1364-Article Text-2640-1-10-20130608 PDF
1364-Article Text-2640-1-10-20130608 PDF
45
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
Guided Inquiry Learning (POGIL). kelas Kontrol dengan model praktikum siap saji.
Berpikir kritis adalah berpikir logis dan reflektif
yang dipusatkan pada keputusan apa yang
METODE diyakini atau dikerjakan. Hasil masing-masing
Rancangan dalam penelitian ini yaitu kategori berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.
True Experimental Design. Pengambilan Pada kelas eksperimen terdapat 15 siswa dalam
sampel secara Random Sampling. Kelas VII E kategori sangat kritis dan 17 siswa dalam
sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC kategori kritis. Pada kelas kontrol terdapat 17
sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian siswa dalam kategori kritis, 9 siswa cukup kritis,
meliputi model pembelajaran (POGIL) sebagai dan 16 siswa kurang kritis. Besar hubungan
variabel bebas dan kemampuan berpikir kritis berpikir kritis dengan hasil belajar (kognitif,
siswa sebagai variabel terikat. Desain penelitian psikomotorik, dan afektif) antara kelas
Control Group Pre Test-Post Test dengan pola eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
seperti pada gambar. Data yang dibutuhkan Tabel 4.
yaitu daftar nilai fisika kelas VII semester gasal
tahun pelajaran 2011/2012 diambil dengan
metode dokumentasi, kemampuan berpikir PEMBAHASAN
kritis siswa diambil dengan teknik tes dan Hasil tes kemampuan berpikir kritis
observasi, dan nilai psikomotorik serta nilai siswa mengalami peningkatan secara signifikan
afektif diambil dengan metode observasi. antara kelas eksperimen dengan model POGIL
Dalam penelitian ini kategori berpikir kritis dan kelas kontrol dengan model praktikum siap
yang diamati meliputi mengklasifikasi, saji. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung
berhipotesis, membuat kesimpulan, mengamati, sebesar 5,13 dan ttabel sebesar 2,00. Selain itu,
mengevaluasi, dan menganalisis. Penilaian hasil uji gain kelas eksperimen yaitu 0,69 dan
Kategori mengklasifikasi, mengamati, dan kelas kontrol sebesar 0,33. Tabel 4.8 dan Tabel
mengevaluasi dilakukan berdasarkan 4.11 memuat informasi bahwa jumlah siswa
pengamatan. Sedangkan berhipotesis, membuat berkategori sangat kritis kelas POGIL lebih
kesimpulan, dan menganalisis dinilai banyak dari kelas eksperimen siap saji.
berdasarkan laporan dalam bentuk LKS. Berdasarkan tes diperoleh 75,00% siswa dalam
Peningkatan kemampuan berpikir kritis diuji kategori sangat kritis, 18,75% dalam kategori
dengan uji t dan uji normal gain. kritis, dan 6,25% siswa dalam kategori cukup
kritis. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol.
HASIL
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
Hasil penelitian berupa kemampuan
siswa kelas eksperimen dikarenakan penerapan
berpikir kritis, kognitif, psikomotorik dan afektif
model pembelajaran yang memberi kesempatan
disajikan dalam tabel dan gambar berikut ini.
kepada siswa untuk berpikir. POGIL
Perolehan nilai pre test dan post test dapat
menerapkan siklus belajar tiga eksplorasi,
dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1.
penemuan atau pembentukan konsep dan
Berdasarkan hasil uji-t diperoleh nilai thitung
aplikasi. siswa belajar bekerja sama dalam tim
sebesar 5,17 dan ttabel dengan taraf signifikansi
untuk menemukan dan mengembangkan
5% sebesar 2,00. Hasil tersebut menunjukkan
pengetahuan melalui inkuiri terbimbing dengan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dari
menguji data, model, atau contoh dan merespon
kelas eksperimen dan kelas kontrol
pertanyaan critical-thinking. Siswa
meningkat,sebab thitung > ttabel. Selain itu,
mengaplikasikan pengetahuan dalam latihan
hasil uji gain yang diperoleh untuk kelas
dan masalah, mempresentasikan hasil di kelas,
eksperimen sebesar 0,7 tergolong tinggi,
merefleksikan, menilai, dan memperbaiki apa
sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,33
yang mereka peroleh. POGIL mengajak siswa
tergolong sedang. Untuk memperjelas
berpikir kritis mulai dari menghipotesis,
perolehan nilai pre tes dan post test antara kelas
mengamati dan mengidentifikasi model berupa
eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam
praktikum tentang kalor, menganalisis, dan
gambar 1. Hasil belajar siswa meliputi kognitif,
menyimpulkan.
psikomotorik afektif, dan berpikir kritis siswa
dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil belajar Melalui eksperimen terbimbing secara
siswa kelas eksperimen dengan model signifikan dapat memperbaiki kemampuan
pembelajaran POGIL lebih besar dibandingkan siswa untuk memahami argumen dan masalah
46
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
47
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
48
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
49
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
yang dipecahkan di dalam kelas. Siswa memecahkan masalah. Struktur kelompok
memiliki pengalaman belajar sehingga siswa tersebut dirolling untuk tiap pertemuan.
lebih mudah memahami konsep fisika yang Sedangkan dalam kelas kontrol dibagi menjadi
dipelajari. Model ini Hal ini sesuai dengan kelompok kecil yang terdiri dari empat siswa.
pendapat Doppelt (2003) mengenai Penggunaan metode kooperatif dan pemecahan
pembelajaran aktif dalam pengajaran masalah berkolaborasi dapat mengembangkan
kontruktivisme, yaitu siswa akan lebih mudah keterampilan berpikir kritis, siswa terlibat aktif
menemukan dan memahami konsep melalui secara individual dan juga dalam kerja
pemikiran aktif dan pemecahan masalah tidak kelompok (Sarwi & Liliasari, 2009). Hal senada
hanya sekedar mengingat melainkan melakukan disampaikan oleh Brown (2010) mengatakan
kegiatan membangun pengetahuan dengan bahwa penggunaan diri yang dipilih tim untuk
latihan dari guru atau pekerjaan rumah yang penyelesaian pertanyaan membantu
terdapat pada buku. Siswa bertanggung jawab mengembangkan keterampilan proses kunci
atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya. Hal seperti berpikir kritis dan komunikasi.
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Aspek psikomotorik dalam penelitian
Triwiyono (2011), bahwa pembelajaran dengan ini yaitu kemampuan siswa dalam mengukur
eksperimen terbimbing lebih efektif dalam besaran suhu dan waktu. Aspek yang diamati
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa meliputi kemampuan menggunakan alat ukur,
dibandingkan dengan pembelajaran membaca skala, dan menuliskan hasil
konvensional. Hasil yang sejalan, bahwa dengan pengukuran ketika melaksanakan eksperimen
inkuiri laboratorium dapat meningkatkan kalor dengan model POGIL. Dalam hal ini,
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir siswa hanya diberi sedikit gambaran tentang
kritis siswa (Akhyani, 2008). alat, siswa diminta untuk merangkai alat sendiri,
Siswa aktif melakukan inquiry di petunjuk eksperimen sudah tertuang dalam LKS
laboratorium dengan petunjuk praktikum dan sebagian dalam bentuk kalimat pertanyaan.
berupa pertanyaan yang tercantum dalam LKS, Dalam model POGIL ini siswa menjadi aktif
sehingga siswa diajak berpikir. Setelah dan berpikir. Siswa menjadi lebih senang, siswa
mendapat data pengamatan, siswa dibimbing menjadi mengerti hal yang sering ada dalam
menemukan konsep melalui pertanyaan- lingkungan sehari-hari yaitu bagaimana cara
pertanyaan berpikir kritis dalam LKS. Bersama- menggunakan thermometer dan stopwatch.
sama satu tim siswa menjawab dan menanggapi Siswa belajar dengan hands on activities.
pertanyaan-pertanyaan yang ada, pola pikir Dengan demikian, aktivitas ilmiah siswa dapat
siswa diajak berpikir kritis. Kemudian siswa berpengaruh terhadap perkembangan
diberi kesempatan untuk mempresentasikan psikomotoriknya. Penerapan model
laporannya. Sedangkan untuk kelas kontrol, pembelajaran fisika berbasis hands on activities
semua petunjuk eksperimen sudah nampak jelas mampu menumbuhkan kemampuan berpikir
berupa kalimat perintah yang terdapat di LKS. kritis, hal itu ditunjukkan selama pembelajaran
Setelah mendapat data, siswa diharapkan bisa (Yuliati, 2011).
menuliskan kesimpulan. Tidak terdapat Hasil afektif kelas eksperimen lebih
pertanyaan-pertanyaan kritis yang dapat besar dibandingkan kelas kontrol. Penilaian
membantu menganalisis dan menarik efektif dalam penelitian ini meliputi bekerja
keimpulan. Strategi eksperimen terbimbing sama dalam kelompok, kejujuran, bertanggung
sesuai dengan pendapat Bassham (2008) yang jawab, dan menghargai pendapat orang lain.
menyatakan bahwa berpikir kritis dapat Perbedaan perolehan nilai dikarenakan di kelas
dilatih dengan belajar berbagai variasi POGIL siswa belajar dalam tim. Masing-masing
keterampilan. siswa mempunyai tanggung jawab individu
Dalam penelitian ini kelas eksperimen terhadap timnya, misalnya sebagai presenter
dibentuk tim yang terdiri dari empat orang harus bertanggung jawab menyampaikan hasil
siswa yang masing-masing tim terdiri dari eksperimen di depan kelas. Di kelas kontrol
manager, spokesperson, recorder, dan strategy siswa belajar dalam tim dan tanggung jawab
analyst. Setiap anggota memiliki tugas masing- semua tugas dibagi secara bersama-sama. Di
masing. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kelas eksperimen siswa cenderung menghargai
kemampuan bekerja sama dalam tim, bekerja pendapat orang lain, karena mereka merasa
kritis, bertanggung jawab, saling bertukar suatu saat juga akan menjadi presenter.
pendapat, menarik kesimpulan, dan Sedangkan di kelas kontrol, belum tentu semua
50
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
siswa bisa menyampaikan pendapat. juga tinggi. Terdapat perbedaan jawaban siswa
Pembelajaran POGIL berbasis tim ini membuat antara siswa berkemampuan kritis tinggi dan
siswa lebih aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat rendah. Pada saat pembelajaran, siswa yang
Brown bahwa belajar dalam tim membuat siswa memiliki kemampuan berpikir kritis akan kritis
lebih mungkin untuk mengembangkan juga ketika mengerjakan soal-soal. Siswa yang
penalaran tingkat yang lebih tinggi, manajerial, berkategori sangat kritis, hasil pekerjaannya
kerja sama tim dan keterampilan lebih rasional, runtut, dan teliti. Siswa
komunikasi(Brown, 2010). berkemampuan kritis tinggi akan melibatkan
Rata-rata kemampuan berpikir kritis proses kognitif, analisis, rasional, logis, dan
siswa dengan model POGIL lebih besar reflektif ketika mengerjakan soal, sehingga hasil
dibandingkan kelas dengan model eksperimen kognitif tes berpikir kritisnya juga tinggi.
siap saji. Dalam kelas POGIL diperoleh hasil Nilai koefisien korelasi kelas
18,75% siswa dalam kategori kritis, dan 81,25% eksperimen yaitu 0,50 sedangkan kelas kontrol
dalam kategori cukup kritis. Kategori berpikir yaitu 0,55. Nilai tersebut artinya terdapat
kritis yang dapat ditingkatkan dalam penelitian hubungan sedang antara berpikir kritis dengan
ini yaitu kategori berhipotesis, menganalisis dan kemampuan psikomotorik siswa. Siswa
menyimpulkan. Dari ketiga kategori tersebut, berkemampuan kritis tinggi maka, kemampuan
yang paling signifikan yaitu kategori psikomotoriknya belum tentu tinggi. Pada saat
menganalisis dan menyimpulkan. Dalam pembelajaran, terdapat perbedaan keterampilan
POGIL, di awal pembelajaran siswa mengukur antara siswa berkemampuan kritis
mengetahui tujuan pembelajaran yang hendak tinggi dan rendah. Siswa berkemampuan kritis
dicapai. Siswa memperoleh masalah yang tinggi lebih teliti dan memahami cara
memancing siswa untuk dipecahkan. Masalah mengukur besaran dengan benar. Salah satunya,
yang disampaikan berbasis kontekstual, yaitu ketika mengukur suhu, siswa berkemampuan
hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. kritis melihat skala tegak lurus dengan mata dan
Kemampuan berhipotesis siswa tertuang dalam tidak akan memegang badan thermometer.
LKS sebelum melaksanakan eksperimen. Nilai koefisien korelasi kelas
Dalam POGIL, siswa menganalisis hasil eksperimen yaitu 0,34 sedangkan kelas kontrol
eksperimen dibimbing dengan berbagai yaitu 0,13. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
pertanyaan kritis yang berurutan dan hubungan antara berpikir kritis dengan afektif
berkesinambungan hingga pada akhirnya siswa lemah. Hal ini sesuai dengan pengamatan ketika
dapat membuat kesimpulan dengan benar. pelaksanaan pembelajaran. Masing-masing
Berbeda dengan kelas model eksperimen siap siswa memiliki sifat atau karakter yang berbeda.
saji, siswa tidak dibimbing pertanyaan untuk Terdapat siswa yang berpikir kritisnya tinggi
menganalisis data dan menyimpulkan. tetapi afektifnya rendah, dan sebaliknya.
Di akhir pembelajaran, siswa Beberapa siswa yang tidak memperhatikan
mengumpulkan laporan kinerja mereka dan temannya ketika presentasi di depan kelas,
guru memberikan lembar penilaian dan tetapi mampu melaksanakan eksperimen.
metakognisi. Strategy analyst bertugas untuk Terdapat siswa yang berpikir kritisnya rendah,
mengisi metakognisi, siswa menilai sendiri tetapi memiliki sikap bekerja sama, jujur,
apakah konsep yang dipelajari sudah dipahami, tanggung jawab, dan menghargai pendapat
kinerja tim sudah baik atau belum, dll. Melalui orang lain.
metokognisi ini siswa diajak berpikir kritis POGIL merupakan model
menilai kinerja timnya sendiri, berpikir juga pembelajaran dengan siswa memecahkan
untuk merencanakan perbaikan yang akan masalah melalui inquiry terbimbing secara tim
dilakukan untuk pertemuan selanjutnya. dan siswa diberi kesempatan untuk menilai
Tabel 4 merupakan tabel hubungan kinerja mereka dan berpikir untuk memperbaiki
antara berpikir kritis dengan hasil belajar kelas kekurangannya(metakognisi). Model ini
eksperimen dan kontrol. Nilai koefisien korelasi membuat siswa lebih aktif, memiliki
sebesar 0,83 untuk kelas eksperimen dan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dalam
0,88untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan tim, dan mampu memecahkan masalah.
bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat Pembelajaran dengan eksperimen terbimbing
antara berpikir kritis dengan kognitif. Siswa lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan
berkemampuan kritis tinggi maka, kognitifnya berpikir kritis siswa (Triwiyono, 2011).
51
S. M. Ningsih / Unnes Physics Education Journal 1 (2) (2012)
Berdasarkan Brown (2010), Bassham, G. et al. 2008. Critical Thinking: A Student's
dimasukkannya pembelajaran berbasis tim Introduction (Third ed.). New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
model POGIL dapat meningkatkan hasil kelas
bagi siswa, mendorong keterlibatan aktif Brown S . 2010. A process-oriented guided inquiry
approach to teaching medicinal chemistry.
dengan bahan selama pembelajaran, American Journal of Pharm Educ. 74 (7).
memberikan umpan balik langsung ke
Brown, P. J. P. 2010. Process-oriented guided-inquiry
instruktur mengenai kekurangan pengetahuan learning in an introductory anatomy and
siswa, dan menciptakan lingkungan kelas yang physiology course with a diverse student
diterima dengan baik oleh siswa. Penelitian population. Advan in Physiol Edu 34:150-155.
yang dilakukan oleh Johson menyampaikan Doppelt, Y. 2003. Implementation and Assessment of
bahwa POGIL memberi kesempatan bagi siswa Project Based Learning in a Flexible
untuk berlatih memecahkan masalah dan Environment. International Journal of
Technology and Design Education. 13, 255-272.
berpikir kritis (Johson, 2011). Hasil penelitian
Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking. New Jersey:
Brown yang dilakukan selama 3 semester
Printice-Hall, Inc.
menunjukkan bahwa dengan menerapkan
Johnson, C. 2011. Activities Using Process-Oriented
model POGIL, hasil belajar siswa meningkat Guided Inquiry Learning (POGIL) in the
secara signifikan. Menurut Zawadzki (2009) Foreign Language Classroom. A Journal of
model POGIL dapat meningkatkan the American association of Teachers of German,
keterampilan belajar siswa dan Penguasaan 14(1):30-38.
konten mahasiswa umumnya melebihi dari Sarwi & Liliasari. 2009. Penumbuhkem-bangan
model tradisional. Keterampilan Berpikir Kritis calon Guru
Fisika Melalui Penerapan Strategi
Kooperatif Dan Pemecahan Masalah Pada
Konsep Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika
PENUTUP Indonesia. 5 (2) : 126-133.
Simpulan Triwiyono. 2011. Program Pembelajaran Fisika
Berdasarkan hasil penelitian dan Menggunakan Metode Eksperimen
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model Terbimbing Untuk Meningkatkan
POGIL dapat meningkatkan kemampuan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia. 7 : 80-83.
berpikir kritis siswa pada pembelajaran kalor.
Yuliati. 2011. Pembelajaran fisika Berbasis Hands On
Hal ini dapat dilihat bahwa 75,00% siswa
Activities untuk Mneumbuhkan
berkategori sangat kritis, 18,75% berkategori Kemampuan Berpikir Kritis dan
kritis, dan 6,25% siswa berkategori cukup kritis. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP.
Sedangkan berdasarkan observasi diperoleh Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7 : 23-27.
hasil 18,75% siswa berkategori kritis, dan Zawadsky, R. 2010. Is Process-oriented guided-
81,25% berkategori cukup kritis. Rata-rata nilai inquiry learning(POGIL) suitable as a
psikomotorik siswa 90,89 dan afektif 87,11. teaching method in Thailand’s higher
education?. As. J.Education & Learning 2010,
Psikomotorik siswa memiliki rata-rata 90,89 1(2), 66-74. Tersedia di www.ajel
dalam kategori sangat aktif, dan afektif siswa .info[diakses 26 juni 2011].
mempunyai nilai rata-rata 87,11. Para pendidik
diharapkan dapat menerapkan model POGIL
pada sub pokok bahasan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhyani, A. 2008. Model pembelajaran
kesetimbangan kimia berbasis inkuiri
laboratorium untuk meningkatkan
penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kritis siswa SMA. Jurnal Penelitian
Pendidikan IPA. 2 (1): 99-110.
52