KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun oleh :
Zahira Rikiandraswida
22010117220054
Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Pria 61 Tahun dengan Osteoarthritis Genu Bilateral
telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro pada tanggal 3 Oktober 2019.
Mengesahkan,
Pembimbing
1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa
agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk diagnosis
holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada pasien
osteoarthritis genu bilateral .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Osteoarthritis
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro
yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita
osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan.
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan
pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago)
adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk memudahkan
pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu
sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi.
American College of Rheumatology mengartikan osteoarthritis sebagai sekelompok
kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.1
Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan
tulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri merupakan gejala khas
pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin berat bila melakukan
aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan
aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat.
Kejadian osteoarthritis banyak pada orang yang berusia di atas 45 tahun. Laki-laki di
bawah umur 55 tahun lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan dengan wanita
pada umur yang sama. Namun, setelah umur 55 tahun prevalensi osteoarthritis lebih
banyak wanita dibandingkan pria. Hal ini diduga karena bentuk pinggul wanita yang
lebar dapat menyebabkan tekanan yang menahun pada sendi lutut. Osteoartritis juga
sering ditemukan pada orang yang kelebihan berat badan dan mereka yang pekerjaanya
mengakibatkan tekanan yang berlebihan pada sendi-sendi tubuh. 1,3
5
6
terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup
pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut
meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi
sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan
ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang
di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi
sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya
OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut
tentang kartilago.
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe
dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul –
molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan
pada kartilago Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis
seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan
enzim pemecah matriks, sitokin { Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor
(TNF)}, dan faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-
molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga
keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari
MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago Stimulasi
dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian
8
matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi
matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG),
oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan
degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan
tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan
meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada
proses awal timbulnya OA. Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan
pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis
dengan degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi
memiliki metabolism yang sangat aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit
yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak
adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis
serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme
pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi.
rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan dan kolagen. Perkembangan
perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1. Fase 1
Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme
kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim seperti
metalloproteinases yang kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit
juga memproduksi penghambat protease yang mempengaruhi proteolitik.
Kondisi ini memberikan manifestasi pada penipisan kartilago.
2. Fase 2
Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai
adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovia.
3. Fase 3
Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons
inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti interleukin 1 (IL- 1),
tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan metalloproteinase menjadi
meningkat. Kondisi ini memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara
langsung memberikan dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-
molekul proinflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat.
Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.
Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan articular menjadi kondisi gangguan yang progresif
4. Genetik
Faktor genetik juga berperan pada kejadian OA lutut. Hal tersebut
berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang
bersifat diturunkan, seperti adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen- gen
struktural lain untuk struktur-struktur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe
IX dan XII, protein pengikat, atau proteoglikan. Sebuah studi menunjukkan
bahwa komponen yang diturunkan pada penderita OA sebesar 50% hingga
65%. Studi pada keluarga, saudara kembar, dan populasi menunjukkan
perbedaan antar pengaruh genetic menentukan lokasi sendi yang terkena OA.
Bukti lebih jauh yang mendukung faktor genetik sebagai predisposisi OA
adalah adanya kesesuaian gen OA yang lebih tinggi pada kembar monozigot
disbanding kembar dizigot.
5. Nutrisi
Orang yang jarang mengkonsumsi makanan bervitamin D memiliki
peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut. Penelitian factor nutrisi
sebagai etiopatologi OA membuktikan adanya peningkatan risiko kejadian OA
lutut pada individu dengan defisiensi vitamin C dan E. Pada orang Asia,
penyakit Kashin-Beck, salah satu jenis OA, dapat disebabkan oleh makanan
yang terkontaminasi oleh jamur. Hipotiroidisme terjadi pada sebagian penderita
OA karena defisiensi selenium.
6. Obesitas
Kegemukan (obesitas) adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya
osteoartritis lutut. Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas OA
terutama melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan.
Tiga hingga enam kali berat badan dibebankan pada sendi lutut pada saat tubuh
bertumpu pada satu kaki. Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban
sendi lutut saat berjalan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makin besar
Indeks Massa Tubuh (IMT), risiko
15
progresifitas OA pada individu yang pernah mengalami trauma lutut tidak dapat
dicegah, bahkan setelah kerusakan ligamentum cruciatum anterior diperbaiki.
Risiko berkembangnya OA pada kasus ini sebesar 10 kali lipat.
11. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam
atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari),
mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan factor risiko terjadinya
OA lutut. Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-hari juga
berrisiko mengalami OA lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang berlangsung
lama akan menyebabkan disuse atrophy yang akan meningkatkan kerentanan
terjadinya trauma pada kartilago. Pada penelitian terhadap hewan coba,
kartilago sendi yang diimobilisasi menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan
pada kartilago yang mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan
peningkatan MMP yang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
12. Kebiasaan olah raga
Olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan
risiko OA yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi
suatu faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai predisposisi OA
dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA. Atlet olah raga
yang cenderung mengalami benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola, lari maraton, dan kung fu meningkatkan risiko untuk menderita OA lutut.
17
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat – obatan yang dapat menjaga
atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat – obatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya.
3. Terapi pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari – hari.
keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya
juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Food Recall :
I(3/10/2018) II(2/10/2018) III (30/9/2018)
Pagi Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong
Sup ayam 1 porsi Soto ayam 1 porsi Ayam goreng 1 porsi
Air putih 1 gelas Teh hangat 1 gelas Es jeruk 1 gelas
Siang Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong Nasi putih 1 centong
Opor ayam 1 porsi Gudangan 1 porsi Sambel goreng
Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas Melon 1 porsi
Kopi hangat 1 gelas Rengginang 3 buah
Melon 1 porsi
B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 3 Oktober 2018, pukul 13.30 WIB di rumah pasien.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 76x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5 C (aksiler)
TB/BB : 165 cm/70 kg
BMI : 25,71 kg/m2 (overweight)
Lingkar perut : 95 cm
VAS : 1-2 (hilang timbul)
Postur :
o Tampak depan : bahu simetris, pelvis simetris, deformitas genu (-),
deformitas ankle (-)
o Tampak samping : kifosis (-), Lordosis (-), Genu recurvatum (-)
o Tampak belakang : bahu simetris, pelvis simetris, skoliosis (-),
deformitas genu (-), deformitas ankle (-)
Gait : Normal gait, berjalan tanpa alat bantu
Status Generalis
Kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge (-), gangguan pendengaran (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal
drip (-), nyeri telan (-)
48
Pemeriksaan Neuromuskular
Extremitas Inferior
Pemeriksaan
Kanan Kiri
Gerak + +
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
R. Fisiologis +2 +2
R. Patologis - -
Klonus - -
Kekuatan
Segmen Otot Dextra Sinistra
L2 Hip Flexor 5 5
L3 Knee Extensor 5 5
L4 Ankle Dorso Flexor 5 5
L5 Long Toe Extensor 5 5
S1 Ankle Plantar Flexor 5 5
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : BAB dan BAK normal
50
C. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
D. Diagnosis Kerja
Osteoarthritis Genu Bilateral
E. Rencana Penatalaksanaan
Medikamentosa: Piroxicam 2x10 mg
Nonmedikamentosa:
o Menjelaskan mengenai diagnosis penyakit yang diderita dan
tatalaksana yang diberikan
o Pasien dianjurkan mengkonsumsi obat secara teratur
o Pasien dianjurkan untuk melakukan diet rendah kalori untuk
menurunkan berat badan karena akan berdampak pada penyakit OA
o Pasien dianjurkan melakukan ADL yang tidak membebani sendi
lutut:
Menggunakan kursi yang tinggi saat melakukan pekerjaan
rumah tangga.
Menghindari aktivitas yang membebani sendi lutut (naik turun
tangga atau jalan mendaki, duduk di kursi pendek, duduk di
lantai, jongkok, berdiri dan berjalan terlalu lama).
Melakukan olahraga yang memiliki beban yang ringan terhadap
lutut, seperti berenang atau bersepeda statis.
o Mengedukasi pasien untuk melakukan kompres dingin jika lutut
teraba hangat.
51
(21)7. Seberapa berat nyeri yang anda rasakan selama empat minggu terakhir?
□ Tidak ada nyeri (1)
□ Sangat ringan (2)
√ Ringan (3)
□ Sedang (4)
□ Berat (5)
□ Sangat berat (6)
53
(22)8. Selama empat minggu terakhir, bagaimana rasa nyeri mengganggu anda
dalam kegiatan sehari-hari (baik pekerjaan/kegiatan di dalam dan di luar rumah)?
□ Tidak sama sekali (1)
□ Sedikit mengganggu (2)
√ Agak mengganggu (3)
□ Mengganggu (4)
□ Sangat mengganggu (5)
(32)10. Selama empat minggu terakhir, sejauh mana masalah kesehatan dan
gangguan emosional anda mengganggu kegiatan sosial yang anda lakukan?
(misalnya: mengunjungi teman, keluarga, dll)
□ Selalu (1)
□ Sering (2)
√ Kadang-kadang (3)
□ Sangat jarang (4)
□ Tidak pernah (5)
Max Nilai
ORIENTASI
5 ( 5) Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 ( 5) Sekarang kita berada dimana? (Nama rumah sakit, jalan, nomor rumah,
kota kabupaten, provinsi)
REGISTRASI
3 ( 3) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (kata yang pemeriksa
gunakan : bola, kursi, sepatu) dan diberikan satu detik untuk tiap benda.
Kemudian pasien diminta mengulang ketiga nama benda tersebut. Pasien
diminta mengulangi hingga benar menyebutkan. Hitung jumlah percobaan
dan catat : 2 kali.
ATENSI DAN KALKULASI
5 (5) Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“HUJAN“ (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan)
MENGINGAT
3 (3) Tanyakan kembali nama tiga benda yang telah disebut di atas. Berikan nilai
1 untuk tiap jawaban yang benar.
58
Max Nilai
BAHASA
9 (9) a. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil atau arloji (2
nilai)
b. Ulangi kalimat berikut : “ JIKA TIDAK, DAN ATAU TAPI
(1 nilai)
c. Laksanakanlah 3 buah perintah ini: Peganglah selembar kertas
dengan tangan kananmu, lipatlah kertas tersebut pada
pertengahan dan letakkan di lantai (3 nilai )
d. Bacalah dan laksanakanlah perintah berikut: “ PEJAMKAN
MATA
ANDA” (1 nilai)
e. Tuliskanlah sebuah kalimat (1 nilai)
f. Tirulah gambar ini (1 nilai )
Jumlah skor : 30
Kategori : Skor 25-30 : Normal
17-24 : Probable cognitive impairment
0-16 : Definite cognitive impairment
Skor : 30/30
Kesan : Normal
Skor total 20
F. INDEKS BARTHEL
Kategori :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan fatal
G. Frailty Index
Tn.F
Ny.L Ny.D B
B B 1965 1963
1956 54 thn 52 thn Tn.D
D 60 Ny.A Tn.SJ Ny.
1965
thn B 1968 J
Tn.AZ Tn.G 54th Ny.B
DM 1963 51th 196
Tn.D B B 1966
56 thn 8
B 1958 1963 55 th 51th
1956 61 thn Ny. 56 th
63 thn Sdr.J R
B 1992 B
Sdr.T Sdr.
Sdr.F 27 thn 1959
1996 D
B 60th
23th 1998
1990 M 1979 Sdr.S
B 1994 21
29 thn
25 thn thn
Sdr.D
B
1996
23th
Tn.A Ny.N
B B
Tn.SF Ny.D 1989 1989
B D 30 thn 30thn
1984 B
35 thn 1985
34thn
An.Y
H
B
2014
5 thn
65
Keterangan:
- Tanggal pembuatan genogram: 27 September 2019
- Pemberi Informasi: Tn. AZ dan Ny. R
- Jenis keluarga : Extended family
- Keterangan genogram:
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Satu rumah
M : Menikah , D : Meninggal
B. Family Map
Gambar 3. Family Map
Ny.R
(Istri)
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan = : fungsional
66
C. Family Lifeline
Tabel 6. Family Lifeline
E. APGAR
Menurut Tn.A beliau selalu puas dapat kembali ke keluarganya untuk
membantunya saat kesusahan. Beliau kadang-kadang puas dengan cara
keluarganya membicarakan sesuatu dengan beliau dan mengungkapkan
masalah dengan beliau. Tn.A merasa keluarganya selalu menerima dan
mendukung keinginannya utuk melakukan aktivitas atau arah baru. Beliau
selalu puas dengan cara keluarganya mengeskpresikan afek dan berespon
terhadap emosinya serta kadang-kadang puas cara keluarganya selalu
menyediakan waktu bersama-sama. Skor Apgar didapatkan skor 8
menunjukkan tidak ada disfungsi keluarga.
67
F. SCREEM
Tabel 7. SCREEM
Sumber Patologi
Sosial Interaksi sosial merupakan bukti antara anggota keluarga, Tidak ada
anggota keluarga jalur komunikasi yang seimbang dengan
grup sosial di luar keluarga seperti tetangga dan lingkungan
kerja.
Kebudayaan Kebudayaan Jawa namun tidak disertai dengan adanya Tidak ada
mitos-mitos tertentu
Keagamaan Taat beribadah, selalu berdoa rutin, seluruh anggota keluarga Tidak ada
memiliki kepercayaan yang sama
Ekonomi Stabilitas ekonomi cukup untuk menyediakan kebutuhan Tidak ada
primer dan sekunder.
Pendidikan Pendidikan anggota keluarga cukup untuk dapat Tidak ada
memecahkan atau memahami sebagian besar permasalahan
yang muncul dalam keluarga
Kesehatan Perawatan kesehatan datang ke fasilitas kesehatan Tidak ada
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama istri, seorang anak, seorang menantu. Pasien
sudah pensiun dari pabrik tempat sebelumnya dia bekerja namun saat ini pasien
masih bekerja sebagai tukang ojek. Waktu luang digunakan untuk ke masjid
dan menonton TV. Kegiatan pasien lebih banyak dihabiskan untuk ke masjid
dan membersihkan rumah. Bila terdapat masalah, penyelesaiannya
didiskusikan bersama dengan istri dan anak dengan keputusan akhir juga
diambil bersama. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Setiap hari keluarga
inti menyediakan waktu untuk berkumpul bersama. Keluarga berwisata atau
jalan-jalan kurang lebih 1 bulan sekali.
c. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Margoyoso RT 05/RW 04. Komunikasi pasien dengan
tetangga baik. Pasien bersosialisasi dengan berpartisipasi dalam pertemuan RT,
kegiatan pengajian di masjid. Pasien memandang suatu masalah sebagai suatu
hal yang harus dihadapi. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien adalah tukang ojek. Istri pasien adalah ibu rumah tangga. Anak
bekerja dan menantu bekerja sebagai wiraswasta. Penghasilan pasien kurang
lebih Rp 3.000.000,00. Dalam membayar tagihan rumah tangga menggunakan
uang yang dikelola oleh anak pasien yaitu untuk kebutuhan rumah tangga,
makan, serta iuran BPJS, sisanya untuk pendidikan anak. Seluruh anggota
keluarga mempunyai kartu JKN.
e. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat SMA. Sedangkan istri pasien tamat
SMP. Anak pasien yang tinggal bersama pasien tamat S1.
f. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga beragama Islam. Pasien rutin sholat lima waktu dan
sering sholat di masjid. Pasien juga aktif dengan kegiatan masjid.
69
putih, teh dan kopi. Pasien sering ngemil di luar makan utama dan
makan buah-buahan setiap hari.
Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol
Pasien rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan dan ikut kegiatan
prolanis.
2. Faktor Lingkungan
Lantai rumah berupa keramik. Penerangan dan ventilasi baik. Sumber air
dari PAM dan gallon. Pembuangan air limbah tertutup, kebiasaan buang air
besar dengan WC duduk, pembuangan sampah dilakukan dalam tong
sampah dan dibawa oleh petugas kebersihan keliling. Sehari-hari istri pasien
masak menggunakan gas. Rumah dibersihkan setiap hari oleh anggota
keluarga. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
3. Faktor sarana pelayanan kesehatan
Faktor sarana pelayanan kesehatan yang berhasil diidentifikasi adalah:
Terdapat Klinik Surya Medika ditempuh 5 menit dengan motor/sepeda
Terdapat RS Permata Medika yang dapat ditempuh 7-10 menit dengan
motor
4. Faktor keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita alergi. Istri menderita Diabetes
mellitus, ayah pasien menderita penyakit jantung.
71
Jendela rumah setiap hari dibuka baik jendela kamar maupun jendela
ruang keluarga, Rumah dan halaman dibersihkan setiap hari, Setiap hari
sampah dibuang di tempat sampah, Kebiasaan memasak dengan kompor gas.
2. Sarana Sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan
ke selokan tertutup. Pembuangan sampah pada keluarga ini adalah tempat
sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Sarana air bersih didapat dari PAM
dan galon. Jarak antara sarana air bersih dan tempat pembuangan kotoran jauh,
lebih dari 10 meter. Jamban keluarga ini adalah WC duduk. Tempat
penampungan air dikuras 1 kali seminggu, barang-barang bekas biasanya dijual
dan penampungan air ditutup
3. Akses ke Sarana Kesehatan
Terdapat Klinik Surya medika ditempuh 5 menit dengan motor/sepeda.
Terdapat RS Permata Medika yang dapat ditembuh 7-10 menit dengan motor.
72
B. Denah rumah
Kamar
mandi Kamar
Dapur tidur 2
Ruang
makan
Ruang
Kamar keluarg
tidur 1 a
Ruang Tamu
2. Preventif
a. Menghimbau pasien agar rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
b. Mengedukasi pasien agar melakukan kompres dingin bila lutut
terasa nyeri.
3. Kuratif
Mengedukasi pasien agar rutin minum obat dan kontrol ke dokter
4. Rehabilitatif
Mengedukasi pasien untuk melakukan ADL yang tidak membebani
sendi lutut:
Menggunakan kursi yang tinggi saat melakukan pekerjaan
rumah tangga.
Menghindari aktivitas yang membebani sendi lutut (naik turun
tangga atau jalan mendaki, duduk di kursi pendek, duduk di
lantai, jongkok, berdiri dan berjalan terlalu lama).
Melakukan olahraga yang memiliki beban yang ringan terhadap
lutut, seperti berenang atau bersepeda statis. Melakukan
75
B. Family Focused
1. Promotif
a. Memotivasi istri untuk memantau pasien agar tidak beraktivitas
berat
b. Memotivasi keluarga untuk mendukung pasien dalam berolahraga
dan istirahat yang cukup
c. Memotivasi keluarga untuk mendukung pasien dalam aktif
berpartisipasi dalam komunitas yang diikuti
2. Preventif
a. Mengedukasi keluarga agar membawa pasien ke fasilitas kesehatan
bila gejala nyeri bertambah
b. Mengedukasi keluarga agar melakukan kompres dingin bila lutut
pasien terasa nyeri.
3. Kuratif
Mengedukasi istri untuk mengingatkan pasien minum obat
4. Rehabilitatif
Menjelaskan kepada keluarga pasien agar mendukung dan
mengingatkan pasien agar pasien melakukan ADL yang tidak
membebani sendi lutut dan penguatan otot quadriceps femoris dan otot
hamstring dengan pembebanan sederhana di rumah.
C. Community Oriented
1. Promotif
a. Menghimbau tetangga sekitar dan komunitas yang diikuti agar turut
mendukung pasien dalam menghadapi penyakitnya
2. Preventif
a. Mengedukasi masyarakat mengenai penyakit OA serta deteksi dini
sehingga menimbulkan kesadaran akan kesehatan untuk
memeriksakan diri apabila didapatkan tanda dan gejala penyakit
tersebut.
b. Menghimbau masyarakat untuk kontrol rutin bila terdapat penyakit
OA sekaligus mengingatkan dan mengajak pasien kontrol.
3. Kuratif
Mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya konsumsi obat untuk
penderita OA
4. Rehabilitatif
Menjelaskan kepada masyarakat agar mendukung dan mengingatkan
pasien agar pasien melakukan ADL yang tidak membebani sendi lutut
dan penguatan otot quadriceps femoris dan otot hamstring dengan
pembebanan sederhana di rumah.
77
Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan
4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien Seorang Pria 61 Tahun dengan Osteoarthritis Genu
Bilateral dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
A. Medikamentosa: Piroxicam 2x10 mg
B. Nonmedikamentosa:
1. Menjelaskan mengenai diagnosis penyakit yang diderita dan tatalaksana
yang diberikan
82
80
DAFTAR PUSTAKA