AGAMA ISLAM
“ADAB MENUNTUT ILMU”
Kelas : Anafarma 2
DOSEN PENGAMPUH
RIZAL EFENDI, M.Pdi
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda di
sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada
banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya
ilmu pengetahuan.
1.2 Tujuan
Mengetahui keutamaan ilmu dari perspektif al – qur’ an dan hadis
Mengetahui Anjuran Menuntut Ilmu dalam Perspektif Al – qur’an dan
Hadist
Mengetahui Adab menuntut ilmu dalam perspektif Al – qur’an dan Hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas
dapat disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi
kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah
baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota
badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan
manusia akan oksigen untuk bernapas.
2.1.3. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih
baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran
dan meninggalkan kebodohan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi
Muhammad Saw.
Artinya : “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan
perempuan”
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari
ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa
Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih,
menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah
Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara
laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut
ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih
baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain
yang ada pada setiap individu.
4
2.2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu,
Allah SWT mengajarkan kepada adam dan semua keturunannya. Dengan
ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam
kehidupan ini, baik tugas sebagai khalifah maupun tugas ubudiah. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi
umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan.
2.2.1. Ayat Al – Qur’ an Tentang Menuntut Ilmu
Tertera dalam surat Al – Alaq yaitu :
5
Allah SWT. Kemampuan kemampuan tersebut menumbuhkan ilmu –
ilmu seperti astronomi, geografi, biologi, dll.
Dalam surah al – alaq, kata iqra’ diulang dua kali. Maksudnya
membacaitu tidak cukup satu kali saja tetapi harus di ulang – ulang.
Sebab membaca tidak akan meresap dalam jiwa kecuali setelah di ulang
– ulang dan dibiasakan. Surah ini juga menunjukkan tentang betapa
pentingnya membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan bagi manusia
dalam kehidupan sehari – hari.
6
2.2.2. Hadis Tentang Menuntut Ilmu
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis, yaitu sebagai berikut.
Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda :”Carilah ilmu
walaupun dinegeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib atas setiap
7
muslim. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu
karena rida dengan apa yang dicari.” (HR. Ibnu Abd al-Barr)
1 Penerapan Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dalam
Kehidupan Sehari-Hari
Penerapan kandungan hadis menuntut ilmu dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
1 Memanfaatkan masa muda untuk menuntut ilmu sebanyak-
banyaknya, baik secara formal maupun non formal;
2 Menampakkan kesungguhan dalam belajar, baik ketika berada di
dalam maupun di luar sekolah
3 Lebih mengutamakan penguasaan ilmu daripada memikirkan harta
4 Rela mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu
5 Rajin menghadiri majelis ilmu
6 Rajin memanfaatkan waktu-waktu longgarnya untuk membaca
buku-buku ilmu pengetahuan
7 Menyetujui dan mendukung setiap usaha untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan
8 Gemar bergaul dengan orang-orang yang lebih pandai dan saleh
serta mengurangi bergaul dengan orang-orang yang tidak berilmu.
8
ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar
beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah
termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari
wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan
untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
2.3.2. Rajin Berdoa Kepada Allah, Memohon Ilmu Yang Bermanfaat
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang
bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya
dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk
selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan
berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak
kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat,
seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan
lainnya.
2.3.3. Bersungguh - Sungguh Dalam Belajar Dan Selalu Merasa Haus
Ilmu
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak
para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan
mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita
bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang
yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus
terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang
9
rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-
Baihaqi)
2.3.4. Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiat Dengan Bertaqwa
Kepada Allah
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak
melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat
menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati,
merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
2.3.5. Tidak Boleh Sombong Dan Tidak Boleh Malu Dalam Menuntut
Ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan
mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.
Imam Mujahid mengatakan,
“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang
sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
2.3.6. Mendengarkan Baik – Baik Penjelasan Yang Disampaikan
Ustadz, Syaikh dan Guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira
itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka
itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah
orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
2.3.7. Diam Ketika Pelajaran Disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang
tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya
dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol.
Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka
10
dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-
A’raaf: 204)
2.3.8. Berusaha Memahami Ilmu Yang Disampaikan
Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat
duduk yang tepat di hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru
dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk
mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya
saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak
guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian
selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah
dipelajari.
2.3.9. Menghafalkan Ilmu Yang Disampaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang
mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya,
menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang
membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR.
At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa
kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-
orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan
untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.3.10. Mengikat Ilmu Atau Pelajaran Dendan Tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran,
poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan
perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu
permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu
yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya
setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
11
wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil
Barr)
2.3.11. Mengamalkan Ilmu yang Telah Dipelajari
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai
pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada
Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan
mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang
siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia
diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya
yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan
seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian
ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti
lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya
sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
2.3.12. Berusaha Mendakwahkan Ilmu
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita,
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah
mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia
dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana
kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan
kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah, ilmu
itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:
1 Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini
kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah,
12
Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah
‘aqidah dan iman.
2 Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai
dengan pemahaman Salafush Shalih.
3 Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’
(mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak
mengadakan bid’ah, baik dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan,
atau perkataan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah, mana yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal
kita di akherat. Dunia bagaikan ladang. Yang hasilnya akan kita petik di
akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab
yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang
pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik
anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab
sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.
Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan
waktu, usia dan kehidupan kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam
menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka bersenang-senag dan
bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga.
Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah.
Hubungan dan relasi bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah.
Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit, tubuh melemah
dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang
dimiliki semakin bertambah.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling
berkaitan seharusnya waktu luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat
seperti setiap waktu luang digunakan untuk mengkaji pengetahuan,
digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi
kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai
ilmu maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang
pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan
bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.
14
DAFTAR PUSTAKA
15