Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO 1

PRIORITY HEALTH PROBLEM, NEED & TARGET ASSESSMENT

1. Mahasiswa mampu memahami definisi, tujuan, sasaran, media, strategi promkes


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Promosi kesehatan didefinisikan sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Disamping itu dalam piagam Ottawa (1986) disebutkan bahwa promosi
kesehatan adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan &
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi, mampu memenuhi kebutuhan serta merubah atau mengendalikan lingkungan. Dalam
pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 jenis sasaran, yaitu adalah individu, kelompok dan
komunitas (Dignan, Mb., Carr, PA., 1992). Literature lain menyebutkan bahwa sasaran promkes berupa:
(1) sasaran primer, dimana upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. (2) sasaran sekunder, para pemuka
masyarakat, (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain). (3) sasaran tersier, para pembuat
kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang
lain yang berkaitan, serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya
(Kepmenkes RI, 2011). Media yang dapat digunakan: Audio, visual, media massa dan media cetak
(surat kabar, majalah, tabloid, booklet, leaflet). Strategi dalam promkes: a) advokasi [ditujukan kepada
pengambil keputusan/pembuat kebijakan], b) mediation/ menjembatani [menjalin kemitraan dg berbagai
sektor yang terkait dg kesehatan], c) enabling/ memampukan [agar masyarakat mampu memelihara &
meningkatkan kesehatan secara mandiri] (Tones, K., Green, J., 2004).
2. Mahasiswa mampu memahami peran apoteker sesuai SKA, PP dalam promkes
Peran apoteker dalam promosi kesehatan telah tertuang salah satunya dalam standar kompetensi
apoteker khususnya dalam poin yang ke 6 yang berbunyi “mampu berkontribusi dalam upaya preventif
dan promotif kesehatan masyarakat” yang dijabarkan bahwa apoteker harus mampu bekerjasama
dengan tenaga esehatan lain dalam menangani masalah kesehatan, melakukan survey, identivikasi &
prioritas masalah kesehatan dalam pelayanan kesehatan dasar, melakukan upaya promotif & preventif,
mengevaluasi & membuat dokumentasi pelaksanaan promkes (anonim, 2011). Disamping itu apoteker
sebagai bagian dari tenaga kesehatan juga mempunyai peran untuk ikut serta dalam upaya kesehatan.
Dalam pasal 47 “Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh,
berkesinambungan”, salah satu peran apoteker adalah bertanggungjawab dalam pengamanan
dan penggunaan sediaan farmasi & alat kesehatan dimasyarakat (Anonim, 2009).
3. Mahasiswa mampu memahami definisi, langkah-langkah, metode, prioritas masalah dalam NA
Need assessment merupakan suatu proses pengumpulan informasi/data terkait bagaimana
kesehatan dalam suatu individu atau kelompok dapat meningkat. Hasil dari need assessment adalah
memberikan dasar untuk melakukan rencana/program promkes untuk menangani masalah kesehatan
tersebut. Langkah-langkah Need-assessment: a) menetapkan sasaran/jangkauan dari penelitian, b)
mengumpulkan data, c) analisis data, d) melaporkan temuan (Fertman, C.I., allenswoorth, diane, D.,
2010). Prioritas dalam need assessment: masalah kesehatan yang benar-benar penting dalam
masyarakat, indikasi masalah kesehatan yang tinggi/sering terjadi, klompok sasaran dengan faktor
resiko tinggi (Hawe, P., Degeling, et.all, 1998). Metode yang dapat digunakan: interview (orang per
orang), Focus Group discussion (biasanya terdiri dari 6-12 partisipan), Delph technique (untuk
mendapatkan info dari orang yang tidak mudah ditemui seperti: ahli kesehatan), Survey Questionnaires
(dengan membagikan quisioner) (Fertman, C.I., allenswoorth, diane, D., 2010).
4. Mahasiswa memahami jenis data, cara pengumpulan data
Terdapat 2 jenis data yaitu: data primer (merupakan data baru, asli, belum pernah ada
sebelumnya, diperoleh secara langsung dari individu di lapangan, biasanya dengan
survey/interview/observasi langsung), dan data sekunder (data yang sudah ada, yang dikumpulkan oleh
seseorang untuk berbagai tujuan seperti data sensus, data informasi kesehatan orang/Rekam medis
seseorang). Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh data adalah dengan: a) metode kuantitatif.
Data kuantitatif: merupakan informasi statistic (contoh: bentuk persentase, rata-rata, atau corelasi)
sehingga metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis numerical data/data yang
berupa angka. b) metode kualitatif. Data kualitatif: lebih bersifat narasi dengan jumlah nomor/angka
yang lebih sedikit, biasanya merupakan persepsi/pendapat dari suatu komunitas, data ini diperoleh
dengan mengumpulkan data non-numerik termasuk deskripsi dari suatu program yang biasanya dilihat
dari sudut pandang partisipan dalam suatu penelitian. c) metode campuran, merupakan gabungan dari
metode kuantitatif dan kualitatif (Fertman, C.I., allenswoorth, diane, D., 2010).
5. Mahasiswa mampu memahami definisi dan macam-macam health determinant
Health determinant merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang,
faktor-faktor tersebut antara lain: genetic (menentukan potensi kesehatan masing-masing individu, dan
merupakan faktor yang tidak dapat diubah), lingkungan (contoh: kualitas air, kualitas udara, keberihan
lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang buruk, sistem transportasi yang menyebabkan polusi
udara), gaya hidup (ketidak seimbangan diet, BB yang tidak terjaga, kegiatan fisik/olahraga yang
kurang, merokok) (Kemm, J., Close, A., 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Jakarta
Anonim, 2009, Undang-Undang RI No.36 tentang Kesehatan, Kemenkes
Anonim, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, IAI
Dignan, MB., Carr, PA., 1992, Program Planing for Health Education and Promotion, Second edition,
USA, Lea & Febriger
Fertman, C.I., allenswoorth, diane, D., 2010, Health Promotion Programs: From theory to Practice,
Jossey-bass, a wiley imprint
Hawe, P., degeling, et.all., 1998, Evaluating Health Promotion A Health Workers Guide, department of
Community Medicine, Westmead Hospital
Kemm, J., Close, A., 1995, Health Promotion Theory and Practice, Macmillan Press, London
Kepmenkes RI, 2011, Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan bagi Petugas
Kesehatan di Puskesmas, Jakarta
Tones, K., Green, J., 2004, Healt Promotion Planning and Strategies, SAGE, British Library

Anda mungkin juga menyukai