Anda di halaman 1dari 27

FIQIH

“SHOLAT”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih yang dibina oleh

SUFIRMANSYAH, M.Pd.I

Disusun oleh :
Tadris Matematika Kelas A

Kelompok 1 :
Roikhatul Jannah 932301918
Tirza Hayatun Nufus 932302318
Fatimatul Afifah 932302718

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
September 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta, menciptakan

manusia dari ‘alaq dan mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

Shalawat dan salam yang tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah

mengerahkan seluruh hidupnya untuk menyeru manusia agar melaksanakan ajaran

agama islam secara kaffah.

Setiap mukmin mengharapkan hidup tenteram, damai, dan bahagia. Semua itu

dapat terwujud apabila seorang mukmin selalu berada di jalan yang diridhai Allah SWT,

yang dapat diperoleh dengan menunaikan berbagai bentuk ibadah yang dilandasi aqidah

yang kokoh. Salah satunya adalah shalat. Rasulullah saw. bersabda: “Shalatlah

sebagaimana kalian melihatku shalat”. Sabda Rasulullah saw. ini merupakan tuntunan

dalam menunaikan shalat. Mulai dari niat, berwudhu, azan dan iqomat, serta pelaksanaan

shalat telah dibakukan standar operasional prosedurnya. Demikian juga syarat dan

rukunnya telah dijelaskan dalam hukum fiqh. Jika terdapat perbedaan dalam beberapa

hal pelaksanaannya, perbedaan itu tidak bersifat membatalkan shalat.

Makalah tentang shalat yang disusun penulis ini tidak mengacu kepadasalah satu

mazhab, sehingga dapat digunakan oleh setiap orang yang menunaikan shalat. Semoga

Allah SWT melimpahkan hidayah dan rahmat kepada kita semua. Penulis sangat

mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

pembaca. Saran dan kritik yang membangun selalu penulis nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Kediri, 15 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................................................................1
Rumusan Masalah .............................................................................................................................2
Tujuan ......................................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian shalat ..............................................................................................................................3
Dalil-dalil tentang shalat ................................................................................................................4
Makna rukun shalat .........................................................................................................................5
Makna waktu shalat ........................................................................................................................15
Macam-macam shalat ......................................................................................................................17
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan ...........................................................................................................................................23
Saran.........................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Abstrac

As it is known that prayer is the subject of religious teaching. For oblige worship prayers,

Allah SWT immediately called the prophet to heaven throught the events of Isra’ Mi’raj.

Regarding prayer, in the Qur,an Allah SWT mentions 100 times, while searching the

Kutubut Tis’ah (the 9th Hadits) the word prayercalled 11,910 times. Regarding the essence

of prayer worship, not just the start of the process such as from ablution to how influence

of its implementation. Prayer is an obligation that must be done by Muslims who have

fulfilled the requirements (Mukallaf). And pray also as a line demarcation between

Muslims and non-Muslims. This can be seen from the words of the Nabi saw. that meaning:

“The difference between infidels (non-Muslims) and Muslims is prayer”. The meaning of

prayer is: “An act that begins with takbiratul ihram (first takbir forbid things that are

halal before takbir) and ending with a greeting in accordance with applicable

regulations”. There also said that prayer was as a sports medium that was both physical

and spiritual. This opinion is acceptable because all the prayer movements contain

elements of health

Keyword: Prayer is an obligation that must be done by Muslims who have fulfilled the

requirements (Mukallaf).

A. LATAR BELAKANG

Shalat merupakan bagian tertinggi dan terpenting dalam agama setelah


tauhid, karena shalat yang membedakan antara seorang muslim dengan non-
muslim. Shalat adalah hal pertama yang menentukan baik atau buruknya amal

1
seseorang dihari perhitungan kelak. Mengingat betapa banyak keutamaan yang
ada pada ibadah ini, hendaklah shalat seorang muslim dapat dilaksanakan
dengan benar dan penuh kekhusukan agar dapat dirasakan pengaruhnya.
Pengaruh shalat bagi seorang muslim antara lain menjadikan pribadi yang
berdisiplin tinggi, selalu mengerjakan amar ma’ruf nahi mungkar, sehat jasmani
dan rohani serta berkepribadian taguh dalam menghadapi kehidupan . Seorang
muslim juga harus mempelajari makna setiap gerakan dan bacaan shalat
sehingga dapat memahami, meresapi, dan menghayati setiap bacaan sholat
tersebut.
Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajibannya
sebagai makhluk yang paling sempurna yaitu shalat, atau terkadang mengetahui
tentang kewajiban tapi tidak mengetahui makna apa yang dilakukan. Selain itu
juga, bagi kaum fanatik yang tidak menghargai perbedaaan, dan menganggap
yang berbeda itu salah. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan dipaparkan
tentang shalat dan macamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari shalat ?
2. Apa dasar hukum shalat ?
3. Apa makna rukun shalat ?
4. Apa makna waktu shalat ?
5. Apa saja macam-macam shalat itu ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian shalat
2. Untuk mengetahui dasar hukum shalat
3. Untuk mengetahui makna rukun shalat
4. Untuk mengetahui makna waktu shalat
5. Untuk mengetahui macam-macam shalat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SHALAT
Secara bahasa, shalat berasal dari bahasa arab yang mengandung makna
do’a. ketika seorang muslim mengerjakan ibadah shalat berarti dia sedang
berdo’a karena apa yang ada didalam bacaan shalat merupakan rangkaian
do’a.Shalat secara istilah sara’ adalah aktivitas ibadah seorang hamba yang terdiri
dari perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dengan syarat dan rukun tertentu.
Adapun syarat wajib shalat adalah muslim, berakal, baligh, telah masuk
waktu shalat, bersih dari najis dan nifas. Sedangkan syarat sah shalat adalah
bersih dari hadas besar dan hadas kecil, menutup aurat, menghadap kiblat. Rukun
shalat adalah niat, berdiri, membaca takbiratul ikhram, membaca surat al fatihah,
bangkit dari rukuk, itidal, sujud, bangkit dari sujud, duduk antara dua sujud,
tumakninah ketika rukuk, berdiri dan duduk, membaca tasyahud akhir serta
duduk, membaca salam, melaksanakan rukun-rukun shalat secara tertib dan
berurutan.
Pada dasarnya shalat adalah hubungan timbal balik antara tuhan dengan
makhluknya. Tuhan menciptakan makhluk karena kerinduannya yang azali. Dia
rindu melihat dirinya diluar dirinya atau dengan kata lain, dia rindu dikenal dari
luar dirinya. Dia menciptakan makhluk agar dapat mengenal dirinya. Dalam
hadist qudsi dia berfirman: aku adlah perbendaharaan terpendam. Aku rindu
untuk dikenal sehingga kuciptakan makhluk. Melaluiku mereka
mengenalku.namun makhluk tidak dapat mengenalnya secara sempurna. Hanya
manusia yang memiliki potensi dan kemampuan untuk mengenalnya secara utuh,
karena ruh manusia adalah bagian ruh nya yang telah terlepas dari prototip
ketuhanannya sehingga ia senantiasa rindu untuk kembali kepada prototip
asalnya. Tuhan dengan kasih sayangnya, telah menjadikan shalatnya sebagai
saranabagi manusia untuk memenuhi kerinduannya yang abadi, yaitu kembali
kepada tuhan. Nabi SAW. bersabda, shalat adalah mikhraj orang beriman.

3
Adapun maksud dari shalat adalah mikhraj orang beriman yaitu dengan
melalui shalat, seorang mukmin meretas segala belenggu nafsu duniawi,
menghilangkan segala daya wujud fenomenal, dan dengan ruh yang suci ia
mikhraj ke haribaan ilahi sehingga mencapai musyahadah sempurna
dihadapannya.

B. DALIL PERINTAH SHALAT


Shalat merupakan rukun islam yang ke dua setelah syahadat dan
merupakan amalan pertama yang akan dihisab di yaumil akhir (hari akhir).
Ukumnya adalah fardhu ‘ain, bagi seorang muslim yang sudah baligh. Kewajiban
shalat lima waktu ini Allah perintahkan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
Berdasarkan Al-Qur'an surah At-Nisa ayat 103
َ ْ‫ﺼ ٰﻠﻮة َ ﻛَﺎﻧَﺖ‬
‫ﻋﻠَﻰ ْاﻟ ُﻤﺆْ ﻣِ ﻨِﯿْﻦَ ِﻛ ٰﺘﺒًﺎ ﱠﻣ ْﻮﻗُ ْﻮﺗًﺎ‬ ‫ا ﱠِن اﻟ ﱠ‬
Artinya: "Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman".
Islam sangat memuliakan shalat dan mengedepankan dalam
penyebutannya,dan menempatkannya ditempat tertinggi, karena shalat
merupakan rukun islam yang paling penting setelah mengucap dua kalimat
syahadat. Shalat juga merupakan amalan yang akan dihisab petama kali dari
seorang hamba. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang artinya : dari Abu
Hurairah r.a. ia berkata: " Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya amal seorang hamba yang pertama kali di hisab di hari kiamat adalah
shalatnya. Jika shalatnya bagus, maka ia akan menang dan sukses. Dan jika shalatnya
rusak, maka ia menyesal dan rugi". Maka jika ada yang kurang dari shalat fardhunya,
Tuhan Azza wa Jalla berfirman, " Lihatlah kalian, apakah hambaKu mempunyai (amal)
shalat sunnah, maka itulah yang dapat menyempurnakan kekurangan fardhunya,
kemudian semua (amalnya) juga seperti itu". (HR At-Tirmidzi). Dan shalat
merupakan janji dari Allah SWT. ebagai persyaratan masuk surga di akhirat kelak.

4
C. MAKNA RUKUN SHALAT
1. Niat : Ruh Shalat
Niat berarti menyengaja untuk melakukan suatu tindakan. Khusus dalam
shalat, niat berarti menyengaja dalam hati untuk menunaikan shalat disertai
pelaksanaannya pada saat itu juga. Dalam fikih syafi’i, niat shalat harus
memenuhi tiga unsur, yaitu : qash (menyengaja), taa’rrudh (penentuan jenis
shalat), dan ta’yin (penentuan nama shalat).
Niat merupakan ruh shalat, sedangkan perbuatan dan ucapan dalam
shalat adalah jasadnya. Shalat tidak disertai niat sama dengan jasad tanpa ruh.
Sebab, shalat yang tidak disertai niat dan hanya berupa gerakan yang teratur
tidak ada bedanya dengan gerakan olahraga yang hanya berdampak pada
kesehatan fisik seseorang.
Nabi saw. bersabda, ‘’Barang siapa berniat melakukan suatu kebaikan
tetapi tidak dilaksanakannya maka dicatat baginya satu kebaikan.’’ (HR Bukhari
dan Muslim). Dengan demikian, niat lebih baik dari amal. Niatlah yang
menentukan baik buruknya suatu amal. Berkat niat suatu amal yang dianggap
sepele akan dipandang bernilai.
Apa yang didapatkan seseorang dari shalatnya sangat berkaitan dengan
niat yang ditanamkan dalam hatinya. Dalam hubungannya dengan niat yang
ditekadkan dalam hati, amal terbagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu : bidayah,
tawassuth, dan nihayah. Tingkatan bidayah (dasar) adalah amal yang dilakukan
semata-mata untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Tingkatan tawassuth
(menengah) adalah amal yang dilakukan atas kesadaran diri seseorang untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan ikhlas, bukan semata-mata
mengharapkan pahala saja. Tingkatan nihayah (lanjut) adalah amal seseorang
yang sudah meraih cinta illahi dan melebur sifat-sifat kemanusiaannya.
Dengan demikian, puncak niat adalah keikhlasan. Ikhlas secara harfiah
berarti murni, bersih, tulus. Secara istilah syariat, ikhlas adalah memurnikan amal
hanya karena Allah SWT tanpa pamrih. Keikhlasan yang tertanam dalam hati

5
seseorang ketika shalat niscaya akan menumbuhkan kekhusyukan, karena semua
perhatian hanya tertuju kepada Allah SWT. 1
2. Qiyam : Takzim di Hadapan Allah
Perintah untuk shalat selalu diawali dengan perintah untuk berdiri (aqim
atau aqimu). Kata qiyam secara harfiah berarti berdiri tegak. Sikap qiyam atau
berdiri tegak tidak bisa terlepas dari pengertian shalat secara umum, karena
qiyam merupakan salah satu elemen shalat.
Ada tiga tingkatan makna qiyam , yaitu qa’im (yang berdiri), qawwam
(penegak, tiang, junjungan), dan qayyum (mandiri). Pada tingkatan awal, qiyam
dalam shalat senantiasa menundukkan kepala dengan pandangan tertuju ke
tempat sujud yang melambangkan kesetiaan kepada Allah SWT. Tingkatan kedua,
mushalli (orang yang melakukan sholat) siap menjadi qawwam (penegak)
kebenaran dan keadilan, termasuk kepada dirinya sendiri. Tingkatan ketiga, pada
diri seseorang akan muncul kemampuan untuk melayani dan mengatur
kehidupan makhluk Allah SWT menuju satu tujuan akhir, yaitu kembali kepada
Allah SWT. Pada tingkatan ini, mushalli akan menjadi wadah tajalli sifat qayyum
(kemandirian) Allah SWT dalam mengatur da mengelola semesta. Ketika qiyam
dalam shalat tidak mengandung satu pun dari ketiga tingkatan makna tersebut,
maka sikap qiyam-nya seseorang akan hampa makna. 2
3. Takbirat al-Ihram : Tenggelam dalam Kebesaran Illahi
Takbirat al-Ihram (ucapan Allahu Akbar) adalah ucapan yang mengawali
shalat disertai dengan mengangkat tangan ke arah kiblat hingga ujung jari sejajar
dengan ujung bawah daun telinga. Kalimat takbir mengandung makna penegasan
(tsubutiyah), yang menegaskan bahwa Allah SWT adalah pemilik sifat keagungan
yang sesungguhnya. Ucapan takbir (Allahu Akbar) ditempatkan di awal shalat
agar tertancap dalan keyakinan mushalli bahwa segala sesuatu selain Allah SWT
adalah tidak nyata dan tidak berarti apa-apa.
Setelah takbirat al-ihram, mushalli tidak dibolehkan menoleh ke berbagai
urusan di luar urusan shalat dan harus memusatkan segenap perhatian, pikiran,
ucapan, dan gerakan semata-mata untuk urusan shalat, serta segenap raganya

1
Dr. Yunasril Ali, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta: Zaman, 2012. Hal 94-99.
2
Ibid, hlm 100-102

6
menghadap ke arah kiblat sementara hatinya menghadap kepada Allah SWT.
Setelah takbirat al-ihram, dianjurkan membaca do'a iftitah (pembukaan) yang
mengandung kalimat pengagungan (takbir), pujian (tahmid), dan penyucian
(tasbih). Do'a tersebut menjadi awal berdialog dan bermunajat dengan Allah
SWT. Do'a iftitah dalam pandangan Ibnu 'Arabi mengandung makna, yaitu sebuah
gambaran ahwal (keadaan ruhani) yang dicapai dalam perjalanan ruhani menuju
Allah, yang diproyeksikan dalam ibadah shalat.
4. Membaca Surah Al-Fatihah : Dialog antara Hamba dan Tuhannya
Salah satu rukun shalat adalah membaca surah Al-Fatihah, yang dibaca
setelah doa iftitah dan pada setiap awal raka'at. Surah Al-Fatihah disebut Umm
al-Kitab (Induk Kitab) atau Umm Al-Qur'an (Induk Al-Qur'an), karena
mengandung makna yang luas dan mendalam yang mencakup seluruh isi Al-
Qur'an. Inti shalat adalah bermunajat antara hamba dan Tuhannya. Munajat
adalah ucapan yang dilafalkan dengan halus dan mengandung doa.
Setiap kali mushalli mengucapkan ayat-ayat Al-Fatihah, Allah senantiasa
mendengar dan menjawab ucapan hamba-Nya. Oleh karena itu, ketika membaca
surah al-Fatihah pusatkan perhatian pada makna kata demi kata atau ayat demi
ayat surah itu sehingga makna-makna tersebut memenuhi pikiran. Namun, ketika
shalat tidak perlu memikirkan dan merenungkan makna-makna bacaan secara
mendalam, cukup menerima kilasan makna setiap bacaan yang dilafalkannya.
Berikut kilasan-kilasan makna ayat-ayat al-Fatihah yang harus dijadikan
pengisi pikiran ketika shalat 3 :
‫اﻋﻮذ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ اﻟﺸﯿﻄﺎن اﻟﺮﺟﯿﻢ‬
Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Disini mushalli harus menanamkan makna bahwa memohon perlindungan Alla
dari tipu daya setan yang saat itu sedang menanamkan was-wasnya ke dalam
hatinya.
‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬
Dengan (menyebut) nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

3
Ibid, hlm 114

7
Mushalli menangkap makna bahwa Allah mencurahkan kasih dan sayang-Nya
kepada segenap alam.
‫اﻟﺤﻤﺪ � رب اﻟﻌﻠﻤﯿﻦ‬
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Mushalli memuji Allah dan bersyukur atas nikmat dan kasih sayang-Nya yang
telah tercurahkan kepadanya.
‫اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬
Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Mushalli kembali mengisi pikiran dan hatinya dengan kasih sayang Allah.
‫ﻣﻠﻚ ﯾﻮم اﻟﺪﯾﻦ‬
Yang memiliki hari kiamat.
Mushalli menangkap makna kebesaran Allah sebagai pemilik atau penguasa hari
kiamat.
‫اﯾﺎك ﻧﻌﺒﺪ واﯾﺎك ﻧﺴﺘﻌﯿﻦ‬
Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan.
Mushalli menyatakab dan mempersembahkan seluruh pengabdiannya serta
ibadahnya hanya Allah dan hanya kepada-Nya memohon pertolongan.
‫ ﺻﺮاط اﻟﺬﯾﻦ اﻧﻌﻤﺖ ﻋﻠﯿﮭﻢ ﻏﯿﺮ اﻟﻤﻐﻀﻮب ﻋﻠﯿﮭﻢ وﻻ اﻟﻀﺎﻟﯿﻦ‬،‫اھﺪﻧﺎ اﻟﺼﺮاط اﻟﻤﺴﺘﻘﯿﻢ‬
Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang yang Engkau karuniai nikmat atas
mereka; bukan (jalan) orang yang Engkau murkai dan bukan (jalan) orang yang
sesat.
Mushalli memohon jalan hidup yang benar, yakni jalan hidup orang yang
mendapat nikmat, seperti para Nabi, orang benar, dan orang shaleh; bukan jalan
hidup orang yang sesat, seperti orang kafir. Setiap orang akan menyerap makna
ayat-ayat dengan tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman dan
pengetahuannya.

5. Rukuk : Patuh dan Pasrah di Hadapan Allah SWT


Secara harfiah, rukuk (ruku') berarti tunduk. Secara syara', rukuk dalam
shalat adalah menundukkan kepala dan leher sejajar dengan punggung dan

8
pantat, sementara tangan ditumpukan ke lutut dengan pandangan ke arah sujud.
Tasbih rukuk berbunyi :
‫ﺳﺒﺤﺎن رﺑﻲ اﻟﻌﻈﯿﻢ و ﺑﺤﻤﺪ‬
Maha uci Tuhanku yang Maha Agung dengan memuji.
Lafal itu menegaskan kemahasucian (tanzih) Allah SWT dan sekaligus menafikan
segala sesuatu selain Allah SWT dalam keagungan-Nya.
Rukuk menandakan ketundukan, kepatuhan, kepasrahan, kehinaan, dan
kefakiran diri di hadapan Allah SWT. Pengakuan akan keagungan Allah SWT
(maha suci Tuhanku yang maha agung) yang dilafalkan dalam rukuk menyiratkan
kehinaan dan ketidak berartian manusia di hadapan kemahaagungan-Nya.
Menundukkan tubuh dan kepala di hadapan Allah SWT mengandung makna
penundukan hawa nafsu dan hasrat diri. Selama hawa nafsu belum bisa
ditundukkan, selama itu pula manusia tidak bisa melaksanakan perintah Tuhan
dengan baik dan sempurna.
Dengan rukuk, seharusnya umat islam menyadari bahwa diri ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan Allah SWT. Segala sesuatu yang di anggap sebagai
milik individu hanyalah sebuah titipan yang akan diambil sewaktu-waktu oleh
pemiliknya (Allah SWT). Puncak makna rukuk adalah ketika ketundukan
mushalli telah sampai pada titik terendah, yaitu telah tenggelam dalam kebesaran
('azhamah) Allah SWT, sehingga mushalli kehilangan dirinya sekaligus
mengantarkan ke haribaan Allah SWT. 4
6. I'tidal
Setelah rukuk mushalli kembali berdiri melakukan i'tidal. I'tidal adalah
kembali kepada posisi qiyam dari posisi rukuk disertai sikap tuma'ninah (diam
sejenak) dalam keadaan berdiri serta membaca :
‫ﺳﻤﻊ ﷲ ﻟﻤﻦ ﺣﻤﺪه‬
Allah telah mendengar orang yang memuji-Nya.
Setelah berdiri tegak membaca :
‫رﺑﻨﺎ ﻟﻚ اﻟﺤﻤﺪ ﻣﻞء اﻟﺴﻤﻮات واﻻرض و ﻣﻞء ﻣﺎ شءت ﻣﻦ ﺷﻲء ﺑﻌﺪ‬

4
Ibid, hlm 119-122

9
Ya Tuhan kami, segala puji bagi-Mu sepenih langit dan bumi, dan sepenuh apa yang
Engkau kehendaki sesudahnya.
I'tidal mengandung makna tajdid al-iman (pembaruan iman), yaitu
membarui keyakinan akan kebesaran Allah SWT dan kehinaan diri yang telah
ditanamkan ketika rukuk. Tajdid al-iman sangat penting dalam kehidupan pribadi
dan sosial seorang mukmin. Kualitas iman seseorang bisa menguat dan bisa
melemah. Ketika iman melemah, seorang mukmin dapat tergoda untuk
menikmati larangan agama (seperti zina, mencuri, dan lain-lain), mudah
berputus asa dan tidak bersabar menghadapi tantangan hidup, karena perisai
atau pilar sandaran hidup telah goyah. Oleh karena itu, dibutuhkan pembaruan
iman untuk mengokohkan dan menyegarkan keimanannya. I'tidal merupakan
sarana pembaruan iman yang paling efektif dan salah satu elemen dari rukun
shalat.
Setelah iman diperbarui dan keadaan batin kembali teguh, niscaya
seorang mukmin akan mampu berdiri kokoh dan siap menerima apapun yang
datang dari Allah SWT, serta menjadi penegak kebenaran dan keadilan di tengah
kegalauan dunia. Ketika seorang mukmin i'tidal dengan keadaan batin ditopang
keimanan yang teguh dan kedalaman rasa syukur kepada Allah SWT, seorang
mukmin akan semakin dekat menuju maqam qurb (dekat kepada Allah SWT)
dalam sujudnya. 5
7. Sujud : Hina di Hadapan Allah SWT
Setelah memperbarui keimanan kepada Allah SWT dalam i'tidal, setelah
mendapatkan ketenangan batin dan keteguhan iman, seorang mukmin kembali
diperintahkan untuk mengakui kelemahan dan kehinaan diri di hadapan Allah
SWT dengan menundukkan kepala serendah-rendahnya dalam sujud. Sujud
dalam shalat adalah menundukkan kepala sampai dahi menyentuh tanah atau
lantai sehingga posisi pantat dan pinggul lebih tinggi daripada kepala dan dua
telapak tangan, dua lutut, ujung kedua kaki menjadi tumpuan atau penyangga
tubuh serta melafalkan bacaan sujud, yaitu :
‫ﺳﺑﺣﺎن رﺑﻲ اﻻﻋﻠﻰ وﺑﺣﻣد‬

5
Ibid, hlm 123-125

10
Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dengan memuji
Allah SWT memerintahkan manusia untuk bersujud, dan perintah itu
menjadi acuan utama umat islam untuk mendirikan shalat. Sujud melambangkan
siklus perjalanan hidup manusia yang berasal dari tanah, dikembalikan ke tanah,
dan akan dibangkitkan kembali dari tanah. Ketika sujud, mushalli menyentuhkan
dahi ke tanah atau lantai yang menjadi asal kehidupannya. Hal ini
mengisyaratkan bahwa asal-usul jasad manusia bukanlah sesuatu yang tinggi dan
mulia, melainkan benda yang paling dekat dengan manusia dan setiap hari di
injak-injak. Oleh karena itu, kesempurnaan hanya ada pada Allah SWT dan
manusia dilarang untuk bersikap sombong. Wajah dan dahi adalah bagian tubuh
manusia yang paling mulia, namun dalam sujud keduanya tersungkur ke tanah
atau lantai hingga hidung juga mencium tanah atau lantai. Sikap ini
mengisyaratkan ketundukan, kerendahan, dan kehinaan mushalli di hadapan
Allah SWT.
Di dalam sujud setiap mushalli menundukkan hatinya seraya menyadari
kehambaan dan kehinaan dirinya sehingga ia menjadi sangat dekat kepada Allah
SWT. Hakikat sujud adalah ketundukan, kehambaan, kefakiran, dan kehinaan di
hadapan Allah SWT dengan segenap hati tercurahkan hanya untuk menghadap
Allah SWT. Sebaliknya, meski kepala mushalli tunduk kepada Allah SWT, tetapi
hati dan fikiran masih terganggu hal-hal duniawi, mushalli akan tetap jauh dari
Allah SWT dan dekat pada dunia. 6

8. Duduk Antara Dua Sujud


Duduk antara dua sujud dilakukan dalam posisi iftirasy (bersimpuh),
yaitu duduk di atas telapak kaki kiri sembari menegakkan telapak kaki kanan
serta meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri diatas paha
kiri dengan ujung jari di atas lutut, kemudian membaca :
‫رب اﻏﻔرﻟﻲ وارﺣﻣﻧﻲ واﺟﺑرﻧﻲ وارﻓﻌﻧﻲ وارزﻗﻧﻲ واھدﻧﻲ وﻋﺎﻓﻧﻲ واﻋف ﻋﻧﻲ‬
Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, lengkapilah aku, tinggikanlah aku,
berilah aku rezeki, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku.

6
Ibid, hlm 126-130

11
Mushalli duduk antara dua sujud seperti seorang budak yang duduk di hadapan
tuannya. Makna duduk antara dua sujud dalam shalat merupakan ungkapan
kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT yang penuh dengan perasaan hina dan
lemah serta siap menerima perintah maupun belas kasih dari Allah SWT.
Dalam keadaan tersebut, mushalli memohon kepada Tuhan : "Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku", karena dosa merupakan beban terberat dalam
kehidupan. Selain itu, dosa menjadi hijab antara hamba dan Tuhannya. Mushalli
juga memohon : " kasihanilah aku", karena kasih sayang Allah SWT akan
mendamaikan hati. kemudian mushalli meneruskan doanya: "lengkapilah aku",
maksudnya mushalli berharap agar terbebas dari keterpaksaan dan patah hati
yang dirasakannya dalam menjalankan shalat maupun dalam kehidupan sehari-
hari. Kemudian disambung lagi dengan doa: "tinggikanlah derajatku", maksudnya
mushalli berdoa untuk dianugerahi ketakwaan yang tinggi oleh Allah SWT.
Mushalli juga memohon: "berilah aku rezeki", maksudnya seimbang antara rezeki
material dan rezeki berupa ilmu dan kearifan agar hati bisa hidup dengan Allah
SWT. Dan memohon: "tunjukilah aku", maksudnya agar diberi petunjuk atau
hidayah baik berupa insting, pancaindra, akal, perasaan, dalam perjalanan hidup
di jalan yang benar. Kemudian memohon: "berilah aku kesehatan", bukan
kesehatan lahiriah saja, namun juga kesehatan ruhaniah agar bisa melaksanakan
tugas yang Allah SWT bebankan. Serta memohon : "ampunilah aku", maksudnya
memohon kebaikan yang banyak dari Allah SWT dan mengurangi bencana-Nya,
serta tidak ada yang paling mushalli harapka selain ampunan dari Allah SWT atas
segala kesalahan.
Apabila delapan macam permohonan itu Allah SWT perkenankan,
mushalli telah meraih karunia yang tiada tara dan ia menjadi orang yang sangat
dekat kepada Allah SWT dan menjadi kekasih-Nya. Karena itu, mushalli harus
kembali bersujud di hadapan-Nya dalam sujud kedua dan seterusnya. 7
9. Tasyahhud : Kesaksian Tauhid
Secara harfiah, kata tasyahud berarti persaksian. Tasyahud adalah
kesaksian akan ke-esaan Allah SWT dan kerasulab Nabi Muhammad saw. yang

7
Ibid, 133-135

12
diucapkan dalam posisi duduk antara dua sujud dan duduk di akhir shalat. Duduk
di akhir shalat dalam posisi tawarruk, yaitu menempatkan tapak kaki kiri di
bawah kaki kanan dan tapak kaki kanan dalam posisi berdiri, sedangkan pantat
diletakkan di atas tanah paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri dengan ujung
jari sejajar dengan lutut, telunjuk jari kanan ditunjukkan sementara jari-jari
lainnya dikepalkan. Bacaan tasyahhud yang digunakan ketika sholat, bersumber
dari Ibnu 'Abbas r.a (HR Dawud) berbunyi :
‫ اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻧﺎ وﻋﻠﻰ ﻋﺑﺎد‬،‫ اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾك اﯾﮭﺎ اﻟﻧﺑﻲ ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬،� ‫اﻟﺗﺣﯾﺎت اﻟﻣﺑﺎرﻛﺎت اﻟﺻﻠوات اﻟطﯾﺑﺎت‬
‫ اﺷﮭد ان ﻻ اﻟﮫ اﻻ ﷲ واﺷﮭد ان ﻣﺣﻣدا رﺳول اﻟله‬،‫ﷲ اﻟﺻﺎﻟﺣﯾن‬
Kehormatan, keberkahan, rahmat, dan kebaikan bagi Allah. Semoga salam
sejahtera tercurah atasmu hai Nabi saw, dan begitu juga rahmat Allah dan
keberkahan-Nya. Semoga pula salam sejahtera dilimpahkan atas kita sekalian dan
atas hamba-hamba yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Rukun tasyahhud mengandung makna batin yang mendalam, baik dari
posisi duduknya maupun dari bacaan yang dilafalkan mushalli ketika duduk.
Dalam posisi tawarruk, posisi tubuh lebih berat ke kiri. Al-Qur'an
mengasosiasikan kata kanan sebagai jalan kebenaran, sedangkan kiri sebagai
jalan kebatilan. Posisi tubuh yang lebih berat ke kiri bermakna bahwa kebatilan
dan kebohongan selalu ditempat yang lebih rendah, sementara kebenaran dan
kebaikan berada ditempat yang lebih tinggi. Duduk seperti itu selalu dilakukan di
setiap akhir shalat, yang mengisyaratkan agar mushalli selalu ingat bahwa
kebenaran harus ditegakkan dan kebatilan harus dimusnahkan seberat dan
sesulit apapun perjuangan yang harus dilakukan. Kemudian, diangkatnya
telunjuk tangan juga mengandung makna batin yang mendalam, yaitu penegakan
dengan tegas tauhid yang menjadi pondasi keyakinan setiap mukmin.
Selain posisi dan gerakan tubuh, kedalaman makna tasyahhud
terkandung pula dalam bacaan yang dilafalkan. Bacaan tasyahhud dibagi ke
dalam empat bagian. Bagian pertama menunjukkan empat atau lima hal yang
menjadi hak Allah SWT, yaitu kehormatan (tahiyyah), keberkahan (al-
mubarakat), shalawat (al-shalawat), kebaikan (al-thayyibat), dan kesucian
(thaharah/al-zakiyyat) dimana lima hak Allah tersebut diharapkan oleh mushalli

13
dalam hidupnya. Bagian kedua berkaitan dengan salam Nabi saw., yaitu "salam
sejahtera, serta rahmat dan berkah Allah atas Nabi Muhammad saw". Mushalli
membaca salam Nabis saw. sebagai wujud penghormatan dan penghargaan
kepada Beliau atas jasa-jasanya sehingga mushalli dapat merasakan rahmat Allah
SWT dan limpahan kasih sayang-Nya. Bagian ketiga dari bacaan tasyahhud adalah
"salam sejahtera bagi kita dan hamba-hamba yang saleh". Ini bermakna sebagai
doa keselamatan bagi hamba-hamba yang saleh, yang senantiasa melakukan
kebaikan sepanjang masa dan memohon kedamaian bagi seluruh semesta. Bagian
keempat dari bacaan tasyahhud adalah syahadat (kesaksian) bahwa Allah
sebagai Tuhan yang disembah dan Nabi Muhammad saw. sebagai hamba dan
utusan Allah. Fungsi syahadat dalam tasyahhud adalah menambah keyakinan
ke hati mushalli sehingga ia terbebas dari perbudakan tuhan-tuhan palsu, yaitu
hawa nafsu dan hal-hal duniawi. Adapun makna shalawat Nabi Muhammad saw.
dan keluarganya dalam tasyahud adalah bentuk penghormatan dan permohonan
rahmat bagi Nabi saw. dan keluarga Beliau. 8
10. Salam : Kesejahteraan dan Kedamaian bagi Alam Semesta
Secara harfiah, kata salam berarti tidak cacat, selamat, sejahtera, damai
atau aman. Al-Salam termasuk nama-nama Allah yang mulia, yang berarti sumber
keselamatan, kesejahteraan, kedamaian, dan keamanan bagi seluruh manusia. Di
awal shalat, mushalli menyadari kekerdilan dirinya dan bahkan kekerdilan
segenap makhluk dengan mengucapkan takbirat al-ihram, dan diakhir shalat
mengucapkan salam seraya menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri. Mayoritas
fukaha berpendapat bahwa shalat tetap dianggap sah meskipun ditutup hanya
dengan satu kali salam.
Ketika mushalli mengucapkan salam ke arah kanan dan kiri, berarti
mushalli mendoakan keselamatan bagi segenap makhluk yang ada di sebelah
kanan dan kirinya. Makna salam sebagai penutup salam adalah mushalli mampu
melangkah menebarkan salam sejahtera kepada seluruh semesta tanpa
terkecuali. Mushalli yang tidak bisa memberikan kedamaian bagi sesama adalah
mushalli yang tidak mendapatkan makna shalat.

8
Ibid, hlm 135-143

14
Melalui shalat yang dimulai dengan takbir, mushalli mendekat kepada
Allah. Kemudian lepaskan pikiran dan ikatan duniawi yang berlebihan, serta
penuhi hati dengan keikhlasan, cinta, dan harapan seraya lidah terus
melantunkan tasbih, tahmid, takbir, doa, dan ayat-ayat suci sehingga melalui
shalat seorang mukmin berada semakin dekat kepada Allah SWT. 9
D. MAKNA WAKTU SHALAT
Sebagai salah satu ketentuan dan perintah syara', shalat dilaksanakan
dengan aturan, tata cara, dan waktu yang telah ditetapkan oleh syara'. Waktu (al-
waqt) adalah batasan sesuatu, baik dari sisi esensi maupun masa. Waktu shalat
merupakan bagian dari masa yang harus dimanfaatkan oleh setiap mukmin untuk
mengingat Allah dengan cara yang telah ditetapkan agama. Syariat menetapkan
dua kategori waktu untuk shalat fardhu.
Pertama, waktu mu'ayyan, yaitu waktu yang telah ditentukan dengan
batasan yang jelas dalam sehari semalam. Al-Qur'an menyebutkan bahwa shalat
harus dilaksanakan pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Waktu-waktu
shalat fardhu yang telah ditentukan meliputi shalat dzuhur yang waktunya
dimulai dari tergelincir matahari sampai bayang-bayang sesuatu sama panjamg
dengan yang dibayanginya; shalat ashar yang dimulai dari akhir waktu dzuhur
sampai terbenam matahari; waktu shalat maghrib yang berawal dari akhir waktu
ashar sampai hilangnya syafa' (senja) merah; waktu shalat isya' yang dimulai dari
habisnya waktu maghrib sampai terbit fajar; dan shalat subuh yang dimulai dari
habisnya waktu isya' sampai terbit matahari.
Kedua, waktu ghayr mu'ayyan, yaitu waktu yang tidak ditentukan oleh
batas-batas tertentu. Waktu dalam kategori ini hanya berlaku bagi orang tertidur
atau yang lupa mendirikan shalat pada waktu yang telah ditentukan. Nabi saw.
bersabda, "Barangsiapa yang lupa mengerjakan shalat, lakukanlah ketika ingat."
(HR Bukhari dan Muslim).
Ahli hikmah mengaitkan ketetapan tentang lima waktu shalat dengan peristiwa
historis yang di alami beberapa Nabi dan Rasul yang memiliki kesan begitu agung
dalam sejarah agama. Menurut ahli hikmah ketetapannya sebagai berikut:

9
Ibid, hlm 144-147

15
1. Shalat subuh memiliki hubungan historis dengan peristiwa turunnya Nabi
Adam a.s dari surga ke bumi di tengah kegelapan malam yang menakutkan,
kemudian fajar memancar pada waktu subuh yang membawa kegembiraan
bagi Nabi Adam a.s.
2. Shalat dzuhur berkaitan dengan peristiwa pengurbanan Nabi Ismail a.s yang
terjadi pada waktu tergelincirnya matahari.
3. Shalat ashar berkaitan dengan peristiwa keluarnya Nabi Yunus a.s dari perut
ikan yang terjadi pada waktu ashar.
4. Shalat maghrib berkaitan dengan peristiwa selamatnya Nabi Isa a.s dari
penyaliban yang terjadi saat matahari terbenam.
5. Shalat isya' berkaitan dengan peristiwa selamatnya Nabi Musa a.s bersama
istrinya yang tersesat di tengah padang pasir, di akhir waktu isya' mereka
dapat keluar dari padang pasir (Madyan).

Berdasarkan peristiwa-peristiwa tersebut, Seluruh Nabi dan Rasul


mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah membantu
hambanya keluar dari keadaan yang tidak aman. Namun, peristiwa-peristiwa
tersebut bukan berarti yang melatarbelakangi perintah Tuhan mengenai shalat
lima waktu. Shalat lima waktu diwajibkan berdasarkan pertimbangan dan
kebijaksanaan-Nya, serta ilmu-Nya yang tidak terbatas atas seluruh makhluk-
Nya. 10

Waktu barzakh adalah waktu pertemuan antara siang dan malam. Shalat
subuh dilakukan di ujung malam menjelang siang dan shalat maghrib dilakukan
di ujung siang menjelang malam. Waktu subuh, ditandai malam yang semakin
menyusut dan siang mulai menjelang, hal ini melambangkan tenggelamnya alam
ghaib ke alam nyata. Waktu maghrib, ditandai siang mulai digulung malam yang
melambangkan terbenamnya alam nyata ke alam ghaib. Pada waktu antar siang
dan malam, mushalli bermunajat kepada Tuhan untuk menguak tabir-tabir
khayali agar selalu berada sedekat mungkin di sisi Tuhannya.

10
Ibid, hlm 65-71

16
Inti dari shalat adalah sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas
segala nikmat yang telah diberikan kepada makhluknya yang kemudian wajib
diwujudkan setiap hari melalui shalat. Dan pada hakikatnya shalat mengandung
rasa syukur, yaitu doa, dzikir, ketundukan kepada Allah, dan upaya meredam
nafsu. 11
E. MACAM-MACAM SHALAT
Sholat terbagi menjadi dua macam:
1. Sholat fardhu
Yaitu merupakan salah satu rukun islam yang wajib ditunaikan oleh setiap
oarang islam yang telah mekallaf. Sholat fardhu terbagi menjadi dua yaitu:
a. Fardhu ain adalah suatu perbuatan sholat yang harus dilakukan oleh
setiap orang muslim. Misalnya:
 Sholat lima waktu, seperti:
• Sholat subuh
Yaitu shalat yang dikerjakan 2 rakaat dengan 1 kali salam.
Waktunya mulai dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.
• Sholat dhuhur
Yaitu shalat yang dikerjakan 4 rakaat dengan 2 kali tasyahud dan 1
kali salam. Waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari
pertengaahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang
sesuatu telah sama dengan panjangnya selain dari bayang-bayang
ketika matahari menonggak (tepat diatas ubun-ubun).
• Sholat ashar’
Yaitu shalat yang dikerjakan 4 rakaat dengan 2 kali tasyahud dan 1
kali salam. Waktunya dimulai dari habisnya waktu dzuhur; bayang-
bayang sesuatu lebih dari pada panjangnya selain dari bayang-
bayang ketika matahari sedang menonggak, sampai terbenam
matahari.
• Sholat magrib
Yaitu shalat yang dikerjakan 3 rakaat dengan 2 kali tasyahud dan 1
kali salam. Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam
syafaq (mega) merah.
• Shalat isya’
Yaitu shalat yang dikerjakan 4 rakaat dengan 2 kali tasyahud dan 1
kali salam. Wakuinya mulai dari terbenamnya syafaq merah
(sehabis waktu maghrib) sampai terbit fajar kedua 12

11
Ibid, hlm 72-73
12
Dr. Zulkifli,M. Ag, Rambu-rambu Fiqih Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal Dan
Horizontal. Yogyakarta:kalimedia, 2017. Hal 91

17
 Sholat jum’at
Yaitu shalat yang dikerjakan pada hari jum’at sebanyak 2 rakaat
secara berjamaah. Shalat ini dikerjakan setelah penyampaian khutbah
yang dilakukan oleh khotib. Hukum shalat jum’at adalah fardhu ain
bagi setiap muslim / mukallah laki-laki yang sehat dan bermukim.
Allah SWT telah berfirman :

‫� َوذَ ُروا ْاﻟﺒَ ْﯿ َﻊ ذ َ ِﻟ ُﻜ ْﻢ َﺧﯿ ٌْﺮ ﻟﱠﻜُ ْﻢ ِإن ُﻛﻨﺘ ُ ْﻢ‬


ِ ‫ﺼﻼَةِ ﻣِ ﻦ ﯾَ ْﻮ ِم ْاﻟ ُﺠ ُﻤﻌَ ِﺔ ﻓَﺎ ْﺳﻌَ ْﻮا ِإﻟَﻰ ِذ ْﻛ ِﺮ ﱠ‬
‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا إِذَا ﻧُﻮدِي ﻟِﻠ ﱠ‬
َ‫ﺗ َ ْﻌﻠَ ُﻤﻮن‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S. Al- Jum’ah ayat 9)
b. Fardhu kifayah adalah suatu perbuatan sholat yang apabila telah
dikerjakan oleh sebagian orang, maka terlepaslah kewajiban muslim lain.
Seperti:
 Sholat jenazah
Yaitu shalat yang dilakukan dengan 4 rakaat tanpa ruku, i;tidal,
sujud, dan duduk. Adapun kkewajiban seorang muslim terhadap
saudaranya yang meninggal adalah memandikan, mengkafani,
menyalatkan, dan mengkuburkan. 13
2. Sholat sunnah
 Sholat Rowatib
Ialah shalat sunah yang mengiringi sholat fardhu, baik sebelum
mengerjakan sholat fardhu (qobliyah) atau sesudah mengerjakan shalat
fardhu (ba’diyah). Keutaman shalat ini yaitu sebagai penyempurna
kekurangan yang terdapat dalam shalat fardhu, menemani rasululloh
disurga nanti. Sholat sunah rawatib terbagi menjadi dua, yaitu shalat
rawatib muakkad dan shalat rawatib ghairu muakkad.
a. Shalat sunah rawatib muakkad
Yaitu shalat sunah rawatib yang sangat dianjurkan. Shalat ini terdiri
dari 5 macam.
• Rawatib subuh sebanyak 2 rakaat sebelum shalat.
• Rawatib zuhur sebanyak 4 rakaat sebelum dan 4 rakaat
sesudahnya.
• Rawatib ashar sebanyak 4 rakkat sebelum shalat.
• Rawatib magrib sebanyak 2 rakaat sesudah shalat.
• Rawatib isya’ sebanyak 2 atau 4 sesudah shalat.

13
Ustad Asep Nurhalim, Lc. M. Pd.I, Buku Lengkap Panduan Sholat. jakarta: PT. Niaga
Swadaya, 2010. Hal 305-306

18
b. Shalat sunah rawatib ghairu muakkad
Yaitu shalat sunah yang tidak terlalu dianjurkan. Shalat ini terdiri
dari 3 macam.
• Rawatib magrib sebanyak 2 rakaat sebelum sholat.
• Rawatib ashar sebanyak 2 atau 4 rakaat
• Rawatib isya’ sebanyak 2 rakaat sebelum sholat. 14
 Sholat Dhuha
Ialah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00
hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha minimal
dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at. Manfaat dari shalat dhuha
adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal dan diluaskan riskinya.
Ayat-ayat surat yang diajurkan untuk dibaca ketika sholat dhuha adalah
surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-
ikhlas. “Barangsiapa shalat dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan
untuknya istana disurga.”(HR.Tirmidzi, dari anas)15
 Sholat Witir
Ialah shalat sunnah muakkad (dianjurkan) yang biasanya digabungkan
dengan shalat tahajud atau shalat tarawih dan jumlah rakaatnya ganjil.
Shalat witir disebut juga shalat penutup. Waktu sholat witir yaitu setelah
sholat isya’ sampai menjelang subuh, tetapi waktu yang paling baik
adallah disepertiga malam. 16
 Sholat Tahajud
Ialah sholat yang dikerjakan pada waktu tengah malam tetapi harus
selesai tidur meskipun tidurnya hanya 5 menit. Jumlah rakaat sholat
tahajud minimal 2 rakaat sampai tak terbatas. Surat yang dianjurkan
dibaca ketika shalat adalah surat Al-kafirun dan surat Al-ikhlas. Saat
hendak kembali tidur dianjurkan membaca ayat kursi, surat Al-ikhlas,
surat Al-falaq, dan surat An-naas. Alloh menganjurkan kita sholat tahajud
sesuai dalam al-qur’an: Dan pada sebagian malam hari bershalat
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-
mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji’(Q.S. Al Isra :
79 ). 17
 Sholat Taubat
Yaitu shalat sunah yang yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa
kepada Allah SWT, agar mendapat ampunan-Nya. Atau juga dilakukan
karena menebu semua kesalahan yang pernah dilakukan. Jumlah rakaat

14
Ibid,hlm 245-251
15
Ibid,hlm 266-270
16
Ibid,hlm 274-278
17
Dr. Zulkifli,M. Ag, Rambu-rambu Fiqih Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal Dan
Horizontal. Yogyakarta:kalimedia, 2017. Hal 93

19
shalat taubat adalah 2 rakaat dan boleh dikerjakan kapan saja. Surah yang
dianjurkan dibaca ketika shalat adalah An-nasr dan surat Al-ikhlas. 18
 Sholat Tasbih
Yaitu adalah shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan setiap malam,
jika tidak bisa seminggu sekali, atau paling tidak seumur hidup sekali.
Shalat ini sebanyak empat rakaat, dengan ketentuan jika dikerjakan pada
siang hari cukup dengan satu salam, Jika dikerjakan pada malam hari
dengan dua salam. Surah yang dianjurkan dibaca ketika shalat adalah
surat At-takasur dan surat Al-asr. Cara mengerjakannya yaitu takbir,
membaca surat Al-fatihah, membaca surat At-takasur, kemudian
membaca tasbih minimal 15 kali, (untuk setiap setelah gerakan ruku,
i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, sampai takhiyat minimal
membaca tasbih 10 kali). 19
 Sholat Hajat
Yaitu shalat sunah untuk memohon agar hajat kita dikabulkan oleh
allah swt. Jumlah rakaatnya minimal 2 rakaaat dan maksimal 12 rakaat.
Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk
mencapai hajat atau cita-cita. Waktu yang lebih baik mengerjakan shalat
hajat yaitu disepertiga malam terakhir.kecil
 Sholat Istikharah
Yaitu shalat sunah yang dilakukan untuk meminta suatu kebaikan
serta memohon petunjuk dan pertolongan allah untuk memilih pilihan
yang terbaik. Manfaat sholat ini agar kita senang tiasa dilapangkan dada,
tidak menyesal dengan keputusannya, bersabar terhadap takdir alloh.
Karena setiap kegagalan akan memberikan pelajaran dan pengalaman
yang kelak akan berguna dimasa yang akan datang. 20
 Sholat Safar
Yaitu shalat sunah yang dilakukan ketika sesorang akan berpegian atau
setelah pulang dari berpegian. Jumlah rakaatnya adalah 2 rakaat, cara
pengerjaannya seperti sholat sunnah yang lain. Tujuan utamanya adalah
supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah
SWT. 21
 Sholat Istisqho’
Yaitu shalat sunah yang dikerjakan untuk meminta hujan kepada alloh
swt disaat kemarau panjang. Shalat ini dilakukan dengan 2 rakaat dan
dilaksanakannya dengan berjamaah. Hukum shalat ini adalah sunnah

18
Ustad Asep Nurhalim, Lc. M. Pd.I, Buku Lengkap Panduan Sholat. jakarta: PT. Niaga
Swadaya, 2010. Hal 288-289
19
Ibid, hlm 284-286
20
Dr. Zulkifli,M. Ag, Rambu-rambu Fiqih Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal Dan
Horizontal. Yogyakarta:kalimedia, 2017. Hal 94
21
Ibid, hlm 95

20
muakkad. Seperti yang dikatan oleh Rasulullah SAW, penyebab tidak
turunnya hujan pada suatu daerah atau negeri akibat dari perbuatan
maksiat yang dilakukan penduduknya. Oleh karena itu, sebelum
melakukan shalat ini hendaknya seluruh penduduknya harus bertaubat
dan memohon ampun kepada Allah SWT. 22
 Sholat Tahiyatul Masjid
Yaitu shalat sunah yang dilakukan ketika sesorang memasuki masjid
sebelum duduk untuk menghormati masjid.
Sabda Rasulullah Saw:
‫ﻋﻦ أ ﺑﻰ ﻗﺘﺎدة ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ا � ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ أذا دﺧﻞ أﺣﺪﻛﻢ ا ﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﻼ ﯾﺠﻠﺲ‬
‫ رواه اﻟﺒﺨﺎرى و ﻣﺴﻠﻢ‬. ‫ﺣﺘﻰ ﯾﺼﻠﻰ رﻛﻌﯿﻦ‬

Dari Abu Qatadah, “Rasulullah Saw. Berkata, ‘Apabila salah seorang


diantara kamu masuk ke mesjid, maka janganlah duduk sebelum shalat
dua rakaat dahulu’.“ (Riwayat Bukhari dan Muslim) 23
 Sholat Tarawih
Yaitu shalat malam atau qiyamul lail yang dilaksanakan pada malam-
malam bulan ramadhan. . Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan
dalam hadis. ‘Yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, baik pada bulan
ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat’ (H.R. Bukhari). Dari
Jabir ‘Sesungguhnya Nabi saw telah shallat bersama-sama mereka
delapan rakaat, kemudian beliau shalat witir.’ (H.R. Ibnu Hiban) 24
 Sholat I’dain (Sholat dua hari raya)
Shalat dua hari raya terdiri dari shalat hari raya idul fitri dan shalat
hari raya idul adha. Shalat hari raya idul fitri adalah shalat sunah yang
terdiri dari 2 rakaat pada tanggal 1 syawal dipagi hari yang dikerjakan
setahun sekali. Sedangkan shalat hari raya idul adha dikerjakan pada
tanggal 10 Dzulhijjah. Waktu shalat idul fitri dan shalt idul adha adalah
sejak naik setinggi tombak hingga tergelincirnya ke arah barat. 25
 Sholat Dua Gerhana
Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan[4].
Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan
sabda Nabi saw. Yang artinya :“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak
mengalami gerhana karena kematian seseorang maupun kehidupannya.

22
Ustad Asep Nurhalim, Lc. M. Pd.I, Buku Lengkap Panduan Sholat. jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2010.
Hal 292-296
23
Ibid, hlm 300-303
24
Dr. Zulkifli,M. Ag, Rambu-rambu Fiqih Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal Dan
Horizontal. Yogyakarta:kalimedia, 2017. Hal 96
25
Ustad Asep Nurhalim, Lc. M. Pd.I, Buku Lengkap Panduan Sholat. jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2010.
Hal 296-208

21
Maka apabila kalian menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa
kepada Allah Ta’ala.” (H.R. Syaikhain). 26
 Sholat Mutlaq
Yaitu shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga
tidak dibatasi jumlah rakaatnya. Waktu yang dilarang untuk shalat mutlak
adalah sehabis shalat subuh sampai terbit, sesudah shalat ashar sampai
terbenam, ketika tepat diatas kepala (jam 12.00 siang), kecuali hari
jum’at. 27

26
Dr. Zulkifli,M. Ag, Rambu-rambu Fiqih Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal Dan
Horizontal. Yogyakarta:kalimedia, 2017. Hal 97
27
Ustad Asep Nurhalim, Lc. M. Pd.I, Buku Lengkap Panduan Sholat. jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2010.
Hal 303-305

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Shalat merupakan rukun islam yang ke dua setelah syahadat dan
merupakan amalan pertama yang akan dihisab di yaumil akhir (hari akhir). Dan
shalat merupakan janji dari Allah SWT sebagai persyaratan masuk surga di
akhirat kelak. Orang beriman melaksanakan shalat sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Inti dari shalat adalah sebuah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
atas segala nikmat yang telah diberikan kepada makhluknya yang kemudian
wajib diwujudkan setiap hari melalui shalat. Dan pada hakikatnya shalat
mengandung rasa syukur, yaitu doa, dzikir, ketundukan kepada Allah, dan upaya
meredam nafsu.
Sholat yang menentukan baik atau buruknya amal seorang muslim yang
diperbuat selama di dunia. Apabila shalatnya baik maka baiklah amalnya,
sebaliknya apabila sholatnya buruk atau rusak maka buruklah amalnya.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa
dipahami, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis sangat
berterimakasih apabila ada saran/kritik yang bersifat membangun sebagai
penyempurna makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril. (2012). Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta : Penerbit Zaman.
Nurhalim, Asep. (2010). Buku Lengkap Panduan Shalat. Jakarta: PT. Niaga Swadaya.

Zulkifli. (2017). Rambu-Rambu Fiqh Ibadah Mengharmoniskan Hubungan Vertikal dan


Horizontal. Yogyakarta: Kalimedia.
Muhammad Azzam, Abdul Aziz. dkk. (2015). Fiqh Ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa,
dan Haji. Jakarta: Amzah.

24

Anda mungkin juga menyukai