Dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan aspal akan dilakukan pengujian pada tahap-
tahap sebagai berikut :
DASAR TEORI
A. PERKERASAN LENTUR
Pembuatan struktur jalan bertujuan untuk mengurangi tegangan atau tekanan akibat
beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang
menyokong struktur tersebut.
Tegangan yang terjadi pada perkerasan dapat berupa tegangan statis dan tegangan
dinamis. Tegangan statis yaitu tegangan yang terjadi ketika kendaraan pada posisi diam
di atas struktur perkerasan. Tegangan dinamis terjadi akibat pergerakan ke atas dan ke
bawah karena ketidak rataan perkerasan, beban angin, dan lain sebagainya. Hal ini
menimbulkan efek ‘pukulan’ tambahan pada permukaan jalan ketika kendaraan
berjalan. Intensitas tegangan statis dan dinamis terbesar terjadi di permukaan
perkerasan dan terdistribusi dengan bentuk piramid dalam arah vertikal pada seluruh
ketebalan struktur perkerasan. Peningkatan distribusi tegangan tersebut mengakibatkan
tegangan semakin kecil sampai permukaan lapis tanah dasar, tegangan itu cukup kecil
sehingga tidak akan mengakibatkan lapis tanah dasar mengalami distorsi atau rusak.
Perkerasan lentur yaituperkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat.
Lapisan-lapisan pekerasanya besifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas
ketanah dasar.
a. Agregat
Agregat mempunyai fungsi penting dalam mempengaruhi perilaku perkerasan jalan.
Pada umumnya agregat memiliki kekuatan mekanik untuk pembuatan jalan,
demikian pula untuk lapis permukaan yang akan menahan langsung beban lalu
intas, tetapi bagian ini makin lama akan menjadi aus karena beban lalu lintas yang
tinggi, yang menyebabkan permukaan menjadi licin dan tidak layak untuk dilalui
kendaraan.
Karakteristik paling penting dari agregat sebagai bahan jalan adalah ketahanannya
terhadap keretakan, pukulan, abrasi dan keausan, berat jenis, penyerapan air serta
gradasinya dan bentuk butirannya. Tidak semua karakteristik tersebut dipakai untuk
tiap-tiap penerapan pembuatan jalan. Sebagai contoh, tahanan abrasi dan keausan
yang tinggi tidak disyaratkan untuk agregat lapis pondasi jalan (base course), tetapi
hal tersebut penting sekali untuk bahan lapis permukaan (wearing course).
Secara umun uji agregat digunakan untuk menguji apakah batuan berada pada batas
tertentu atau untuk membandingkan perbedaan batu-batu jalan sehinggga dapat
ditentukan batuan mana yang paling cocok untuk penggunaan tertentu.
Agregat jalan harus diuji menurut .... :(PENGUJIAN AGREGAT UNTUK
ASPAL)
b. Aspal
Aspal dikenal sebagai suatu bahan/material yang bersifat viskos atau padat,
berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung
bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Salah satu fungsi utama dari aspal adalah sebagai bahan pengikat, baik ikatan antar
butiran agregat maupun ikatan antar agregat dengan lapis-lapis bawah struktur
jalan. Meskipun kandungan aspal pada lapis permukaan sangat kecil dibandingkan
jumlah agregatnya, namun baik kualitas maupun kuantitas aspal sangat berpengaruh
pada perilaku lapis permukaan. Aspal terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Tar (dihasilkan oleh proses karbonisasi)
2. Bitumen (merupakan aspal alam atau dihasilkan pada proses pengolahan
minyak bumi).
C. MACAM PENGUJIAN
Sebuah perkerasan jalan lentur dapat mencapai umur sesuai perencanaan dan dilewati
sejumlah kendaraan yang direncanakan jika konstruksi perkerasan dilakukan dengan
baik, semua material sesuai dengan standar yang diminta, dengan spesifikasi desain dan
selalu digunakan dengan benar. Untuk mengendalikan dan menjaga mutu perkerasan
maka perlu dilakukan serangkaian pengujian pada tahap tertentu. Secara garis besar
pengujian dilakukan pada tahapan seperti dibawah ini :
a. Design Mix Formula
Usulan rancangan campuran rencana (DMF) untuk campuran yang akan digunakan
dalam pekerjaan. Untuk mendapatkan rumusan campuran rencana dilakukan
pengujian Marshall (Marshall Test).
b. Job Mix Formula
Percobaan campuran di AMP dan penghamparan percobaan yang memenuhi
ketentuan akan menjadikan rancangan campuran rencana (DMF) dapat disetujui
sebagai rancangan campuran kerja (JMF). Untuk mendapatkan rancangan campuran
kerja dilakuka uji coba penghamparan. Contoh campuran dari hasil uji coba
penghamparan akan dilakukan uji marshall dan pemadataan membal (refusal
density).
c. Pengendalian Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan
1. Pengujian permukaan perkerasan
2. Ketentuan kepadatan
Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti
ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan
Standar Kerja.
3. Pengujiann pengendalian mutu campuran beraspal
- Analisa ayak
- Temperatur campuran di instalasi pencampur (AMP) dan di lokasi
penghamparan
- Kepadatan Marshall
- Kepadatan hasil lapangan
- Stabilitas kelelehan, Marshall Quetient
- Kadar bitumen aspal
- Rongga dalam campuran
- Kadar bahan anti pengelupasan
D. PENGAMBILAN SAMPEL
Kualitas material jalan beraspal terutama ditentukan oleh lokasi
pencampuran/pembuatan, pengendalian ketat dalam hal agregat (ukuran gradasi,bentuk
dan kekuatan) dan oleh bahan aspal pengikatnya, salah satu pertimbangan penting
adalah suhu pencampuran. Untuk menjaga kualitas material yang baru selesai
dicampur, material diangkut dengan menggunakan lori yang terlindung/aman, sehingga
begitu sampai di lokasi, aspal siap dihampar di tempat dan dipadatkan pada kondisi
yang paling tepat.
Begitu bahan pengikat sudah dituangkan, jika bahan tidak segera dihampar dan
dipadatkan, maka campuran itu akan kehilangan kekuatan. Kehilangan kekuatan ini
disesbabkan karena bahan menjadi kurang ‘lekat’ dan bahan campuran tersebut menjadi
terlalu ‘keras’ untuk dipadatkan penuh.
Pengujian yang dilakukan untuk memeriksa bahan-bahan terutama dilakukan dengan
teknik sampling. Sampel-sampel ini diambil pada :
1. Tempat pencampuran,
2. Di lokasi proyek sebelum penghamparan,
3. Waktu setelah penghamparan.
Sampel yang diambil setelah penghamparan harus dipotong secara hati-hati dari
bagian struktur jalan (Lihat Gambar ....). merupaka n proses yang amat mahal dan
sulit untuk memperoleh sampel bagian inti yang bagus. Disamping itu bagian inti
struktur jalan tersebut harus diperbaiki dengan baik.
GAMBAR
BAB II
PENGUJIAN PERENCANAAN CAMPURAN
Perencanaan campuran perkerasan lentur haruslah sesuai dengan kadar aspal yang
optimum dan komposisi agregat yang sesuai agar didapat perkerasan lentur yang yang
awet sesuai dengan umur rencana dan dapat dilewati sejumlah kendaraan yang telah
direncanakan. Untuk merencanakan campuran perkerasan lentur diperlukan beberapa
pengujian, yaitu Marshall Test, uji coba penghamparan, dan uji pemadatan membal.
Marshal Test dilakukan ketika membuat Design Mix Formula (DMF) untuk
mendapatkan rumusan rancangan campuran yang sesuai, dilakukan juga ketika
membuat Job Mix Formula (JMF) untuk mendapatkan rancangan campuran kerja.
Sedangkan pelapisan pecobaan dan uji pemadatan membal dilakukan ketika membuat
Job Mix Formula (JMF).
A. Marshall Test
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa
modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode
Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis
kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan
berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan
perhitungan sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Jumlah benda uji yang disiapkan
2. Persiapan agregat yang akan digunakan
3. Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan
4. Persiapan campuran aspal beton
5. Pemadatan benda uji
6. Persiapan untuk pengujian Marshall
Sebelum membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal
optimum dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan
proporsi dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya
menentukan kadar aspal total dalam campuran. Kadar aspal total dalam
campuran beton aspal adalah kadar aspal efektif yang membungkus atau
menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara agregat, ditambah dengan
kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masing-masing butir
agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat benda uji.
b. Pelaksanaan Pengujian
Ada tiga tahap pengujian yang dilakukan dari metode Marshall, yaitu tahap
pertama adalah melakukan pengujian berat jenis, pengukuran stabilitas dan
flow, serta pengukuran kerapatan dan analisa rongga. Sebelum dilakukan
pengujian spesimen atau benda uji Marshall, perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
Benda uji harus bersih dari kotoran organik, minyak, kertas dan
sebagainya.
Setiap benda uji diberi tanda pengenal yang mencirikan minimal jumlah
aspal yang diberikan.
Ukur tinggi masing-masing benda uji dengan menggunakan jangka
sorong dengan ketelitian 0,1 mm. Tinggi benda uji adalah rata-rata dari 3
kali pengukuran.
c. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan rumus sebagai berikut:
1) Persen aspal terhadap campuran :
3) Stabilitas (kg) :
4) Alir flow (mm) :
B. Pelapisan Percobaan
Pelapisan percobaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) menggunakan campuran yang sama dengan campuran yang akan digunakan
pada lapisan sesungguhnya.
2) dilaksanakan dalam cara yang sama dengan pekerjaan pelapisan yang
sesungguhnya dalam hal :
- cara penyiapan permukaan yang akan diberi lapisan.
- cara penghamparan campuran yang meliputi ketebalan dan kemiringan
melintang; kalau diperlukan harus dibuat beberapa macam ketebalan
hamparan untuk mendapatkan tebal padat yang direncanakan.
3) dalam hal pelapisan percobaan dilakukan pada daerah pekerjaan yang
sesungguhnya, maka :
- bila basil percobaan pelapisan memenuhi spesifikasi lapisan yang
disyaratkan, bisa dihitung sebagai hasil pekerjaan.
- bila hasil percobaan pelapisan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan,
maka harus dibongkar kembali, dan lapis permukaan yang akan dilapis
dikembalikan sampai memenuhi persyaratan.
4) percobaan pelapisan dilakukan seluas kira-kira 150 m2.
d. Penimbangan
(1) Bersihkan benda uji dari butiran-butiran halus yang lepas dengan
menggunakan kuas kemudian beri label yang jelas.
(2) Ukuran tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm(0,004 inc) dan bila
benda tinggi benda uji kurang atau kebih dari persyaratan maka benda
uji tersebut tidak boleh digunakan dan harus dibuat kembali sebagai
pengganti.
(3) Catat tebal dan berat benda uji yang diperoleh formulir yang sudah
disediakan .
(4) Timbangan benda uji di udara = A gram
(5) Timbangan benda uji di dalam air = B gram
(6) Keringkan permukaan benda uji dengan kain lap sampai mencapai
kering
(7) Permukaan jenuh ,kemudian ditimbang = C gram
(8) Hitung besaran kepadatan mutlak sesuai dengan rumus sesuai Butir (4).
BAB III
PENGUJIAN PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN LAPANGAN
B. KETENTUAN KEPADATAN
(1) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti
ditentukan pada SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98% Kepadatan
Standar Kerja.
(2) Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan pemadatan benda uji
dilaboratorium masing-masing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003 untuk
ukuran butirmaksimum 25,4 mm (1 inci) dan RSNI M-06-2004 untuk ukuran
maksimum 38 mm(1,5 inci).
(3) Memadatkan campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah
dipadatkan samaatau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 17.
Bilamana rasio kepadatanmaksimum dan minimum yang ditentukan dalam
serangkaian benda uji inti pertama yangmewakili setiap lokasi yang diukur untuk
pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka bendauji inti tersebut harus dibuang
dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
A
Inadequate Bunker Separation
A
A
A
A
A
Aggregate Feed Gates not Properly Set
A
A
A
A
Over-Rated Dryer Capacity
A
A
A
A
Dryer set Too Sleep
A
A
A
A
A
A
A
A
Improper Dyer Operation
A
A
A
A
A
A
A
Temp. Indicator Out of Adjustment
A
A
A
A
Aggregate Temperatur Too High
B
Worn Out Screens
B
B
B
B
Faulty Screen Operation
B
B
B
Bin Over lows Not Functioning
B
B
A
B
Leaky Bins
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Improper Weighing
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
Insufficient Asphalt
A
A
A
A
Faulty Sampling
Gray
Truck
Truck
Truck
Truck
Truck
Large
Mixture
Formula
in Truck
Uniform
One side
Uncoated
Mix Formula
Mixture Burned
Difficult to Maintain
Encountered in
Mixture Fiallens in
Truck Weights Do Not