Bab I-Daftar Pustaka
Bab I-Daftar Pustaka
PEMBAHASAN
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian khusus, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu harus
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut (Walyani, 2017):
Gizi ibu menyusui adalah berbagai zat gizi dalam jumlah tertentu yang
dibutuhkan oleh ibu yang sedang dalam masa menyusui. Pentingnya asupan
gizi pada ibu menyusui, yaitu untuk memulihkan kondisi ibu pascapersalinan.
Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi berfokus pada
1
penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran,serta persiapan laktasi. Ibu
menyusui secara umum membutuhkan nutrisi tambahan. Asupan kalori harian
yang dibutuhkan ibu menyusui sedikitnya 1800 Kkal. Selama masa laktasi, ibu
memerlukan 500 KKal di atas asupan ibu sebelum hamil. Selama seminggu
pertama pascapartum, ibu dianjurkan untuk minum 300 ml per 24 jam.
Bila pemberian ASI berhasil dengan baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasan makan yang
memuaskan. Ibu menyusui pada umumnyn tidaklah terlalu ketat dalam
mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting bagi ibu untuk
memperhatikan syarat-syarat dalam pantangan makanan (kecuali ibu memang
alergi bahan makanan tertentu). Syarat-syarat bagi ibu menyusui, antara lain
susunan menu harus seimbang, dianjurkan minum 8-12 gelas/hari, menghindari
makanan yang banyak bumbu terlalu panas atau dingin, tidak menggunakan
alkohol, serta dianjurkan banyak makan sayuran bewarna. Bahan makanan yang
dianjurkan untuk ibu menyusui, yaitu:
1. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil atau keadaan biasa
(tinggi kalori tinggi protein).
2. Bahan makanan sumber kalori, yang didapat dari beras, roti, mie,
kentang, bihun, dan sebagainya.
3. Bahan makanan sumber protein, yang didapat dari daging, telur, hati,
ayam, ikan, tahu, tempe, kacang-kacangan, dan sebagainya.
2
4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan
produksi ASI, yaitu sayuran yang bewarna hijau atau kuning, buah-
buahan yang dagingnya bewarna merah atau kuning, buah-buahan yang
dagingnya bewarna merah atau kuning, misalnya bayam, daun singkong,
daun katuk, lamtorogung tanpa kulit, pepaya, pisang, jeruk, jambu air,
mangga.
5. Mengonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah
yang cukup setiap harinya, misalnya bayam, daun pepaya, kangkung,
kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, dan sebagainya.
Untuk membantu ibu dalam mendapatkan status gizi yang tepat, ibu perlu
memperhatikan asupan energi dan zat gizi yang dibutuhkan. Ibu menyusui perlu
mengonsumsi kalsium dan makanan kaya akan vitamin D, seperti produk susu
bebas lemak atau rendah lemak, buah dan sayuran, serta gandum yang
disesuaikan. Ibu menyusui yang sudahterpenuhi gizinya juga tidak dianjurkan
untuk mengonsumsi suplemen tambahan. Pemberian suplemen tambahan
tersebut hanya diberikan secara khusus pada jenis zat gizi yang kurang. Seorang
ibu menyusui yang juga seorang vegan harus membuat perencanaan yang
matang akan mengonsumsi kalori, protein, kalsium, vitamin D, vitamin B12,
zat besi, dan seng. Beberapa tips penting yang perlu dilakukan bagi ibu
menyusui, antara lain:
3
1. Perbanyak minum. Ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus
karena sebagian air yang diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI
(87% kandungan ASI adalah air).Tambahkan frekuensi minum sebanyak
4-5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air putih,
susu, dan buah juga dapat menjadi sumber cairan. Air seni ibu hamil yang
cukup minum akan bewarna kuning muda, kecuali bila sebelumnya
mengonsumsi vitamin B kompleks (menjadi kuning keemasan).
3. Perbanyak makanan yang kaya protein dan kalsium. Protein dan kalsium
sangat diperlukan untuk produksi ASI dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan
protein minimal adalah 1 gram per kg berat badan. Konsumsi kalsium
yang dianjurkan adalah 1200 mg. Susu, yoghurt, keju, tahu, dan tempe
adalah sumber protein dan kalsium yang bagus. Konsumsi makanan dan
buah-buahan yang mengandung vitamin D, magnesium, dan zinc juga
perlukan untuk memperlancar penyerapan kalsium.
5. Pastikan kecukupan konsumsi zat besi agar ibu menyusui tidak anemia.
Zat besi banyak terdapat pada sayuran seperti kangkung, bayam, dan
katuk. Katuk merupakan sayuran spesial bagi ibu menyusui, karena dalam
100 g daun katuk terdapat sekitar 2,7 mg zat besi dan 204 mg kalsium.
4
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat-
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman, atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan ideal (Kemenkes RI, 2014). Gizi seimbang pada
ibu menyusui dapat diartikan bahwa konsumsi makanan ibu menyusui harus
memenuhi kebutuhan untuk dirinya sendiri dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan bayinya.
5
Kecepatan transfer susu telah dilaporkan menjadi 6-10 mL/kg pada hari 1 dan
13-25 mL/kg pada hari 2. Angka ini relatif rendah untuk protokol manajemen
cairan saat ini, yang merekomendasikan pemberian sampai dengan 60-80
mL/kg pada hari 1 (Tudehope, 2013).
6
ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan
keadaan tidak menyusui dan masa kehamilan, tetapi jumlah konsumsi
pangannya tetap harus beranekaragam dan jumlah serta proposinya yang
sesuai (Kemenkes RI, 2014).
7
d. Vitamin dan Mineral
2) Vitamin yang penting dalam masa menyusui adalah vitamin B1, B6,
B12, vitamin A, yodium, dan selenium. Jumlah kebutuhan vitamin
dan mineral adalah 3 porsi sehari dari sayuran dan buah-buahan.
e. Cairan
2) Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang
menyusui atau sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi
dapat diganti. Kebutuhan cairan dapat diperoleh dari air putih, susu,
jus buah-buahan, dan air yang tersedia di dalam makanan.
8
tambahan pada ibu menyusui menurut hasil Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi tahun 1998 adalah:
Periode Menyusui
Kandungan Zat Wanita Dewasa
0-6 7-12 13-24
Gizi Tidak Menyusui
bulan bulan bulan
Kalori 2100 +700 kal +500 kal +400
Protein (gr) 44 +16 gr +12 gr +11
Vitamin A (RE) 500 +350 +300 +250
Thalamin (mg) 0,9 +0,3 +0,3 +0,2
Riboflapin (mg) 1,0 +0,4 +0,3 +0,2
Nlacin (mg) 9,3 +3,1 +0,2 +1,8
Vitamin B12 (mg) 1,0 +0,3 +0,3 +0,3
Asam folat (mg) 150 +50 +40 +25
Vitamin C (mg) 30 +25 +10 +10
Calcium (mg) 500 +400 +400 +300
Fosfor (mg) 450 +300 +200 +200
Besi (mg) 26 +2 +2 +2
Seng (mg) 15 +10 +10 +5
Yodium (mg) 150 +50 +50 +25
9
Walaupun begitu, demi kesehatan ibu hamil juga, selalu pastikan
nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi tercukupi dengan mengonsumsi
makanan bergizi.
b. Ikan salmon
Ikan salmon sarat dengan jenis lemak baik yang disebut DHA yang
sangat berguna untuk perkembangan sistem saraf bayi. Dalam ASI
memang sudah mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting bagi
tubuh ini lebih tinggi pada ASI wanita yang mendapatkan DHA
tambahan dari konsumsi makanan.
Produk susu serta olahan lain seperti seperti yoghurt,susu, atau keju
merupakan bagian penting dari menyusui.Tidak hanya kaya protein,
vitamin B, dan vitamin D,produk susu merupakan salah satu sumber
kalsium terbaik. Sertakan konsumsi susu setiap hari sebagi pelengkap
dari menu makanan.
d. Roti gandum
10
Asupan asam folat sangat penting bagi perkembangan bayi pada
masa awal kehamilan. Di samping itu, kandungan asam folat masih
akan sangat berguna bagi bayi yang sudah lahir. Salah satu sumber
terbaik dari asam folat yaitu roti gandum, yang turut menyumbang
kebutuhan serat dan zatbesi.
Nasi
Nasi Nasi
Daging Bumbu Balado
Telur Dadar Ikan Bakar
Tahu Goreng
Tempe Bumbu Bali Tempe Kripik
Capcay Sayuran
Urap Sayur Pepaya
Apel
11
payudara dengan efisien dan ibu belajar cara menyusui bayi dengan senyaman
mungkin (Nugroho, 2014) Menurut Kemenkes RI (2011), menyusui merupakan
cara alamiah untuk memberikan makanan dan minuman pada awal kehidupan
bayi. Pada masa menyusui, kebutuhan gizi ibu perlu diperhatikan karena ibu
tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya tetapi harus memproduksi Air
Susu Ibu (ASI) bagi bayinya.
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi.
Kebutuhannya harus tetap terpenuhi sehingga proses yang sedang berlangsung
tidak mengalami hambatan. Dengan makin lengkapnya fasilitas dengan segala
faktor pendukungnya. terutama perawatan postnatal dan laktasi ini, diharapkan
bayi yang sedang tumbuh beradaptasi ini dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhannya. Adapun kelebihan ASI dibandingkan susu pabrik, antara lain:
1. ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
perkembangan kecerdasannya.
12
3. Sebanyak 90% kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.
6. ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. ASI juga dapat
merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh.
7. Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini
akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan
akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.
13
menurunkan jumlah produksi Air Susu Ibu (ASI) (Proverawati&Rahmawati,
2010).
14
golongan yang termasuk ke dalam kelompok rentan gizi, meliputi bayi dan
balita, remaja perempuan, Serta ibu hamil dan menyusui. Kelompok rentan gizi
adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita
ganggnan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi.
Ibu menyusui tergolong ke dalam salah satu kelompok rentan, sebab ASI
yang merupakan makanan utama bayi diperoleh dari ibu. Oleh sebab itu, ibu
yang sedang menyusui harus memperhatikan asupan zat gizi yang dikonsumsi.
Sekresi ASI rata-rata 800-850 ml per hari dan mengandung 60-65 KKal, protein
1-1 g, dan lemak 2,5-3.5 g setiap 100 ml. Zat-zat ini diambil dari tubuh ibu dan
harus digantikan dengan suplai makanan sehari-hari(Marmi, 2014). Ibu yang
tidak mampu menggantikan zat gizi yang diberikan kepada bayi, berisiko
mengalami gizi kurang atau bahkan masalah kesehatan, seperti osteoporosis,
kerusakan gigi dan kekurangan energi kronis (KEK).
Penyebab utama anemia gizi adalah kekurangan zat besi (Fe) dan asam
folat. Sumber makanan yang mengandung zat besi yang mudah diabsorpsi
tubuh manusia adalah sumber protein hewani, seperti ikan, daging, telur,
dan sebagainya. Sayuran seperti daun singkong, kangkung, dan bayam
juga mengandung zat besi akan tetapi lebih sulit absorpsinya di dalam
tubuh.
15
Asupan asam folat yang cukup penting untuk melindungi kesehatan
ibu dan bayi. Hal ini terlibat dalam pembentukan hemoglobin dalam sel
darah merah. Seorang wanita menyusui membutuhkan 280 mikorgam per
hari. Folat terdapat dalam sayuran berdaun hijau, kacang polong, jeruk,
wortel, pisang, alpukat, gandum utuh, sereal, dan biji-bijian.
Asupan harian yodium ibu menyusui yang harus dipenuhi adalah 250
mg per hari. Yodium dapat diperoleh dari makanan yodium tinggi adalah
makanan laut. Selain dari makanan laut, yodium dapat diperoleh dari
mengonsumi garam beryodium.
16
yang dikonsumsi, sistem pencernaan atau penyerapan makanan,
pengetahuan yang kurang tentang gizi, konsep klasik diet cukup energi,
serta kemiskinan, sehingga tinggal malnutrisi dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Asha, K. & Salil, S., 1998. Nutrient Intake of Lactating Mothers from Rural areas and
urban areas. Indian J Soc Res, XXXIX, p.2.
17
Azizi, F. & Smyth, P., 2009. Breastfeeding and maternal and infant iodine nutrition.
Clinical Endocrinology, LXX(5), pp.803-06.
Demissie, T., Mekonen, Y. & Haider, J., 2003. Agro-ecological comparison levels and
correlate of nutritional status of women. Ethiop J Health Dev, XVII, pp.189–
96.
Haileslassie, K., Mulugeta, A. & Girma, M., 2013. Feeding practices, nutritional
status and associated factors of lactating women in Samre Woreda, South
Eastern Zone of Tigray, Ethiopia. Nutrition Journal, XII, pp.1-11.
Spitzweg, C., Joba, W., Eisenmenger, W. & al, e., 1998. Analysis of human sodium
iodide symporter gene expression in extrathyroidal tissues and cloning of its
complementary deoxyribonucleic acids from salivary gland, mammary gland,
and gastric mucosa. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, (83),
pp.1746–51.
Tudehope, D.I., 2013. Human Milk and the Nutritional Needs of Preterm Infants. The
Journal of Pediatrics, CLXII(3), pp.517-25.
Vieja, A.D.l., Dohan, O., Levy, O. & al, e., 2000. Molecular analysis of the
sodium/iodide symporter: impact on thyroid and extrathyroid pathophysiology.
Physiological Reviews, (80), pp.1083–85.
Walyani, E.S., 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
18
Winarsih, 2018. Pengantar Ilmu Gizi dalam Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
19