhadap harga diri dan nama baik,
seluruh lapangan hukum pidana, baik kepentingan hukum terhadap rasa
yang terdapat dalam KUHP maupun susila, dsb.
diluar KUHP , kecuali ditentukan lain.
ü Kepentingan hukum masyarakat
Bagian umum ini, dalam KUHP dimuat
(sociale of maatschapppelijke
dalam Buku I KUHP (Aturan Umum),
belangen), misalnya kepentingan hukum
pasal 1-103. Mengatur tentang
terhadap keamanan dan ketertiban
ketentuan tentang batas berlakunya
umum, ketertiban berlalu lintas di jalan
KUHP, pidana, hal yang
raya, dsb.
menghapuskan, mengurangkan atau
memberatkan pidana, percobaan, Kepentingan hukum negara
penyertaan, perbarengan daluarsa dsb. (staatsbelangen), misalnya kepentingan
Pasal 103 merupakan aturan penutup hukum terhadap keamanan dan
keselamatan negara, kepentingan kejahatan atau yang bertalian dengan
hukum terhadap negara-negara pidana, dan tujuanya agar dapat
sahabat, kepentingan hukum terhadap mengerti dan mempergunakan dengan
martabat kepala negara dan wakilnya, sebaik-baiknya serta seadil-adilnya,
dsb. maka obyek kriminologi adalah orang
yang melakukan kejahatan (si penjahat)
Berisi perbuatan yang dapat dipidana
itu sendiri adapun tujuanya : agar
dan ancaman pidananya. Diatur dalam
menjadi mengerti apa sebab-sebabnya
Buku II (kejahatan) dan Buku III
sehingga berbuat jahat seperti itu.
(Pelanggaran) KUHP.
Apakah memang bakatnya adalah
Perbedaannya terletak pada berat jahat, ataukah di dorong keadaan
ringannya pidana yang diancamkan masyarakat di sekitarnya (milieu) baik
Kejahatan lebih berat daripada keadaan sosiologis maupun ekonomis.
pelanggaran. Ancaman pidana terberat Ataukah ada sebab-sebab lain lagi. Jika
hanya diancamkan dengan kurungan sebab- sebab itu sudah di ketahui, maka
paling lama 1 tahun. Sanksi hukum disamping pemidanaan, dapat di
pidana mempunyai pengaruh preventif adakan tindakan-tindakan yang tepat ,
(pencegahan) terhadap timbulnya agar orangtadi tidak lagi berbuat
pelanggaran-pelanggaran norma demikian. Atau agar orang-orang lain
hukum (Theorie des psychischen tidak melakukanya.
Zwanges / ajaran Paksaan Psikis)
Berhubung dengan ini, terutama
C. Ilmu Hukum Pidana & Kriminologi di negeri-negeri Angelsaks, kriminologi
biasanya di bagi menjadi 3 bagian :
Di samping ilmu hukum pidana, yang
Criminal biology, yang menyelidiki
sesungguhnya dapat juga di namakan :
dalam diri orang itu sendiri akan sebab-
ilmu tentang hukumnya kejahatan, ada
sebab dari perbuatanya, baik dalam
juga ilmu tentang kejahatanya sendiri di
jasmani maupun rohaninya ;Criminal
namakan kriminologi. Kecuali obyeknya
sociology, yang mencoba mencari
berlainan , tujuanyapun berbeda, kalau
sebab-sebab itu dalam lingkungan
obyek ilmu hukum pidana adalah
masyarakat di mana penjahat itu berda
aturan aturan hukum yang mengenai
(dalam milieunya): Criminal policy, yaitu
tindakan –tindakan apa yang bahwa senyatanya adalah lebih
disekitarnya harus di jalankan supaya kompleks. Kalau sekarang sifat
orang lain tidak berbuat itu pula. pembalasan masih ada, maka itu adalah
faset, suatu segi yang kecil. Faset –
Ada yang berpendapat bahwa
faset yang lain dan lebih penting hemat
nanti perkembangan kriminologi sudah
saya seumpamanya adalah
sempurna, maka tidak diperbolehkan
menenteramkan kembali masyarakat
lagi adanya pidana. Sebab karena itu
yang telah digoncangkan dengan
meskipun telah berabad-abad orang
adanya perbuatan pidana disatu pihak,
telah menjatuhi pidana pada orang yang
dan dilain pihak, mendidik kembali
berbuat kejahatan, jadi bukanlah obat
orang yang melakukan perbuatan
bagi penjahat. Bagaimana akan
pidana tadi agar supaya menjadi
mungkinya itu. Kalau penjahat di
anggota masyarakat yang berguna.
ibaratkan orang yang sakit, dan
pidananya yang bersifat memberi Adapun cara untuk mencapai usaha
nestapa sebagai pembalasan atas permasyarakatan ini adalah bermacam-
kejahatan yang di lakukan, hal itu di macam, yang boleh berganti dan
jadikan obat untuk di sakit tadi? Untuk berubah menurut perkembangan ilmu
mengobatinya, tentunya terlebih dahulu pendidikan dalam bidang tersebut.
di perlukanmengetahui sebab-sebab Dengan demikian makna pidana
penyakit itu. Dan karenanya yang di seharusnya lalu berubah. Tidak lagi
pelukan bukanlah pidana yang bersifat sebagai penderitaaan fisik dan
memberi nestapa sebagai pembalasan perendahan martabat manusia sebagai
atas kejahatan yang di lakukan, pembalasan daripada kejahatan yang
melainkan tindakan-tindakan. telah dilakukan, akan tetapi mencakup
seluruh sarana-sarana yang di pandang
Pandangan semacam ini hemat saya
layak dan dapat di praktekan dalam
agak terlalu simplistis. Sebab kiranya,
suatu masyarakat tertentu. Sebagai
pandangan bahwa pidana adalah
contoh pasal 21. Fundamentals of
semata-mata sebagai pembalasan
Criminal legislation for the USSR an thu
kejahatan yang di lakukan, sekarang
Union Republica. 1958 ditentukan ada 7
sudah ditinggalkan , dan telah di insyafi
macam pidana yaitu ;1 ) deprivation of
liberty. Transportation 3) exile 4) D. Bagian Umum & Khusus dalam
corrective labour without deprivation of Hukum Pidana
liberty 5) deprivation of the right to
Hukum Pidana di Indonesia terbagi dua,
occupy a certain post engaged in cartain
yaitu Hukum Pidana Umum dan Hukum
activity 6) fines 7) social censure.
Pidana Khusus.Secara definitif Hukum
Pada umumnya sekarang orang Pidana Umum dapat diartikan sebagai
menganggap bahwa dengan adanya perundang-undangan pidana dan
kriminologi di samping ilmu hokum berlaku umum, yang tercantum dalam
pidana, pengetahuan tentang kejahatan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
menjadi lebih luas. Karena dengan (KUHP) serta semua perundang-
demikian orang lalu mendapat undangan yang mengubah dan
pengertian baik tentang pengetahuan menambah KUHP.
hukumnya terhadap kejahatan maupun
Adapun Hukum Pidana Khusus,
tentang pengertian mengenai timbulnya
dimaknai sebagai perundang-undangan
kejahatan dan cara cara
di bidang tertentu yang memiliki sanksi
pemberantasanya, se hingga
pidana, atau tindak pidana yang diatur
memudahkan penentuan adanya
dalam perundang-undangan khusus di
kejahatan dan bagaimana
luar KUHP, baik perundang-undangan
menghadapinya untuk kebaikan
pidana maupun bukan pidana tetapi
masyarakat dan penjahatnya itu sendiri.
memiliki sanksi pidana (ketentuan
Ilmu hukum pidana dan kriminologi menyimpang dari KUHP)
seperti dalam pemandangan di atas ,
Sumber - Sumber Hukum Pidana
lalu merupakan pasangan , merupakan
Indonesia
dwi tunggal. Yang stu melenggkapi yang
lain. Kedua ilmu ini di Jerman dicakup 1. Sumber hukum tertulis dan
dengan nama : Die gesammte terkodifikasi
Strafrechtswissenschaft, dan dalam
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
negeri-negeri Angelsaks; Criminal
(KUHP)
scince.
KUHP ini mempunyai nama asli Undang-undang Nomor 8 tahun 1981
Wetboek van Strafrecht voor atau biasa disebut dengan Kitab
Nederlandsch Indie (WvSNI) yang Undang-undang Hukum Acara Pidana
diberlakukan di Indonesia pertama kali (KUHAP). Peraturan yang menjadi
dengan Koninklijk Besluit (Titah Raja) dasar bagi pelaksanaan hukum acara
Nomor 3315 Oktober 1915 dan mulai pidana dalam lingkungan peradilan
diberlakukan sejak tanggal 1 Januari umum sebelum undang-undang ini
1918. WvSNI merupakan turunan dari berlaku adalah "Reglemen Indonesia
WvS negeri Belanda yang dibuat pada yang dibaharui atau yang terkenal
tahun 1881 dan diberlakukan di negara dengan nama "Het Herziene Inlandsch
Belanda pada tahun 1886. Walaupun Reglement" atau H.I.R. (Staatsblad
WvSNI notabene turunan dari WvS Tahun 1941 Nomor 44), yang
Belanda, namun pemerintah kolonial berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-
pada saat itu menerapkan asas undang Nomor 1 Darurat. Tahun 1951,
konkordansi (penyesuaian) bagi seberapa mungkin harus diambil
pemberlakuan WvS di negara sebagai pedoman tentang acara
jajahannya. Beberapa pasal dihapuskan perkara pidana sipil oleh semua
dan disesuaikan dengan kondisi dan pengadilan dan kejaksaan negeri dalam
misi kolonialisme Belanda atas wilayah wilayah Republik Indonesia, kecuali atas
Indonesia. WvSNI berubah menjadi beberapa perubahan dan tambahannya.
KUHP dan berlaku untuk seluruh
Dengan Undang-undang Nomor 1
wilayah Indonesia berdasarkan Undang-
Darurat. Tahun 1951 itu dimaksudkan
undang Nomor 1 tahun 1946 tentang
untuk mengadakan unifikasi hukum
Peraturan Hukum Pidana dan
acara pidana, yang sebelumnya terdiri
dipertegas dengan Undang-undang
dari hukum acara pidana bagi landraad
Nomor 73 tahun 1958 (LN nomor 127
dan hukum acara pidana bagi raad van
tahun 1958) tentang Peraturan Hukum
justitie. Adanya dua macam hukum
Pidana untuk Seluruh Wilayah Republik
acara pidana itu, merupakan akibat
Indonesia.
semata dari perbedaan peradilan bagi
Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 golongan penduduk Bumiputera dan
tentang Hukum Acara Pidana. peradilan bagi golongan bangsa Eropa
di Jaman Hindia Belanda yang masih dijelaskan di muka, maka "Het Herziene
tetap dipertahankan, walaupun Inlandsch Reglement" (Staatsblad
Reglemen Indonesia yang lama Tahun 1941 Nomor 44) berhubungan
(Staatsblad Tahun 1848 Nomor 16) dengan dan Undang-undang Nomor 1
telah diperbaharui dengan Reglemen Darurat. Tahun 1951 (Lembaran Negara
Indonesia yang dibaharui (R.I.B.) karena Tahun 1951 Nomor 59, Tambahan
tujuan dari pembaharuan itu bukanlah Lembaran Negara Nomor 81) serta
dimaksudkan untuk mencapai satu semua peraturan pelaksanaannya dan
kesatuan hukum acara pidana, tetapi ketentuan yang diatur dalam peraturan
justeru ingin meningkatkan hukum acara perundang-undangan lainnya,
pidana bagi raad van justitie. Meskipun sepanjang hal itu mengenai hukum
Undang-undang Nomor 1 Darurat. acara pidana, perlu dicabut karena tidak
Tahun 1951 telah menetapkan bahwa sesuai dengan cita-cita hukum nasional
hanya ada satu hukum acara pidana dan diganti dengan undang-undang
yang berlaku untuk seluruh Indonesia hukum acara pidana baru yang
yaitu R.I.B, akan tetapi ketentuan yang mempunyai ciri kondifikatif dan unifikatif
tercantum di dalamnya ternyata belum berdasarkan Pancasila dan Undang-
memberikan jaminan dan perlindungan Undang Dasar 1945, yaitu Undang-
terhadap hak asasi manusia, undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
perlindungan terhadap harkat dan Hukum Acara Pidana atau dikenal
martabat manusia sebagaimana dengan KUHAP.
wajarnya dimiliki oleh suatu negara
2. Sumber hukum tertulis dan tidak
hukum. Khususnya mengenai bantuan
terkodifikasi
hukum di dalam pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum tidak Sumber hukum ini juga biasa disebut
diatur dalam R.I.B, sedangkan hukum pidana khusus, yaitu hukum
mengenai hak pemberian ganti kerugian pidana yang mengatur golongan-
juga tidak terdapat ketentuannya. golongan tertentu atau terkait dengan
jenis-jenis tindak pidana tertentu.
Oleh karena itu demi pembangunan
Sumber hukum pidana khusus di
dalam bidang hukum dan sehubungan
Indonesia ini di antaranya KUHP Militer,
dengan hal sebagaimana telah
dan beberapa perundang-undangan E. Berlakunya UU Pidana menurut
antara lain: Waktu & Tempat

Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 Waktu


tentang Narkotika
Penerapan hukum pidana atau suatu
Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 perundang-undangan pidana berkaitan
tentang Psikotropika dengan waktu dan tempat perbuatan
dilakukan. Serta berlakunya hukum
Undang-undang Nomor 31 tahun 1999
pidana menurut waktu menyangkut
tentang Pemberantasan Tindak Pidana
penerapan hukum pidana dari segi lain.
Korupsi
Dalam hal seseorang melakukan
3. Ketentuan Pidana dalamPeraturan perbuatan (feit) pidana sedangkan
perundang-undangan non-pidana perbuatan tersebut belum diatur atau
belum diberlakukan ketentuan yang
Contoh UU non pidana yang memuat
bersangkutan, maka hal itu tidak dapat
sanksi Pidana:
dituntut dan sama sekali tidak dapat
· UU Lingkungan dipidana. Asas Legalitas (nullum
delictum nula poena sine praevia lege
· UU Pers
poenali) Terdapat dalam Pasal 1 ayat
· UU PendidikanNasional (1) KUHP. Tidak dapat dipidana
seseorang kecuali atas perbuatan yang
· UU Perbankan
dirumuskan dalam suatu aturan
· UU Pajak perundang-undangan yang telah ada
terlebih dahulu.
· UU PartaiPolitik
Dalam perkembangannya amandemen
· UU pemilu
ke-2 UUD 1945 dalam Pasal 28 ayat (1)
· UU Merek berbunyi dan berhak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut
· UU Kepabeana
tidak dapat dikurangi dalam keadaan
· UU PasarModal Pidana apapun dan Pasal 28 J ayat (2)
Undang-undang Dasar 1945 yang
berbunyi : “Dalam menjalankan hak dan 1) Dalam menentukan perbuatan-
kebebasannya setiap orang wajib perbuatan yang dilarang di dalam
tunduk kepada pembatasan yang peraturan bukan saja tentang
ditetapkan dengan undang-undang macamnya perbuatan yang
dengan maksud semata-mata untuk harusdirumuskan dengan jelas, tetapi
menjamin pengakuan serta juga macamnya pidana yang
penghormatan atas hak dan kebebasan diancamkan;
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
2) Dengan cara demikian maka orang
yang adil sesuai dengan pertimbangan
yang akan melakukan perbuatanyang
moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
dilarang itu telah mengetahui terlebih
ketertiban umum dalam suatu
dahulu pidana apa yangakan dijatuhkan
masyarakat demokratis”. Karenanya
kepadanya jika nanti betul-betul
asas ini dapat pula dinyatakan sebagai
melakukan perbuatan;
asas konstitusional.
3) Dengan demikian dalam batin orang
Dalam catatan sejarah asas ini
itu akan mendapat tekanan untuk tidak
dirumuskan oleh Anselm von Feuerbach
berbuat. Andaikata dia ternyata
dalam teori : “vom psychologishen
melakukan juga perbuatan yang
zwang (paksaan psikologis)” dimana
dilarang, maka dinpandang dia
adagium : nullum delictum nulla poena
menyetujui pidana yang akan dijatuhkan
sine praevia lege poenali yang
kepadanya.
mengandung tiga prinsip dasar :
TEMPAT
- Nulla poena sine lege (tiada pidana
tanpa undang-undang) Teori tetang ruang lingkup berlakunya
hukum pidana nasional menurut tempat
- Nulla Poena sine crimine (tiada pidana
terjadinya. Perbuatan (yurisdiksi hukum
tanpa perbuatan pidana)
pidana nasional), apabila ditinjau dari
- Nullum crimen sine poena legali (tiada sudut Negara ada 2 (dua) pendapat
perbuatan pidana tanpa undang-undang yaitu :
pidana yang terlebih dulu ada)
a. Perundang-undangan hukum pidana
Adagium ini menganjurkan supaya : berlaku bagi semua perbuatan pidana
yang terjadi diwilayah Negara, baik Pasal ini dengan tegas menyatakan
dilakuakan oleh warga negaranya asas territorial, dan ketentuan ini sudah
sendiri maupun oleh orang lain (asas sewajarnya berlaku bagi Negara yang
territorial). berdaulat. Asas territorial lebih menitik
beratkan pada terjadinya perbuatan
b. Perundang-undangan hukum pidana
pidana di dalam wilayah Negara tidak
berlaku bagi semua perbuatan pidana
mempermasalahkan siapa pelakunya,
yang dilakukan oleh warga Negara,
warga Negara atau orang asing.
dimana saja, juga apabila perbuatan
Sedang dalam asas kedua (asas
pidana itu dilakukan diluar wilayah
personal atau asas nasional yang aktif)
Negara. Pandangan ini disebut
menitik beratkan pada orang yang
menganut asas personal atau prinsip
melakukan perbuatan pidana, tidak
nasional aktif.
mempermasalahkan tempat terjadinya
Pada bagian ini, akan melihat kepada perbuatan pidana. Asas territorial yang
berlakunya hukum pidana menurut pada saat ini banyak diikuti oleh
ruang tempat dan berkaitan pula Negara-negara di dunia termasuk
dengan orang atau subyek. Dalam hal Indonesia. Hal ini adalah wajar karena
ini asas-asas hukum pidana menurut tiap-tiap orang yang berada dalam
tempat dapat di kategorikan sebagai wilayah suatu Negara harus tunduk dan
berikut : patuh kepada peraturan-peraturan
hukum Negara dimana yang
Asas Teritorial
bersangkutan berada.
Asas ini diatur juga dalam Kitab
II. Asas Personal
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
yaitu dalam pasal 2 KUHP yang Asas Personal atau Asas Nasional yang
menyatakan : “Ketentuan pidana dalam aktif tidak mungkin digunakan
perundang-undangan Indonesia sepenuhnya terhadap warga Negara
diterapkan bagi setiap orang yang yang sedang berada dalam wilayah
melakukan suatu tindak pidana di Negara lain yang kedudukannya sama-
Indonesia”. sama berdaulat. Apabila ada warga
Negara asing yang berada dalam suatu
wilayah Negara telah melakukan tindak oleh Negara atau bank, ataupun
pidana dan tindak pidana dan tidak mengenai materai yang dikeluarkan dan
diadili menurut hukum Negara tersebut merek yang digunakan oleh Pemerintah
maka berarti bertentangan dengan Indonesia;
kedaulatan Negara tersebut. Pasal 5
3. Pemalsuan surat hutang atau
KUHP hukum Pidana Indonesia berlaku
sertifikat hutang atas tanggungan suatu
bagi warga Negara Indonesa di luar
daerah atau bagian daerah Indonesia,
Indonesia yang melakukan perbuatan
termasuk pula pemalsuan talon, tanda
pidana tertentu Kejahatan terhadap
deviden atau tanda bunga yang
keamanan Negara, martabat kepala
mengikuti surat atau sertifikat itu, dan
Negara, penghasutan, dll.
tanda yang dikeluarkan sebagai
III. Asas Perlindungan pengganti surat tersebut atau
menggunakan surat-surat tersebut di
Sekalipun asas personal tidak lagi
atas, yang palsu atau dipalsukan,
digunakan sepenuhnya tetapi ada asas
seolah-olah asli dan tidak palsu;
lain yang memungkinkan
diberlakukannya hukum pidana nasional 4. Salah satu kejahatan yang disebut
terhadap perbuatan pidana yang terjadi dalam Pasal-pasal 438, 444 sampai
di luar wilayah Negara. Pasal 4 KUHP dengan 446 tentang pembajakan laut
(seteleh diubah dan ditambah dan pasal 447 tentang penyerahan
berdasarkan Undang-undang No. 4 kendaraan air kepada kekuasaan bajak
Tahun 1976) laut dan pasal 479 huruf j tentang
penguasaan pesawat udara secara
“Ketentuan pidana dalam perundang-
melawan hukum, pasal 479 l, m, n dan o
undangan Indonesia diterapkan bagi
tentang kejahatan yang mengancam
setiap orang yang melakukan di luar
keselamatan penerbangan sipil.
Indonesia :
IV. Asas Universal
1. Salah satu kejahatan berdasarkan
pasal-pasal 104, 106, 107, 108 dan 131; Berlakunya pasal 2-5 dan 8 KUHP
dibatasi oleh pengecualian-
2. Suatu kejahatan mengenai mata
pengecualian dalam hukum
uang atau uang kertas yang dikeluarkan
internasional. Bahwa asas melindungi
kepentingan Internasional (asas
universal) adalah dilandasi pemikiran
bahwa setiap Negara di dunia wajib
turut melaksanakan tata hukum sedunia
(hukum internasional).

Dikatakan melindungi kepentingan


internasional (kepentingan universal)
karena rumusan pasal 4 ke-2 KUHP
(mengenai kejahatan pemalsuan mata
uang atau uang kertas) dan pasal 4 ke-
4 KUHP (mengenai pembajakan kapal
laut dan pembajakan pesawat udara)
tidak menyebutkan mata uang atau
uang kertas Negara mana yang
dipalsukan atau kapal laut dan pesawat
terbang negara mana yan dibajak.
Pemalsuan mata uang atau uang kertas
yang dimaksud dalam pasal 4 ke-2
KUHP menyangkut mata uang atau
uang kertas Negara Indonesia, akan
tetapi juga mungkin menyangkut mata
uang atau uang kertas Negara asing.
Pembajakan kapal laut atau pesawat
terbang yang dimaksud dalam pasal 4
ke-4 KUHP dapat menyangkut kapal
laut Indonesia atau pesawat terbang
Indonesia, dan mungkin juga
menyangkut kapal laut atau pesawat
terbang Negara asing.

Anda mungkin juga menyukai