Anda di halaman 1dari 4

Pengamatan kali ini dilakukan dengan membedah bagian perut (abdomen) katak untuk

mengetahui pengaruh ion terhadap aktivitas jantung katak dengan 5 kali perlakuan yang masing
masing mengalami 3 kali pengulangan. Dari analisis data yang diperoleh diketahui bahwa detak
jantung tiap pengulangan mengalami penurunan. Pada ulangan ke-1 detak jantung katak tanpa perlakuan
sebanyak 68 detak jantung per-menit. Pada ulangan ke-2 detak jantung katak tanpa perlakuan sebanyak
68 detak jantung per-menit. Pada ulangan ke-3 detak jantung katak tanpa perlakuan sebanyak 66 detak
jantung per-menit. Dan didapatkan rata-rata 67,6 detak jantung per-menit. Dari keseluruhan
pengulangan detak jantung dapat dilihat bahwa jantung pada katak tanpa perlakuan berirama. Menurut
Halwatiah (2009) dikatakan berirama karena beberapa serabut jantung bersifat self-excitable, yaitu
melakukan sendiri kontraksi beriramanya. Kontraksi serat-serat otot jantung yang tersusun seperti
spiral menghasilkan efek memeras agar pemompaan berlangsung efisien. Dan pada kenyataannya
yang tidak kalah penting adalah pemompaan efektif oleh serat-serat otot di setiap bilik bekerja
sebagai sebuah sinsitium fungsional, berkontraksi sebagai satu kesatuan (Isnaeni, 2006). Dari hasil
pengamatan yang didapatkan, detak jantung pada katak lama kelamaan menurun, hal ini
dikarenakan katak sudah dalam kondisi dibedah, abdomennya terbuka dan terlalu lama dibiarkan,
karena itu menyebabkan melemahnya detak jantung katak.

Setelah katak dibiarkan tanpa perlakuan, selanjutnya yaitu diangkat jantung katak di
diletakkan di cawan petri yang berisi larutan ringer. Kemudian dihitung detak jantung katak dalam
3 kali pengulangan selama 1 menit. Didapatkan hasil pada pengulangan ke-1 sebanyak 58, pada
pengulangan ke-2 sebanyak 55, dan pada pengulangan ke-3 sebanyak 53, dari ketiga pengulangan
tersebut diambil rata rata denyut jantung katak yang diletakkan pada larutan ringer sebanyak 55
dengan irama jantung yang melambat. Menurut Isnaeni (2006) karena adanya centrum automasi
yang menyebabkan jantung katak tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan
susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Hal ini menyebabkan jantung katak tetap berdenyut
walaupun setelah di lakukan Single pithing, dibedah dan dipisahkan organ jantung dari tubuhnya.

Menurut Afrianto (2011) suatutu Larutan Ringer Laktat (RL) merupakan larutan steril
NaCl (Natrium klorida), KCl (Kalium klorida), dan CaCl (Kalsium klorida) dalam air untuk obat
suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat dalam larutan fisiologis. Larutan ini
digunakan sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh dan juga menyebabkan
kontraksi otot jantung katak menjadi semakin cepat. Penambahan larutan Ringer menyebabkan
kontraksi otot jantung menjadi semakin cepat, karena bersifat hipertonis yang osmolaritasnya lebih
tinggi sehingga menyebabkan konsentrasi cairan di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang
membuat otot jantung akan lebih cepat berkontraksi dari frekuensi denyut jantung normal. Detak
jantung katak dalam pengamatan ini mengalami kenaikan dan penurunan detak jantung dalam 3
kali pengulangan. Hal ini tidak sesuai menurut Afrianto (2011),. Seharusnya, jika ditambahkan
larutan Ringer, detak jantung akan naik dan kontraksinya bertambah cepat, namun dari data yang
diperoleh justru detak jantung katak melambat. Hal ini dikarenakan jantung katak sudah dalam
kondisi terpisah dari tubuh, dan terlalu lama dibiarkan dalam kondisi terbuka.

Perlakuan yang ke 3 yaitu dengan meneteskan CaCl2 1% pada jantung katak yang telah
dipisahkan tersebut setelah diberi larutan Ringer. Data yang diperoleh pada pengulangan ke-1
sebesar 47, pada pengulangan ke-2 sebesar 46, pada pengulangan ke-3 sebesar 45. Dari data yang
sudah dilakukan 3 kali pengulangan, data tersebut kemudian di rata-rata, dan dapat diketahui rata
rata sebesar 46 dengan irama jantung yang melambat. Dalam hal ini, jantung katak tetap berdenyut.
Hal tersebut disebabkan karena adanya centrum automasi yang menyebabkan jantung katak tetap
berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari
tubuh (Isnaeni, 2006). Kadar CaCl (Kalsium klorida) dalam air untuk obat suntik sama dengan
kadar zat-zat dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit
yang diperlukan tubuh dan juga menyebabkan kontraksi otot jantung katak menjadi semakin cepat.
Penambahan larutan Ringer menyebabkan kontraksi otot jantung menjadi semakin cepat, karena
bersifat hipertonis yang osmolaritasnya lebih tinggi sehingga menyebabkan konsentrasi cairan di
dalam sel-sel otot jantung meningkat yang membuat otot jantung akan lebih cepat berkontraksi
dari frekuensi denyut jantung normal (Afrianto (2011). Namun , dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa detak jantung yang ditunjukkan mengalami penurunan di setiap pengulangan
dan kontraksi otot jantung melambat, maka bisa saja juga disebabkan katak yang digunakan sudah
dibedah, terbuka dan dibiarkan cukup lama, sehingga menyebabkan melambatnya detak jantung
katak tersebut.

Perlakuan yang ke 4 yaitu dengan meneteskan NaCl 0,7% pada jantung katak yang telah
dipisahkan tersebut setelah diberi larutan Ringer. Dihitung kontraksi denyut jantung selama 3 kali
pengulangan dalam waktu 1 menit, dan didapatkan hasil, pada pengulangan ke-1 sebanyak 48,
pada pengulangan ke-2 sebanyak 50, dan pada pengulangan ke-3 sebanyak 48. Dari ketiga
pengulangan tersebut dapat diketahui rata rata kontraksi otot jantung ketika ditetesi NaCl 0,7%
pada jantung katak yang telah dipisahkan tersebut sebanyak 48 dengan irama jantung yang
melambat. Menurut teori Halwatiah (2009) apabila setelah diberi atau diteteskan larutan NaCl
semakin lama perhitungan menyebabkan banyaknya kontraksi otot jantung juga semakin menurun.
Selain itu, larutan NaCl juga akan mempengaruhi regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot
jantung sehingga kontraksi otot jantung menjadi lemah atau melambat. Hal ini terjadi karena
konsentrasi larutan NaCl mungkin tidak tinggi sehingga tidak berpengaruh terhadap kontraksi otot
jantung katak pada perlakuan ke 4 ini. Penambahan larutan NaCl yang bersifat hipotonis
mempengaruhi regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot jantung sehingga kontraksi otot jantung
menjadi lemah (Achmad, 2011).

Perlakuan yang terakhir yaitu dengan meneteskan KCl 0,9% pada jantung katak yang telah
dipisahkan tersebut setelah diberi larutan Ringer. Dihitung kontraksi denyut jantung selama 3 kali
pengulangan dengan durasi masing masing 1 menit, dan didapatkan hasil, pada pengulangan ke-1
sebanyak 48, pada pengulangan ke-2 sebanyak 43, dan pada pengulangan ke-3 sebanyak 37. Dan
diperoleh rata rata dari ke 3 pengulangan tersebut sebanyak 42 dengan irama jantung yang sangat
lambat. Menurut teori Afrianto (2011) KCl (Kalium klorida) dalam air untuk obat suntik sama
dengan kadar zat-zat dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan
elektrolit yang diperlukan tubuh dan juga menyebabkan kontraksi otot jantung katak menjadi
semakin cepat. namun pada perlakuan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kontraksi otot
jantung katak semakin melemah. Hal ini bisa disebabkan katak yang digunakan sudah dibedah,
terbuka dan dibiarkan cukup lama, sehingga menyebabkan melambatnya detak jantung katak
tersebut. Jantung katak ini masih berdenyut, meskipun irama kontraksi jantung katak sangat lemah
Hal tersebut disebabkan karena adanya centrum automasi yang menyebabkan jantung katak tetap
berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari
tubuh (Isnaeni, 2006)
Achmad, Hiskia. 2011.Kimia Larutan.Bandung: Citra Aditya Bakti.
Afrianto, Panji. 2011.Otot Jantung.Bogor: IPB Press
Halwatiah.2009.Fisiologi.Makassar:Alauddin press.
Isnaeni, Wiwi.20006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisus

Anda mungkin juga menyukai