Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“ADAB MENUNTUT ILMU”

Disusun oleh kelompok 1

1. AHLAKUL FIRHAN (1848402002)


2. ALDILA PUTRI RAFITA (1848402003)
3. AMELIA WULANSARI (1848402004)
4. ANUGRAH BUDIARGO (1848402005)
5. AULIA EKA HERLINDA SARI (1848402006)

Kelas : Anafarma 2

DOSEN PENGAMPUH
RIZAL EFENDI, M.Pdi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


JURUSAN ANAFARMA
UNIVERSITAS ABDURRAB
PROF.TABRANI RAB
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


hanya dengan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelap ke alam yang
terang benerang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh berkah ini. kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Rizal Efendi, M.Pdi selaku dosen agama
islam. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuannya berupa materil maupun non materil, karena tanpa
bantuan pihak-pihak tersebut kami tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah
ini. Selain itu, kami pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang
kami kutip tulisannya sebagai bahan rujukan.
Kami menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu
kami. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman
maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas agama islam. Makalah ini
kami buat satu jilid yang berisi tentang “ADAB MENUNTUT ILMU”.
Dalam tiap subbab yang dibahas merupakan informasi yang sesuai dengan
materi yang sedang dibahas.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Rabu, 2 Oktober 2019


Hormat kami

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Pengertian Adab Menuntut Ilmu ................................................... 3
2.2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu ........................................................ 5
2.3. Adab – Adab Menuntut Ilmu ......................................................... 8
2.4. Manfaat Menuntut Ilmu ............................................................... 13
2.5. Keutamaan Menuntut Ilmu .......................................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-
penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat,
dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan
akan diperoleh oleh orang yang memburunya.
Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang
tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri, serta
manfaat dan keutamaan yang didapatkan oleh orang yang berilmu.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat
penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan
kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun
kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan
diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh,
jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah
dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan
sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia,
karena ilmu yang ia miliki. Dari sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa
kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung kemajuan ilmu pengetahuan
yang melingkupi.
Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib
dimiliki, karena tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah
yang merupakan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari
ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang akan memberikan kemampuan kepada
dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan tetap berada dalam
aturan-aturan yang telah ditentukan.
Dalam agama, ilmu pengetahuan, adalah kunci menuju keselamatan dan
kebahagiaan akhirat selama-lamanya. Uraian di atas hanyalah uraian singkat
betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, baik untuk kehidupan

1
dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda di
sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada
banyak hadits, firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya
ilmu pengetahuan.

1.2 Tujuan
 Mengetahui keutamaan ilmu dari perspektif al – qur’ an dan hadis
 Mengetahui Anjuran Menuntut Ilmu dalam Perspektif Al – qur’an dan
Hadist
 Mengetahui Adab menuntut ilmu dalam perspektif Al – qur’an dan Hadis

1.3 Rumusan Masalah


2 Bagaimanakah keutamaan ilmu dari perspektif al – qur’an dan hadis?
3 Bagaimanakah Anjuran Menuntut Ilmu dalam Perspektif Al – qur’an dan
Hadist?
4 Bagaimanakah Adab menuntut ilmu dalam Perspektif Al – qur,an dan
Hadist?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Adab Menuntut Ilmu


2.1.1. Adab
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang
didasarkan atas aturan agama, terutama agama islam. Norma tentang
adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga,
antar kaum, dan lain – lain. Sebutan orang beradab sesungguhnya
berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan
santun yang ditentukan dalam agama islam. Namun, dalam
perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi
kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama
Islam.
2.1.2. Ilmu
Secara bahasa pengertian ilmu adalah lawan kata bodoh/Jahil,
sedang secara istilah berarti sesuatu yang dengannya akan tersingkaplah
segala hakikat yang secara sempurna. Secara istilah Syar’i pengertian
ilmu yaitu, ilmu yang sesuai dengan amal, baik amalan hati, lisan
maupun anggota badan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw.
Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan
perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka
ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu
merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali
dengan niat yang benar.”
Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan
apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu
kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di
dunia . . .”

3
Berdasarkan beberapa definisi tentang pengertian ilmu di atas
dapat disimpulkan bahwa, ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi
kehidupan manusia karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah
baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota
badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan
manusia akan oksigen untuk bernapas.
2.1.3. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih
baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran
dan meninggalkan kebodohan.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi
Muhammad Saw.
Artinya : “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan
perempuan”
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari
ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa
Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih,
menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah
Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara
laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut
ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih
baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain
yang ada pada setiap individu.

4
2.2. Dasar Hukum Menuntut Ilmu
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu,
Allah SWT mengajarkan kepada adam dan semua keturunannya. Dengan
ilmu pengetahuan itu, manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam
kehidupan ini, baik tugas sebagai khalifah maupun tugas ubudiah. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi
umatnya agar menuntut ilmu pengetahuan.
2.2.1. Ayat Al – Qur’ an Tentang Menuntut Ilmu
Tertera dalam surat Al – Alaq yaitu :

Artinya : “1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Qs al-‘Alaq: 1-5)
1. Kandungan Surat Al – Alaq
Surah Al – Alaq diawali dengan kata iqra’ yang artinya “bacalah”.
Allah SWT memeritahkan hamba-NYA untuk membaca. Semua itu
berkat kekuasaan dan kehendak Allah SWT yang telah menciptakannya.
Kalimat “bacalah” pertama kali ditujukan kepada nabi
Muhammad SAW meskipun beliau tidak bisa membaca dan menulis
kitab yang oleh diturunkan Allah SWT lewat malaikat Jibril, akhirnya
beliau dapat membaca. Membaca di sini artinya mengamati,
mempelajari, da merenungkan alam yang merupakan bukti kekuasaan

5
Allah SWT. Kemampuan kemampuan tersebut menumbuhkan ilmu –
ilmu seperti astronomi, geografi, biologi, dll.
Dalam surah al – alaq, kata iqra’ diulang dua kali. Maksudnya
membacaitu tidak cukup satu kali saja tetapi harus di ulang – ulang.
Sebab membaca tidak akan meresap dalam jiwa kecuali setelah di ulang
– ulang dan dibiasakan. Surah ini juga menunjukkan tentang betapa
pentingnya membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan bagi manusia
dalam kehidupan sehari – hari.

2. Contoh Penerapan Surat Al – Alaq


1 Pandai untuk memanfaatkan waktu.
2 tidak bermalas – malasan / membuang waktu untuk hal – hal yang
tidak penting.
3 Memiliki semangat keilmuan yaitu bersemangat dalam menuntut
ilmu.
4 Rela mengeluarkan biaya dalam mencapai suatu ilmu.
5 Lebih mengutamakan penguasaan ilmu daripada harta kekayaan
semata.
6 Menanamkan keimanan yang kuat kepada Allah SWT.
7 Selalu beramal shaleh dan berbuat baik terhadap orang lain.
8 Tidak malu bertanya kepada orang yang lebih tau.
9 Rajin mengunjungi perpustakaan.
10 Rajin mendatangi masjid, majelis ilmu, dan tempat mencari ilmu
lainnya.

6
2.2.2. Hadis Tentang Menuntut Ilmu
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis, yaitu sebagai berikut.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah SAW bersabda kepadaku,


‘Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada oraang lain.
Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah
Al-Quran dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu
akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi
perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka
tidak menemukan seorang pun yang dapat menyelesaikannya.’”(HR. Ad-
Daruquthni, dan Al-bahaqi)
Dalam hadis ini ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari al-
‘ilm, al-fara’id, dan Al-Quran. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang
dimaksudkan di sini adalah ilmu syariat dan segala jenisnya. Al-
Fara’id adalah ketentuan-ketentuan, baik ketentuan islam secara umum
maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari Al-Quran
mencakup menghafalnya. Setelah dipelajari ajarkan pula kepada orang lain
supaya lebih sempurna. Beliau memerintahkan agar sahabat mempelajari
ilmu karena beliau sendiri adalah manusia seperti manusia pada umumnya.
Pada suatu saat, beliau akan wafat. Dengan adanya orang mempelajari
ilmu, ilmu pengetahuan itu tidak akan hilang.

Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda :”Carilah ilmu
walaupun dinegeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib atas setiap

7
muslim. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu
karena rida dengan apa yang dicari.” (HR. Ibnu Abd al-Barr)
1 Penerapan Kandungan Hadis Tentang Menuntut Ilmu Dalam
Kehidupan Sehari-Hari
Penerapan kandungan hadis menuntut ilmu dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain:
1 Memanfaatkan masa muda untuk menuntut ilmu sebanyak-
banyaknya, baik secara formal maupun non formal;
2 Menampakkan kesungguhan dalam belajar, baik ketika berada di
dalam maupun di luar sekolah
3 Lebih mengutamakan penguasaan ilmu daripada memikirkan harta
4 Rela mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu
5 Rajin menghadiri majelis ilmu
6 Rajin memanfaatkan waktu-waktu longgarnya untuk membaca
buku-buku ilmu pengetahuan
7 Menyetujui dan mendukung setiap usaha untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan
8 Gemar bergaul dengan orang-orang yang lebih pandai dan saleh
serta mengurangi bergaul dengan orang-orang yang tidak berilmu.

2.3. Adab – Adab Menuntut Ilmu


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan tentang
Islam, termasuk di dalamnya masalah adab. Seorang penuntut ilmu harus
menghiasi dirinya dengan adab dan akhlak mulia. Dia harus mengamalkan
ilmunya dengan menerapkan akhlak yang mulia, baik terhadap dirinya
maupun kepada orang lain.
Berikut diantara adab – adab yang selayaknya diperhatikan ketika
seseorang menuntut ilmu:
2.3.1. Mengikhlaskan Niat Dalam Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan
seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak

8
ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar
beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah
termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari
wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan
untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat
harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
2.3.2. Rajin Berdoa Kepada Allah, Memohon Ilmu Yang Bermanfaat
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang
bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya
dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk
selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan
berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak
kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat,
seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan
lainnya.
2.3.3. Bersungguh - Sungguh Dalam Belajar Dan Selalu Merasa Haus
Ilmu
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak
para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan
mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita
bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang
yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus
terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang

9
rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-
Baihaqi)
2.3.4. Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiat Dengan Bertaqwa
Kepada Allah
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak
melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat
menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati,
merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
2.3.5. Tidak Boleh Sombong Dan Tidak Boleh Malu Dalam Menuntut
Ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan
mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.
Imam Mujahid mengatakan,

“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang
sombong” (HR. Bukhari secara muallaq)
2.3.6. Mendengarkan Baik – Baik Penjelasan Yang Disampaikan
Ustadz, Syaikh dan Guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira
itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan
perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka
itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah
orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
2.3.7. Diam Ketika Pelajaran Disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang
tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya
dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol.
Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka

10
dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-
A’raaf: 204)
2.3.8. Berusaha Memahami Ilmu Yang Disampaikan
Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat
duduk yang tepat di hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru
dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk
mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya
saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak
guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian
selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah
dipelajari.
2.3.9. Menghafalkan Ilmu Yang Disampaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang
mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya,
menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang
membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR.
At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa
kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-
orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan
sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan
untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.3.10. Mengikat Ilmu Atau Pelajaran Dendan Tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran,
poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan
perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu
permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu
yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya
setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi

11
wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil
Barr)
2.3.11. Mengamalkan Ilmu yang Telah Dipelajari
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai
pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada
Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan
mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang
siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia
diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya
yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan
seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian
ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti
lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya
sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
2.3.12. Berusaha Mendakwahkan Ilmu
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita,
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah
mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia
dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana
kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan
kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah, ilmu
itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:
1 Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini
kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah,

12
Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah
‘aqidah dan iman.
2 Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai
dengan pemahaman Salafush Shalih.
3 Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’
(mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak
mengadakan bid’ah, baik dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan,
atau perkataan.

2.4. Manfaat Menuntut Ilmu


Menuntut ilmu diperintahkan dalam Islam. Hal ini membawa manfaat bagi
orang yang menuntutnya. Adapun manfaat menuntut ilmu antara lain sebagai
berikut:
1 Orang yang mencari ilmu mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad
dijalan Allah hal ini berdasarkan hadis rasulullah,
2 Orang yang menuntut ilmu akan mendapat kebaikan yang berlipat ganda.
Orang yang menuntut ilmu diumpamakan lebih baik derajatnya dari pada
orang yang melakukan sholat seratus rakaat.

2.5. Keutamaan Menuntut Ilmu


1 Ilmu didahulukan sebelum amal
2 Ditunjukkan dan dimudahkan untuk meniti jalan mehuju surga
3 Merupakan tanda bahwa seseorang dikehendaki atasnya kebaikan oleh
Allah
4 Malaikat membentangkan sayap - sayapnya karena ridho kepada
penuntut ilmu
5 Dimintakan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi, bahakan
ikan - ikan dilautan
6 Ulama’ (orang-orang yang berilmu) adalah pewari para nabi
7 Para nabi hanya mewariskan ilmu tiada yang lain
8 Barang siapa yang mengambil ilmu berarti ia telah mengambil bagian
yang banyak.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah, mana yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal
kita di akherat. Dunia bagaikan ladang. Yang hasilnya akan kita petik di
akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab
yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang
pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik
anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab
sopan santun agar mereka menjadi orang-orang shalih.
Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan
waktu, usia dan kehidupan kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam
menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka bersenang-senag dan
bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga.
Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah.
Hubungan dan relasi bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah.
Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit, tubuh melemah
dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang
dimiliki semakin bertambah.
Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling
berkaitan seharusnya waktu luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat
seperti setiap waktu luang digunakan untuk mengkaji pengetahuan,
digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi
kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai
ilmu maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang
pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan
bertambah pula pengetahuan yang di peroleh.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqolani Ibnu Hajar, 2006, Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: pustaka


Azam
Asy-Syuhud Syaikh Ali bin Nayif. 2009, Shahih Fadhilah Amal. Solo: PT
Aqwam
Fatoni4ever.blogspot.com/2012/02/makalah-kandungan-hadis-tentang.html
http://ahan-kzk.blogspot.com201112materi-pendd-hadits.html
Muhaimin, Qur’an Hadist untuk Kls IX MTs, Bandung: Grafindo media pratama,
2008. Hal:66
Shihab M. Quraish. 2007, Secercah Cahaya Ilahi HIdup bersama Al-Qur’an.
Bandung : PT Mizan Putaka.
Wadud Abdul.,dkk. 2000. Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah Kelas 3.
Semarang:PT.Karya Toha Putra. h. 27

15

Anda mungkin juga menyukai