Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN TINGKAT JURUSAN

Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa Dalam


Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa
Pada Desa Balunijuk Kabupaten Bangka

TIM PENELITI

Ketua : Suhaidar, S.E, M.Si.

Anggota : Izma Fahria, S.E., M.Sc.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2017

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian :Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah Desa

dalam Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan


Alokasi Dana Desa Pada Desa Balunijuk,
Kabupaten Bangka
Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : Suhaidar, S.E., M.Si.
b. NIDN/NP : 0609086401/ 506406001
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Akuntansi
e. No. HP : 081273717111
f. Email : Suhaidar2@gmail.com
Anggota Peneliti :
a. Nama Lengkap : Izma Fahria, S.E., M.Sc.
b. NIDN/NP :-
c. Jurusan : Akuntansi
Tahun Pelaksanaan : 2017
Biaya Tahun Berjalan : Rp. 1.500.000
Biaya Keseluruhan : Rp. 5.000.000,-

Mengetahui, Balunijuk, 29 November 2017


Ketua Jurusan Akuntansi Ketua Peneliti

(Karmawan, S.E., M.Si) (Suhaidar, S.E., M.Si)


(NP. 507706003) (NP. 506406001)

Mengetahui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(Dr. Dwi Haryadi, S.H., M.H)


NIP. 198307172012121004

2
RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-


prinsip akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa yang ada di desa Balunijuk,
Kabupaten Bangka dalam pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi
dana desa (ADD). Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.
Transparansi dan Akuntabilitas menjadi sangat penting mengingat kedua
hal tersebut merupakan aktualisasi nilai dan prinsip-prinsip Good Governance.
Pemerintahan yang baik (Good Governance) mendorong terwujudnya
penyelenggaran pemerintahan yang tidak hanya professional, tetapi juga
berkepastian hukum, transparan, akuntabel, memliki kredibilitas, bersih serta
tanggap dan peka terhadap kepentingan dan aspirasi yang didasari etika untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara. Dengan demikian diharapkan dengan
penelitian ini dapat mendorong pemerintah desa dalam mewujudkan pemerintahan
desa yang lebih baik.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi dan analisis dokumen. Penelitian ini terdiri dari beberapa narasumber,
yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa dan Perwakilan Masyarakat.
Mengorganisir data, penyederhanaan data, proses analisis data dan hasil
interperetasi merupakan teknik dari analisis data.

Kata kunci: Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa,


Akuntabilitas, Transparansi

3
PRAKATA

Assalamu’alaikumwarohmatullahiwabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan laporan kemajuan Penelitian Dosen Tingkat Jurusan (PDTJ)
Tahun 2017 ini. Sholawat dan salam peneliti sampaikan kepada Rasullah SAW
beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang sampai sekarang tetap
istiqamah mengikuti sunnah nya.

Laporan kemajuan ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati ingin mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang tulus
kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat langsung dalam
penyusunan laporan kemajuan Peneliitian Dosen Tingkat Jurusan (PDTJ) ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Akhirnya, semoga
laporan kemajuan ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu
pengetahuan.

Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh

Balunijuk, 27 November 2017

Peneliti

4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...............................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................ii
RINGKASAN ............................................................................................iii
PRAKATA ..................................................................................................iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................v
DAFTAR TABEL ......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
1.3 Target Luaran ........................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Akuntabilitas (Accountability) ...........................................5
2.2. Pengertian Transparansi (Transparancy) .............................................6
2.3. Manajemen Keuangan Daerah .............................................................7
2.4. Manajemen Keuangan Desa .................................................................8
2.5. Alokasi Dana Desa ................................................................................8
2.6. Prinsip Alokasi Dana Desa ....................................................................9

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


3.1. Tujuan Penelitian ...................................................................................11
3.2. Manfaat Penelitian ................................................................................11

BAB IV. METODE PENELITIAN


4.1. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................12
4.2. Jenis dan Sumber Data .........................................................................12
4.3 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................12
4.4 Teknik Analisis Data .............................................................................13

BAB V. HASIL YANG DICAPAI


5.1 Jenis Data yang Digunakan ....................................................................15
5.2 Proses Pengolahan Data ........................................................................15
5.2.1 Profil Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kab. Bangka ...............16
5.2.2 Program ADD di Desa Balunijuk Kec Merawang Kab Bangka .........18
5.2.3 Implementasi ADD di Desa Balunijuk ................................................20
5.2.4 Perencanaan ADD di Desa Balunijuk ................................................21
5.2.5 Pelaksanaan ADD di Desa Balunijuk .................................................23

5
5.2.6 Pelaporan ADD di Desa Balunijuk Kec. Merawang Kab Bangka ......24
5.2.7 Pertanggungjawaban ADD di Desa Balunijuk Kab Bangka ...............26
5.2.8 Kendala Pertanggungjawaban Pemerintah Desa .................................27

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................................29
6.2 Saran ......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................31

LAMPIRAN

!6

6
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di


Kecamatan Merawang, 2016 ........................................................15

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Desa/Kelurahan


Kecamatan Merawang Tahun 2016 (Orang) .................................17

Tabel 5.3 Tingkat Kehadiran Rapat Musrenbang Tingkat Desa di Desa


Balunijuk Kecamatan Merawang ...................................................21

Tabel 5.4 Alokasi Dana Desa Tahun 2016 Desa Balunijuk Kecamatan
Merawang .....................................................................................23

Tabel 5.5 Pengeluaran Dana ADD Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang
Tahun Anggaran 2016 ...................................................................25

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ........................................................................................................ 33

8
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Desa merupakan keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah
terbatas (William Ogburn, M.F Nimkoff: 2011). Menurut Undang-Undang NO. 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa Desa sebagai sebuah
pemerintahan yang otonom dengan diberikannya hak-hak istimewa, antara lain
terkait pengelolaan keuangan dan alokasi dana desa, pemilihan kepala desa
(Kades) serta proses pembangunan desa. Terkait dengan pengelolaan keuangan
Desa dan sejalan dengan berkembangnya ilmu akuntansi khususnya dalam bidang
akuntansi pemerintahan yang mengkhususkan pencatatan dan pelaporan transaksi-
transaksi yang terjadi di badan pemerintahan, adanya tuntutan akuntabilitas dan
transparansi atas pencatatan transaksi-transaksi dan pelaporan kinerja
pemerintahan oleh pihak-pihak yang berkepentingan menjadi kebutuhan yang
tidak dapat diabaikan. Pelaksanaan otonomi daerah sendiri perlu dipahami sebagai
istilah dari desentralisasi. Desentralisasi memungkinkan berlangsungnya
perubahan mendasar dalam karakteristik hubungan kekuasaan antara daerah
dengan pusat, sehingga daerah diberikan keleluasaan untuk menghasilkan
keputusan-keputusan politik tanpa intervensi pusat. Dalam mewujudkan sistem
pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya peningkatan dalam
prinsip demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat
(Dwipayana, 2003:6). Menurut Bastian, (2015:13), Prinsip desentralisasi terkait
dengan penempatan kabupaten atau kota sebagai wilayah pembangunan otonom
yang mempunyai kewenangan untuk mengelola perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan wilayah yurisdiksinya.
Otonomi Daerah dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah adalah hak wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

1
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang
tentang Desa tersebut dengan nyata dan bertanggungjawab menegaskan bahwa
tujuan dan maksud dari pemberian otonomi pada dasarnya adalah untuk
memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
memajukan masyarakat desa yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.
Karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu pembentukan Alokasi Dana
Desa (ADD) sebagai perwujudan dari desentralisasi keuangan menuju desa yang
mandiri.
Alokasi Dana Desa menurut Sanusi (2004) adalah dana yang harus
dialokasikan pemerintah kabupaten untuk desa, yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima dari kabupaten yang
penggunaannya untuk 30% belanja aparatur dan operator dan 70% untuk belanja
publik dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan
desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban dan pengawasan memberikan
kewenangan pengelolaan keuangan desa dan adanya Alokasi Dana Desa atau
ADD (berdasarkan PP No.72 tahun 2005), menuntut desa untuk semakin terbuka
dan responsibilitas terhadap proses pencatatan akuntansi sehingga desa dapat
mengelola keuangan dan melaporkannya secara transparan, akuntabel dan
partisipatif.
Ketika laporan keuangan desa dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan
baik, maka kinerja pemerintahan desa akan berkembang dengan baik pula.
Sedangkan kenyataan yang terjadi saat ini terkait Laporan Keuangan Desa,
menurut Hanifah, 2015, secara prinsip masih banyak desa yang memiliki
permasalahan terkait laporan keuangan desa, antara lain: (1) sering terjadi
keterlambatan laporan keuangan dalam penyampaian dari desa ke Kecamatan, (2)
Masih lemahnya perangkat desa dalam pemahaman PP No. 32 tahun 2004, (3)
Masih lemahnya skill (ketrampilan) terkait kreativitas laporan keuangan, (4)
Masih lemahnya infrastruktur terkait teknologi informasi (internet), (5) Dalam

2
laporan keuangan yang dibuat oleh kepala desa selama ini masih bersifat
konvensional (tradisional). Permasalahan seperti diatas muncul salah satunya
karena tidak berlakunya standar pelaporan keuangan di desa. Sejalan dengan hal
itu maka diperlukan adanya akuntansi dan manajemen keuangan yang baik di
tiap-tiap desa.
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana penerapan transparansi dan akuntabilitas pemerintah desa dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan serta pertanggungjawaban alokasi dana desa
di Desa Balunijuk, Kabupaten Bangka yang bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat menuju desa yang sejahtera dan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana akuntabilitas pemerintah desa dalam pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan alokasi dana desa di desa Balunijuk, Kabupaten
Bangka.
2. Bagaimana transparansi pemerintah desa dalam pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan alokasi dana desa di desa Balunijuk, Kabupaten
Bangka.

1.3. Target Luaran


1. Luaran wajib berupa publikasi ilmiah pada jurnal yang memiliki ISSN
atau terakreditasi.
2. Luaran tambahan menjadi bahan referensi dan bahan perbandingan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan akuntabilitas dan
transparansi pemerintah desa dalam pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan alokasi dana desa.

3
3. Luaran tambahan (kalau memungkinkan) berupa prosiding pada seminar
ilmiah karena hasil dari penelitian ini (direncanakan) akan diseminarkan di
Universitas Bangka Belitung.
4. Luaran tambahan (jika memungkinkan) berupa pengayaan ajar, bahwa
materi dari penelitian ini merupakan topik salah satu mata kuliah yang
peneliti ajarkan di Universitas Bangka Belitung khususnya terkait dengan
mata kuliah statistika ekonomi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntabilitas (Accountability)


Akuntabilitas didalam bahasa inggris secara harfiah disebut dengan
accountability diartikan sebagai yang dapat dipertanggungjawabkan.
Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diartikan sebagai
kewajiban pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pelaksanaan pemerintahan di daerah dalam rangka otonomi daerah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang
terukur baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya. Pemerintah daerah
sebagai pelaku pemerintahan harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah
dilakukannya terhadap masyarakat dalam rangka menjalankan tugas, wewenang,
dan kewajiban Pemerintah Daerah (Sabarno, 2007:129).
Dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, dapat
diperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai berikut: (1) Harus ada
komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan
pelaksanaan misi agar akuntabel;(2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat
menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;(3) Harus dapat menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan;(4) Harus berorientasi pada
pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh;(5) Harus jujur,
objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen
instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran
kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas (LAN & BPKP, 2000).
Tiga prinsip utama yang mendasari pengelolaan keuangan daerah
(Mardiasmo, 2002:105). Pertama, prinsip transparansi atau keterbukaan.
Transparansi memberikan arti bahwa anggota masyarakat memiliki hak dan akses
yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan

5
kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup
masyarakat banyak.
Kedua, prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas adalah prinsip
pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan
dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Masyarakat tidak
hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk
menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran
tersebut.
Ketiga, prinsip value for money. Prinsip ini berarti diterapkannya tiga
pokok dalam proses penganggaran yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektif. Ekonomi
berkaitan dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan
kualitas tertentu pada harga yang murah. Efisiensi berarti bahwa penggunaan dana
masyarakat tersebut dapat menghasilkan output yang maksimal (berdayaguna).
Efektifitas berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-
target atau tujuan kepentingan publik.

2.2. Pengertian Transparansi (Transparancy)


Transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya
publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi (Mardiasmo, 2010:30).
Dengan adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang
untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanannya, serta hasil-
hasil yang dicapai. Transparansi juga memiliki arti keterbukaan organisasi dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya
publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan (Mahmudi,
2010:17-18).

6
Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip good
governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Dengan
dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi yang aktual
dan faktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk (1)
membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan
(realisasi v.s anggaran), (2) menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran, (3) menentukan
tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait, (4) mengetahui
hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen organisasi
sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait (Mahmudi,
2010).

2.3 Manajemen Keuangan Daerah


Salah satu indikator keberhasilan keuangan otonomi daerah adalah
bagaimana pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mampu menggunakan
dan memafaatkan sumber daya yang dimiliki secara lebih efektif dan efesien
melalui sumber-sumber daya publik dalam membiayai aktivitas pembangunan
yang dilakukan (Waluyo, 2007:205). Dengan demikian dengan adanya
pengelolaan sumber keuangan daerah yang efektif dan efesien maka program-
program dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin mencapai suatu
keberhasilan, dan pengelolaan daerah tersebut dikenal dengan manajemen
keuangan daerah.

Anggaran daerah yang merupakan bagian dari manajemen keuangan


daerah, secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen penerimaan
daerah dan manajemen pengeluaran daerah (Faridah, 2015). Sejalan dengan
pendapat Mardiasmo (2010:9) bahwa anggaran daerah atau (APBD) adalah
rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode
tertentu (satu tahun). Semua bentuk organisasi, sektor swasta maupun sektor

7
publik pasti akan melakukan penganggaran yang pada dasarnya merupakan cara
untuk mencapai visi dan misinya (Mardiasmo, 2002:106). Untuk itu manajemen
keuangan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi
sebagai salah satu cara untuk mengawasi kebijakan keuangan daerah. Seperti yang
telah dijelaskan Mardiasmo (2002:105-106), prinsip manajemen keuangan daerah
meliputi akuntabilitas, value for money, transparansi, pengendalian, dan kejujuran.

2.4 Manajemen Keuangan Desa


Manajemen maupun pembangunan yang dilakukan di desa harus
memperhatikan penataan sumber daya desa. Tanah, tenaga kerja, alam, ekosistem,
binatang, tumbuhan, keahlian atau keterampilan, jaringan, mitra pasar, dan
hubungan desa kota, kesemuanya harus ditata dan dikombinasi ulang. Sasaran dan
permintaan pembangunan desa sosialis antara lain pengembangan produksi,
peningkatan standar kehidupan, menciptakan lingkungan pedesaan yang
berbudaya, memastikan keteraturan dan kebersihan desa dan melembagakan
pengelolaan desa secara demokratis.
Administrasi maupun manajemen keuangan di tingkat desa mempunyai
fungsi penting dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah serta penyedia barang
dan jasa bagi publik. Secara khusus, desa memiliki peran penting dalam
menyediakan layanan infrastruktur pedesaan dan terlibat dalam kegiatan
penurunan kemiskinan, kesejahteraan sosial, pendidikan dasar, dan kesehatan
publik. Meskipun kebanyakan investasi dan pelayanan publik tersebut didanai
oleh struktur di atas desa, namun beberapa sumber daya krusial masih disediakan
oleh desa dan penyediaan ini didukung oleh beberapa desa.

2.5 Alokasi Dana Desa


Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Alokasi
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten atau kota dan digunakan untuk

8
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan pemberian bantuan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah untuk: (1)
Menunjang operasional penyelenggaraan pemerintahan desa, (2) Menanggulangi
kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial, (3) Meningkatkan perencanaan
dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat,
(4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan, (5) Meningkatkan
pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan
peningkatan sosial, (6) Meningkatkan ketrentraman dan ketertiban, (7)
Meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, (8) Mendorong peningkatan
keswadayaan dan gotong royong masyarakat, (9) Meningkatkan pendapatan desa
dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan usaha
lainnya, (10) Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
desa, dan (11) Menunjang program kegiatan pemerintah, pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupaten.

2.6 Prinsip Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) menurut Pemendagri 113/2014


tentang pengelolaan keuangan desa dapat dilihat berdasarkan variabel independen
utama dan variabel independen tambahan dengan rumus sebagai berikut: (a) Azas
Merata adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang sama untuk di
setiap Desa atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD) minimal.
Alokasi Dana Desa (ADD) variabel independen utama sebesar 70% dan variabel
independen tambahan 30%. (b) Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana
Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk di setiap Desa berdasarkan
Nilai Bobot Desa yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi
Dana Desa (ADD) Proporsional (ADDP), variabel proporsional utama sebesar
60% dan variabel proporsional tambahan sebesar 40%. 


9
Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDes oleh karena itu
dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip
Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut: (1) Pengelolaan keuangan ADD
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa dalam
APBDes; (2) Seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur
masyarakat; (3) Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
administratif, teknis, dan hukum; (4) ADD dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip hemat, terarah dan terkendali.

10
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:


1. Mengetahui bagaimana akuntabilitas pemerintah desa dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa di desa
Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka.
2. Mengetahui bagaimana transparansi pemerintah desa dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa di desa
Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka.

3.2 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan bagi pemerintah desa dalam mempertanggungjawabkan
pengelolaan program Alokasi Dana Desa pada tahun-tahun berikutnya.
2. Dapat dijadikan bahan referensi dan bahan perbandingan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan akuntabilitas dan
transparansi pemerintah desa dalam pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan alokasi dana desa.

11
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dibatasi pada Akuntabilitas dan Transparansi Pemerintah
Desa dalam Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa Pada
Desa Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metoda alamiah Moleong (2010:6).
Dengan menggunakan metode ini di dalam penelitian, penulis berharap
dapat menggambarkan keadaan secara jelas mengenai akuntabilitas dan
transparansi pemeintah desan dalam pertanggungjawaban pengelolaan keuangan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Balunijuk, Kecamatan Merawang yang ada di
Kabupaten Bangka

4.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber asli atau
informan yang terlibat langsung serta memahami dan dapat memberikan
informasi yang valid tentang pengelolaan alokasi dana desa. Data sekunder
didapatkan dari data-data berupa profil desa dan beberapa dokumen terkait dengan
perencanaan keuangan desa di Desa Balun ijuk berupa Laporan Rekapitulasi Dana
ADD Tahun 2016 Desa Balunijuk Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka.

12
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu observasi langsung, wawancara dan analisis
dokumen Desa Balunijuk, Kabupaten Bangka. Teknik observasi dilakukan untuk
mengamati secara langsung bagaimana prinsip-prinsip akuntabilitas dan
transparansi diterapkan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di
Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Wawancara digunakan oleh
peneliti karena teknik ini memegang peran yang sangat penting dalam
memperoleh informasi dan mengumpulkan data yang lengkap bagi peneliti.
Analisis dokumen digunakan sebagai sumber data yang dapat mendukung data
dari wawancara dan observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah laporan dan catatan penting yang dimiliki Desa Balunijuk terkait dengan
perencanaan dan pelaksanaan ADD.
Terdapat beberapa informan yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini
yang terlibat langsung serta dianggap memenuhi kriteria penelitian yaitu yang
memahami dan dapat memberikan informasi secara akurat serta valid tentang
pengelolaan Alokasi Dana Desa. Informan-informan tersebut antara lain
Pemerintah desa Selaku Tim Pelaksana Desa dan perwakilan masyarakat desa.
Sebagai informan dari unsur pemerintah desa, diwakili oleh Kepala Desa,
Sekretaris Desa dan Bendahara yang berkompeten dalam pengelolaan ADD.

4.4 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan beberapa langkah,
yaitu: (1) Mengorganisir data yaitu peneliti mendapatkan secara langsung data
dari subjek penelitian melalui wawancara tidak terstruktur, artinya data diperoleh
dengan wawancara langsung tanpa draft pertanyaan pada objek wawancara. Data
yang didapat dibaca berulang-ulang oleh peneliti agar data atau hasil yang telah
didapatkan oleh peneliti dapat dimengerti dengan benar. Hasil wawancara yang
diperoleh disusun secara sistematis dengan tujuan untuk memudahkan peneliti

13
lebih jauh dalam menganalisis data tersebut. (2) Penyederhanaan Data yaitu data
yang didapatkan disederhanakan dengan cara membuang atau mengurangi data
yang tidak diperlukan sehingga data yang terpilih dapat diproses ke langkah
selanjutnya yaitu (3) Proses Analisis Data, analisis data dilakukan pada saat
pengumpulan data sedang berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. (4) Hasil Interpretasi diperoleh dari hasil pemahaman
coding data pada penelitian ini kemudian dikaitkan dengan teori yang ada
sehingga interprestasi tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut.
Penelitian ini juga menyertakan kutipan, narasi dan gambar untuk
menggambarkan interprestasi dan pandangan Kepala Bagian Pemerintahan Desa
Balunijuk dan tim pendamping ADD di tingkat Kabupaten.

14
BAB V
HASIL YANG DICAPAI

5.1. Jenis Data yang Digunakan


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data
primer dan data sekunder. Menurut Sanusi (2014:104) Data primer adalah data
yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti dapat
mengontrol tentang kualitas data, mengatasi kesenjangan waktu antara saat
dibutuhkan data dengan yang tersedia, serta peneliti dapat lebih leluasa
menghubungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan ketersediaan data di
lapangan. Data primer dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menggunakan
teknik wawancara karena dianggap memegang peran yang sangat penting dalam
memperoleh informasi dan mengumpulkan data yang lengkap bagi peneliti. Data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiono:2008:402). Dalam penelitian ini data sekunder
didapatkan dari data-data berupa profil desa dan beberapa dokumen terkait dengan
perencanaan dan pengelolaan keuangan alokasi dana desa di Desa Balun ijuk.
Informan-informan yang dipilih peneliti dalam penelitian ini untuk
dilakukan wawancara anatara lain Pemerintah desa diwakili oleh Kepala Desa,
Sekretaris Desa dan Bendahara serta masyarakat desa yang dianggap oleh peneliti
sebagai penilai kinerja pemerintah desa. Informan-informan pemerintah desa yang
dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah yang terlibat langsung serta
dianggap memenuhi kriteria penelitian yaitu yang memahami dan dapat
memberikan informasi secara akurat serta valid tentang pengelolaan keuangan
Alokasi Dana Desa di Desa Balun ijuk.

5.2. Proses Pengolahan Data


Berdasarkan data primer dan sekunder yang digunakan dan diperoleh di
dalam penelitian ini, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah

15
proses pengolahan data yang didahului dengan (1) Mengorganisir data, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian melalui wawancara dibaca
berulang-ulang oleh peneliti agar data atau hasil yang telah didapatkan oleh
peneliti dapat dimengerti dengan benar. Hasil wawancara yang diperoleh disusun
secara sistematis dengan tujuan untuk memudahkan peneliti lebih jauh dalam
menganalisis data tersebut. tahap selanjutnya, (2) Penyederhanaan data dengan
cara mengurangi data yang tidak diperlukan sehingga data yang terpilih dapat
diproses ke langkah selanjutnya yaitu (3) Proses analisis data yang dilakukan pada
saat pengumpulan data sedang berlangsung dan pengumpulan data telah selesai
dilakukan. Selanjutnya, yaitu (4) Hasil Interpretasi yang merupakan tahap terakhir
dari proses pengolahan data dimana data yang diperoleh dikaitkan dengan teori-
teori yang ada sehingga hasil interpretasi yang disajikan tidak bersifat bias.
Berdasarkan tahap-tahap teknik analisis data tersebut, maka hasil dan
pembahasan penelitian ini didahului dengan menjelaskan profil Desa Balun ijuk
yang berada di dalam Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka.

5.2.1. Profil Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka


Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas kurang lebih
302.879,47 Ha atau 3.028,794 Km². Secara administratif wilayah Kabupaten
Bangka berbatasan langsung dengan daratan wilayah Kabupaten/Kota lainnya di
provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kota Pangkalpinang,
Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Barat. Kabupaten Bangka
beriklim Tropis Type A dengan variasi curah hujan antara 0,8 hingga 311mm tiap
bulan. Berdasarkan dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukkan variasi
antara 25,07 0C hingga 28,2 0C dengan temperatur udara tertinggi 32,7 0C.
Kabupaten Bangka terdiri dari 8 Kecamatan salah satunya Kecamatan Merawang.
Kecamatan Merawang mempunyai luas wilayah 207,27 Km², yang terdiri dari 10
Kelurahan/Desa. Adapun luas daerah dan kepadatan penduduk menurut
Kelurahan/Desa di Kecamatan Merawang adalah sebagai berikut.

16
Tabel 5.1
Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan/Desa di Kecamatan
Merawang, 2016
Kelurahan/Desa Luas Daerah Jumlah Kepadatan
(Km²) Penduduk Penduduk
(orang) Per Km²
(1) (2) (3) (4)
1. Kimak 48,93 3,291 67
2. Jada Bahrin 56,00 1,748 31
3. Balun Ijuk 12,02 4,481 327
4. Pagarawan 11,67 5,177 443
5. Baturusa 10,80 4,617 427
6. Air Anyir 12,90 2,093 162
7. Riding Panjang 21,10 3,192 151
8. Dwi Makmur 8,55 771 90
9. Jurung 13,30 1,815 136
10. Merawang 12,00 2,144 178
Rata-rata per 207,27 29,329 141
Kecamatan

Sumber: Kecamatan Merawang Dalam Angka, 2016


Jumlah penduduk Kecamatan Merawang pada Tahun 2016 berjumlah
9.329 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki berjumlah 15.295 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sejumlah 14.034 jiwa. Merujuk pada hal ini maka sangat
penting untuk diperhatikan bahwa penduduk disamping sebagai sumber daya
pembangunan, tetapi juga sekaligus sebagai subjek dari seluruh pembangunan.
Dapat dilihat kepadatan penduduk Kecamatan Merawang pada tahun
2016 dengan sebaran masing-masing Desa pada tabel 5.2;

17
Tabel 5.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Desa/Kelurahan Kecamatan
Merawang Tahun 2016 (Orang)
Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1. Kimak 1,733 1,558 3,291
2. Jada Bahrin 917 831 1,748
3. Balun Ijuk 2,301 2,180 4,481
4. Pagarawan 2,798 2,379 5,177
5. Baturusa 2,378 2,239 4,617
6. Air Anyir 1,111 982 2,093
7. Riding Panjang 1,646 1,546 3,192
8. Dwi Makmur 405 366 771
9. Jurung 966 849 1,815
10. Merawang 1,040 1,104 2,144
Jumlah 15,295 14,034 29,329

Sumber: Kecamatan Merawang Dalam Angka, 2017

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan


prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa di Desa Balun ijuk.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan alokasi dana desa meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Dari langkah-
langkah proses pengolahan data tersebut diatas, maka hasil yang diperoleh oleh
peneliti adalah sebagai berikut:

5.2.2. Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Balun Ijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka
Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah perlu dialokasikan untuk mempercepat pembangunan

18
desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta menuju desa yang
mandiri. Landasan hukum diperlukan untuk melaksanakan program alokasi dana
desa. Berikut adalah landasan hukum penyelenggaraan program Alokasi Dana
Desa di Desa Balun ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka:
1. Undang-undang No. 06 Tahun 2014 Tentang Desa
2. Undang-undang No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Desa
5. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
6. Peraturan Bupati
Besarnya jumlah ADD dihitung dengan menggunakan formulasi
berdasarkan azas adil dan azas merata. Azas Adil adalah besarnya bagian Alokasi
Dana Desa (ADD) yang dibagi secara proporsional untuk di setiap Desa
berdasarkan nilai bobot desa yang disebut sebagai ADD proporsional. Azas
Merata adalah besarnya bagian ADD yang sama untuk setiap desa atau yang
disebut dengan ADD minimal.
Besaran Alokasi Dana Desa pada Desa Balunijuk Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka menetapkan 4 indikator sebagai dasar perhitungannya. Berikut
adalah 4 indikator tersebut:
1. Kemiskinan (sebagai variabel independen utama).

2. Keterjangkauan (sebagai variabel independen utama).

3. Luas wilayah (sebagai variabel independen tambahan).

4. Jumlah penduduk (sebagai variabel independen tambahan).

19
5.2.3. Implementasi alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk Kecamatan
Merawang KabupatenBangka
Progam ADD di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka telah dilaksanakan sejak disahkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Bangka. Pelaksanaan ADD di Desa Balun Ijuk yang telah berjalan selama 8 tahun
pada tahun 2016 akan menjadi hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut
dikarenakan sudah pasti telah direncanakan, dikelola dan dilaksanakan lebih
matang dan baik dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengelolaan
Alokasi Dana Desa Tahun 2016.
Dari pendapatan dana ADD yang dipersiapkan oleh Kabupaten Bangka
untuk Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang pada tahun anggaran 2016 sejumlah
Rp. 702.212.986,49, paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) akan digunakan
untuk membiayai belanja aparatur dan operasional Pemerintah Desa dan BPD.
Selanjutnya, paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dana tersebut akan
digunakan untuk belanja program pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya, dari penjelasan diatas diketahui bahwa anggaran dana ADD
yang berasal dari akumulatif DAU dan APBD yang merupakan hak fiskal desa
yang diperoleh langsung dari pemerintah kabupaten, jumlah besaran dananya
selalu meningkat setiap tahun dan perhitungan besarannya sendiri telah
disesuaikan dengan aturan yang diterbitkan pada Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 tentang pengelolaan keuangan desa.
Implementasi Alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka akan diketahui lebih jelas dari mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban Alokasi Dana
Desa secara lengkap.

20
5.2.4. Perencanaan Alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka
Perencanaan ADD di Desa Balun Ijuk berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Desa, secara teori sudah sepenuhnya melaksanakan penerapan dari
azas umum Pengelolaan Keuangan Desa. Hal ini dibuktikan dengan adanya
partisipasi masyarakat dalam perencanaan dari penggunaan dana ADD melalui
beberapa rapat yang dimulai dari tingkat Dusun yang disebut dengan Musyawarah
Dusun (Musdus), lalu rapat tingkat Desa yang disebut dengan Musyawara Desa
(Musdes) dan terakhir Musyawarah Rencana Pembangunan Tingkat Desa
(Musrenbang) yang ketiganya dilakukan satu kali dalam setahun. Rapat tersebut
membahas tentang Rencana Prioritas Penggunaan Dana Alokasi Dana Desa
(ADD) Tahun Anggaran 2017 yang disusun oleh Pemerintah Desa/Kepala Desa,
Kadus, BPD, SMD, RT, Perangkat Desa, Tokoh Agama, Karang Taruna , Kepala
Sekolah dan Lembaga Kemasyarakatan.
Rapat Musrenbang Tingkat Desa merupakan forum pembahasan rencana
usulan kegiatan Pembangunan Desa yang berpedoman yang berpedoman pada
prinsip-prinsip Perencanaan Pembangunan Partisipasi Masyarakat (P3MD).
Prinsip Partisipasi (Mardiasmo, 2002:24) adalah keterlibatan masyarakat dalam
pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Partisipasi Masyarakat dalam hal pengambilan keputusan perencanaan
pembangunan dana ADD di Desa Balun ijuk dapat dikatakan cukup baik. Hal ini
diperkuat dengan sampel data tingkat kehadiran masyarakat dalam rapat
musyawarah desa Balun Ijuk:

21
Tabel 5.3
Tingkat Kehadiran Rapat Musrenbang Tingkat Desa di Desa Balunijuk
Kecamatan Merawang
Daftar yang Jumlah Jumlah
No Diundang Undangan Hadir %
1 Perangkat Desa 14 14 100
2 Badan Pemusyawaratan 11 9 82
Desa
3 Sarjana Membangun 1 1 100
Desa
4 Bhabinkamtibmas 1 1 100
5 PKK desa Balunijuk 2 2 100
6 Tokoh Masyarakat 15 15 100
7 Tokoh Agama 10 6 60
8 RT 4 4 100
9 Karang Taruna Bina 2 2 100
Insan
10 Kepala Sekolah 4 4 100
Jumlah 64 58 91
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa Balunijuk
Kecamatan Merawang (diolah)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui tingkat partisipasi (keterlibatan/


kehadiran) anggota Musrenbangdes di Desa Balun ijuk dalam pengambilan
keputusan relatif cukup tinggi yaitu 91% meskipun masih dibawah 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kepedulian masyarakat desa tergolong cukup tinggi
dalam berperan aktif mengelola pembangunan desa. Dari hasil musyawarah yang
dilakukan oleh masyarakat desa beserta pemerintah desa, alokasi penggunaan
ADD yang telah diusulkan oleh Desa Balun ijuk untuk operasional pemerintah
desa dan program kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dalam data
rekapitulasi hasil Musrenbang tingka Desa yang telah disepakati adalah pada tabel
5.4.

22
Tabel 5.4
Alokasi Dana Desa Tahun 2016 Desa Balunijuk Kecamatan Merawang
N0 Uraian Besarnya (Rp) Keterangan
(1) (2) (3) (4)
1 Penyelenggaraan
Pemerintah Desa:
- Belanja Aparatur 406.800.000
- Operasional Pemdes 92.616.486,5
Jumlah (1) 499.416.486,5
2 Pemberdayaan
Masyarakat: Pengadaan bangunan
- Pembangunan & pendidikan, Ketentraman dan
Pemeliharaan Sarana 4.296.500 Ketertiban, Kerukunan umat
dan Prasarana 83.150.000 beragama, Bantuan Anak
Pendidikan 115.350.000 yatim & masy Kurang
- Pembinaan mampu, Keg workshop
Kemasyarakatan pemerintah desa
- Pemberdayaan
Masyarakat
Jumlah (2) 202.796.500
Jumlah (1+2) 702.212.986,49
Sumber: Laporan Rekapitulasi Dana ADD Tahun 2016 Desa Balunijuk Kecamatan Merawang
(diolah)

Hasil laporan alokasi dana ADD diatas dapat dijadikan pedoman


penyelenggaraan pemerintahan desa dalam pembangunan desa untuk tahun-tahun
berikutnya. Dengan demikian perencanaan yang disepakati juga harus transparan
serta dapat diketahui oleh masyarakat desa yang nantinya dapat
dipertanggungjawabkan oleh pemerintah desa.
5.2.5. Pelaksanaan Alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka
Kegiatan-kegiatan Desa yang anggaran dananya bersumber dari alokasi
dana desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Kepala Desa dan Tim Pelaksana Desa.
Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan ADD sebagai berikut:

23
1. Tim pelaksana kegiatan Alokasi Dana Desa (ADD) mengawali kegiatan
dengan penyusunan program kegiatan yang didanai dari Alokasi Dana Desa
setelah pertauran desa tentang Alokasi Dana Desa ditetapkan.
2. Tim Pelaksana Bidang Pemerintah menangani/mengelola kegiatan ADD untuk
penyelenggaraan pemerintah.
3. Tim Pelaksana Bidang Pemberdayaan Masyarakat menangani/mengelola
kegiatan ADD untuk pemberdayaan Masyarakat.
Ditinjau dari mekanisme panyaluran dana ADD untuk pelaksanaan
program kegiatan ADD di Tahun 2016 telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
ADD. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Kepala Desa yang menyatakan
bahwa segala pelaksanaan program kegiatan ADD seperti pembangunan fisik
serta sarana dan prasarana di desa dilakukan setelah dana diterima oleh Kepala
Desa.
Dalam hal pelaksanaan kegiatan program ADD harus menjunjung tinggi
prinsip transparansi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan, hal ini menjadi
penting karena masyarakat desa mempunyai hak untuk mengetahui informasi
tentang penyelenggaraan pemerintah, kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaan serta hasil yang dicapai. Pemerintah Desa Balun ijuk dalam
penerapan prinsip partisipatif dan transparansi sudah mengarah pada implementasi
yang cukup baik, hal ini dibuktikan dengan pernyataan Kepala Desa yang
menyatakan bahwa terdapat papan informasi yang dipasang di setiap masjid serta
pemasangan baliho-baliho di sekitar jalan di Desa Balun Ijuk.

5.2.6. Pelaporan Alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk Kecamatan


Merawang Kabupaten Bangka
Laporan Keuangan dibuat dengan tujuan untuk mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas suatu organisasi terhadap pemberi amanah. Pelaporan ADD
dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan proses pengelolaan dan
penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang meliputi: (1) perkembangan

24
kegiatan dan penyerapan dana, (2) masalah yang dihadapi dan pemecahannya, (3)
pencapaian hasil Alokasi Dana Desa (ADD).
Pelaporan ADD dibuktikan dengan Pertanggungjawaban pelaksanaan
kegiatan program ADD kepada pemerintah tingkat atas yang dilaporkan secara
periodik, yaitu satu kali dalam setahun. Pelaporan ADD Desa Balun ijuk telah
dibuat secara terperinci dalam laporan rekapitulasi dana ADD tahun 2016.
Laporan ADD tersebut ditujukan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas
mengenai segala aktifitas yang telah dilaksanakan kepada pemberi dana dan juga
masyarakat yang memerlukan informasi. Hal ini sesuai dengan pemaparan hasil
wawancara dengan Kepala Desa Balun ijuk sebagai berikut:
“Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas dalam
pertanggungjawaban pengelolaan ADD kami membuat laporan rekapitulasi dana
ADD yang dilaporkan setiap satu kali dalam setahun”.
Penggunaan Alokasi Dana Desa di Desa Balunijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka sebesar Rp.702.212.986,49 Tahun 2016 adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.5
Pengeluaran Dana ADD Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Tahun Anggaran
2016
No Keterangan Masuk Keluar
(Anggaran) (Realisasi)
1 Pendapatan Alokasi Dana Desa 702.212.986, 5
2 Pembayaran Penghasilan Tetap dan 406.800.000 397.000.000
Tunjangan Kades, Perangkat, Pimpinan
BPD, Pemdes & PPKD
3 Pembayaran Kegiatan Operasional Kantor 45.466.486,49 45.400.000
Desa
4 Kegiatan Penyelenggaraan 2.850.000 2.850.000
Musrenbangdes
5 Kegiatan Perencanaan Pembangunan Desa 3.500.000 -
6 Penyusunan Perdes tentang APBDes 3.960.000 3.960.000

25
No Keterangan Masuk Keluar
(Anggaran) (Realisasi)
7 Penyusunan Revisi RPJMDesa 2016 & 9.420.000 4.110.000
RKPDesa
8 Pengelolaan Penyusunan Profil Desa 17.800.000 5.490.000
9 Penyusuna Perdes Tentang Perubahan 3.760.000 3.760.000
APBdes
10 Penyusunan Laporan Tahunan 2.680.000 2.680.000
11 Penetapan dan Penegasan Batas Desa 3.180.000 -
12 Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana 4.296.500 -
dan Prasarana Pendidikan
13 Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban 4.075.000 4.075.000
14 Pembinaan Kerukunan Umat Beragama 3.450.000 3.450.000
15 Pembinaan PKK 17.725.000 14.725.000
16 Penyelenggaraan Hari Besar Nasional 57.900.000 57.900.000
17 Pelatihan Kades, Perangkat Desa dan BPD 80.200.000 75.859.000
18 Pemberdayaan Bagi Anak Yatim dan 35.150.000 32.650.000
Masyarakat Kurang Mampu
Jumlah 702.212.986,5 653.909.000
Sumber: Laporan Rekapitulasi Dana ADD Tahun 2016 Desa Balunijuk Kecamatan Merawang
(diolah)

5.2.7 Pertanggungjawaban ADD di Desa Balun Ijuk Kecamatan


Merawang Kabupaten Bangka
Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Nomor 10 tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menjadi landasan hukum bidang keuangan desa,
sumber keuangan desa, pengelolaan keuangan desa dan anggaran pendapatan dan
belanja desa. Pertanggungjawaban ADD di Desa Balunijuk Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka menyatu dalam pertanggungjawaban pengelolaan APBDes.
Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari komponen APBDesa, maka

26
Desa harus mengembangkan prinsip-prinsip aspiratif, partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan serta pertanggungjawabannya.
Pemerintah Desa Balun Ijuk selalu berusaha menerapkan prinsip
transparansi dengan masyarakat desa agar terciptanya kepercayaan masyarakat
desa kepada pemerintah desa yang dipercaya untuk menjalankan amanah dalam
mengelola dana yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemerintah Desa Balun ijuk selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam
melaksanakan serta mengelola ADD. Bentuk pertanggungjawaban Desa kepada
masyarakat desa adalah dengan dibuatnya papan informasi serta baliho-baliho
terkait ADD dan dibuatnya laporan realisasi dana ADD.

5.2.8 Kendala Pertanggungjawaban Pemerintah Desa Terhadap


Pelaporan Keuangan Alokasi Dana Desa di Desa Balun Ijuk
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka
Laporan keuangan biasanya merupakan bentuk pertanggungjawban dari
suatu organisasi. Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah untuk mewujudkan
Transparansi dan Akuntabilitas suatu organisasi terhadap pemberi amanah.
Menurut PSAK No. 1 yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Pertanggungjawaban pemerintah desa terhadap pelaporan keuangan
Alokasi Dana Desa adalah hal yang lumrah menghadapi kendala-kendala dalam
proses pelaporan nya. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu
Kepala Desa Balunijuk Bapak Rulli Aswin mengenai masalah kendala-kendala
yang dihadapi dalam mengimplementasikan prinsip transparansi dan akuntabilitas
dalam pertanggungjawaban pemerintah desa terhadap pelaporan ADD pada
pemerintahan Desa:
“ Te r d a p a t b e b e r a p a k e n d a l a y a n g k a m i h a d a p i d a l a m
pertanggungjawaban pelaporan keuangan terutama kendala format laporan yang

27
berubah-ubah karena perubahan undang-undang ataupun perubahan dari
perubahan bupati, selain itu tidak adanya aturan yang baku terkait syarat
pelaporan pertanggungjawaban seiring dengan banyaknya aturan pengelolaan
keuangan ADD yang harus dipenuhi oleh pemerintah desa”
Kendala lain dalam pelaporan keuangan ADD Desa Balunijuk yang
dituturkan oleh Kepala desa adalah keharusan menggunakan pihak ketiga untuk
pembuatan laporan keuangan ADD apabila program yang dikerjakan diatas 100
juta.

28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan program Alokasi dana Desa di Desa Balun ijuk Kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka telah menerapkan konsep pembangunan
partisipatif masyarakat desa yang dibuktikan dengan penerapan prinsip
partisipatif atau keterlibatan masyarakat.
2. Pelaksanaan program kegiatan Alokasi Dana Desa di Desa Balun ijuk
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka telah menerapkan prinsip-prinsip
partisipasif, transparan serta akuntabel.
3. Pelaporan Alokasi Dana Desa di Desa Balun ijuk Kecamatan Merawang
Kabupaten Bangka telah dilaksanakan dengan baik yang telah dibuktikan
dengan pertanggungjawaban pelaksanaan program kegiatan ADD dan
APBDesa kepada pemerintah tingkat atas dan dilaporkan setiap setahun
sekali.
4. Pelaporan Alokasi Dana Desa yang dibuat oleh pemerintah Desa Balun Ijuk
semuanya telah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh kabupaten.
5. Pertanggungjawaban administrasi dan kompetensi sumber daya manusia
pengelola keuangan sudah baik, hal ini dibuktikan dengan rutinnya
pemerintah desa yang mengikuti pelatihan-pelatihan pengelolaan keuangan.
6. Kendala Pertanggungjawaban pelaporan keuangan Alokasi Dana Desa di Desa
Balunijuk adalah tidak adanya aturan yang baku terkait syarat penyusunan
pelaporan keuangan ADD karena adanya perubahan aturan setiap tahun dan
banyaknya aturan yang harus diikuti dengan berbagai syarat yang berbeda
satu sama lain.

29
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tentang penerapan prinsip
Transparansi dan Akuntabilitas Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Alokasi Dana Desa di Desa Balun ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka,
maka saran yang dapat penulis ajukan terkait penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Desa Balun ijuk Kecamatan Merawang diharapkan tetap
menerapkan prinsip-prinsip pastisipatif, transparansi dan akuntabilitas yang
telah diimplementasikan dalam pengelolaan keuangan ADD agar keinginan
terwujudnya Desa yang mandiri dan pemerintahan desa yang baik tetap dapat
dipertahankan.
2. Fokus pada program Alokasi Dana Desa dengan melakukan pembangunan
fisik dan melakukan perbaikan secara terus menerus dengan tetap mengikuti
peraturan perundang-undangan yang ada.
3. Keterlibatan masyarakat Desa dalam membangun desa agar lebih diaktifkan
lagi oleh pemerintah desa agar dapat terwujud akuntabilitas dan transparansi
dalam pertanggungjawaban pengelolaan Alokasi Dana Desa.
4. Penelitian selanjutnya agar lebih memperbanyak variabel lain dalam program
Alokasi Dana Desa dan memperbanyak jumlah desa yang akan diteliti.

30
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa. Jumlah Alokasi Dana Desa.
2015. Banyuwangi.

BPS Kaffbupaten Bangka. 2017. Kecamatan Merawang Dalam Angka. Bangka.

Dwipayana, A dan E. Suntoro. 2003. Membangun Good Governance di Desa, Institute of


Research and Empowerment,.Yogyakarta.

Faridah. Dan Bambang Suryono. 2015. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa
Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDES).
https://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article. Diakses Tanggal 25 Juni 2017.

Kumalasari, D. Dan I.B, Riharjo. 2016. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa
Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa. https://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article.
Diakses tanggal 16 Juni 2017.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan RI


2000. Akuntabilitas dan Good Governance: Modul 1-5, Modul Sosialisasi
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, LAN BPK RI. Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi Offset. Yogyakarta.
2010. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset. Yogyakarta.

Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta. Bandung. Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. 15 Januari 2014.
Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2014 Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jakarta.Sugiyono. 2010.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Alfabeta. Bandung. 2012.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah. 15 Oktober 2004. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125. Jakarta.
Waluyo. 2007. Manajemen publik (Konsep Aplikasi dan Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah). CV Mandar Maju. Bandung.

31
32

Anda mungkin juga menyukai