Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip Gizi Untuk Ibu Menyusui

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dan organ-
organ, serta menghasilkan energi. Energi memiliki peranan penting bagi
keberlangsungan hidup makhluk hidup (Winarsih, 2018).

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian khusus, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu harus
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut (Walyani, 2017):

1. Mengonsumsi tambahan kalori, 500 kalori tiap hari;


2. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup;
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari;
4. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan;

Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan vitamin A


juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASI-nya.

Gizi ibu menyusui adalah berbagai zat gizi dalam jumlah tertentu yang
dibutuhkan oleh ibu yang sedang dalam masa menyusui. Pentingnya asupan
gizi pada ibu menyusui, yaitu untuk memulihkan kondisi ibu pascapersalinan.
Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi berfokus pada

1
penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran,serta persiapan laktasi. Ibu
menyusui secara umum membutuhkan nutrisi tambahan. Asupan kalori harian
yang dibutuhkan ibu menyusui sedikitnya 1800 Kkal. Selama masa laktasi, ibu
memerlukan 500 KKal di atas asupan ibu sebelum hamil. Selama seminggu
pertama pascapartum, ibu dianjurkan untuk minum 300 ml per 24 jam.

Selain untuk memulihkan kondisi pascapersalinan, gizi pada ibu


menyusui juga sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.

Bila pemberian ASI berhasil dengan baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui pada umumnyn tidaklah terlalu ketat dalam
mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting bagi ibu untuk
memperhatikan syarat-syarat dalam pantangan makanan (kecuali ibu memang
alergi bahan makanan tertentu). Syarat-syarat bagi ibu menyusui, antara lain
susunan menu harus seimbang, dianjurkan minum 8-12 gelas/hari, menghindari
makanan yang banyak bumbu terlalu panas atau dingin, tidak menggunakan
alkohol, serta dianjurkan banyak makan sayuran bewarna. Bahan makanan yang
dianjurkan untuk ibu menyusui, yaitu:

1. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil atau keadaan biasa
(tinggi kalori tinggi protein).

2. Bahan makanan sumber kalori, yang didapat dari beras, roti, mie,
kentang, bihun, dan sebagainya.

3. Bahan makanan sumber protein, yang didapat dari daging, telur, hati,
ayam, ikan, tahu, tempe, kacang-kacangan, dan sebagainya.

2
4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan
produksi ASI, yaitu sayuran yang bewarna hijau atau kuning, buah-
buahan yang dagingnya bewarna merah atau kuning, buah-buahan yang
dagingnya bewarna merah atau kuning, misalnya bayam, daun singkong,
daun katuk, lamtorogung tanpa kulit, pepaya, pisang, jeruk, jambu air,
mangga.

5. Mengonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah
yang cukup setiap harinya, misalnya bayam, daun pepaya, kangkung,
kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, dan sebagainya.

6. Mengonsumi aneka ragam bahan makanan yang mengandung zat kapur


atau kalsium, seperti daun singkong, daun katuk, bayam, daun pepaya,
singkong, keju, ikan teri, dan susu.

7. Perlu lebih banyak minum air putih untuk membantu memperbanyak


produksi ASI.

Untuk membantu ibu dalam mendapatkan status gizi yang tepat, ibu perlu
memperhatikan asupan energi dan zat gizi yang dibutuhkan. Ibu menyusui perlu
mengonsumsi kalsium dan makanan kaya akan vitamin D, seperti produk susu
bebas lemak atau rendah lemak, buah dan sayuran, serta gandum yang
disesuaikan. Ibu menyusui yang sudahterpenuhi gizinya juga tidak dianjurkan
untuk mengonsumsi suplemen tambahan. Pemberian suplemen tambahan
tersebut hanya diberikan secara khusus pada jenis zat gizi yang kurang. Seorang
ibu menyusui yang juga seorang vegan harus membuat perencanaan yang
matang akan mengonsumsi kalori, protein, kalsium, vitamin D, vitamin B12,
zat besi, dan seng. Beberapa tips penting yang perlu dilakukan bagi ibu
menyusui, antara lain:

3
1. Perbanyak minum. Ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus
karena sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI
(87% kandungan ASI adalah air).Tambahkan frekuensi minum sebanyak
4-5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih,
susu, dan buah juga dapat menjadi sumber cairan. Air seni ibu hamil yang
cukup minum akan bewarna kuning muda, kecuali bila sebelumnya
mengonsumsi vitamin B kompleks (menjadi kuning keemasan).

2. Perbanyak frekuensi makan menjadi lima kali, yaitu makan pagi,makan


siang, snack sore, makan malam, dan snack malam.

3. Perbanyak makanan yang kaya protein dan kalsium. Protein dan kalsium
sangat diperlukan untuk produksi ASI dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan
protein minimal adalah 1 gram per kg berat badan. Konsumsi kalsium
yang dianjurkan adalah 1200 mg. Susu, yoghurt, keju, tahu, dan tempe
adalah sumber protein dan kalsium yang bagus. Konsumsi makanan dan
buah-buahan yang mengandung vitamin D, magnesium, dan zinc juga
perlukan untuk memperlancar penyerapan kalsium.

4. Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin.


Suplemen vitamin A, C, B1, B2, dan B12, niasin, dan asam folat sangat
diperlukan pada masa menyusui.

5. Pastikan kecukupan konsumsi zat besi agar ibu menyusui tidak anemia.
Zat besi banyak terdapat pada sayuran seperti kangkung, bayam, dan
katuk. Katuk merupakan sayuran spesial bagi ibu menyusui, karena dalam
100 g daun katuk terdapat sekitar 2,7 mg zat besi dan 204 mg kalsium.

2.2. Kecukupan Gizi Ibu Menyusui

4
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat-
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman, atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan ideal (Kemenkes RI, 2014). Gizi seimbang pada
ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu menyusui harus
memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan bayinya.

Ibu yang kekurangan gizi parah telah mengurangi kinerja menyusui


berkontribusi terhadap peningkatan risiko kematian anak (Demissie et al.,
2003). Kebutuhan gizi selama menyusui lebih besar dari selama kehamilan. Jika
seorang ibu baik gizi selama kehamilan, ia akan memiliki lemak yang memadai
dan cadangan nutrisi lainnya yang dapat digunakan untuk mengkompensasi
sebagian untuk kebutuhan tambahan nya. Ibu harus diberi konseling tentang
kebutuhan untuk diet yang memadai dalam rangka mencapai menyusui yang
optimal dan mempertahankan tanpa depleting toko nutrisi mereka sendiri.
Perhatian khusus harus diberikan kepada asupan protein, kalsium dan vitamin
(Nutrition, 2008). Ibu menyusui dari pengaturan berpenghasilan rendah
dianggap sebagai kelompok rentan gizi. Karena menyusui proses ibu
mengalami tegangan gizi. kehamilan sering diikuti dengan menyusui
meningkatkan risiko kesehatan ibu mengakibatkan kematian ibu yang tinggi
(Asha & Salil, 1998). Kualitas ASI hanya dipengaruhi dalam kasus yang
ekstrim dari kekurangan, atau dengan asupan yang berlebihan dari makanan
tertentu (Haileslassie et al., 2013).

Setelah lahir normal, inisiasi menyusui dapat mengambil beberapa hari.


Feed enteral harus dimulai pada bayi prematur dalam waktu 48 jam kelahiran,
meskipun mereka dapat diadakan hingga 72 jam setelah lahir sambil menunggu
ASI menjadi tersedia jika ibu ingin. volume susu yang rendah awalnya, dan
sehat, bayi menerima sedikit susu untuk beberapa hari pertama kehidupan.

5
Kecepatan transfer susu telah dilaporkan menjadi 6-10 mL/kg pada hari 1 dan
13-25 mL/kg pada hari 2. Angka ini relatif rendah untuk protokol manajemen
cairan saat ini, yang merekomendasikan pemberian sampai dengan 60-80
mL/kg pada hari 1 (Tudehope, 2013).

Selama kehamilan dan menyusui, iodida berkonsentrasi mekanisme


kelenjar susu muncul untuk memastikan pasokan yang cukup yodium untuk
bayi baru lahir (Brown-Grank, 1961). Konsentrasi yodium dalam ASI adalah
20-50 kali lebih tinggi dari plasma. transportasi iodida adalah proses
sodiumdependent dimediasi melalui natrium iodida symporter (NIS) yang dapat
diblokir oleh perklorat dan tiosianat (Vieja et al., 2000). NIS muncul untuk
mengontrol penyerapan iodida oleh kelenjar susu, dan ekspresinya meningkat
selama menyusui ((Spitzweg et al., 1998) dalam (Azizi & Smyth, 2009)).

Jika ibu berhasil memenuhi gizi seimbang saat menyusui,maka


pertumbuhan bayi juga akan berhasil dan tubuh ibu bisa menjadi sehat dan kuat
serta kualitas dan kuantitas produksi ASI menjadi baik. Beberapa manfaat gizi
seimbang pada ibu menyusui, antara lain sebagai energi untuk melakukan
aktivitas, melakukan berbagai proses di dalam tubuh, mengembalikan alat-alat
kandungan ke keadaan sebelum hamil, sebagai cadangan dalam tubuh, serta
sangat erat kaitannya dengan produksi ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan
bayi.

1. Jumlah Makanan Sehari

Menurut Dewi (2013), gizi seimbang pada saat menyusui merupakan


suatu hal yang sangat penting karena erat kaitannya dengan produksi air
susu. Pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengaruh
terhadap status gizi ibu menyusui dan juga tumbuh kembang bayinya.
Komponen-komponen di dalam ASI diambil dari tubuh ibu sehingga
harus digantikan oleh konsumsi makanan yang cukup. Oleh karena itu,

6
ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan
keadaan tidak menyusui dan masa kehamilan, tetapi jumlah konsumsi
pangannya tetap harus beranekaragam dan jumlah serta proposinya yang
sesuai (Kemenkes RI, 2014).

Ibu menyusui juga membutuhkan makanan ekstra. Untuk


memproduksi 600-800 ml ASI per hari, diperlukan tambahan kalori
sebanyak 500 KKal. Bila tidak diimbangi peningkatan makanan, sumber
kalori tersebut akan diambil dari tubuh ibunya, sehingga membahayakan
status gizi ibu dan bayinya.

Pada umumnya, tidak ada makanan yang secara khusus disarankan


bagi ibu menyusui. Mereka harus makan seperti biasanya, dengan menu
beragam seimbang; empat sehat lima sempurna. Porsinya saja yang perlu
ditambah, baik melalui makanan besar maupun camilan. Adapunbeberapa
kebutuhan zat gizi yang akan meningkat selama masa menyusui pada ibu
hamil, antara lain:

a. Karbohidrat; saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu akan


meningkat sebesar 65 gr per hari atau setara dengan 1 1/2 porsi nasi.

b. Protein; sangat diperlukan untuk peningkatan produksi air susu. Ibu


menyusui membutuhkan tambahan protein sebanyak 17 gr atau setara
dengan i porsi daging (35 gr) dan 1 porsi tempe (50 gr).

c. Lemak; lemak berfungsi sebagai sumber tenaga dan berperan dalam


produksi ASI serta pembawa vitamin larut lemak dalam ASI.
Kebutuhan minyak dalam tumpeng gizi seimbang sebanyak 4 porsi
atau setara dengan 4 sendok makan minyak (20 gr). Lemak yang
diperlukan untuk ibu menyusui, yaitu lemak tak jenuh seperti omega-3
dan omega-6 (Kurniasih,2010)

7
d. Vitamin dan Mineral

1) Ibu menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dari


ibu hamil. Kadar vitamin dalam ASI sangat dipengaruhi oleh
vitamin yang dimakan ibu, jadi suplementasi vitamin pada ibu akan
menaikkan kadar vitamin ASI.

2) Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6,
B12, vitamin A, yodium, dan selenium. Jumlah kebutuhan vitamin
dan mineral adalah 3 porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan.

3) Ibu menyusui rentan terhadap kekurangan gizi. Untuk


mencegahnya, ibu hamil memerlukan suplemen baik berupa
makanan vitamin dan mineral khususnya vitamin A dan zat besi.

e. Cairan

1) Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan


susu dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau
lebih dari 8 gelas air sehari (12-13 sehari). Terutama saat udara
panas, banyak berkeringat, dan demam sangat dianjurkan untuk
minum >8 gelas sehari.

2) Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang
menyusui atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi
dapat diganti. Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih, susu,
jus buah-buahan, dan air yang tersedia di dalam makanan.

Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air


susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 800 KKal yang digunakan untuk
memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri. Kebutuhan gizi

8
tambahan pada ibu menyusui menurut hasil Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi tahun 1998 adalah:

Periode Menyusui
Kandungan Zat Wanita Dewasa
0-6 7-12 13-24
Gizi Tidak Menyusui
bulan bulan bulan
Kalori 2100 +700 kal +500 kal +400
Protein (gr) 44 +16 gr +12 gr +11
Vitamin A (RE) 500 +350 +300 +250
Thalamin (mg) 0,9 +0,3 +0,3 +0,2
Riboflapin (mg) 1,0 +0,4 +0,3 +0,2
Nlacin (mg) 9,3 +3,1 +0,2 +1,8
Vitamin B12 (mg) 1,0 +0,3 +0,3 +0,3
Asam folat (mg) 150 +50 +40 +25
Vitamin C (mg) 30 +25 +10 +10
Calcium (mg) 500 +400 +400 +300
Fosfor (mg) 450 +300 +200 +200
Besi (mg) 26 +2 +2 +2
Seng (mg) 15 +10 +10 +5
Yodium (mg) 150 +50 +50 +25

2. Menu Seimbang untuk Ibu Menyusui

Menyusui merupakan cara alamiah makhluk mamalia termasuk


manusia untuk memberikan makanan dan minuman kepada keturunannya
pada awal kehidupan. Pada masa menyusui, kebutuhan gizi ibu perlu
diperhatikan karena ibu tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya,
melainkan harus memproduksi ASI bagi bayinya.

Sebenarnya, kualitas ASI ibu hamil tetap hampir sama tidak


bergantung dari apa yang ibu makan. Apabila ibu hamil tidak memperoleh
kebutuhan nutrisi dari makanan, lantas tubuh akan mengambil nutrisi
tersebut dari simpanan alami tubuh.

9
Walaupun begitu, demi kesehatan ibu hamil juga, selalu pastikan
nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi tercukupi dengan mengonsumsi
makanan bergizi.

Kebutuhan gizi pada makanan ibu menyususi tentu berbeda dengan


wanita yang tidak menyusui. Adapun rekomendasi menu sehat yang bisa
menjadi pilihan ibu menyusui dan perlu dikonsumsi teratur, antara lain:

a. Daging sapi tanpa lemak

Ibu hamil perlu mengonsumsi makanan kaya zat besar misalnya


seperti daging tanpa lemak, untuk meningkatkan energi. Menu daging
sapi tanpa lemak merupakan protein tambahan dan vitamin B12 yang
sangat baik.

b. Ikan salmon

Ikan salmon sarat dengan jenis lemak baik yang disebut DHA yang
sangat berguna untuk perkembangan sistem saraf bayi. Dalam ASI
memang sudah mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting bagi
tubuh ini lebih tinggi pada ASI wanita yang mendapatkan DHA
tambahan dari konsumsi makanan.

c. Susu rendah dan lemak

Produk susu serta olahan lain seperti seperti yoghurt,susu, atau keju
merupakan bagian penting dari menyusui.Tidak hanya kaya protein,
vitamin B, dan vitamin D,produk susu merupakan salah satu sumber
kalsium terbaik. Sertakan konsumsi susu setiap hari sebagi pelengkap
dari menu makanan.

d. Roti gandum

10
Asupan asam folat sangat penting bagi perkembangan bayi pada
masa awal kehamilan. Di samping itu, kandungan asam folat masih
akan sangat berguna bagi bayi yang sudah lahir. Salah satu sumber
terbaik dari asam folat yaitu roti gandum, yang turut menyumbang
kebutuhan serat dan zatbesi.

Selain rekomendasi menu sehat di atas, contoh menu seimbang lain


yang bisa dikonsumsi ibu dalam sehari, yaitu:

Pagi Siang Malam

Nasi
Nasi Nasi
Daging Bumbu Balado
Telur Dadar Ikan Bakar
Tahu Goreng
Tempe Bumbu Bali Tempe Kripik
Capcay Sayuran
Urap Sayur Pepaya
Apel

Jam 10.00 Jam 16.00 Jam 21.00

(Selingan) (Selingan) (Selingan)

Bubur Kacang Hijau Kue Talam Jeruk Susu

2.3. Pengaruh Status Gizi Terhadap Produksi Asi

Menyusui merupakan cara pemberian makanan yang diberikan oleh ibu


kepada anaknya sebagai proses belajar bayi mengisap keluar air susu dari

11
payudara dengan efisien dan ibu belajar cara menyusui bayi dengan senyaman
mungkin (Nugroho, 2014) Menurut Kemenkes RI (2011), menyusui merupakan
cara alamiah untuk memberikan makanan dan minuman pada awal kehidupan
bayi. Pada masa menyusui, kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan karena ibu
tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya tetapi harus memproduksi Air
Susu Ibu (ASI) bagi bayinya.

Berhasil tidaknya pemberian ASI ibu dapat dinilai dengan mengamati


pertumbuhan bayi. Pertumbuhan dapat diamati melalui penimbangan bayi yang
teratur, yang hasilnya dicatat melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Kenaikan
berat badan sebanyak 800 gram/bulan selama 6 bulan pertama atau kenaikan
berat badan menjadi 2 kali lipat pada akhir bulan kelima, merupakan tanda
pertumbuhan yang memuaskan. Untuk itu, para ibu yang sedang menyusui
bayinya supaya produksi ASI tetap dapat dipertahankan, maka harus makan
lebih banyak dari biasanya. Selain energi, maka tambahan protein dan kalsium
dibutuhkan oleh ibu untuk menambah produksi ASI. Minum susu 1 atau 2 gelas
sehari sangat dianjurkan.

Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi.
Kebutuhannya harus tetap terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung
tidak mengalami hambatan. Dengan makin lengkapnya fasilitas dengan segala
faktor pendukungnya. terutama perawatan postnatal dan laktasi ini, diharapkan
bayi yang sedang tumbuh beradaptasi ini dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhannya. Adapun kelebihan ASI dibandingkan susu pabrik, antara lain:

1. ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya.

2. ASI mengandung kalori 65 KKal/100 ml yang memberikan cukup energi


bagi pertumbuhan bayi.

12
3. Sebanyak 90% kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.

4. ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak secara optimal, terutama


karena kandungan protein khusus, yaitu taurin.

5. Protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi


untuk manusia.

6. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. ASI juga dapat
merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh.

7. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini
akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan
akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.

8. ASI selalu tersedia, bersih, dan segar.

9. ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang berbahaya.

10. ASI lebih ekonomis, hemat, sekaligus praktis.

11. ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

12. ASI dapat membantu program keluarga berencana.

Status gizi ibu menyusui memegang peranan penting untuk keberhasilan


menyusui yang indikatornya diukur dari durasi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif,
pertumbuhan bavi, dan status gizi ibu pasca menyusui (Fikawati, 2015). Wanita
yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang
tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium,
vitamin B6, folat, kalsium, dan seng. Air Susu Ibu (ASI) tidak memiliki suplai
zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi yang berusia lebih dari 6
bulan. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sebaiknya diberikan pada ibu
menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stres dapat

13
menurunkan jumlah produksi Air Susu Ibu (ASI) (Proverawati&Rahmawati,
2010).

Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air


susu dan jumlah susu yang dihasilkan. Ibu menyusui disarankan memperoleh
tambahan zat makanan 500 Kal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan
untuk aktivitas ibu sendiri Kekurangan gizi pada ibu akan memengaruhi dan
memberikan dampak kepada ibu dan bayinya. Jika ibu menyusui kekurangan
gizi, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.
Gangguan pada bayi meliputi proses tumbung kembang anak, bayi mudah sakit,
dan mudah terkena infeksi. Bila konsumsi zat kapur (Ca) ibunya berkurang, Ca
akan diambil dari cadangan jaringan ibunya, sehingga memberikan osteoporosis
dan kerusakan gigi-gelgi cariesdentis. Selain itu, kekurangan berbagai macam
zat esensial akan menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang pada bayi.
Oleh sebab itu, tindakan yang harus diperhatikan jika ibu sibuk dalam bekerja,
antara lain:

1. Ibu dapat menyusui bayinya sekenyang mungkin pada malam hari.

2. Ibu dapat menyusui bayinya sebelum berangkat kerja.

3. Ibu dapat menyimpan ASI dalam lemari pendingin.

4. Ibu dapat meluangkan waktu istirahat kerjanya untuk dapat kembali


menyusui bayinya.

2.4. Masalah Gizi Ibu Menyusui

Ibu menyusui merupakan salah satu golongan yang termasuk ke dalam


kelompok rentan gizi. Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Bab VIII pasal 142 yang menyebutkan bahwa

14
golongan yang termasuk ke dalam kelompok rentan gizi, meliputi bayi dan
balita, remaja perempuan, Serta ibu hamil dan menyusui. Kelompok rentan gizi
adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita
ganggnan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi.

Ibu menyusui tergolong ke dalam salah satu kelompok rentan, sebab ASI
yang merupakan makanan utama bayi diperoleh dari ibu. Oleh sebab itu, ibu
yang sedang menyusui harus memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi.
Sekresi ASI rata-rata 800-850 ml per hari dan mengandung 60-65 KKal, protein
1-1 g, dan lemak 2,5-3.5 g setiap 100 ml. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu dan
harus digantikan dengan suplai makanan sehari-hari(Marmi, 2014). Ibu yang
tidak mampu menggantikan zat gizi yang diberikan kepada bayi, berisiko
mengalami gizi kurang atau bahkan masalah kesehatan, seperti osteoporosis,
kerusakan gigi dan kekurangan energi kronis (KEK).

Masalah gizi pada ibu menyusui pada umumnnya berkaitandengan asupan


makanan yang dikonsumsi ibu menyusui itu sendiri. Dengan kurangnya asupan
makanan pada jenis makanan tertentu, mengakibatkan ibu mengalami defisiensi
terhadap jenis zat gizi tertentu. Beberapa masalah pada ibu menyusui yang
disebabkan oleh kekurangan zat gizi, antara lain:

1. Anemia Zat Besi

Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsorpsi
tubuh manusia adalah sumber protein hewani, seperti ikan, daging, telur,
dan sebagainya. Sayuran seperti daun singkong, kangkung, dan bayam
juga mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam
tubuh.

15
Asupan asam folat yang cukup penting untuk melindungi kesehatan
ibu dan bayi. Hal ini terlibat dalam pembentukan hemoglobin dalam sel
darah merah. Seorang wanita menyusui membutuhkan 280 mikorgam per
hari. Folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, kacang polong, jeruk,
wortel, pisang, alpukat, gandum utuh, sereal, dan biji-bijian.

2. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI)

GAKI adalah gangguan akibat kekurangan yodium yang menyebabkan


terjadinya gondok atau pembengkakan kelenjar tiroid di feher dan
kretinisme. Yodium merupakan nutrisi penting sistem saraf pada bayi dan
anak-anak muda. Pada ibu menyusui, kekurangan yodium dapat
mengakibatkan pengaruh negatif pada sistem otak dan saraf bayi, serta
menghasilkan IQ yang lebih rendah.

Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250
mg per hari. Yodium dapat diperoleh dari makanan yodium tinggi adalah
makanan laut. Selain dari makanan laut, yodium dapat diperoleh dari
mengonsumi garam beryodium.

3. Kurang Energi Protein (KEP) atau Protein Energy Malnutrition (PEM)

Secara umum, protein berfungsi sebagai zat gizi pembangun sel.


Setelah melahirkan, ibu memerlukan protein untuk memulihkan keadaan
pasca melahirkan. Proses pemulihan tersebut dilakukan dengan
memenuhi energi yang bersumber dari protein. Selain itu, protein
merupakan suatu zat pembentuk hormon oksitosin dan prolaktin yang
sangat berperan dalam proses laktasi.

Kurang Energi Protein (KEP) adalah penyakit gizi akibat defisiensi


energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kurang energi protein
disebabkan oleh empat hal, yaitu kualitas ataukuantitas suatu makanan

16
yang dikonsumsi, sistem pencernaan atau penyerapan makanan,
pengetahuan yang kurang tentang gizi, konsep klasik diet cukup energi,
serta kemiskinan, sehingga tinggal malnutrisi dan infeksi.

KEP pada ibu menyusui dapat menyebabkan penyembuhan bekas lahir


yang lama, kualitas dan kuantitas ASI yang menurun, serta ibu kehilangan
berat badan. Kondisi KEP dapat dicegah dengan mengonsumsi bahan
makanan yang mengandung protein, seperti kacang-kacangan, tempe,
tahu, daging, ikan,dan telur

4. Kebutuhan vitamin D pada ibu menyusui

Kebutuhan kalsium meningkat selama menyusui karena digunakan


untuk memproduksi ASI yang mengandung kalsium tinggi. Fungsi utama
vitamin D pada ibu menyusui adalah membantu pembentukan dan
pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan C. Vitamin D diperoleh tubuh
melalui sinar matahari dan makanan. Apabila asupan kalsium tidak
mencukupi tubuh ibu, maka akan terjadi pengeroposan tulang dan gigi
karena cadangan kalsium di dalam tubuh ibu digunakan untuk produksi
ASI.

Ibu menyusui dianjurkan makan makanan hewani yang yaitu kuning


telur, hati, krim, mentega, dan minyak hati ikan. Penyerapan kalsium akan
maksimal jika ibu berjemur di bawah sinar matahari pada pagi hari.

DAFTAR PUSTAKA

Asha, K. & Salil, S., 1998. Nutrient Intake of Lactating Mothers from Rural areas and
urban areas. Indian J Soc Res, XXXIX, p.2.

17
Azizi, F. & Smyth, P., 2009. Breastfeeding and maternal and infant iodine nutrition.
Clinical Endocrinology, LXX(5), pp.803-06.

Brown-Grank, K., 1961. Extrathyroidal iodine concentrating mechanisms.


Physiological Reviews, (41), pp.189-213.

Demissie, T., Mekonen, Y. & Haider, J., 2003. Agro-ecological comparison levels and
correlate of nutritional status of women. Ethiop J Health Dev, XVII, pp.189–
96.

Haileslassie, K., Mulugeta, A. & Girma, M., 2013. Feeding practices, nutritional
status and associated factors of lactating women in Samre Woreda, South
Eastern Zone of Tigray, Ethiopia. Nutrition Journal, XII, pp.1-11.

Nutrition, D.o.H.D., 2008. Guidelines on Maternal Nutrition. South Africa: A manual


for Health Care Personnel.

Spitzweg, C., Joba, W., Eisenmenger, W. & al, e., 1998. Analysis of human sodium
iodide symporter gene expression in extrathyroidal tissues and cloning of its
complementary deoxyribonucleic acids from salivary gland, mammary gland,
and gastric mucosa. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, (83),
pp.1746–51.

Tudehope, D.I., 2013. Human Milk and the Nutritional Needs of Preterm Infants. The
Journal of Pediatrics, CLXII(3), pp.517-25.

Vieja, A.D.l., Dohan, O., Levy, O. & al, e., 2000. Molecular analysis of the
sodium/iodide symporter: impact on thyroid and extrathyroid pathophysiology.
Physiological Reviews, (80), pp.1083–85.

Walyani, E.S., 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

18
Winarsih, 2018. Pengantar Ilmu Gizi dalam Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

19

Anda mungkin juga menyukai