Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara/daerah dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
APBN
Setiap PA/KPA dan/atau Bendahara yang melakukan pembayaran atas beban APBN ditetapkan sebagai wajib pungut
pajak sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 47 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
APBD
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan
seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah atau
bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
APBDES
Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh
penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Kewajiban :
1. Daftar/ Update Data NPWP
2. Potong/Pungut Pajak Atas Penggunaan Dana APBN/APBD/APBDES
3. Setor Ke Kas Negara
“pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyetoran dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2% per bulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran s.d. tanggal
pembayaran”
(Pasal 9 ayat (2a) UU No 6 Tahun 1983 tentang KUP diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2008)
4. Lapor SPT Masa
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana telah ditentukan, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar : Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Masa PPN dan Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya
(Pasal 7 UU No. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan pembelian barang
PPH Pasal 21
1. Objek PPh Pasal 21
1. Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang diterima oleh Pegawai, seperti gaji dan tunjangan
2. Penghasilan tidak tetap dan tidak teratur yang diterima oleh Pegawai, Bukan Pegawai, dan Peserta Kegiatan,
seperti: honor kegiatan, honor narasumber, dan sebagainya
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaanya dalam
suatu kegiatan, antara lain meliputi :
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang
5. peserta kegiatan lainnya
Berkesinambungan
Bukan Pegawai : Selain Tenaga Ahli Ps.17 x (Ph Bruto - PTKP)
Seniman, Olaragawan, Pengajar,
Tidak berkesinambungan Pasal 17 x (50% Ph Bruto )
Pengawas dll
Pasal 17 x Ph Bruto
Peserta Kegiatan
= Rp.810.000,-
Bila Kuwu tidak mempunyai NPWP, dikenakan tarif 20% lebih tinggi
(Untuk penghasilan yang tidak berkesinambungan/tidak diterima secara rutin setiap bulan, dikenakan pajak
final PPh. Ps 21 dengan tarif pasal 17.)
Perhitungan :
PPh ps. 21 = 5% x jumlah bruto
= 5% x Rp.500.000,-
= Rp.25.000,-
Bila M. Rahmat tidak mempunyai NPWP, dikenakan tarif 20% lebih tinggi
= 5% x 120% x Rp.500.000,-
= Rp.30.000
tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan
sehari belum melebihi Rp 450.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari
melebihi Rp 450.000,00 (dua ratus ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp 450.000,00 (dua ratus ribu
rupiah) tersebut merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
4. Dibayarkan honor tenaga ahli/narasumber dan moderartor PNS untuk kegiatan diklat Pengelolaan keuangan
Desa kepada Sdr. Andi pangkat/gol. Pembina (IV/a) Rp.450.000,- Sdr. Rima pangkat/gol Penata Tk. I (III/d)
sebesar Rp.400.000,- dan Sdr. Budi pangkat/gol Pengatur (II/c) Rp.300.000,-
PPH Pasal 22
1. OBJEK PAJAK
pembelian barang, seperti: komputer, mebel, mobil dinas, ATK, dan barang lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib
Pajak rekanan penjual barang
2. Tarif
a. pembelian barang dengan nilai maksimal pembelian Rp2.000.000,- dengan tidak dipecah-pecah dalam
beberapa faktur;
b. pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-benda pos; dan
c. pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Dalam hal terjadi pemecahan nilai pembelian atas suatu transaksi yang Seharusnya menjadi satu kesatuan,
walaupun nilai transaksi pembelian yang dipecah kurang dari Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) tetap dilakukan
pemungutan PPh Pasal 22. Pengaturan ini dimaksudkan agar pihak Wajib Pajak tidak menempuh upaya untuk
menghindari pemungutan PPh Pasal 22.
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.010/2016)
Dalam hal pembelian dilakukan secara catering maka pajak yang dikenakan adalah PPh pasal 23 dengan
tarif 2% x 3.000.000
2. Pembelian ATK
membeli secara tunai 10 alat-alat tulis kantor Rp1.100.000,00 dan 10 buku pelajaran umum Rp1.500.000,00 dari
toko buku PERWIRA yang mempunyai NPWP 06.325.456.3-529.000 dan telah mempunyai Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak. Toko perwira membuat 2 faktur atas transaksi tersebut.
PPH Pasal 23
1. OBJEK PAJAK DAN TARIF
a. Sewa : Penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta (selain tanah/bangunan), seperti sewa kendaraan atau sewa sound
system
tarif : 2% x Jumlah Bruto(tidak termasuk PPN) , 4 % Untuk reknanan yang tidak ber-NPWP
b. Jasa : penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain/rekanan berupa imbalan sehubungan dengan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain (seperti: jasa perbaikan, jasa kebersihan, jasa katering,
dan sebagainya)
tarif : 2% x Jumlah Bruto(tidak termasuk PPN) , 4 % Untuk reknanan yang tidak ber-NPWP
1. Rekanan Yang Dapat Menunjukkan Surat Ketrangan Beebas Pemotongan Pph Pasal 23/26 dari KPP
Bila rekanan tidak mempunyai NPWP maka tarif PPh ps. 23 100% lebih tinggi atau 4%, sehingga pajak PPh
ps. 23 yang dipotong 4% x Rp.1.363.637,- = Rp.54.546,-
a. sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang,
bangunan industri
tarif : 10% x Jumlah Bruto(Nilai Persewaan)
b. penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan, tukar-menukar,
perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang
disepakati
tarif : 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan)
Dibayarkan biaya sewa gedung (bukan di hotel) untuk acara pisah sambut Kuwu lama dengan Kuwu baru
sebesar Rp.5.500.000,- (termasuk PPN)
Perhitungan :
PPN : 10/110 x Rp.5.500.000,- = Rp.500.000,-
PPh ps.4 (2) : 10% x (Rp.5.500.000 - Rp.500.000) = Rp.500.000,-
Bila sewa gedung/ruang di hotel tidak dikenakan pajak PPN dan PPh pasal 4 (2).
PPN
1. OBJEK PAJAK DAN TARIF
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh rekanan (Pengusaha Kena Pajak)
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
b. pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas penyerahan tanah oleh real estate atau
industrial estate
c. pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau
dibebaskan dari pengenaan PPN
d. pembayaran atas penyerahan BBM dan Bukan BBM oleh Pertamina, rekening telepon, jasa angkutan udara
oleh perusahaan penerbangan
Dalam hal terjadi pemecahan nilai pembelian atas suatu transaksi yang Seharusnya bias menjadi satu kesatuan,
walaupun nilai transaksi pembelian atas Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dipecah kurang dari
Rp1.000.000,00 (dua juta rupiah) tetap dilakukan pemungutan PPN. Pengaturan ini dimaksudkan agar pihak Wajib
Pajak tidak menempuh upaya untuk menghindari pemungutan PPN.
Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak, sehingga dikenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 4A Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya meliputi :
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit,
felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk,
tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan
trakkit;
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.
2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi :
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;
g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti,
dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan,
diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas;
i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak
mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu
rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi
makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
c. jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
f. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
e. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
3. Jasa pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko
tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.
a. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
b. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
e. anjak piutang;
g. pembiayaan konsumen;
h. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
i. jasa penjaminan.
5. Jasa asuransi, merupakan jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi
yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.
7. Jasa pendidikan, meliputi : jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik dan jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
8. Jasa kesenian dan hiburan, meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan.
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi baik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial.
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
b. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab
atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
13. jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel, serta
fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelanuntuk tamu yang menginap; dan jasa penyewaan ruangan
untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen dan hostel.
14. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi
jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), pemberian Ijin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan pembuatan Kartu
Tanda Penduduk (KTP).
15. Jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada
pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.
16. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta.
1. Barang modal
berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku
cadang, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak (harus
menggunakan SKB).
2. Makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan
ikan
4. Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau
perikanan
5. Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum.
Perusahaan Air Minum adalah perusahaan air minum milik pemerintah atau swasta, baik merupakan
6. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt.
7. Rumah Susun Sederhana Milik (RUSUNAMI) dengan kriteria tertentu (Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 31/PMK.03/2008)
8. Berdasarkan ketentuan PMK No 122 Tahun 2013, atas impor dan/atau penyerahan buku-buku pelajaran
umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama, dibebaskan dari pengenaan PPN