Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI SYARI’AH

Sa’adal Jannah

A. Pendahuluan
Ketika manusia mengenal jual beli dan perdagangan pada saat itulah akuntansi
mulai digunakan. Bangsa Arab pada waktu itu sudah memiliki administrasi yang
cukup maju, praktik pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal
umum, buku kas, laporan periodik dn penutupan buku (Sari, 2014). Akuntansi
sebagai salah satu bahasa bisnis ( accounting is languange of business) berkembang
salah satunya karena tumbuh dan berkembangnya bisnis. Akuntansi dikenal oleh
masyarakat umum adalah pembukuan atau pencatatan transaksi. Sebagaimana dalam
al-Qur’an, akuntansi dimulai dari (QS 2:282) “orang-orang beriman, apabila kamu
melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang telah ditentukan, maka
tuliskanlah”. (Alim, 2011). Sedangkan menurut sejarah yang diketahui awam dan
terdapat dalam berbagai buku “Teori Akuntansi”, disebutkan akuntan muncul
pertama kali di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang pendeta Italia
bernama Luca Pacioli. Ia menulis buku “Summa de Arithmatica Geometria et
Propotionalita” dengan memuat satu bab mengenai “Double Entry Accounting
System”. Karya Luca Pacioli menjadi awal dan perkembangan teori akuntansi
modern (Hasnidar).
Menurut Gray,1988; Brown,1990;Chua,1996; Vekatesh, 210 dalam
(Suryningrum, 2011), bahwa dari riset akuntansi, riset akuntansi sudah lebih melebar
dengan menarik perspektif yang berbeda dari cabang-cabnag ilmu yang lain seperti
psikologi, sosiologi, budaya, agama, histori, dan spiritual. Meluasnya paradigma
akuntansi tersebut tidak lain disebabkan oelh riset yang selama ini didominasi oleh
paradigma postivism dianggap memiliki kekurangan dalam mengembangkan
akuntansi. Paradigma seperti interpretif, kritis, dan posmodernism mulai lebih
diperhatikan di samping paradigma postivism. Meluasnya riset akuntansi tersebut
membuktikan makin luasnya peran akuntansi dalam masyarakat.
Suwardjono dalam (Apriyanti, 2017) mengatakan bahwa praktik akuntansi
syariah di Indonesia telah berkembang pesat dan mendapat respon yang positif dari
masyarakat dan pemerintah. Salah satu respon dari pemerintah adalah adanya standar
yang menjadi guidance bagi lembaga keuangan syariah. Di balik praktik akuntansi
yang telah berkembang saat ini, baik akuntansi secara konvensional maupun syariah
sebenarnya ada gagasan yang mendasari praktik-praktik tersebut berupa asumsi-
asumsi dasar, konsep, penjelasan, deskripsi dan penalaran yang membentuk bidang
pengetahuan teori akuntansi. Namun Tryuwono dalam (Hasnidar) mengkritik bahwa
ada beberapa kelemaham yang ditemukan pada akuntansi modern, speperti adanya
sifat “egoism” yang bukan hanya merefleksi ke dalam bentuk private cost/benefit
tetapi juga telihat pada orientasi akuntansi untuk melaporkan laba kepada pihak yang
paling berkepentingan, yaitu shareholder yang menjadikan informasi itu berbau sifat
“egoistic”. Manajemen dapat melakukan eksploitasi terhadap orang lain dan alam.
Menajemen enggan memberikan gaji yang memadai bagi karyawannya, karena
dengan pikiran egoistic gaji yang tinggi akan memperbsar beban upah dan gaji.
Tingginya beban ini akan memperkecil laba. Itulah beberapa contoh dari lemahnya
akuntansi modern

1
Di sisi lain, (Widiana, 2017) menambahkan bahwa perkembangan lembaga
keuangan syariah yang menggembirakan ini sayangnya menghadapi berbagai
kendala atau masalah. Salah satunya kendalanya yaitu terbatasnya Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berbasis syariah. Perlu diketahui majunya sebuah lembaga
keuangan syariah tidak hanya dari pertumbuhan yang spektakuler dengan
penyebaran informasi yang baik, tetapi harus didukung denga para pekerja yang
mempunyai kemapuan di bidang syariah. Tak hanya perkembangan yang pesat dari
segi lembaga keuangan syariah saja, namun kinerja perusahaan tiap kinerja lembaga
keuangan syariah yang diperlukan untuk menentukan apakah perusahaan mencapai
profitabilitas dan perkembangan usahanya serta manajemen, hal ini dapat dilihat dari
laporan yang disajikan pada akhir periode yang kemudian diadakan suatu analisis
atas laporan keuangan tersebut.
. Oleh karena itu, (Pratama, Setiawiati, Fatimah, & Felani, 2017) dalam artikelnya
berpendapat bahwa tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis
dengan wawasan humanis, emansipatooris, transedental, dan teologis. Dengan
akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid dan
ketundukan kepada ketentuan Allah swt. Seperti yang dikatakan Sardar (1991),”Ini
karena, pertama, ekonomi neoklasik, menjadi disiplin positif, tidak memainkan peran
aktif dalam mengarahkan atau mengendalikan perilaku manusia atau peristiwa
ekonomi. Ini hanya menjelaskan atau merasionalisasikan mereka. Kedua, beberapa
postulat dasar seperti keegoisan manusia yang inheren, usaha bebas yang tidak diatur,
kedaulatan konsumen, kebebasan mutlak untuk mendapatkan, meyelamatkan,
menginvestasikan atau membuang serta berperan penting dalam menciptakan
berbagai masalah ekonomi.

B. Sejarah Akuntansi Syariah


Akuntansi yang kita kenal sekarang di kalim berkembang dari peradaban barat
(sejak Paciolli) padahal apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan
perkembangannya, terliahat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban
sebelumnya yunani maupun Arab Islam (Sari, 2014). Pada beberapa literatur
menyebutkan bahwa sebenarnya Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan
double entry accounting system. Karena sistem tersebut ternyata telah dilakukan
sejak adanya perdagangan antara Vevine dan Genoa pada awal abad ke-13 M. Hal
ini juga diakui oleh Luca Paciolli. Perkembangan akuntansi di suatu wilayah tidak
hanya disebabkan oleh masyarakat di lokasi itu sendiri, akan tetapi dapat pula
dipengaruhi oleh perkembangan lain pasa saat atau periode waktu telah mengakui
bahwa akuntansi telah dilakukan satu abad sebelumnya dan sendiri menjadi salah
satu pusat perdagangan terbuka, maka sangat terbuka pertukaran informasi antara
pedagang muslim yang telah mengembangkan hasil pemikirannya dari ilmuwan
muslim lain (Wartoyo). Oleh karena itu, dalam tulisannya (Hasnidar)
mengungkapkan beberapa fakta yang kontroversial. Pertama, Harahap (2004) dalam
(Hasnidar) menyatakan adalah pernyataan dari Vernon Kam sendiri yang dalam
bukunya yang berjudul Accounting Theory menyatakan bahwa :”Menurut sejarahnya
kita mengetahui bahwa system pembukuan double entry muncul di Italia pada akhir
abad ke 13 Masehi. Itulah catatan yang palin tua yang kita miliki mengenai sistem
akuntansi “double entry”, namun adalah mungkin bahwa sistem double entry sudah
ada sebelumnya. Kedua, pernyataan Vernon Kam di atas didukung oleh penemuan
pada penelitian yang dilakukan oleh Littleton (1961) yang menyatakan bahwa jauh

2
sebelum Paciolli menemukan double entry, ada seorang Italia lainnya yang juga
sudah menulis tentang double entry yang bernama Benedetto Cortugli pada tahun
1458, atau 36 tahun sebelum uku Paciolli terbit. Namun buku tersebut baru terbit
pada tahun 1573, atau 89 tahun setelah terbitnya buku Paciolli. Ketiga, Hendriksen,
seorang guru besar akuntansi berkebangsaan Amerika menulis dalam bukunya,
bahwa penemuan angka Arab sangat membantu perkembangan akuntansi. Kutipan
pernyataan ini menandai bahwa para ilmuwan muslim telah memberikan kontribusi
yang besar, terutama adanya penemuan angka nol dan konsep perhitungan desimal.
Keempat, lebih jauh lagi, apa yang dituliskan oleh Lucca Paciolli adalah salah satu
bab bukunya tersebut, ternyata memiliki kemiripan dengan apa yang telah disusun
oleh para pemikir muslim pada abad ke-8-10 M (Hasnidar). Kemiripan tersebut
adalah sebagai berikut (Hasnidar) (Sari, 2014):
Tahun Luca Pacioli Islam
In The Name of God Bismillah (dengan nama Allah)
Client Mawla
Cheque Sakk
Separate Sheet WarakaKhidma
Closing Book Yutbak
622 M Journal Jaridah
750 M Receivable Subsidiary Al Awraj
Ledger
750 M General Journal Daftar Al Yawmiah
750 M Journal Voucher Ash Shahad
Abad 8 M Collectible Debt Arra‟ ej Menal Mal
Uncollecetible Debt Munkaser Menal Mal
Doubful, difficult, complicated debt Al Mutaakherwal Mutahyyer
Auditing Hisab
Chart of Account Sabh Al Asha
Kelima, transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjun pada
masyarakat Arab, menarik sejumlah kalangan ilmuwan dari Eropa seperti Leonardo
Fiboccia da Pisa, yang melakukan perjlanan ilmiahnya ke Timur Tengah. Dialah
yang mengenalkan angka Arab dan Aljabar, atau metode perhitungan ke benua Eropa
pada tahun 1202, melalui bukunya yang berjudul “Liber Abacci”, serta
memasyarakatkan penggunaan angka Arab tersebut pada kehidupan sehari-hari,
termasuk dalam kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan. Dari pengenalan
angka Arab inilah teknik tata buku berpasangan di Eropa itu sendiri dimulai
(Hasnidar).
Sebelum berdirinya peradaban Islam, hanya ada dua peradaban besar, yakni
bangsa Romawi dan bangsa Persia. Pada saat itu telah digunakan akuntansi dalam
bentuk perhitungan barang dagangan oleh para pedagang. Pethitungan dilakukan
untuk mengetahui perubahan-perubahan, untung dan rugi. Pada masa Rasulullah,
praktik akuntansi ulai berkembang setelah ada perintah Allah melalui Al Quran
untuk mencatat trasaksi tidak tunai (Al Baqarah:282) dan membayar zakat (Al
Maidah:10) (Wartoyo). Ayat inilah yang memberikan dorongan kuat bagi umat Islam
untuk menggunakan akuntansi dalam setiap bisnis dan transaksi yang dilakukannya.
Kemudian yang lain, terkait dengan manusia muslim sebagai seorang individu yang
harus melakukan pembukuan atau paling tidak melakukan perhitungan umtuk
menetukan seberapa besar zakat yang harus dibayarkannya (Hasnidar).

3
Sementara sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia dimulai saat terjadinya
krisis ekonomi yang parah di tahun 1998. Menurut (Widiana, 2017) akibat krisis ini,
dampak yang ditimbulkan begitu meluas, terjadi kerusuhan dan kekerasan di
beberapa kota yang dilakukan secara massal sehingga pelaku kejahtan yang tidak
bisa terdeteksi , kejadian ii dikenal dengan peristiwa Mei 1998. Dari semua kejadian
ini berimbas pada melambungnya harga bahan pokok, kemiskinan semakin
meningkat, terjadi bencana kelaparan dan angka putus sekolah tinggi. Kejadian ini
berakibat nasaah dan investor luar negeri tidak mempercayai Lembaga Keuangan
Bank sehingga terjadi penarikan uang secara besar-besaran yang berdampak
terjadinya negative spread pada Bank Konvensional yang memang menggunakan
sistem bunga. Akan tetapi, Perbankan Syariah masih bisa bertahan menghadapi
situasi ekonomi pada periode ini dikarenakan sistem bagi hasil yang digunakan oleh
Bank Syariah tidak mewajibkan Bank Syariah membagi hasil (profit sharing) kepada
investor ketika uang yang disimpan tidak digunakan sebagai modal oleh peminjam.
Setiap transaksi pada Bank syariah juga berlandaskan pada aset dasar (underlying
asset) sehingga konsep berhati-hati sangat dipegang oleh Bank Syariah. Hal ini
berbanding terbalik dengan konsep bunga pada Bank Konvensional yang wajib
membayar bunga investor walaupun kondisi ekonomi sedang dilanda krisis selain itu
Bank Konvensional melakukan tansaksi yang bersifat spekulatif.

C. Defenisi Akuntansi Syari’ah


Secara sederhana akuntansi syari’ah dapat dijelaskan melalui akar kata yang
dimilikinya, yaitu akuntansi dan syari’ah. Definisi umum akuntansi adalah
identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan,
penggolongan, seerta pengikhtisaran transaksi, sehingga menghasilkan laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan. Sedangkan syari’ah
adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi akuntansi syari’ah
merupakan proses akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan Allah Swt. (Sari, 2014). Akuntansi syariah merupakan ilmu
akuntansi atau akuntabilitas segala aset-aset dan aktivitas ekonomis suatu bisnis
individu atau kelompok atau perusahaan yang bersumber hukum Al Qur’an dan As
Sunnah untuk mencapai kekayaan atau kemakmuran yang sebenarnya (Subono)
Selain itu, jika kita cermati surat al-Baqarah ayat 282, Allah SWT memerintahkan
untuk melakukan penulisan secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi
selama melakukan muamalah. Dari hasil penulisan tersebut, dapat digunakan sebagai
informasi untuk menentukan apa yang akan diperbuatkan oleh seseorang (Maududi,
2014)

D. Esensi dan Konsepsi Akuntansi Syariah


Sebelum msuk pada esensinya, maka perlu untuk dibahas kembali landasan
hukum dari akuntansi syariah. Menurut (Hasnidar) Al Quran memberikan panduan
tentang bagaimana untuk melakukan kegiatan akuntansi, sebagai pedoman dalam
firman Allah swt. dalam Al Quran surah Al Baqarah: 282 yang berbunyi:

4
‫ب‬ٌ ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُب بَّ ْينَ ُك ْم َكا ِت‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ إِذَا تَدَايَنتُم بِدَي ٍْن ِإلَى أ َ َج ٍل ُّم‬
‫ّللاُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْم ِل ِل الَّذِي َعلَ ْي ِه ْال َح ُّق‬
‫ب َك َما َعلَّ َمهُ ه‬ َ ُ ‫ب أ َ ْن يَ ْكت‬
ٌ ِ‫ب َكات‬َ ْ ‫ِب ْال َع ْد ِل َوالَ يَأ‬
﴾٢٨٢﴿ .......... ً ‫شيْئا‬ َ ُ‫َس ِم ْنه‬ ْ ‫ّللاَ َربَّهُ َوالَ يَ ْبخ‬
‫ق ه‬ ِ َّ ‫َو ْل َيت‬
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya…” (QS. Al-Baqarah: 282)

Sementara tujuan akuntansi syariah menurut (Alim, 2011) dengan mengutip


pendapat Imam Al Ghazali seorang hujjatul Islam, ahli fiqh sekaligus tasawuf
bahwa setiap ilmu yang bersumber dari ajaran Islam bermuara pada maqhasid
syariah antara lain melindungi/meningkatkan iman, melindungi jiwa dan akal, dan
keturunan serta harta. Iman merupakan tujuan utama dari segala ilmu pengetahuan
maupun aktivitas ibadah maupun muamalah (lihat Chapra 1999). Sedangkan
perlindungan harta adalah tujuan akhir yang bersifat derivasi peningkatan iman dan
perlindungan akal. Sementara (Sari, 2014) mengatakan bahwa di antara tujuan
akuntansi syariah adalah pertanggungjawaban (Accountability), baik
pertanggungjawaban terhadap Allah, pihak-pihak yang berhak atas perusahaan,
maupun alam. Adapun (Maududi, 2014) menggambarkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerjja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Perbedaan yang
paling signifikan adalah pada unsur Syariah Islam sebagai ketentuan yang harus
dipatuhi tidak hanya dalam proses penyusunan laporan keuangan dalam berbagai hal
berkaitan dengan aktivitas yang dijalankan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.
Syahatah (2001) dalam (Alim, 2011)berpendapat bahwa diantara tujuan yang
terpenting dari perhitungan dan neraca itu ialah untuk menjelaskan hak-hak si
pemilik perusahaan dan hak-hak orang lain, hisab zaat, dan juga untuk dijadikan
patokan dalam pengambilan keputusan-keputusan. Atas dasar itu, maka pemahaman
atas fiqh zakat juga pentng bagi akuntan dan setiap usaha seharusnya menysusn
neraca zakat. Atas dasar ini maka tujuan utama akuntansi syariah untuk penghiungan
kewajiban zakat atas harta entitas. Setiap harta ada bagian hak untuk orang lain.
Dengan tujuan zakat maka akuntansi syariah akan memenuhi maqhashid syariah
karena zakat merupakan manifestasi iman untuk penyucian bukan hanya harta, tetapi
juga jiwa, dan akal atas penguasaan suatu harta.
Adapun konsep dasar akuntansi syariah menurut Belkoni dalam (Sari, 2014)
adalah sebagai berikut:
1. Enitas bisnis.
Entitas atau kesatuan bisnis adalah perusahaan dianggap sebaga entitas
ekonomi dan hukum dan pihak-pihak yang berkepentingan atau para
pemiliknya secara pribadi.
2. Kesinambungan.

5
Berdasarkan konsep ini, suatu entitas dianggap akan berjalan terus, apabila
tidak terdapat ukti sebaliknya. Ini didsarkan pada pengertian bahwa
kehidupan ini juga berkesinambungan.
3. Stabilitas Daya Beli.
Postulat ini menunjukkan pentingnya menilai aktivitas-aktivitas ekonomi
dan mengesahkannya atau menegaskannya dalam surat-surat berdasarkan
kesatuan moneter, dengan memposisikannya sebagai nilai terhadap barang-
barang, serta ukuran untuk penentuan haga dan sekaligus sebagai pusat
harga, dikutip dari Syahatah (2001).
4. Periode Akuntansi
Dalam Islam, ada hubungan erat antara kewajiban membayar zakat dengan
dasar periode akuntansi (haul). Hal ini sehubungan dengan sabda Rasulullah
Saw, “Tidak wajib zakat pada suatu harta kecuali telah sampai haulnya”.
Berdasarkan hadits ini, setiap Muslim secara otomatis diperintahkan untuk
menghitung kekayaannya setia tahun untuk menentukan besarnya zakat yang
harus ia bayar, dikutip dari Jati (2001).
Menurut Sri (2012) dalam (Apriyanti, 2017) prinsip dasar universal yang
melekat dalam akuntansi syariah adalah nilai pertanggungjawaban, keadilan, dan
kebenaran. Sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 286, bahwa setiap transaksi
harus dicatat secara benar. Konsep pertanggungjawaban berkaitan dengan
konsep amanah dalam setiap aktivitas manusia. Implikasi dari konsep tersebut
dalam akuntansi adalah setiap orang yang terlibat dalam praktik bisnis harus
melakukan pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan. Bentuk
pertanggungjawaban tertulis atas tindakan tersebut dalam akuntansi adalah
laporan keuangan. Adapun (Sari, 2014) menjelaskan prinsip dasar akuntansi
syariah adalah sebagai berikut:
1. Prinsip pengungkapan penuh.
Prinsip ini mengharuskan laporan keuangan akuntansi untuk
mengungkapkan hal-hal yang penting agar laporan tersebut tidak
menyesatkan, dikutip dari Tuanakota (1984). Dengan demikian,
akuntansi syari’ah dilandasi oleh nilai kejujuran dan kebenaran,
sebagaimana telah diperintahkan Allah SWT sebagaimana yang tertuang
dalam QS Al-Baqarah : 282.
2. Prinsip Konsistensi.
Prosedur akuntansi yang digunakan oleh suatu entitas harus sesuai untuk
pengukuran posisi dan kegiatannya dan harus dianut secara konsistensi
dari waktu ke waktu sesuai prinsip yang dijabarkan syariah, dikutip dari
Muhammad (2002).
3. Prinsip dasar akrual.
Akrual (accrual) diartikan sebagai proses pengakuan non-kas dan
keadaannya pada saat terjadinya. Akrual mengakibatkan pengakuan
pendapatan berarti peningkatan aset dan beban berarti peningkatan
kewajiban sebesar jumlah tertentu yang diterima atau dibayar biasanya
dalam bemtuk cash di masa depan, dikutip dari Kusumawati, t.th.
4. Prinsip nilai tukar yang sedang berlaku.
Penilaian dan pengukuran harta, utang, modal, laba, serta elemen-elemen
lain laporan keuangan akuntansi syari’ah, menggunakan nilai tukar yang
sedang berlaku. Imam malik, mengrnai hal ini, berpendapat bahwa dalam

6
syirkah mudharabah, jika pemilik harta ingin melakukan penghitungan
harta sebelum semua barang terjual, yang dinilai adalah barang-barang
yang masih tersisa berdasarkan harga jual waktu itu dan penghitungan
dilakukan dengan cara seperti ini. Namun pada barang yang masih
mempunyai pasar, barang-barang ini dinilai berdasarkan nilai jual yang
mungkin, dikutip dari Syahatan (2001).
5. Prinsip penandingan.
Prinsip penandingan menyatakan bahwa beban (exspense) harus diakui
pada periode yang sama dengan pendapatan (revenue). Hubungan terbaik
dapat dicapai ketika hubungan tersebut menggambarkan hubungan
sebab-akibat antara biaay dan pendapatan. Jika laba dilaporkan secara
bertahap sepanjang keseluruhan proses operasi perusahaan, pengukuran
aktiva bersih perusahaan akan meningkat manakala nilai ditambahkan
oleh perusahaan. Dalam kasus ini, tidak ada keperluan untuk konsep
penandingan. Akan tetapi, karena transaksi pendapatan dan beban
dilaporkan secara terpisah, karena perolehan dan pembayaran barang dan
jasa biasanya tidak bersamaan dengan proses penjualan dan penagihan
berkaitan dengan produk yang sama dari perusahaan, penandingan harus
dianggap diperlukan, atau setidaknya suatu ketentuan yang diinginkan.

E. Perkembangan Akuntansi Syariah


Dalam tulisannya (Wartoyo) mengupas tuntas perkembangan akuntansi
syariah dalam islam, sebagai berikut:
- Di masa Rasulullah saw. praktik akuntansi dapat dicermati pada baitul maal yang
didirikan Rasulullah saw. sekitar awal abad ke-7. Pada masa itu, baitul maal
berfungsi untuk menampung dan mengelola seluruh penerimaan negara, baik
berupa zakat, ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), jizyah (pajak perlindungan dari
nonmuslim yang tinggal di daerah yang diduduki umat Muslim) serta kharaj
(pajak hasil pertanian dari nonmuslim). Semua pengeluaran untuk kepentingan
negara baru dapat dikeluarkan setelah masuk dan dicatat di baitul maal. Meskipun
pengelolaan baitul maal saat itu masih sederhana, namun Nabi SAW telah
menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan pencatat administrasi
pemerintahan. Kemudian Baitul Maal ini di lanjutkan pada kekhalifahan sahabat
Rosulullah yaitu, Abu Bakar Ashsidiq (537-634M), Umar Bin Khattab(584-
644M), Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M), Ali bin Abi Thalib (35-40
H/656-661 M). Perkembangan baitul maal yang lebih pesat terjadi pada masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a. dimana pada masa itu sistem administrasi
baitul maal sudah berjalan dengan baik di tingkat pusat dan lokal.
- Perkembangan akuntansi syariah di masa khilafah bani Umayyah. Beberapa
Prestasi bidang ekonomi di samping ekspansi kekuasaan islam, Bani Umayah juga
banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Dia juga berusaha
menertibkan angkatan bersejata dan mencetak uang. Pada masanya,Abd al-Malik
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai didaerah-daerah yang
dikuasai islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan
memakai kata-kata tulisan arab.
- Perkembangan akuntansi syariah di masa khilafah Bani Abbasiyah. Di masa ini,
perekonomian mengalami perkembangan yang cukup pesat, diantaranya
meningkatnya pertambangan emas, perak tembaga, besi dan semakin

7
meningkatnya volume perdagangan melalui pelabuhan Basrah. Dari
perkembangan sector ekonomi ini maka bisa dipastikan semua aktivitas ekonomi
ini membutuhkan dan menggunakan pencatatan, namun memang belum
ditemukan dan menggunakan pencatatan yang rinci. Daulat Abbasiyyah, 132--
232 H. /750-847 M. memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang lain dalam
pengembangan akuntasi secara umum dan buku-buku akuntansi secara khusus.
Sebab pada saat itu, masyarakat Islam menggunakan dua belas buku akuntansi
khusus (Specialized Accounting Books). Buku-buku ini memiliki karakter dan
fungsi dan berkaitan erat dengan fungsi dan tugas yang diterapkan pada saat itu.
Di anatara contoh buku-buku itu seperti Dafatarun Nafaqat (Buku Pengeluaran),
Daftarun Nafaqat wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan), Daftar
Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan) dll.
- Perkembangan akuntansi syariah zaman khilafah Usmaniyyah. Perkembangan
akuntansi di masa ini mencakup penyiapan laporan keuangan, karena negara
Islam telah mengenal laporan keuangan tingkat tinggi. Laporan keuangan ini
pernah dibuat berdasarkan fakta buku-buku akuntansi yang digunakan. Di antara
laporan keuangan yang terkenal di negara Islam adalah Al-Khitamah dan Al
Khitamatul Jami’ah.
- Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia. Akuntansi pertama kali dikenal di
Indonesia sekitar tahun 1960an. Perkembangan akuntansi syariah beberapa tahun
terakhir sangat meningkat ini di tandai dengan seringnya kita menemukan
seminar, workshop, diskusi dan berbagai pelatihan yang membahas berbagai
kegiatan ekonomi dan akuntansi Islam, mulai dari perbankan, asuransi, pegadaian,
sampai pada bidang pendidikan semua berlabel syariah. Perkembangan akuntansi
syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian Bank Syariah.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan landasan awal
diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah. Pendirian ini dimulai
dengan serangkaian proses perjuangan sekelompok masyarakat dan para pemikir
Islam dalam upaya mengajak masyarakat Indonesia bermuamalah yang sesuai
dengan ajaran agama. Setelah didirikannya bank syariah, terdapat keganjilan
ketika bank membuat laporan keuangan. Dimana pada waktu itu proses akuntansi
belumlah mengacu pada akuntansi yang dilandasi syariah Islam. Maka
selanjutnya munculah kebutuhan akan akuntansi syariah Islam. Dan dalam proses
kemunculannya tersebut juga mengalami proses panjang.

F. Perbedaan Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Syariah


(Pratama, Setiawiati, Fatimah, & Felani, 2017) dalam tulisannya mengutip
pendapat Husein Syahatah dalam bukunya, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam
bahwa antara akuntansi syariah dan konvensional memiliki beberapa perbedaab,
diantaranya;
1. Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau
harga untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud
dengan modal pokok (kapital) belum ditentukan.
2. Modal dalam konsep Akuntansi Konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu
modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di
dalam konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang
(cash) dan harta berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang
milik dan barang dagang;

8
3. Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama
kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai
perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber
harga atau nilai;
4. Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari
menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba
yang bersifat mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu
dengan cara penentuan nilai atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang
berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan bahaya dan resiko;
5. Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang,
modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam
konsep Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal
dari kapital (modal pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib
menjelaskan pendapatan dari sumber yang haram jika ada, dan berusaha
menghindari serta menyalurkan pada tempattempat yang telah ditentukan oleh
para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi untuk mitra
usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
6. Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya
jualbeli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika
adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual
maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk
menyatakan laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
7. Komponen laporan keuangan entitas Syariah meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi
terikat, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan
penggunaan dana qardh dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan komponen
laporan keuangan konvensional tidak menyajikan laporan perubahan dana
investasi terikat, laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber
dan penggunaan dana qardh.

9
Daftar Pustaka

Bibliography
Alim, M. N. (2011, Desember). Akuntansi Syariah Esensi, Konsepsi, Epistimologi, dan Metodologi.
Jurnal Investasi, VII(2), 154.

Apriyanti, H. W. (2017, Juli). Akuntansi Syariah Sebuah Tinjauan Antara Teori dan Praktik. Jurnal
Akuntansi Indonesia, VI(2), 132.

Bima Cinintiya Pratama, I. G. (2017). Penerapan Praktek dan Teori Akuntansi Syariah
berdasarkan Prinsip Syariah. AKUISISI Journal of Accounting & Finance, XIII(2), 83-91.

Hasnidar. (n.d.). Akuntansi Syariah Pendekatan Sejarah.

Maududi, A. (2014, Juni). Akuntansi Syariah; Pendekatan Normatif, Historis dan Aplikatif.
Iqtishadia, I(1).

Sari, N. (2014, Maret). Akuntansi Syari'ah. Jurnal Khatulistiwa- Journal Of Islamic Studies, IV(2),
28.

Subono, S. H. (n.d.). Praktik Akuntansi dan Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia.

Suryningrum, D. H. (2011). Sikap Sosio-Spiritual dalam Akuntansi Kontemporer, Telaah,


Tantangan dan Imajinasi Diri. AKRUAL Jurnal Akuntansi, III(1), 38-57.

Wartoyo. (n.d.). Akuntansi Syari'ah: Sebuah Tinjauan Historis.

Widiana. (2017, April). Analisa Perkembangan Peraturan dan Penerapan Akuntansi Syariah di
Indonesia. Jurnal Law and Justice, II(2), 36.

10

Anda mungkin juga menyukai