PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Untuk distribusi ketenagaan di setiap instalasi ada satu orang
koordinator dan bergabung dalam tim TB DOTS.
C. Pengaturan Jaga
Untuk waktu kerja masing-masing koordinator ini disesuaikan
dengan kondisi masing-masing instalasi dimana petugas / tim TB
DOTS bekerja.
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
Kriteria umum ruangan
a. Struktur fisik
Lantai porselen dan dinding dicat terang.
b. Kebersihan
Cat dan lantai berwarna terang dan sehingga kotoran terlihat
dengan mudah. Ruangan bersih bebas dari debu dan kotoran
sampah atau limbah ini berlaku pula untuk mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, steker listrik, dan langit-langit.
c. Pencahayaan
Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan
dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh. Pencahayaan terang
dari cahaya alami atau listrik.
d. Ventilasi
suhu ruangan dijaga 24-26 C dan pendingin ruangan berfungsi
dengan baik
e. Pencucian tangan
Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun, serta tissu untuk
mengeringkan tangan
1. Cara penularan
• Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
• Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali
batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
• Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
• Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut.
2. Risiko penularan
• Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan
kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru
dengan BTA negatif.
• Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan
AnnualRisk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI
sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000
penduduk terinfeksi setiap tahun.
• Menurut WHO ARTI di Indonesia bervariasi antara 1 -3 %
TERPAJAN INFEKSI TB
MATI
10 % kas
Konsentrasi Kuman • us
Keterlambatan
Lama Kontak diagnosis dan
• Malnutrisi pengobatan
• Penyakit DM, • Tatalaksana tak
immune-supresan memadai
• Kondisi kesehatan
A. PENEMUAN PASIEN TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,
diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Penemuan
pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program
penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB
menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan
kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di
masyarakat.
1) Strategi Penemuan
- Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.
Penjaringan tersangka pasien dilakukan di Unit pelayanan
Kesehatan: di dukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka pasien TB
- Pemeriksaan Terhadap Kontak pasien TB, terutama mereka yang
BTA positif dan pada keluarga anak yang menderita TB yang
menunjukan gejala sama, harus di periksa dahaknya.
- Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, di anggap tidak cost
efektif.
4) Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien
yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan.
Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman
serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam
beberapa situasi :
a. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
b. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
c. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan
ganda.
1) Diagnosis TB Paru
- Semua suspek TB diperiksa spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu sewaktu -pagi - sewaktu (SPS).
- Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA) Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan
gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
- Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan
aktifitas penyakit.
- Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB
paru.
D. PENGOBATAN TB
Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Tindakan-1 Tindakan-2
Lacak pasien Bila hasil BTA Lanjutkan pengobatan sampai
Diskusikan dan negatif atau seluruh dosis selesai.
cari masalah TB extra paru
Periksa 3 kali :
dahak (SPS) Bila satu atau Lama Lanjutkan
dan lanjutkan lebih hasil pengobatan pengobatan sampai
pengobatan BTA positif sebelumnya seluruh dosis
semntara kurang dari 5 selesai
menunggu hasil bulan *)
Lama
Kategori-1 :
pengobatan mulai kategori-
sebelumnya 2
lebih dari 5 Kategori-2 :
bulan. rujuk, mungkin
kasus kronk
Tindakan pada pasien yang putus berobat lebih 2 bulan (Default)
*) tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan dan lama
pengobatan sebelumnya kurang dari 5 bulan:
Lanjutkan pengobatan dulu sampai seluruh dosis selesai dan 1 bulan
sebelum akhir pengobatan harus diperiksa dahak.
1. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak ( follow-up) hasilnya negatif pada Akhir
Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow-up
sebelumnya negatif.
2. Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
3. Meninggal
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena
sebab apapun.
4. Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03
yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui
5. Default (Putus Berobat)
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut/turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
6. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
LOGISTIK
A. Logistik OAT
Paket OAT dewasa terdapat 2 macam jenis dan kemasan yaitu :
Dalam bentuk kombinasi dosis tetap terdiri dari paket kategori 1,
kategori 2, dan sisipan yang dikemas dalam blister berisi 29 tablet
Dalam bentuk kombipak terdiri dari paket kategori 1, kategori 2,
dan sisipan, yang dikemas dalam blister untuk satu dosis.
Kombipak ini disediakan khusus untuk mengatasi efek samping
KDT.
B. Logistik Non OA T
Alat laboratorium terdiri dari : mikroskop, slie box, pot sputum, kaca
sediaan , rak pewarna dan pengering, lampu spirtus, ose, botol
plastik bercorong, pipet, kertas pembersih lensa mikroskop,
kertas saring.
Bahan diagnostik terdiri dari : reagen Ziehl neelsen, eter
alkohol, minyak imersi, lysol, tuberculin PPD RT 23.
KESELAMATAN PASIEN
a. Defenisi
b. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhada pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
KESELAMATAN KERJA
PEMANTAPAN MUTU
PENUTUP