Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG PRIA 61 TAHUN DENGAN


OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL

Diajukan guna memenuhi tugas Kedokteran Keluarga


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Zahira Rikiandraswida
22010117220054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Pria 61 Tahun dengan Osteoarthritis Genu Bilateral
telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro pada tanggal 3 Oktober 2019.

Semarang, 3 Oktober 2019

Mengesahkan,
Pembimbing

dr. Y.L Aryoko, Msi.Med


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoartritis merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di
masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan
masyarakat. Osteoartritis termasuk ke dalam penyakit sendi kronik yang
bersifat degeneratif. Berbagai sendi tubuh dapat terkena osteoartritis, namun
yang tersering adalah sendi yang memiliki beban tekanan berat seperti sendi
lutut, pinggang, punggung bawah dan jari. 1,2
Prevalensi osteoartritis di Eropa dan America lebih besar dari pada
prevalensi di negara lainnya. Sebanyak 46 juta orang dewasa di Amerika Serikat
terkena artritis dan penyakit ini merupakan penyebab utama disabilitas. Diantara
46 juta orang dengan artritis tersebut, lebih dari 27 juta jiwa disebabkan oleh
osteoartritis. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari
wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik
sebesar 24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi
dengan prevalensi OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan
prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur
angka prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% Di Indonesia prevalensi OA
lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita yang berumur antara 40-60 tahun. 1, 3,4
Karakteristik OA ditandai dengan keluhan nyeri sendi, gangguan
pergerakan dan kekakuan sendi. Gejala ini dapat semakin meningkat dengan
aktifitas atau olahraga berlebih, dan berkurang dengan istirahat. Walau
penyakit ini dapat semakin bertambah parah hingga saat beristirahat akan terasa
nyeri. Diagnosis dari OA dapat ditegakan dengan OA klinis (riwayat
4

penyakit dan pemeriksaan fisik), OA radiologis (bukti radiologis dengan x-


ray), dan OA simtomatik (anamnesis dan bukti radiologis). 1,3, 5
Osteoartritis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik intrinsik
maupun ekstrinsik. Beberapa faktor risiko yang dikatakan mempengaruhi
terjadinya osteoartritis diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat
keluarga yang menderita osteoartritis, obesitas, riwayat cedera dan aktifitas
fisik yang berlebihan. Pada kelompok usia diatas 65 tahun, hanya 50%
memberikan gambaran radiologis sesuai Osteoartritis, meskipun hanya 10%
pria dan 18% wanita diantaranya yang memperlihatkan gejala klinis OA, dan
sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya, maka dapat difahami jika
makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025
populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990.
Sehingga kemungkinan prevalensi kejadian OA akan terus meningkat di
Indonesia. 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan melaksanakan
diagnosis holistik serta penanganan komprehensif pasien osteoarthritis genu
bilateral berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan khusus
 Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien.
 Mengetahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien.
 Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif.

1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa
agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk diagnosis
holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada pasien
osteoarthritis genu bilateral .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Osteoarthritis
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro
yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita
osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan.
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan
pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago)
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan
pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu
sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi.
American College of Rheumatology mengartikan osteoarthritis sebagai sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.1
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan
tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri merupakan gejala khas
pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin berat bila melakukan
aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan
aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat.
Kejadian osteoarthritis banyak pada orang yang berusia di atas 45 tahun. Laki-laki di
bawah umur 55 tahun lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita
pada umur yang sama. Namun, setelah umur 55 tahun prevalensi osteoarthritis lebih
banyak wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga karena bentuk pinggul wanita yang
lebar dapat menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut. Osteoartritis juga
sering ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka yang pekerjaanya
mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh. 1,3

5
6

2.1.1 Patogenesis Osteoarthritis 6


Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan
OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit
sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda
dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan
sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada
praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder. Selama ini OA sering
dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun
telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolism
kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas
diketahui.
Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi
serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan
cedera Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu :
Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya.
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(Range of motion) sendi Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar
kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago
akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada
cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi Ligamen, bersama
dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di
sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan
otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik
tertentu ketika sendi bergerak Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi
adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang
7

terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup
pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut
meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi
sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan
ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang
di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi
sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya
OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut
tentang kartilago.
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe
dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul –
molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan
pada kartilago Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis
seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan
enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari
MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago Stimulasi
dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian
8

matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG),
oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan
degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan
tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan
meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada
proses awal timbulnya OA. Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan
pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis
dengan degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi
memiliki metabolism yang sangat aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit
yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak
adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis
serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme
pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi.

2.1.2 Klasifikasi Osteoarthritis1


Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan gejala
klinik dan perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena tidak
semua pasien dengan perubahan radiografi osteoarthritis mempunyai keluhan pada
sendi. Terdapat 4 kelainan radiografi utama pada osteoarthritis, yaitu:
penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi, pembentukan
kista di bawah rawan sendi dan pembentukan osteofit, sendi yang dapat terkena
osteoarthritis antara lain:
1. Osteoarthritis sendi lutut.
2. Osteoarthritis sendi panggul.
3. Osteoarthritis sendi-sendi kaki.
4. Osteoarthritis sendi bahu.
9

5. Osteoarthritis sendi-sendi tangan.


6. Osteoarthritis tulang belakang

2.1.3 Osteoartritis Lutut6


Sendi lutut terdiri atas tiga kompartemen yaitu sendi tibiofemoral yang
terbagi menjadi kompartemen medial dan lateral, serta sendi patellofemoral. Sendi
patellofemoral adalah salah satu kompartemen yang paling sering terkena pada
kasus OA lutut. Penelitian yang dilakukan oleh R. S. Hinman dan K. M. Crossley
menunjukkan bahwa OA sendi patellofemoral tidak hanya menjadi sumber
penting dari gejala OA lutut, tetapi juga bahwa orang yang menderita penyakit OA
sendi patellofemoral menunjukkan karakteristik yang berbeda dari OA sendi
tibiofemoral. Dahulu, OA lutut dilihat sebagai suatu kelainan yang terjadi terutama
pada sendi tibiofemoral karena penilaian radiografi cenderung hanya terfokus pada
X-ray antero-posterior, yang tidak dapat mencitrakan sendi patellofemoral dengan
baik. Namun pengetahuan akan keterlibatan sendi patellofemoral dalam proses OA
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan X-ray lateral dan
skyline. Pada pemeriksaan radiografi, osteofit pada sendi patellofemoral lebih
banyak dibanding pada sendi tibiofemoral. Penelitian lain pada orang dengan nyeri
lutut memperlihatkan pola radiografi yang tersering adalah kombinasi sendi
tibiofemoral dan patellafemoral, diikuti oleh OA sendi patellofemoral, OA sendi
tibiofemoral, dan sisanya menunjukkan radiografi normal.

2.1.4 Patofisiologi Osteoarthritis Lutut 1,6


Rawan sendi dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks
rawan sendi. Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks tulang
rawan sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks
10

rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan
perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik.
Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.
3. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons
inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL- 1),
tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase menjadi
meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara
langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-
molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat.
Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.
Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan articular menjadi kondisi gangguan yang progresif

2.1.5 Manifestasi Klinis 4


Menurut Australian Physiotherapy Association (APA), penyakit
osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang biasanya menyulitkan bagi
kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut antara lain:
11

1. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint)


Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering-kali membawa
penderita ke dokter, walaupun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan
berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah dikarenakan gerakan dan
sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (misal lutut digerakkan
ke tengah) menimbulkan rasa nyeri. Nyeri pada osteoarthritis dapat menjalar
kebagian lain, misal osteoarthritis pinggang menimbulkan nyeri betis yang
disebut sebagai “claudicatio intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat
perubahan struktur pada osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut
dan jarang pada tangan dan sendi apofise spinalis.
2. Kekakuan (stiffness)
Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk lama
di kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita
mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku biasanya kurang dari
30 menit.
3. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)
Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai
berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi
membengkok, perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan
pada saat berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring, menulis atau
berjalan. Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya
kelainan sendi yang terkena.
4. Bunyi gemeretak (krepitasi)
Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar
dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus.
Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang signifikan.
12

5. Pembengkakan sendi (swelling in a joint)


Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi dan
bertambahnya cairan sendi atau keduanya.
6. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak
Hambatan gerak atau perubahan cara berjalan akan berkembang sesuai
dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat konsentris atau
seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu gerakan saja.
7. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)
Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan sendi.
Hal ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis, dan
biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul belakangan.

2.1.6 Faktor Risiko 1


Secara garis besar, faktor risiko timbulnya OA lutut meliputi usia, jenis
kelamin, ras, genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi,
kelainan anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan
jenis pekerjaan.
1. Usia
Usia adalah faktor risiko utama timbulnya OA, dengan prevalensi dan
beratnya OA yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Lebih dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena OA. Bukti
radiografi menunjukkan insidensi OA jarang pada usia di bawah 40 tahun. OA
hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di atas 60
tahun. Meskipun OA berkaitan dengan usia, penyakit ini bukan merupakan
akibat proses penuaan yang tak dapat dihindari. Perubahan morfologi dan
struktur pada kartilago berkaitan dengan usia termasuk penghalusan dan
penipisan permukaan artikuler; penurunan ukuran dan agregasi matriks
proteoglikan; serta kehilangan kekuatan peregangan dan kekakuan matriks.
13

Perubahan-perubahan ini paling sering disebabkan oleh penurunan kemampuan


kondrosit untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan, seperti kondrosit
itu sendiri sehingga terjadi penurunan aktivitas sintesis dan mitosis, penurunan
respon terhadap anabolic growth factor, dan sintesis proteoglikan yang lebih
kecil dan tidak seragam.
2. Jenis kelamin
Wanita berisiko terkena OA dua kali lipat dibanding pria. Walaupun
prevalensi OA sebelum usia 35 tahun kurang lebih sama pada pria dan wanita,
tetapi di atas 50 tahun prevalensi OA lebih banyak pada wanita, terutama pada
sendi lutut.7,8 Wanita memiliki lebih banyak sendi yang terlibat dan lebih
menunjukkan gejala klinis seperti kekakuan di pagi hari, bengkak pada sendi,
dan nyeri di malam hari. Meningkatnya kejadian OA pada wanita di atas 50
tahun diperkirakan karena turunnya kadar estrogen yang signifikan setelah
menopause. Kondrosit memiliki reseptor estrogen fungsional, yang
menunjukkan bahwa sel-sel ini dipengaruhi oleh estrogen. Penelitian yang
dilakukan pada beberapa tikus menunjukkan bahwa estrogen menyebabkan
peningkatan pengaturan reseptor estrogen pada kondrosit, dan peningkatan ini
berhubungan dengan peningkatan sintesis proteoglikan pada hewan percobaan.
3. Ras
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak
berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika
memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi
dibandingkan Kaukasia. Suatu studi lain menyimpulkan bahwa populasi kulit
berwarna lebih banyak terserang OA dibandingkan kulit putih.
14

4. Genetik
Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang
bersifat diturunkan, seperti adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen- gen
struktural lain untuk struktur-struktur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe
IX dan XII, protein pengikat, atau proteoglikan. Sebuah studi menunjukkan
bahwa komponen yang diturunkan pada penderita OA sebesar 50% hingga
65%. Studi pada keluarga, saudara kembar, dan populasi menunjukkan
perbedaan antar pengaruh genetic menentukan lokasi sendi yang terkena OA.
Bukti lebih jauh yang mendukung faktor genetik sebagai predisposisi OA
adalah adanya kesesuaian gen OA yang lebih tinggi pada kembar monozigot
disbanding kembar dizigot.
5. Nutrisi
Orang yang jarang mengkonsumsi makanan bervitamin D memiliki
peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut. Penelitian factor nutrisi
sebagai etiopatologi OA membuktikan adanya peningkatan risiko kejadian OA
lutut pada individu dengan defisiensi vitamin C dan E. Pada orang Asia,
penyakit Kashin-Beck, salah satu jenis OA, dapat disebabkan oleh makanan
yang terkontaminasi oleh jamur. Hipotiroidisme terjadi pada sebagian penderita
OA karena defisiensi selenium.
6. Obesitas
Kegemukan (obesitas) adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya
osteoartritis lutut. Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas OA
terutama melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan.
Tiga hingga enam kali berat badan dibebankan pada sendi lutut pada saat tubuh
bertumpu pada satu kaki. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban
sendi lutut saat berjalan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makin besar
Indeks Massa Tubuh (IMT), risiko
15

menderita OA lutut akan semakin meningkat. Penderita OA dengan obesitas


memiliki gejala OA yang lebih berat. Obesitas tidak hanya mengawali
timbulnya penyakit OA, tetapi juga merupakan akibat lanjut dari inaktivitas
para penderita OA.Selain melalui peningkatan tekanan mekanik pada tulang
yang menyebabkan kerusakan kartilago, obesitas berhubungan dengan kejadian
osteoarthritis secara tidak langsung melalui faktor-faktor sistemik.
7. Penyakit komorbid
Faktor metabolik juga berkaitan terhadap timbulnya OA, selain faktor
obesitas. Hal ini didukung dengan adanya kaitan antara OA dengan beberapa
penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemia, dan penyakit
jantung koroner.
8. Menisektomi
Menisektomi merupakan suatu tindakan operasi yang dilakukan di
daerah lutut dan merupakan salah satu faktor risiko penting pada timbulnya OA
lutut. Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah menjalani
menisektomi. OA campuran antara patellofemoral dan tibiofemoral sering
terjadi pada individu yang pernah menjalani menisektomi.
9. Kelainan anatomis
Kelainan lokal pada sendi lutut yang dapat menjadi faktor risiko OA
lutut antara lain genu varum, genu valgus, Legg – Calve – Perthes disease,
displasia asetabulum, dan laksiti ligamentum pada sendi lutut. Kelemahan otot
kuadrisep juga berhubungan dengan nyeri lutut, disabilitas, dan progresivitas
OA lutut. Selain karena kongenital, kelainan anatomis juga dapat disebabkan
oleh trauma berat yang menyebabkan timbulnya kerentanan terhadap OA .
10. Riwayat trauma lutut
Trauma lutut akut, terutama kerusakan pada ligamentum cruciatum dan
robekan meniskus pada lutut merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut, dan
berhubungan dengan progresifitas penyakit. Perkembangan dan
16

progresifitas OA pada individu yang pernah mengalami trauma lutut tidak dapat
dicegah, bahkan setelah kerusakan ligamentum cruciatum anterior diperbaiki.
Risiko berkembangnya OA pada kasus ini sebesar 10 kali lipat.
11. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam
atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan factor risiko terjadinya
OA lutut. Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-hari juga
berrisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang berlangsung
lama akan menyebabkan disuse atrophy yang akan meningkatkan kerentanan
terjadinya trauma pada kartilago. Pada penelitian terhadap hewan coba,
kartilago sendi yang diimobilisasi menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan
pada kartilago yang mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan
peningkatan MMP yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
12. Kebiasaan olah raga
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan
risiko OA yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi
suatu faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai predisposisi OA
dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. Atlet olah raga
yang cenderung mengalami benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola, lari maraton, dan kung fu meningkatkan risiko untuk menderita OA lutut.
17

13. Jenis pekerjaan


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus, misalnya tukang pahat, pemetik kapas, berkaitan dengan peningkatan
risiko OA tertentu. Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan yang
menggunakan kekuatan lutut dan kejadian OA lutut. Osteoartritis lebih banyak
ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang sering menggunakan
kekuatan yang bertumpu pada lutut, seperti penambang, petani, dan kuli
pelabuhan.

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 1


Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik gambaran
radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban seperti lutut).
2. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).
3. Kista pada tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi. Berdasarkan temuan-temuan radiografis
diatas, maka OA dapat diberikan suatu derajat.
Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria
Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga
berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih
terlihat normal.
18

2.1.8 Penatalaksanaan Osteoarthritis 1,10


Pengeloaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya
OA yang diderita Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi non-farmakologis
a. Edukasi pasien.
b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup.
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan,
minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25.
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan
otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive
devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat.
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari.
2. Terapi farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-
manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi.
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase- 2
(COX-2), dan Asetaminofen untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada
OA lutut, penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif
daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat
AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2
19

b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya.
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.

2.2 Kedokteran Keluarga13


2.2.1 Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga.
Dokter harus mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik,
tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik,
psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika
kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya
seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari
proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak, atau
bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia kemudian
meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat, sehingga
berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari
kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi
biologis keluarga perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu
dari individu dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko,
meliputi: adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup
20

keluarga.

b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya
juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
21

2.2.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan
peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna
menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa yang
dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan dan
menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila memahami
profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia
kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping
masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai
bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula pemanfaatan ilmunya
yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap masalah organ, mental-
psikologikal dan sosial keluarga.
44

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. AZ
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 8 Agustus 1958
Umur : 61 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ojek
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga
Alamat lengkap : Margoyoso RT5/RW4 Ngaliyan Semarang

3.2 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan


A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 September
2019 pukul 12.00 WIB di rumah pasien
Keluhan Utama: nyeri kedua lutut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh nyeri kedua lutut sejak 1 bulan lalu. Nyeri menjalar
(-), nyeri seperti kesetrum (-). Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan
semakin memberat saat pasien menaiki tangga atau berjalan di tanjakan,
berubah posisi dari duduk atau jongkok ke berdiri. Nyeri dirasakan
berkurang dengan istirahat. Pasien merasakan kaku pada lututnya saat pagi
hari, kaku dirasakan kurang dari 30 menit, kaku dirasakan berkurang jika
digerakan. Kesemutan (-), kebas (-), nyeri punggung (-), pandangan kabur (-
), berdebar-debar (-), mudah lelah (-), luka pada tungkai (-).
45

BAB dan BAK tidak ada keluhan. Aktivitas sehari-hari pasien


menjadi sedikit terganggu karena nyeri yang dirasakan, terutama dalam
duduk dan naik tangga. Aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan mandiri

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat DM (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat operasi batu ginjal (+) pada tahun 2017
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat kolesterol tinggi (-)
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat batu ginjal disangkal
- Riwayat tumor disangkal
- Riwayat merokok disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat dislipidemia disangkal
- Riwayat penyakit jantung (+) ayah pasien
46

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien adalah seorang tukang ojek. Pasien tinggal bersama istri, 1 orang
anak, 1 orang menantu. Anak dan menantu bekerja sebagai wiraswasta. Istri
pasien adalah ibu rumah tangga. Penghasilan pasien kurang lebih Rp
3.000.000,00 dengan pemberian dari anak Rp 1.000.000 setiap bulannya
Pembiayaan kesehatan dengan JKN non PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.

Food Recall :
I(3/10/2018) II(2/10/2018) III (30/9/2018)
Pagi Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong
Sup ayam 1 porsi Soto ayam 1 porsi Ayam goreng 1 porsi
Air putih 1 gelas Teh hangat 1 gelas Es jeruk 1 gelas

Siang Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong
Opor ayam 1 porsi Gudangan 1 porsi Sambel goreng
Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas Melon 1 porsi
Kopi hangat 1 gelas Rengginang 3 buah
Melon 1 porsi

Malam Nasi 1 centong Mie instan 1 porsi Nasi putih 1 centong


Cap jay 1 porsi Telor 1 butir Ikan bandeng
Roti 1 buah Es teh manis 1 gelas goreng 1 ekor
Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas
47

B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 3 Oktober 2018, pukul 13.30 WIB di rumah pasien.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 76x/menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,5 C (aksiler)
 TB/BB : 165 cm/70 kg
 BMI : 25,71 kg/m2 (overweight)
 Lingkar perut : 95 cm
 VAS : 1-2 (hilang timbul)
 Postur :
o Tampak depan : bahu simetris, pelvis simetris, deformitas genu (-),
deformitas ankle (-)
o Tampak samping : kifosis (-), Lordosis (-), Genu recurvatum (-)
o Tampak belakang : bahu simetris, pelvis simetris, skoliosis (-),
deformitas genu (-), deformitas ankle (-)
 Gait : Normal gait, berjalan tanpa alat bantu
Status Generalis
 Kepala : mesosefal
 Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : Discharge (-), gangguan pendengaran (-)
 Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
 Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering
 Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal
drip (-), nyeri telan (-)
48

 Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-), pembesaran


kelenjar tiroid (-)
 Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga
melebar (-), venektasi dinding dada (-)
 Cor
Inspeksi : Iktus Cordis tak tampak
Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V 2cm lateral LMCS, kuat
angkat, tidak melebar.
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternal dektra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara jantung I – II normal, bising tidak ada, gallop (-)
 Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
 Abdomen :
Inspeksi : cembung, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-), nyeri
alih (-), turgor kulit kembali cepat
 Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Eritema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
49

Akral dingin -/- -/-


Capillary Refill <2”/<2” <2”/<2”
 Regio genu bilateral
Inspeksi : Deformitas (-), oedem (-), atrofi (-), eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), perabaan hangat (-), krepitasi (-)
Movement : nyeri (+) saat jongkok, duduk ke berdiri
Test provokasi
Valgus stress test (-) (-)
Varus stress test (-) (-)
Anterior drawer test (-) (-)
Posterior drawer test (-) (-)
Lachmann test (-) (-)
McMurray test (-) (-)

Pemeriksaan Neuromuskular
Extremitas Inferior
Pemeriksaan
Kanan Kiri
Gerak + +
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
R. Fisiologis +2 +2
R. Patologis - -
Klonus - -
Kekuatan
Segmen Otot Dextra Sinistra
L2 Hip Flexor 5 5
L3 Knee Extensor 5 5
L4 Ankle Dorso Flexor 5 5
L5 Long Toe Extensor 5 5
S1 Ankle Plantar Flexor 5 5
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : BAB dan BAK normal
50

C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

D. Diagnosis Kerja
Osteoarthritis Genu Bilateral

E. Rencana Penatalaksanaan
 Medikamentosa: Piroxicam 2x10 mg
 Nonmedikamentosa:
o Menjelaskan mengenai diagnosis penyakit yang diderita dan
tatalaksana yang diberikan
o Pasien dianjurkan mengkonsumsi obat secara teratur
o Pasien dianjurkan untuk melakukan diet rendah kalori untuk
menurunkan berat badan karena akan berdampak pada penyakit OA
o Pasien dianjurkan melakukan ADL yang tidak membebani sendi
lutut:
 Menggunakan kursi yang tinggi saat melakukan pekerjaan
rumah tangga.
 Menghindari aktivitas yang membebani sendi lutut (naik turun
tangga atau jalan mendaki, duduk di kursi pendek, duduk di
lantai, jongkok, berdiri dan berjalan terlalu lama).
 Melakukan olahraga yang memiliki beban yang ringan terhadap
lutut, seperti berenang atau bersepeda statis.
o Mengedukasi pasien untuk melakukan kompres dingin jika lutut
teraba hangat.
51

3.3 Data Tambahan


Profil Anggota Keluarga Satu Rumah
Kedudukan L/
No. Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
dalam keluarga P
1. Ahmad Zamani Kepala Keluarga L 61 th SMA Tukang ojek
2. Ropiah Istri P 60 th SMP Ibu rumah tangga
3. Adi Gunawan Anak L 30 th S1 Wiraswasta
4. Neni Irawan Menantu P 30 th D3 Wiraswasta
Bentuk keluarga: extended family

3.4 Continuum of Care


A. Kuesioner Short Form-36
1. Secara umum, bagaimana pendapat anda mengenai kondisi kesehatan
anda?
Sempurna
Sangat Baik
Baik
√ Cukup
Buruk
2. Dibandingkan dengan satu tahun yang lalu, bagaimanakah kondisi
kesehatan anda saat ini?
Saat ini jauh lebih baik daripada satu tahun yang lalu
Saat ini agak lebih baik daripada satu tahun yang lalu .
Sama saja dengan satu tahun yang lalu
√Saat ini agak lebih buruk daripada satu tahun yang lalu
Saat ini jauh lebih buruk daripada satu tahun yang lalu
3. Pertanyaan berikut berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang mungkin
anda lakukan sehari-hari. Apakah kondisi kesehatan anda sekarang
membatasi diri anda untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Jika ya,
sejauh mana?
Ya,sangat Ya, sedikit Tidak, tidak
membatasi membatasi membatasi
(1) (2) sama sekali
(3)
(3)A Kegiatan yang menguras energi,
seperti berlari, mengangkat

beban berat, ikut serta dalam
olah raga berat.
(4)B Kegiatan yang tidak terlalu
menguras energi, seperti

memindahkan meja, bersepeda
dan bekerja di kebun/halaman
(5)C Membawa barang keperluan

sehari-hari, seperti belanjaan
(6)D Naik tangga lebih dari 1 tingkat √
(7)E Naik tangga 1 tingkat √
(8)F Membungkuk atau berlutut √
(9)G Berjalan lebih dari 1,6 km √
52

(10)H Berjalan beberapa blok /gang √


(11)I Berjalan satu blok/ satu gang √
(12)J Mandi atau berpakaian sendiri √

4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah dengan pekerjaan


atau aktivitas hidup sehari-hari berikut ini yang disebabkan oleh kondisi kesehatan
fisik anda?
Ya Tidak
(1) (2)
(13)A Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja

dan melakukan kegiatan lain
(14)B Tidak mencapai yang anda inginkan √
(15)C Terbatas dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan lain √
(16)D Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau

kegiatan lain, misalnya memerlukan waktu lebih lama

5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah dengan pekerjaan


atau aktivitas hidup sehari-hari berikut ini yang disebabkan oleh gangguan
emosional anda, seperti depresi atau cemas?
Ya Tidak
(1) (2)
(17)A Mengurangi jumlah jam yang anda pakai untuk bekerja

dan melakukan kegiatan lain
(18)B Tidak mencapai yang anda inginkan √
(19)C Tidak dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan lain

secermat biasanya

(20)6. Selama 4 minggu terakhir, apakah masalah kesehatan dan gangguan


emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang biasa anda lakukan dengan
keluarga, teman, tetangga, atau kelompok?
□ Tidak sama sekali (1)
√ Sedikit mengganggu (2)
□ Agak mengganggu (3)
□ Mengganggu (4)
□ Sangat mengganggu (5)

(21)7. Seberapa berat nyeri yang anda rasakan selama empat minggu terakhir?
□ Tidak ada nyeri (1)
□ Sangat ringan (2)
√ Ringan (3)
□ Sedang (4)
□ Berat (5)
□ Sangat berat (6)
53

(22)8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu anda
dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/kegiatan di dalam dan di luar rumah)?
□ Tidak sama sekali (1)
□ Sedikit mengganggu (2)
√ Agak mengganggu (3)
□ Mengganggu (4)
□ Sangat mengganggu (5)

9. Pertanyaan-pertanyaan berikut berkaitan dengan apa yang anda rasakan dan


bagaimana kondisi anda selama empat minggu terakhir. Untuk masing-masing
pertanyaan, pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan apa yang anda rasakan.
Seberapa sering anda merasakannya dalam kurun waktu empat minggu terakhir.
Selalu/di Sering/di Pada Kadang- Sangat Tidak
semua kebanyaka wakt kadang/d Jarang/d Perna
waktu n waktu u i i h di
(1) (2) yang beberapa sebagia semua
baik waktu n kecil waktu
(3) (4) waktu (6)
(5)
(23) Apakah anda
A merasa penuh √
semangat?
(24) Apakah anda

B gelisah?
(25) Apakah anda
C merasa putus
asa dan
kecewa
seolah-olah

tidak ada
orang lain
yang dapat
Membahagiak
an anda?
(26) Apakah anda
D merasa tenang √
dan damai?
(27) Apakah anda
E merasa
memiliki √
banyak
tenaga?
54

(28)F Apakah anda


merasa

murung dan
sedih?
(29) Apakah anda

G merasa jenuh?
(30) Apakah anda
H merasa √
bahagia?
(31)I Apakah anda

merasa lelah?

(32)10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan dan
gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang anda lakukan?
(misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)
□ Selalu (1)
□ Sering (2)
√ Kadang-kadang (3)
□ Sangat jarang (4)
□ Tidak pernah (5)

11. Benarkah atau Salahkah pernyataan berikut ini?


Pasti Hampir Tidak Hampir Pasti
benar benar tahu salah salah
(1) (2) (3) (4) (5)
(33)A Saya cenderung lebih
mudah √
sakit daripada orang lain
(34)B Saya sehat seperti orang
lain √
yang saya kenal
(35)C Saya berharap kesehatan
saya √
akan memburuk
(36)D Kesehatan saya

Sempurna
55

Penilaian dan Interpretasi:


Tabel Konversi Skor Item SF36

Nomor Item Kategori Respon Konversi Skor


1, 2, 20, 22, 34, 36 1---------------------------> 100
Hasil: 2---------------------------> 75
(4,4,2,3,1,3) 3---------------------------> 50
4---------------------------> 25
5---------------------------> 0
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 1---------------------------> 0
(2,2,2,2,2,2,2,2,3,3) 2---------------------------> 50
3---------------------------> 100
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 1---------------------------> 0
(2,2,1,1,2,2,1) 2---------------------------> 100
21, 23, 26, 27, 30 1---------------------------> 100
(3,2,1,1,2) 2---------------------------> 80
3---------------------------> 60
4---------------------------> 40
5---------------------------> 20
6---------------------------> 0
24, 25, 28, 29, 31 1---------------------------> 0
(2,6,4,6,4) 2---------------------------> 20
3---------------------------> 40
4---------------------------> 60
5---------------------------> 80
6---------------------------> 100
32, 33, 35 1---------------------------> 0
(3,5,5) 2---------------------------> 25
3---------------------------> 50
4---------------------------> 75
5---------------------------> 100

Jumlah Jumlah Rata-


Skala Nomor Item
Item skor rata
Fungsi Fisik 10 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10, 11, 12 600 60
Keterbatasan akibat masalah fisik 4 13, 14, 15, 16 200 50
Keterbatasan akibat masalah emosional 3 17, 18, 19 200 66,7
Energi (vitalitas) 4 23, 27, 29, 31 340 85
Kesejahteraan mental 5 24, 25, 26, 28, 30 360 72
Fungsi sosial 2 20, 32 125 62,5
Rasa sakit/nyeri 2 21, 22 110 55
Persepsi kesehatan umum 5 1, 33, 34, 35, 36 375 75
56

Dimensi Kesehatan Mental (MCS): skala energi (vitalitas), fungsi sosial,


kesejahteraan mental, dan keterbatasan akibat masalah emosional.
Dimensi Kesehatan Fisik (PCS): skala fungsi fisik, keterbatasan akibat masalah
fisik, rasa sakit/nyeri, dan persepsi kesehatan umum.
Interpretasi: Skor < 50: kualitas hidup terganggu.

Kesan: Skor >50 : kualitas hidup baik

B. Skala Depresi Geriatri


No Pertanyaan Skor 1 Skor 0
1 Apakah Bapak sebenarnya puas dengan kehidupan Bapak? Tidak Ya
2 Apakah Bapak telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat Ya Tidak
atau kesenangan Bapak?
3 Apakah Bapak merasa kehidupan Bapak kosong? Ya Tidak
4 Apakah Bapak sering merasa bosan? Ya Tidak
5 Apakah Bapak mempunyai semangat yang baik setiap saat? Tidak Ya
6 Apakah Bapak takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Ya Tidak
pada Bapak?
7 Apakah Bapak merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Tidak Ya
Bapak?
8 Apakah Bapak sering merasa tidak berdaya? Ya Tidak
9 Apakah Bapak lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke Ya Tidak
luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah Bapak merasa mempunyai banyak masalah dengan daya Ya Tidak
ingat Bapak dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah Bapak pikir bahwa hidup Bapak sekarang ini Tidak Ya
menyenangkan?
12 Apakah Bapak merasa tidak berharga seperti perasaan Bapak Ya Tidak
saat ini?
13 Apakah Bapak penuh semangat? Tidak Ya
14 Apakah Bapak merasa bahwa keadaan Bapak tidak ada harapan? Ya Tidak
15 Apakah Bapak pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya Ya Tidak
dari Bapak?
TOTAL SKOR 2
Skor antara 1-4 menunjukkan keadaan baik / tidak depresi
Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
Skor 10 atau lebih menunjukkan depresi
Kesan: keadaan baik / tidak depresi
57

C. Mini Mental State Examination


No Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Tanggal berapa hari ini ? (bulan, tahun) 27 September 2019
2. Hari apakah hari ini ? Jumat
3. Apakah nama tempat ini ? Rumah
4. Berapa nomor rumah Bapak? 76
5. Berapa umur Bapak/Ibu ? 61
6. Kapan Bapak/Ibu lahir (Tanggal, Bulan, Tahun) ? 8 Agustus 1958
7. Siapa nama Presiden sekarang ? Jokowi
8. Siapa nama Presiden sebelum ini ? SBY
9. Siapa nama gadis Ibu anda ? Tarijem
10. Hitung mundur 3 - 3, mulai dari 20 [20 – 3, dst] ? 17, 14,11
Jumlah salah 0
Keterangan:
0 – 2 kesalahan = Baik;
3 – 4 kesalahan = Gangguan intelek ringan;
5 – 7 kesalahan = Gangguan intelek sedang;
8 –10 kesalahan = Gangguan intelek berat.
Kesan : baik

Max Nilai
ORIENTASI
5 ( 5) Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 ( 5) Sekarang kita berada dimana? (Nama rumah sakit, jalan, nomor rumah,
kota kabupaten, provinsi)
REGISTRASI
3 ( 3) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (kata yang pemeriksa
gunakan : bola, kursi, sepatu) dan diberikan satu detik untuk tiap benda.
Kemudian pasien diminta mengulang ketiga nama benda tersebut. Pasien
diminta mengulangi hingga benar menyebutkan. Hitung jumlah percobaan
dan catat : 2 kali.
ATENSI DAN KALKULASI
5 (5) Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“HUJAN“ (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan)
MENGINGAT
3 (3) Tanyakan kembali nama tiga benda yang telah disebut di atas. Berikan nilai
1 untuk tiap jawaban yang benar.
58

Max Nilai
BAHASA
9 (9) a. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil atau arloji (2
nilai)
b. Ulangi kalimat berikut : “ JIKA TIDAK, DAN ATAU TAPI
(1 nilai)
c. Laksanakanlah 3 buah perintah ini: Peganglah selembar kertas
dengan tangan kananmu, lipatlah kertas tersebut pada
pertengahan dan letakkan di lantai (3 nilai )
d. Bacalah dan laksanakanlah perintah berikut: “ PEJAMKAN
MATA
ANDA” (1 nilai)
e. Tuliskanlah sebuah kalimat (1 nilai)
f. Tirulah gambar ini (1 nilai )

Jumlah skor : 30
Kategori : Skor 25-30 : Normal
17-24 : Probable cognitive impairment
0-16 : Definite cognitive impairment
Skor : 30/30
Kesan : Normal

D. Clock Drawing Test


 1 poin untuk menggambar lingkaran tertutup.
 1 poin untuk kedua belas angka lengkap.
 1 poin untuk meletakkan semua angka-angka secara tetap
 1 poin untuk kedua jarum jam dalam posisi tepat/ menunjukkan waktu
yang tepat
 Skor Tn. AZ : 4 poin (normal)
59

E. Skor Norton (Untuk Mengukur Risiko Dekubitus)

Penilaian Skor Skor Pasien


Kondisi fisik umum :
Baik 4
Lumayan 3 4
Buruk 2
Sangat buruk 1
Kesadaran :
Komposmentis 4 4
Apatis 3
Konfus/soporus 2
Stupor/koma 1
Aktivitas :
Ambulan 4 4
Ambulan dengan bantuan 3
Hanya bisa duduk 2
Tiduran 1
Mobilitas :
Bergerak bebas 4 4
Sedikit terbatas 3
Sangat terbatas 2
Tak bisa bergerak 1
Inkontinensia :
Tidak ada 4 4
Kadang-kadang 3
Sering inkontinensia urin 2
Inkontinensia alvi & urin 1

Skor total 20

Kategori : Skor 16-20 : kecil sekali/tak terjadi


12-15 : kemungkinan kecil terjadi
< 12 : kemungkinan besar terjadi
Skor : 20 (Kecil sekali / tidak terjadi decubitus)
60

F. INDEKS BARTHEL

No. Fungsi Skor Keterangan


Mengendalikan 0 Tak terkendali / tak teratur (perlu pencahar)
1. rangsang 1 Kadang-kadang tak terkendali
pembuangan tinja 2 Terkendali teratur
0 Tak terkendali atau pakai kateter
Mengendalikan Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24
2. 1
rangsang berkemih jam)
2 Mandiri
Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
3. (seka muka, sisir
1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain
masuk dan keluar Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, 1 tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
4.
memakai celana, kegiatan yang lain
membersihkan,
2 Mandiri
menyiram)
0 Tidak mampu
5. Makan 1 Perlu ditolong memotong makanan
2 Mandiri
0 Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
Berubah sikap dari 1
6. orang)
berbaring ke duduk
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
0 Tidak mampu
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
7. Berpindah/berjalan
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
0 Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (misalnya mengancing
8. Memakai baju 1
baju)
2 Mandiri
0 Tidak mampu
9. Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
0 Tergantung orang lain
10. Mandi
1 Mandiri
Total Skor = 20 (Mandiri)
61

Kategori :
 20 : Mandiri
 12-19 : Ketergantungan ringan
 9-11 : Ketergantungan sedang
 5-8 : Ketergantungan berat
 0-4 : Ketergantungan fatal

G. Frailty Index

Defisit 0 0,25 0,5 0,75 1


Gangguan
Tidak Ringan Sedang Berat Sangat berat
penglihatan
Gangguan
Tidak Ringan Sedang Berat Sangat berat
pendengaran
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
makan minimal total
Bantuan untuk
berpakaian dan Bantuan Tergantung
Mandiri
melepas minimal total
pakaian
Kemampuan Bantuan Tergantung
Mandiri
untuk minimal total
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
berjalan minimal total
Bantuan untuk
tidur dan Bantuan
Mandiri Tergantung
bangun dari minimal
total
tidur
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
mandi minimal total
Bantuan untuk
Bantuan Tergantung
pergi ke kamar Mandiri
minimal total
mandi
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
menelepon minimal total
Bantuan untuk
berjalan
Tergantung
mencapai Mandiri Bantuan
total
tempat minimal
kegiatan
Bantuan untuk Bantuan Tergantung
Mandiri
berbelanja minimal total
62

Defisit 0 0,25 0,5 0,75 1


Bantuan untuk
mempersiapkan Bantuan
Mandiri Tergantung
makanan minimal
total
sendiri
Bantuan untuk
Bantuan Tergantung
pekerjaan
Mandiri minimal total
rumah tangga
Kemampuan
Bantuan Tergantung
untuk minum Mandiri
minimal total
obat
Kemampuan
untuk
Bantuan Tergantung
mengurus Mandiri
minimal total
keuangan
sendiri
Anggapan
mengenai
Sangat Sangat
tingkat Baik Sedang Buruk
baik buruk
kesehatan
sendiri
Kesulitan
melakukan Kesulitan Kesulitan
Tidak ada
aktivitas ringan berat
sehari-hari
Hidup sendiri Tidak Ya
Batuk Tidak Ya
Merasa lelah Tidak Ya
Hidung
tersumbat dan Tidak Ya
bersin
Tekanan darah
Tidak Ya
tinggi
Masalah
jantung dan
Tidak Ya
peredaran
darah
Stroke atau
Tidak Ya
akibat stroke
Artritis atau
rematik Tidak Ya
63

Defisit 0 0,25 0,5 0,75 1


Penyakit
Tidak Ya
Parkinson
Masalah mata Tidak Ya
Masalah
Tidak Ya
telinga
Masalah gigi Tidak Ya
Masalah paru Tidak Ya
Masalah
Tidak Ya
lambung
Masalah ginjal Tidak Ya
Tidak dapat
mengontrol Tidak Ya
kemih
Tidak dapat
mengontrol Tidak Ya
BAB
Diabetes Tidak Ya
Masalah
dengan kaki
atau Tidak Ya
pergelangan
kaki
Masalah
Tidak Ya
dengan saraf
Masalah
Tidak Ya
dengan kulit
Fraktur Tidak Ya
Kategori:
No Frail : < 0,25
Frail : ≥ 0,25
Skor : 3/40 = 0,07
64

3.5 Dinamika Keluarga


A. Genogram
Gambar 2. Genogram

Tn.A Ny.T Tn.DS Ny.D


B 1937 B B 1935 B 1938
D 65 thn 1938 D47 th 58 thn
Penyakit D KLL DM
jantung 58thn
KLL

Tn.F
Ny.L Ny.D B
B B 1965 1963
1956 54 thn 52 thn Tn.D
D 60 Ny.A Tn.SJ Ny.
1965
thn B 1968 J
Tn.AZ Tn.G 54th Ny.B
DM 1963 51th 196
Tn.D B B 1966
56 thn 8
B 1958 1963 55 th 51th
1956 61 thn Ny. 56 th
63 thn Sdr.J R
B 1992 B
Sdr.T Sdr.
Sdr.F 27 thn 1959
1996 D
B 60th
23th 1998
1990 M 1979 Sdr.S
B 1994 21
29 thn
25 thn thn
Sdr.D
B
1996
23th
Tn.A Ny.N
B B
Tn.SF Ny.D 1989 1989
B D 30 thn 30thn
1984 B
35 thn 1985
34thn

An.Y
H
B
2014
5 thn
65

Keterangan:
- Tanggal pembuatan genogram: 27 September 2019
- Pemberi Informasi: Tn. AZ dan Ny. R
- Jenis keluarga : Extended family
- Keterangan genogram:
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Satu rumah
M : Menikah , D : Meninggal

B. Family Map
Gambar 3. Family Map

Ny.R
(Istri)

Tn. A Tn. AZ Ny.N


(Anak) (Pasien) (Menantu
)

Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan = : fungsional
66

C. Family Lifeline
Tabel 6. Family Lifeline

Tahun Usia Life Event Severity of Illness


1957 0 thn Lahir di Ungaran
1963 6 thn Masuk SD
1969 12 thn Masuk SMP
1972 15 thn Masuk SMA
1975 18 thn Lulus SMA
1979 20 thn Menikah
2013 55 thn Pasien pension dari pekerjaanya di
pabrik dan menjadi tukang ujek
2017 59 thn Operasi batu ginjal
2019 62 thn OA genu bilateral

D. Family Life cycle


Menurut siklus kehidupan keluarga oleh Duvall 1977, keluarga pasien
masuk dalam siklus ke 8 yaitu tahap keluarga dalam masa pensiun dan usia
lanjut (aging family members). Hubungan antar anggota keluarga baik,
antar generasi juga baik. Tn.P rutin ke fasilitas kesehatan bersama istrinya
untuk memantau kesehatan. Terdapat pembatasan aktivitas seiring
menurunnya fungsi fisik, terutama pada Tn.AZ dengan OA genu. Sumber
finansial dari pekerjaannya sebagai tukang ojek dan istri sebagai
wiraswasta. Pasien tidak merasa sepi karena tinggal bersama istri, anak dan
menantu.

E. APGAR
Menurut Tn.A beliau selalu puas dapat kembali ke keluarganya untuk
membantunya saat kesusahan. Beliau kadang-kadang puas dengan cara
keluarganya membicarakan sesuatu dengan beliau dan mengungkapkan
masalah dengan beliau. Tn.A merasa keluarganya selalu menerima dan
mendukung keinginannya utuk melakukan aktivitas atau arah baru. Beliau
selalu puas dengan cara keluarganya mengeskpresikan afek dan berespon
terhadap emosinya serta kadang-kadang puas cara keluarganya selalu
menyediakan waktu bersama-sama. Skor Apgar didapatkan skor 8
menunjukkan tidak ada disfungsi keluarga.
67

F. SCREEM
Tabel 7. SCREEM
Sumber Patologi
Sosial Interaksi sosial merupakan bukti antara anggota keluarga, Tidak ada
anggota keluarga jalur komunikasi yang seimbang dengan
grup sosial di luar keluarga seperti tetangga dan lingkungan
kerja.
Kebudayaan Kebudayaan Jawa namun tidak disertai dengan adanya Tidak ada
mitos-mitos tertentu
Keagamaan Taat beribadah, selalu berdoa rutin, seluruh anggota keluarga Tidak ada
memiliki kepercayaan yang sama
Ekonomi Stabilitas ekonomi cukup untuk menyediakan kebutuhan Tidak ada
primer dan sekunder.
Pendidikan Pendidikan anggota keluarga cukup untuk dapat Tidak ada
memecahkan atau memahami sebagian besar permasalahan
yang muncul dalam keluarga
Kesehatan Perawatan kesehatan datang ke fasilitas kesehatan Tidak ada

3.6 Identifikasi Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga pada keluarga Tn.AZ adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Biologis
Pasien mengeluh nyeri kedua lutut sejak 1 bulan lalu. Nyeri menjalar (-
), nyeri seperti kesetrum (-). Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan
semakin memberat saat pasien menaiki tangga atau berjalan di tanjakan,
berubah posisi dari duduk atau jongkok ke berdiri. Nyeri dirasakan berkurang
dengan istirahat. Pasien merasakan kaku pada lututnya saat pagi hari, kaku
dirasakan kurang dari 30 menit, kaku dirasakan berkurang jika digerakan.
Aktivitas sehari-hari pasien menjadi sedikit terganggu karena nyeri yang
dirasakan, terutama dalam duduk dan naik tangga. Aktivitas sehari-hari dapat
dilakukan dengan mandiri. Riwayat operasi batu ginjal pada tahun 2017. Saat
ini sudah sembuh.
Penyakit yang sering dialami adalah batuk pilek dan pegel-pegel. Istri
menderita DM. Terdapat Riwayat keluarga dengan hipertensi dan penyakit
jantung. Perencanaan kesehatan dilakukan secara bersama antara suami, istri
dan anak.
68

b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama istri, seorang anak, seorang menantu. Pasien
sudah pensiun dari pabrik tempat sebelumnya dia bekerja namun saat ini pasien
masih bekerja sebagai tukang ojek. Waktu luang digunakan untuk ke masjid
dan menonton TV. Kegiatan pasien lebih banyak dihabiskan untuk ke masjid
dan membersihkan rumah. Bila terdapat masalah, penyelesaiannya
didiskusikan bersama dengan istri dan anak dengan keputusan akhir juga
diambil bersama. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Setiap hari keluarga
inti menyediakan waktu untuk berkumpul bersama. Keluarga berwisata atau
jalan-jalan kurang lebih 1 bulan sekali.
c. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Margoyoso RT 05/RW 04. Komunikasi pasien dengan
tetangga baik. Pasien bersosialisasi dengan berpartisipasi dalam pertemuan RT,
kegiatan pengajian di masjid. Pasien memandang suatu masalah sebagai suatu
hal yang harus dihadapi. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien adalah tukang ojek. Istri pasien adalah ibu rumah tangga. Anak
bekerja dan menantu bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan pasien kurang
lebih Rp 3.000.000,00. Dalam membayar tagihan rumah tangga menggunakan
uang yang dikelola oleh anak pasien yaitu untuk kebutuhan rumah tangga,
makan, serta iuran BPJS, sisanya untuk pendidikan anak. Seluruh anggota
keluarga mempunyai kartu JKN.
e. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat SMA. Sedangkan istri pasien tamat
SMP. Anak pasien yang tinggal bersama pasien tamat S1.

f. Fungsi Religius

Pasien dan keluarga beragama Islam. Pasien rutin sholat lima waktu dan
sering sholat di masjid. Pasien juga aktif dengan kegiatan masjid.
69

3.7 Perilaku Hidup Sehat


Tabel 8. Perilaku Hidup Sehat

Indikator Ayah Ibu Suami Istri Balita Bayi Keluar


0-6 bl ga
Keluarga mengikuti KB Y Y 1
Ibu bersalin di faskes Y 1
Bayi mendapat imunisasi dasar Y 1
Lengkap
Bayi diberi ASI eksklusif Y 0
selama 6 bulan
Pertumbuhan balita dipantau Y
Y 1
tiap bulan
Penderita TB paru berobat NA NA NA NA NA
sesuai standar
Penderita hipertensi berobat NA NA NA NA NA
Teratur
Gangguan jiwa berat tidak NA NA NA NA NA
Ditelantarkan
Tidak ada anggota keluarga Y Y Y Y Y Y 1
yang merokok
Keluarga memiliki/memakai 1
air bersih
Keluarga memiliki/memakai 1
jamban sehat
Sekeluarga menjadi anggota Y Y Y Y Y Y 1
JKN/Askes
Indeks Keluarga Sadar Kesehatan 8/9(KS)

Faktor-faktor mempengaruhi kesehatan yang ditemukan:


1. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang berhasil diidentifikasi adalah:
 Berolahraga senam 3 kali seminggu, berjalan santai pada pagi hari
seminggu 3 kali
 Frekuensi makan 2-3 kali sehari, pasien makan di rumah dengan
variasi makan nasi, lauk (telur, daging), sayur, air minum berupa air
70

putih, teh dan kopi. Pasien sering ngemil di luar makan utama dan
makan buah-buahan setiap hari.
 Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol
 Pasien rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ikut kegiatan
prolanis.
2. Faktor Lingkungan
Lantai rumah berupa keramik. Penerangan dan ventilasi baik. Sumber air
dari PAM dan gallon. Pembuangan air limbah tertutup, kebiasaan buang air
besar dengan WC duduk, pembuangan sampah dilakukan dalam tong
sampah dan dibawa oleh petugas kebersihan keliling. Sehari-hari istri pasien
masak menggunakan gas. Rumah dibersihkan setiap hari oleh anggota
keluarga. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
3. Faktor sarana pelayanan kesehatan
Faktor sarana pelayanan kesehatan yang berhasil diidentifikasi adalah:
 Terdapat Klinik Surya Medika ditempuh 5 menit dengan motor/sepeda
 Terdapat RS Permata Medika yang dapat ditempuh 7-10 menit dengan
motor

4. Faktor keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita alergi. Istri menderita Diabetes
mellitus, ayah pasien menderita penyakit jantung.
71

3.8 Lingkungan Rumah


A. Komponen Rumah
Langit-Langit Ada
Dinding Tembok
Lantai Ubin
Jendela kamar tidur Ada
Jendela ruang keluarga Ada
Ventilasi Ada, luas ventilasi >10% luas lantai
Lubang asap dapur Ada
Pencahayaan Terang dan tidak silau sehingga dapat
untuk membaca normal
Hewan ternak Tidak ada

Jendela rumah setiap hari dibuka baik jendela kamar maupun jendela
ruang keluarga, Rumah dan halaman dibersihkan setiap hari, Setiap hari
sampah dibuang di tempat sampah, Kebiasaan memasak dengan kompor gas.
2. Sarana Sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan
ke selokan tertutup. Pembuangan sampah pada keluarga ini adalah tempat
sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Sarana air bersih didapat dari PAM
dan galon. Jarak antara sarana air bersih dan tempat pembuangan kotoran jauh,
lebih dari 10 meter. Jamban keluarga ini adalah WC duduk. Tempat
penampungan air dikuras 1 kali seminggu, barang-barang bekas biasanya dijual
dan penampungan air ditutup
3. Akses ke Sarana Kesehatan
Terdapat Klinik Surya medika ditempuh 5 menit dengan motor/sepeda.
Terdapat RS Permata Medika yang dapat ditembuh 7-10 menit dengan motor.
72

B. Denah rumah

Gambar 4. Denah Rumah

Kamar
mandi Kamar
Dapur tidur 2
Ruang
makan
Ruang
Kamar keluarg
tidur 1 a

Ruang Tamu

3.9 Pengetahuan Kedokteran Wisata


Pasien dan keluarga merencanakan terlebih dahulu apabila akan
berwisata, biasanya dengan merental mobil. Pasien biasanya memperhatikan
makanan yang akan dibeli di tempat wisata. Keluarga membawa obat-obatan
tertentu saat berwisata. Selama berwisata, anggota keluarga jarang menjadi
sakit, biasanya paling sering infeksi saluran nafas.
73

3.10 Diagnostik Holistik


a. Aspek 1
Keluhan : nyeri kedua lutut
Kekhawatiran : mengganggu aktivitas sehari-hari
Harapan: agar dapat sehat kembali sehingga dapat melakukan pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari dengan baik
b. Aspek 2
Tn. AZ usia 61 tahun
Osteoarthritis genu bilateral
c. Aspek 3
 Usia : 61 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Genetik : Riwayat penyakit jantung pada ayah pasien
 Pekerjaan : Tukang ojek
 Pendidikan : S1
 Perilaku olahraga: berolahraga yaitu senam 3 kali seminggu,
berjalan kaki 3 kali seminggu
 Pola makan : frekuensi makan 2-3 kali sehari, pasien makan di rumah
dengan variasi makan nasi, lauk (telur, daging), sayur, air minum
berupa air putih, teh dan kopi. Pasien sering ngemil di luar makan utama dan
makan buah-buahan setiap hari.
 Pola kegiatan : waktu luang digunakan untuk berolahraga, pergi ke
masjid. Kegiatan pasien lebih banyak dihabiskan untuk berolahraga ,
pergi ke masjid dan menonton tv.
 Kebiasaan : pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol
 Spiritual : pasien beragama Islam dan taat beribadah.
d. Aspek 4
Kebiasaan keluarga : interaksi pasien dengan keluarga baik
Kondisi ekonomi keluarga baik
Edukasi dari keluarga : jika pasien sakit, keluarga merawat dan membawa
ke fasilitas kesehatan terdekat.
74

e. Aspek 5: derajat fungsional 1 (pasien masih dapat beraktivitas sehari-hari


seperti biasa)

3.11 Rencana Penatalaksanaan Komprehensif


A. Patient Centered care
1. Promotif
a. Mengedukasi pasien untuk tidak melakukan kegiatan dengan
aktivitas yang berat, tidak mengangkat beban berat.

b. Mengedukasi pasien untuk diet rendah kalori untuk menurunkan


berat badan
c. Mengedukasi pasien untuk istirahat yang cukup
d. Mengedukasi pasien untuk tetap mempertahankan kegiatan
berolahraga secara teratur disarankan untuk melakukan olahraga
ringan tanpa beban pada lutut dengan berat seperti bersepeda atau
berenang .
e. Mengedukasi pasien untuk berinteraksi dengan keluarga dan
komunitas untuk menghilangkan kejenuhan

2. Preventif
a. Menghimbau pasien agar rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
b. Mengedukasi pasien agar melakukan kompres dingin bila lutut
terasa nyeri.
3. Kuratif
Mengedukasi pasien agar rutin minum obat dan kontrol ke dokter
4. Rehabilitatif
Mengedukasi pasien untuk melakukan ADL yang tidak membebani
sendi lutut:
 Menggunakan kursi yang tinggi saat melakukan pekerjaan
rumah tangga.
 Menghindari aktivitas yang membebani sendi lutut (naik turun
tangga atau jalan mendaki, duduk di kursi pendek, duduk di
lantai, jongkok, berdiri dan berjalan terlalu lama).
 Melakukan olahraga yang memiliki beban yang ringan terhadap
lutut, seperti berenang atau bersepeda statis. Melakukan
75

penguatan otot quadriceps femoris dan otot hamstring dengan


pembebanan sederhana di rumah.

B. Family Focused
1. Promotif
a. Memotivasi istri untuk memantau pasien agar tidak beraktivitas
berat
b. Memotivasi keluarga untuk mendukung pasien dalam berolahraga
dan istirahat yang cukup
c. Memotivasi keluarga untuk mendukung pasien dalam aktif
berpartisipasi dalam komunitas yang diikuti

2. Preventif
a. Mengedukasi keluarga agar membawa pasien ke fasilitas kesehatan
bila gejala nyeri bertambah
b. Mengedukasi keluarga agar melakukan kompres dingin bila lutut
pasien terasa nyeri.
3. Kuratif
Mengedukasi istri untuk mengingatkan pasien minum obat
4. Rehabilitatif
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar mendukung dan
mengingatkan pasien agar pasien melakukan ADL yang tidak
membebani sendi lutut dan penguatan otot quadriceps femoris dan otot
hamstring dengan pembebanan sederhana di rumah.

C. Community Oriented
1. Promotif
a. Menghimbau tetangga sekitar dan komunitas yang diikuti agar turut
mendukung pasien dalam menghadapi penyakitnya

b. Mengedukasi masyarakat untuk pola hidup sehat


c. Mengadakan senam diabetik, senam OA, dan senam jantung sehat
di lingkungan tempat tinggal pasien
76

2. Preventif
a. Mengedukasi masyarakat mengenai penyakit OA serta deteksi dini
sehingga menimbulkan kesadaran akan kesehatan untuk
memeriksakan diri apabila didapatkan tanda dan gejala penyakit
tersebut.
b. Menghimbau masyarakat untuk kontrol rutin bila terdapat penyakit
OA sekaligus mengingatkan dan mengajak pasien kontrol.
3. Kuratif
Mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya konsumsi obat untuk
penderita OA
4. Rehabilitatif
Menjelaskan kepada masyarakat agar mendukung dan mengingatkan
pasien agar pasien melakukan ADL yang tidak membebani sendi lutut
dan penguatan otot quadriceps femoris dan otot hamstring dengan
pembebanan sederhana di rumah.
77

3.12 Tindak Lanjut


Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan
ADL untuk OA
- Mengedukasi pasien dan
keluarga untuk menggunakan
- Pasien dan keluarga akan
kursi yang tinggi saat
menggunakan kursi yang tinggi
melakukan pekerjaan rumah
saat melakukan pekerjaan
tangga.
rumah tangga.
- Mengedukasi pasien dan
- Pasien dan keluarga
keluarga untuk menghindari
menghindari aktivitas yang
aktivitas yang membebani
membebani sendi lutut (naik
sendi lutut (naik turun tangga
Kurangnya turun tangga atau jalan
atau jalan mendaki, duduk di
pengetahuan mendaki, duduk di kursi
kursi pendek, duduk di lantai,
mengenai pendek, duduk di lantai,
jongkok, berdiri dan berjalan
aktivitas yang jongkok, berdiri dan berjalan
terlalu lama), penguatan otot
tidak membebani terlalu lama), penguatan otot
quadriceps dan hamstring
lutut quadriceps dan hamstring
- Mengedukasi pasien dan
- Pasien dan keluarga olahraga
keluarga untuk olahraga yang
yang memiliki beban yang
memiliki beban yang ringan
ringan terhadap lutut, seperti
terhadap lutut, seperti
berenang atau bersepeda statis.
berenang atau bersepeda statis.
- Pasien dan keluarga memahami
- Mengedukasi pasien dan
untuk melakukan kompres
keluarga untuk melakukan
diingin saat lutut nyeri
kompres dingin pada saat lutut
Nyer
i
78

Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan

- Pasien dan keluarga mengerti


- Mengedukasi mengenai OA,
mengenai OA, tanda dan gejala,
tanda dan gejala, pengobatan,
pengobatan, komplikasi.
komplikasi.
Kurangnya - Pasien mengerti mengenai
- Mengedukasi mengenai
pengetahuan penyebab-penyebab terjadinya
penyebab-penyebab terjadinya
mengenai OA, OA
OA
penyebab, tanda - Pasien mengerti pentingnya diet
- Mengedukasi pentingnya
dan gejala, randah kalori agar berat badan
melakukan diet randah kalori
pengobatan, ideal sehingga terhidar dari OA
agar berat badan ideal
komplikasi serta sehingga terhidar dari OA
pentinganya
berat badan ideal
untuk
menghindari OA

Kesimpulan tindak lanjut:


 Tingkat pemahaman : Baik
 Faktor pendukung : Pasien dan keluarga dapat mengerti bahkan berjanji
melakukan saran yang diberikan.
 Faktor penghambat : Tidak berkesempatan melakukan intervensi pada
komunitas karena keterbatasan waktu.
 Indikator keberhasilan : Pasien dan keluarga memahami, dapat mengulangi
edukasi yang diberikan, berjanji melakukan
perubahan perilaku.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien Seorang Pria 61 Tahun dengan Osteoarthritis Genu
Bilateral dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
A. Medikamentosa: Piroxicam 2x10 mg
B. Nonmedikamentosa:
1. Menjelaskan mengenai diagnosis penyakit yang diderita dan tatalaksana
yang diberikan

2. Pasien dianjurkan untuk melakukan diet rendah kalori untuk menurunkan


berat badan karena akan berdampak pada penyakit OA
3. Pasien dianjurkan melakukan ADL yang tidak membebani sendi lutut:
 Menggunakan kursi yang tinggi saat melakukan pekerjaan rumah tangga.
 Menghindari aktivitas yang membebani sendi lutut (naik turun tangga
atau jalan mendaki, duduk di kursi pendek, duduk di lantai, jongkok,
berdiri dan berjalan terlalu lama).
 Melakukan olahraga yang memiliki beban yang ringan terhadap lutut,
seperti berenang atau bersepeda statis.
4. Mengedukasi pasien untuk melakukan kompres dingin jika lutut teraba
hangat.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. ADL untuk OA
 Mengedukasi pasien dan keluarga untuk menggunakan kursi yang
tinggi saat melakukan pekerjaan rumah tangga.

82
80

 Mengedukasi pasien dan keluarga untuk menghindari aktivitas yang


membebani sendi lutut (naik turun tangga atau jalan mendaki, duduk di
kursi pendek, duduk di lantai, jongkok, berdiri dan berjalan terlalu
lama).
 Mengedukasi pasien dan keluarga untuk olahraga yang memiliki beban
yang ringan terhadap lutut, seperti berenang atau bersepeda statis.
 Mengedukasi pasien dan keluarga untuk melakukan kompres dingin
pada saat lutut nyeri
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia terutama osteoarthritis dan
diperlukan pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara
komprehensif.
81

DAFTAR PUSTAKA

1. Rekomendasi IRA Untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoarthritis.


Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014
2. Amanda, TT. Hubungan Derajat Nyeri Dengan Kualitas Hidup Pasien
Osteoartritis Di Poli Syaraf Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hardjono
Ponorogo. Solo : Universitas Muhammadiyah Solo. 2015
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013
4. Wittenauer R. Background Paper 6.12 Osteoarthritis. World Health
Organization. 2013
5. Centers for Disease Control and Prevention, Arthritis Foundation. A National
Public Health Agenda for Osteoarthritis. 2010
6. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Balai penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014
7. Hochberg, Marc C, dkk. American College of Rheumatology 2012
Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. American College of
Rheumatology. 2012

8. Anies. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran Yang Berprinsip


Pencegahan. 2003. Semarang: IKM dan Kedokteran Pencegahan FK UNDIP
LAMPIRAN
ETES

Anda mungkin juga menyukai