Anda di halaman 1dari 2

Contoh Kasus

CONTOH KASUS PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN KABUPATEN


SUMEDANG Pajak Daerah Kabupaten Sumedang diatur dalam PERATURAN DAERAH
NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH.

Isi dalam peraturan daerah tersebut sama dengan isi tentang Pajak Daerah dalam UU
NOMOR 28 TAHUN 2009 yang telah kami uraikan di atas dalam pendahuluan dan
pembahasan. Begitu Juga dengan penjelasan tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan,di Kabupaten Sumedang Contoh Kasus :

1. OKNUM PNS KAB. SUMEDANG KORUPSIPAJAK 08 April 2015 Kejaksaan Negeri


Sumedang menetapkan PNS Dinas Pendapatan Kabupaten Sumedang sebagai korupsi pajak
galian C tahun 2010-2014. Akibat perbuatan oknum PNS tersebut pemerintah diduga
mengalami kerugian miliyaran rupiah. Rabu, (8/04/2015) Kaki gunung Tampomas mulai dari
wilayah Cimlaka hingga Paseh merupakan daerah yang terkenal dengan pasirnya. Didaerah
inilah pasir-pasir didapat atau biasa disebut daerah galian C. Pemerintah tentunya menarik
pajak untuk kegiatan penambangan pasir ini dimana tercatat lebih kurang 66 pengusaha
maupun perusahaan menggali pasir didaerah tersebut. Namun dalam pengelolaannya pajak
pajak yang seharusnya disetorkan kepada pemerintah sebagai pendapatan malah di
selewengkan oleh salah seorang oknum pns di lingkungan dispenda sumedang. JJ (40) yang
diketahui merupakan kolektor pajak galian C kini ditetapkan menjadi tersangka penggelapan
pajak. Diduga pajak yang seharusnya disetorkan ke kas negara sebagian digunakan untuk
kepentingan pribadi oknum PNS tersebut. Menurut kepala seksi tindak pidana khusus (Kasi
PIDSUS) Kejaksaan Negeri Sumedang Arjuna Budi S Tambunan dari 12 pengusaha galian C
yang diperiksa tersangka diduga merugikan negara atas selisih kekurangan bayar pajak galian
C sebesar 570 juta rupiah dari pajak 12 pengusaha yang diperiksa saja belum sisa pengusaha
yang lainnya. Dalam proses penyidikan dugaan korupsi galian C Kejari sudah memanggil dan
meminta keterangan puluhan saksi meliputi birokrat dan pengusaha tambang yang salah
satunya sekretaris daerah kabupaten sumedang, Zaenal Alimin yang sebelumnya menjabat
kepala DPPKAD sumedang. Kemungkinan munculnya nama tersangka dalam kasus ini
masih terbuka lebar. Pajak Galian Pasir yang Masuk ke Kas Daerah Dinilai Tak Sebanding
Kamis, 30 Oktober 2014 07:38 WIB ilustrasi tambang pasir
TRIBUNNEWS.COM.SUMEDANG - Pajak galian pasir dari kaki Gunung Tampomas yang
masuk ke kas daerah, dinilai tidak sebanding dengan pengerukan pasir setiap harinya. Bahkan
dalam tiga tahun terakhir pendapatan Pajak Mineral Batuan dan NonLogam terus merosot.
Tahun 2010 pendapatan pajak dari sektor ini mencapai Rp 300 juta, tahun 2011 (Rp 240
juta), tahun 2012 (Rp 125 juta) tapi tahun 2013 naik lagi menjadi Rp 400 jutaan. Pendapatan
pajak mineral batuan dan nonlogam ini menjadi bahan diskusi Sunan Institute di Graha Insun
Medal, Rabu (29/10/2014). "Pendapatan pajak itu sangat jauh dari perhitungan kasar dengan
ratusan truk yang mengangkut pasir dari Tampomas," kata Dadan Setiawan dari Sunan
Institute, Rabu siang kemarin. Menurut Dadan, dengan pajak 25 persen per kubik maka setiap
tahun, pendapatan dari sektor pajak ini mencapai Rp 2 miliar lebih. "Hitungan kami, dari
galian pasir ini pemkab dapat menerima setidaknya Rp 2 miliar per tahun, ini berdasarkan
jumlah truk pasir yang keluar serta ketentuan pajak 25 persen per kubik pasir yang dijual,"
kata Dadan. Persoalan pajak dari galian pasir ini mencuat saat dilontarkan Jajat Wijaya,
anggota Badan Anggaran (Banggar) dan juga anggota Komisi B DPRD Sumedang. "Saya
punya datanya berapa pendapatan yang diperoleh dari pajak galian pasir ini. Tapi saya belum
menghitung secara rinci data ada di mobil saya, nilainya miliaran rupiah” kata Jajat saat
berbincang dengan Tribun. Namun Jajat tidak mau memberikan data terkait pendapatan dari
sektor pajak ini secara terbuka. Sebelumya Banggar melakukan sidak ke lokasi galian pasir di
lereng Gunung Tampomas. Kabid Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Didin Hermawan, yang menjadi pembicara dalam
diskusi ini, mengaku pihaknya tidak menongkrongi pengusaha galian untuk membayar pajak.
"Pembayaran dan penyetoran pajak diberlakukan sistem self-assesment. Pengusaha
menghitung sendiri berapa pajak yang harus disetorkan berdasarkan sejumlah formulir yang
harus diisi oleh pengusaha," ujar Didin. Setoran dari pengusaha itu, kata Didin, langsung
disetorkan ke kas daerah berikut bukti-bukti dokumen pendukung. Jadi tidak ada yang
diselewengkan" katanya

Anda mungkin juga menyukai