Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTION CAESARIA DENGAN PRESENTASI BOKONG

Oleh :

Kelompok 2

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO

PARAKAN

2019
NAMA ANGGOTA

NO NAMA NIM

1. ‘ATOILLAH ALFA RIKHI 2017.1549

2. DEVI ELLISA 2017.1565

3. ERIKA ASTRIANI PUTRI 2017.1571

4. YUNITA DWI LISTIANTARI DEVI ELLISA 2017.1596


BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna.
Organ eksterna berfungsi dalam berfungsi dalam kopulasi, sedangkan
organ interna berfungsi dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel
telur dan perpindahan blastosis, dan sebagai tempat implantasi, dapa
dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan kelahiran janin

Gambar 1.1.fisiologi Reproduksi


a. Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan
ikat jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak
kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna
hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu
sampai dua tahun sebelum awitan haid. Fungsinya sebagai bantal
pada saat
melakukan hubungan sex.
b. Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung
yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan
mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengelilingi labia mayora, meatus urinarius, dan introitus
vagina ( muara vagina ).
c. Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang
memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia
biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama
dengan mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh
darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah
kemurahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila
ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil
yang terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak
terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitive
daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar. Fungsi klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
e. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri
memisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral
menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium,
penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di
bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Kadang-
kadang prepusium menutupi klitoris.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan
fourchette.Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar
paravaginal (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin).
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah
teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman,
busa sabun),panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan
minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan
kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara
introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan
perineum. Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang-kadang
tertukar.

Gambar 1.2. fisiologi reproduksi


2. Anatomi dan Fisiologi Abdomen
a. Lapisan Epidermis
Epidermis, lapisan luar, terutama terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat. Seldibentuk oleh lapisan germinal dalam
ketika didorong oleh sel terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri
dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki
pembuluh darah dan selselnya sangat rapat.
Lapisan Dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan
fibrosa epidermis berupa sejumlah papilla kecil. Lapisan yang
lebih dalam terletak pada jaringan subkutan dan fasia, lapisan ini
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
a. Lapisan subkutan
Lapisan ini mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak
pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit
secara longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya.
Dalam hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah
pengikat organ-organ yang ada di abdomen, khususnya uterus.
Organ-organ
di abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium.
Dalam tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar
(epidermis) sampai dinding uterus
b. Fasia

Di bawah kulit fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan


lemak yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam
lapisan fibrosa,. Fasia profunda terletak pada otot-otot perut.
menyatu dengan fasia profunda paha. Susunan ini membentuk
pesawat antara Scarpa's fasia dan perut dalam fasia membentang
dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah lapisan
terdalam otot, maka otot abdominis transverses, terletak fasia
transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum
parietalis oleh variabel lapisan lemak. Fascias adalah lembar
jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur
tubuh.
c. Otot perut

1) Otot dinding perut anterior dan lateral

Rectus abdominis meluas dari bagian depan margo costalis di


atas dan pubis di bagian bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita
fibrosa dan berada didalam selubung. Linea alba adalah pita
jaringan yang membentang pada garis tengah dari procecuss
xiphodius sternum ke simpisis pubis, memisahkan kedua musculus
rectus abdominis. Obliquus externus, obliquus internus dan
transverses adalah otot pipih yang membentuk dinding abdomen
pada bagian samping dan depan. Serat externus berjalan kea rah
bawah dan atas ; serat obliquus internus berjalan keatas dan
kedepan ; serat transverses (otot terdalam dari otot ketiga dinding
perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga otot terakhir otot
berakhir dalam satu selubung bersama yang menutupi rectus
Quadrates lumbolus adalah otot pendek persegi pada bagian
belakang abdomen, dari costa keduabelas diatas ke crista iliaca
B. Definisi
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A, 2001 ).
Post operasi sectio caesaria adalah keadaan dimana telah
dilakukan operasi atau pembedahan untuk melahirkan janin (Mansjoer,
A, 2001).
Letak sungsang merupakan letak memanjang dengan bokong
sebagai bagian yang terendah atau presentasi bokong (Bobak, 2004)
Jadi post partum sectio caesaria atas indikasi letak sungsang adalah
masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu dimana
kelahiran janinnya dilakukan dengan membuka dinding perut dan dinding
rahim dengan sayatan atau insisi atas indikasi Letak sungsang yang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Ada beberapa jenis dan klasifikasi Letak sungsang :
1. Letak bokong
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas.
2. Letak sungsang sempurna
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak
bokong
3. kaki sempurna ( lipat kejang ).
Letak sungsang tidak sempurna adalah letak sungsang dimana
selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut.
C. Etiologi
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :
1. Sudut ibu
Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
duplek, mioma bersama kehamilan, keadaan placenta : placenta
letak rendah, placenta previa, keadaan janin lahir : Kesempitan
panggul, deformitas tulang panggul, terdapat tumor menghalangi
jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang : Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat, Hidrosefalus
atau anensephalus, Kehamilan kembar, Hidronion atau
oligohidronion, Prematuritas. Dalam keadaan normal, bokong
mencari tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak
kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan
keras, serta paling berat melalui hukum gaya berat, kepala janin
akan menuju ke arah pintu atas pinggul. Dengan gerakan kaki
janin, ketegangan ligamentum rotundum dan kontraksi braxon
hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.
(Manuaba, 2007)
D. Tanda dan gejala
Menurut (Long, 1996)
1. Pernafasan
a. Pernafasan meningkat karena hipoventilasi, posisi salah,
pembalut ketat pada dada dan abdomen atas, kegemukan.
b. Kecepatan pernafasan turun karena pengaruh obat :
anestesi, narkotika, sedative.
2. Tekanan darah
a. Meningkatkan jika dalam keadaan cemas, nyeri, distensi,
kandung kemih.
b. Tekanan darah turun jika terjadi shock karena kehilangan
cairan atau hemoragi.
3. Suhu
a. Terjadi kenaikan karena reksi stress
b. Suhu turun karena dinginnya ruangoperasi dan ruang
pemulihan
4. Nadi
a. Meningkat karena nyeri, cemas, dilatasi perut
b. Kecepatan nadi turun karena kebanyakan dosis digitalis
5. Kenyamanan
a. Terdapat nyeri, mual, muntah
b. Sikap tidur nyaman dan memperlancar ventilasi
A. Komplikasi
Menurut (Rustam, 1998) Komplikasi akibat sectio caesaria antara lain :
1. Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum keadaan pembedahan
sudah ada gejala–gejala infeksi intra partum / ada faktor–faktor
yang merupakan gejala infeksi :
a. Infeksi bersifat ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
b. Berat dengan peritonitis sepsis ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumlah pada partus terlambat, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang telah lama
c. Penanganannya adalah dengan pemberian cairan elektrolit
dan antibiotik yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan
Rata–rata darah hilang akibat sectio caesaria 2 kali lebih
banyak daripada yang hilang dengan kelainan melalui vagina.
Kira–kira 800–1000 ml yang disebabkan oleh banyaknya
pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri dan
pelepasan pada plasenta.
3. Emboli pulmonal
Terjadi karena penderita dengan insisi abdomen kurang
dapat mobilisasi dibandingkan dengan melahirkan melalui vagina
(normal).
4. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
5. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
E. Patofisiologi
Persalinan dengan SC (section cesaria) dilakukan jika terdapat
beberapa indikasi yang terjadi pada ibu hamil saat mendekati persalinan,
salah satu indikasinya adalah janin sungsang. Letak janin dalam uterus
bergantung pada pross adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus.
Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang, karena
bokong kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada daalm ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus (Bandiyah, 2007)
Dilakukannya operasi caesaria akan berpengaruh pada dua kondisi
yaitu, Pertama, kondisi yang dikarenakan pengaruh anastesi, luka akibat
operasi dan masa nifas, anastesi akan berpengaruh pada peristaltik usus,
luka akibat operasi dan masa nifas, anastesi akan berpengaruh pada
peristaltik usus, otot pernafasan dan kons pengaturan muntah. Sedangkan
pada luka akibat operasi akan menyebabkan perdarahan, nyeri serta
proteksi tubuh kurang. Pada masa nifas akan berpengaruh pada kontraksi
uterus, lochea, dan laktasi. Kontraksi uterus yang berlebihan akan
menyebabkan nyeri hebat. Sedangkan pada lochea yang berlebihan akan
menimbulkan perdarahan. Pada masa laktasi progesteron dan esterogen
akan merangsang kelenjar susu untuk mengeluarkan ASI.
Kondisi kedua adalah kondisi fisiologis yang terdiri dari tiga fase
yaitu taking in, taking hold, dan letting go. Pada fase taking in terjadi saat
satu sampai dua hari post partum, sedangkan ibu sangat tergantung pada
orang lain. Fase yang kedua terjadi pada 3 hari post partum, ibu mulai
makan dan minum sendiri, merawat diri dan bayinya. Untuk fase yang
ketiga ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap
interaksi antar anggota keluarga (Bobak, 2004)
F. Pathway
Factor indikasi

Letak sungsang ( presbo )

Persalinan

Tindakan pembedahan spontan

Post section caesaria

Perubahan psikologis perubahan fisiologis

bayi lahir
Procedure pembedahan
Taking in, taking hold, letting go
Terdapat luka post
pemberian ASI tidak aekuat

ketidakefektifan pemberian ASI terputusnya kontuinitas jaringan

nyeri luka (imobilitas)


Nyeri akut resiko infeksi
Deficit perawatan diri : mandi

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap, hemoglobin (Hb) / hematokrit (Ht) :
mengkaji perubahan dan kadar praoperasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan
2. Urinalisasi kultur urine, darah, vagina, dan lokhea : pemeriksaan
tambahan didasarkan pada kebutuhan individual
H. Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan
seperti Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang
hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-
lain. Walaupun pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria
efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya
pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari
tempat tidur dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari
kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan
pada hari kelima setelah operasi
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data pengkajian yang ditemukan pada pasien Post SC Menurut (Doenges,
2001) yaitu:
1. Biodata
a. Identitas pasien
Yang berisi : Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Penanggung jawab
Yang berisi : Nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar jahitan sectio
caesaria
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah luka jahitan operasi
c. Riwayat penyakit dahulu
1) Apakah pernah dilakukan sectio caesaria sebelumnya
2) Apakah ada abortus pada kehamilan sebelumnya
3) Apakah ada perdarahan pada kehamilan sebelumnya
4) Apakah mempunyai riwayat hipertensi
5) Apakah mempunyai riwayat diabetes mellitus
6) Apakah mempunyai riwayat jantung
7) Apakah mempunyai riwayat asma
d. Riwayat penyakit keluarga
1) Apakah didalam keluarga ada yangpernah mengalami sectio
caesaria
2) Apakah didalam keluarga pernah mengalami abortus
3) Adakah didalam keluarga pernah mengalami perdarahan /
anemia
4) Adakah didalam keluarga mempunyai riwayat hipertensi,
diabetes
mellitus, asma, jantung
3. Riwayat kehamilan
GPA
4. Riwayat persalinan
5. Riwayat haid / menstruasi
a. Menarche pada umur
b. Siklus haid (teratur 28 hari)
c. Gangguan menstruasi (dismenorea, amenorea, dll)
6. Pola kesehatan fungsional
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira–kira 600–
800 ml
7. Integritas ego
a. Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan
sampai ketakutan, marah dan menarik diri
b. Klien / pasangan dapat memiliki kepercayaan atau salah terima
peran dalam pengalaman kelahiran
c. Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi
situasi baru
8. Eliminasi
a. Kateter mungkin terpasang
b. Bising usus tidak ada, samar atau jelas
9. Makanan / cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
10. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anesthesia spiral
epidural.
11. Nyeri / ketidaknyamanan
a. Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber :
misalnya trauma bedah / insisi, nyeri penyerta, distensi kandung
kemih / abdomen, efek–efek anestesia
b. Mulut sering kering
12. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
13. Keamanan
a. Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau keringatau
utuh
b. Jalur parenteral, bila digunakan paten, dan sisi bebas eritema,
bengkak dan nyeri tekan
B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
2. Deficit perawatan diri : mandi berhubungan dengan nyeri
3. Resiko infeksi
4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI
C. Rencana keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
Rencana tujuan atas diagnosa ini adalah : setelah dilakukan tindakan
keperawatan manajemen nyeri , selama 3 x 30 menit, status tingkat
nyeri pasien, menurun dari level sedang menjadi ringan dengan kriteria
hasil : klien tampak rileks, skala nyeri berkurang, klien dapat
beristirahat dengan cukup
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah :
a. Oberservasi TTV
b. Lakukan pengkajian komprehensif nyeri yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor pencetus
c. Ajarakan pasien teknik distraksi dan relaksasi
d. Berikan lingkungan yang nyaman
e. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Deficit perawatan diri : mandi berhubungan dengan nyeri
Rencana tujuan atas diagnosa ini adalah : setelah dilakukan tindakan
keperawatan bantuan perawatan diri : mandi/kebersihan, selama 3 x 15
menit, status perawatan diri : kebersihan/mandi dapat ditingkatkan dari
cukup terganggu menjadi sedikit terganggu dengan kriteria hasil : klien
dapat mencuci tangan dengan baik, klien dapat mempertahankan
kebersihan tubuh
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah :
a. Monitor kebersihan tangan dan kuku sesuai dengan kemampuan
merawat diri pasien
b. Observasi kebutuhan kebersihan tubuh diri klien
c. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu merawat diri
secara mandiri
d. Ajarkan klien dan keluarga tentang cuci tangan 6 langkah dengan
tepat
e. Kolaborasi dengan klien dan keluarga tentang cara merawat tubuh
3. Resiko Infeksi
Rencana tujuan atas diagnosa ini adalah : setelah dilakukan tindakan
keperawatan perlindungan infeksi, selama 3 x 30 menit, status
keparahan infeksi tidak ada dengan kriteria hasil : luka klien tidak
terjadi kemerahan, klien tidak mengalami demam, tidak ada tanda-
tanda infeksi
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah :
a. Monitor adanya tanda dann gejala infeksi sistemik dan local
b. Perika kondisi setiap sayatan bedah atau luka
c. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
d. Anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan, dengan tepat
e. Kolaborasi pemberian antibiotic
4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI
Rencana tujuan atas diagnose ini adalah : setelah dilakukan tindakan
keperawatan konseling laktasi, selama 3 x 30 menit, status
keberhasilan menyusui : bayi meningkat dari sedikit adekuat menjadi
sepenuhnya adekuat dengan kriteria hasil : reflek menghisap bayi kuat,
kesejajaran tubuh yang sesuai dan bayi menempel dengan baik, ibu
menyusui minimal 5-10 menit per payudara
Rencana tindakan yang akan dilakukan adalah :
a. Monitor kemampuan bayi untuk menghiap
b. Berikan informasi mengenai manfaat kegiatan menyusui baik
fisiologis maupun psikologis
c. Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
d. Intruksikan posisi menyusui yang bervariasi (misalnya,
menggendong bayi dengan posisi kepalanya berada di siku/cross
cradle, menggendong bayi di bawah lengan pada sisi yang
digunakan untuk menyusui /football hold,dan miring)
e. Diskusikan cara untuk memfasilitasi perpindahan ASI (mis., teknik
relaksasi, pijatan payudara dan lingkungan yang tenang
f. Kolaborasi dengan keluarga untuk mendorong klien memberikan
asi esklusif
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. (2007). Kehamilan, Persalinan & Gangguan Kehamilan. Jakarta: EGC.


Bobak. (2004). Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Doenges, M. (2001). Rencana Keperawatan Maternal Bayi. (M. Ester, Trans.) Jakarta:
EGC.
Herdman, H. (2015). Nanda Internasional Inc. diagnosis keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017 (10 ed.). Jakarta: EGC.
Long, B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah . Bandung: Yayasan Alumni Pedidikan
Keperawatan.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Mokhtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
NIC inc. (2016). Nursing Intervensions Classification (NIC) (6 ed.). (I. Nurjannah, & R.
D. Tumanggor, Trans.) Indonesia: Mocomedia.
NOC inc. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) pengukuran Outcomes
Kesehatan (5 ed.). (I. Nurjanah, & R. D. Tumoanggor, Trans.) Indonesia:
Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai