Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan organ paling vital yang memegang peranan penting pada
kehidupan setiap manusia, termasuk anak-anak yang sedang mengalami proses tumbuh
kembang. Struktur dan fungsi jantung normal sangat dibutuhkan untuk mempertahankan
peredaran darah yang stabil guna mencukup kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi seorang
anak. Namun, masih banyak sekali 7-8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan
penyakit jantung bawaan (PJB).
Anak dengan PJB memiliki kelainan struktur jantung yang dapat berupa lubang atau
defek pada sekat ruang jantung, penyempitan atau sumbatan katup, atau pembuluh darah
yang berasal atau bermuara ke jantung, ataupun abnormalitas konfigurasi jantung serta
pembuluh darah. PJB sendiri digolongkan dalam 2 tipe, yaitu PJB biru (sianotik), yaitu PJB
yang menyebabkan warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan selaput lendir terutama di daerah
lidah/bibir dan ujung-ujung anggota gerak akibat kurangnya kadar oksigen di dalam darah.
Tipe yang kedua adalah PJB asianotik umumnya menimbukan gejala gagal jantung yang
ditandai dengan sesak memberat saat menetak/beraktifitas, bengkak pada wajah, anggota
gerak, serta abdomen, dan gangguan pertumbuhan yang menyebabkan kekurangan gizi.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang PJB sianotik, salah satunya adalah
Tetralogi of Fallot. Angka kejadiannya sekitar 5-7% dari seluruh penyakit jantung bawaan.
Kelainan Tetralogi fallot mula-mula dilaporkan pada tahun 1672, tetapi fallot pada tahun
1888 menguraikan sekelompok penderita dengan stenosis pulmonal; dekstro-posisi pangkal
aorta; defek septum ventrikel; hipertrofi ventrikel kanan. Kecuali selama umur minggu-
minggu pertama, Tetralogi Fallot merupakan bentuk penyakit jantung utama yang
menyebabkan sianosis. Sembilan persen bayi yang ditemukan dengan penyakit jantung berat
pada umur tahun pertama menderita Tetralogi Fallot (0,196-0,258/1000 kelahiran hidup).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Tetralogi Fallot?
2. Bagaimana etiologi terjadinya Tetralogi Fallot?
3. Bagaimana patofisiologi dan pathway terjadinya Tetralogi Fallot?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Tetralogi Fallot?
5. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan Tetralogi Fallot?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam Tetralogi Fallot?
7. Bagaimana penatalaksanan yang dilakukan dalam Tetralogi Fallot?
8. Bagaimana format asuhan keperawatan dalam penyakit Tetralogi Fallot pada anak?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tetralogi Fallot
2. Mengetahui etiologi penyebab Tetralogi Fallot
3. Memahami patofisiologi dan pathway dalam Tetralogi Fallot
4. Mengerti apa saja manifestasi klinis dalam Tetralogi Fallot
5. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dalam Tetralogi Fallot

1|tetralogi fallot
6. Mengerti jenis pemeriksaan penunjang dalam Tetralogi Fallot
7. Memahami penatalaksanaan yang dilakukan dalam Tetralogi Fallot
8. Mengetahui format asuhan keperawatan dalam penyakit Tetralogi Fallot pada anak

2|tetralogi fallot
BAB II
PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 PENGERTIAN
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi Defek septum ventrikel,
Stenosis pulmonal, Overriding aorta, dan Hipertrofi ventrikel kanan.
1. Defek septum ventrikel : adanya lubang di sekat pemisah bilik kiri (ventrikel
kiri) dengan bilik kanan (ventrikel kanan)
2. Stenosis pulmonal : penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik
kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan
3. Overriding Aorta : pembuluh darah utama yang keluar dari bilik kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan :,penebalan otot bilik kanan akibat kerja keras
(karena jalan keluarnya terhambat) dan tekanan dalam rongga ini meningkat.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit
adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif , makin lama makin berat.

2.2 ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –factor
tersebut antara lain :
Faktor Endogen
1. Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1. Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin,
jamu)
2. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya, pajanan terhadap
faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada
minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

3|tetralogi fallot
2.3 PATOFISIOLOGI
Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek
septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel
kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel
subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat
dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi
aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis
pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada
tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding
aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda
ventrikel kanan.
Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan
bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot. Itulah sebabnya suatu defek septum
ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya,
tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum
infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum
antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi
infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah
didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel
kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi
fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang
berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi
tekanan sistemik
Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama. Berat ringanya sianosis
ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan
arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan
adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa
pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan.
Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini
menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi
ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping
itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan,
kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-
cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya.
Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries )

4|tetralogi fallot
PATWAY
Terpapar faktor endogen & eksogen
selama kehamilan trimester I-II

Kelainan jantung kongenital sianotik : Tetralogi fallot

Stenosis pulmonal Defek septum ventrikel Overiding aorta

Obstruksi >>> berat Tek. sistolik puncak ventrikel


kanan = kiri

Pirau kanan --kiri


Aliran Obstruksi aliran darah
darah paru keluar vent kanan

O2 dlm darah Hipertrofi Aliran darah Percampuran darah


aorta  kaya O2 dg CO2
vent kanan

Hipoksemia
Kongestif
Penurunan Kardiak Output
vena
Sesak Sianosis (blue spells)

Hipoksia & laktat ↑


Oedema Kelemahan tubuh
perifer O2 di otak
Asidosis metabolik

kesadaran
Hipoksemia

Peningkatan
volume cairan Perubahan perfusi jaringan
tubuh  Gangguan Pertukaran gas Serebral
 Krg pengetahuan orang tua
:diagnostik,prognosis&perawatan

Kompensasi

Polisitemia
Bayi/ anak cepat lelah : Jangka panjang sirkulasi kolateral
jika menetek,berjalan,
beraktifitas
Trombosis Perdarahan

PK : Embolisme paru I. PK : Syok Hipovolemik


II. Gangguan perfusi jaringan
Intoleransi aktivitas
tubuh

5|tetralogi fallot
Gangguan nutrisi kurang Cemas
dari kebutuhan tubuh

2.4 MANIFESTASI KLINIS


1. Sianosis muncul setelah beberapa bulan : jarang tampak pada saat lahir dan
bertambah berat secara progresif
2. Serangan hipersianotik
a. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan
b. Sianosis akut
c. Iritabilitas system syaraf pusat yang dapat berkembang sampai lemah dan
pingsan dan akhirnya menimbulkan kejang, stroke dan kematian (terjadi pada
35 % kasus)
3. Jari tubuh ( Clubbing finger )
4. Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat setelah beberapa tahun
mengalami sianosis dan polisitemia berat
5. Posisi jongkok klasik mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dan
meningkatkan aliran darah pulmoner dan oksigenisasi arteri sistemik
6. Gagal tumbuh
7. Anemia menyebabkan perburukan gejala
a. Penurunan toleransi terhadap latihan
b. Peningkatan dispneu
c. Peningkatan frekuensi hiperpnea proksismal
d. Asidosis
e. Murmur ( sistolik dan continue )
f. Posisi lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihan

2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi dari gangguan ini antara lain :
1. Penyakit vaskuler pulmonel
2. Deformitas arteri pulmoner kanan
3. Perdarahan hebat terutama pada anak dengan polistemia
4. Emboli atau thrombosis serebri, resiko lebih tinggi pada polisistemia, anemia,
atau sepsis
5. Gagal jantung kongestif jika piraunya terlalau besar
6. Oklusi dini pada pirau
7. Hemotoraks
8. Sianosis persisten
9. Efusi pleura
10. Trombosis Pulmonal
11. Anemia relative

6|tetralogi fallot
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan
hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH. Pasien dengan Hg dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah

2.7 PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan
dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan
dengan pemberian
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam
spuit, dosis awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan

7|tetralogi fallot
curah jantung, sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik
membawa oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN TETRALOGI FALLOT


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Anamnese
a. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa
resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin,
jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali.
c. Riwayat psikososial/ perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.

2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada
membran muksa, gigi sianotik

8|tetralogi fallot
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,

2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologis : Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu
berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar
dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya
malformasi jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis, serangan

9|tetralogi fallot
sianotik akut)
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan
dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
5. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena
6. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7. Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/ prognosis penyakit anak b.d
kurangnya paparan informasi
8. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi tentang
penyakit

C. INTERVENSI
1. Dx I : Gangguan pertukaran gas b.d penurunan alian darah ke pulmonal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
kembali lancar
NOC : Respiratory status : Gas Exchange
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi
b. Oksigen yang adekuat
c. Memelihara kebersihan paru
d. Bebas dari tanda distress pernafasan
e. TTV dalam rentang normal
Indicator skala :
1 = Selalu menunjukan
2 = Sering menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Jarang menunjukan
5 = tidak pernah menunjukan
NIC : Respiratory Monitoring
Intervensi :
a. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
b. Monitor suara napas
c. Auskultasi suara napas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
d. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas
e. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
f. Monitor TTV

2. Dx II : Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder


dengan adanya malformasi jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan
curah jantung efektif
NOC : Status Sirkulasi
Kriteria Hasil :

10 | t e t r a l o g i f a l l o t
a. Sistolik dan diastolik dalam batas normal
b. Denyut jantung dalam batas normal
c. Oedem perifer tidak ada
d. Gas darah dalam batas normal
Indikator skala :
1 = Ekstrem
2 = Kuat
3 = Ringan
4 = Sedang
5 = Tidak ada gangguan
NIC : Regulasi Hemodinamik
Intervensi :
a. Pantau denyut perifer, waktu pengisian kapiler, dan suhu serta warna
ekstremitas
b. Pantau dan dokumentasikan denyut jantung, irama dan nadi.
c. Pantau asupan/ haluaran urin, dan berat badan pasien dengan tepat
d. Minimalkan/ hilangkan stressor lingkungan
e. Pasang kateter jika diperlukan

3. Dx III : Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi ( anoxia kronis,


serangan sianotik akut)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama proses keperawatan diharapkan
perfusi jaringan efektif
Noc : Perfusi jaringan perifer
Kriteria Hasil :
a. Fungsi otot utuh
b. Kulit utuh, warna normal
c. Denyut proximal dan perifer distal kuat dan simetris
Indikator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
NIC : Perawatan sirkulasi
Intervensi :
a. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif
b. Kaji tingkat rasa tidak nyaman/ nyeri
c. Pantau status cairan meliputi asupan dan haluaran
d. Rendahkan ekstremitas untuk menigkatkan sirkulasi arteri yang tepat.
e. Anjurkan latihan gerak aktif/pasif selama tirah baring

4. Dx IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq


selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu

11 | t e t r a l o g i f a l l o t
makan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan BB stabil, pasien bebas dari tanda -tanda malnutrisi dan
pasien dapat mengumpulkan energi untuk beraktivitas kembali.
NOC : Nutritional status:food and fluid intake.
Kriteria Hasil :
a. Asupan nutrisi.
b. Asupan makanan dan cairan.
c. BB meningkat.
d. Kekuatan dapat terkumpul kembali.
e. Stamina
Indicator Skala :
1 = Tidak pernah menujukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan
NIC : 1. Nutrition Management 2. Nutrition terapi
Intervensi :
NIC I : Nutrition Management
a. Kaji BB
b. Berikan makanan tinggi kalori untuk peningkatan energi.
c. Berikan makanan tinggi Na.
d. Tingkatkan makanan yang mengandung protein,vitamin dan besi
apabila dianjurkan.
NIC II : Nutrition terapi
a. Berikan lingkungan nyaman pada saat pasien makan.
b. Lakukan perawatan mulut sebelum pasien makan.
c. Sediakan makanan yang menarik untuk pasien agar pasien merasa tertarik.
d. Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus diberikan.

5. Dx V : Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan tidak ada oedem pada
tubuh
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
a. Tekanan darah normal.
b. Denyut nadi normal.
c. Denyut nadi teraba.
d. Tidak terjadi acites/oedema pada perut.
e. Masukan selama 24 jam seimbang.
f. Penegangan pada vena jugularis tidak teraba.
g. Turgor kulit baik.

12 | t e t r a l o g i f a l l o t
Indikator skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Sering menunjukkan.
5 : Selalu menunjukkan.
NIC : Fluid/Electrolyte management.
Intervensi :
a. Kaji keadaan umum pasien.
b. Kaji tanda-tanda vital.
c. Monitor tanda dan gejala peningkatan retensi urine.
d. Pantau masukan dan keluaran urine serta hitung keseimbangan cairan.
e. Berikan/batasi ciaran tergantung pada status volume cairan.
f. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan ( Diuretik)

6. Dx VI : Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas cukup.
NOC : Activity tolerance
Kruteria hasil :
a. Pola napas dalam rentang normal
b. Warna kulit normal
c. Kemampuan untuk berbicara saat aktivitas
d. Kebutuhan oksigen aktivitas terpenuhi
Indicator skala :
1 = Selalu menunjukan
2 = Sering menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Jarang menunjukan
5 = Tidak pernah menunjukan
NIC : Activity Therapy
Intervensi :
a. Tentukan kesedian pasien untuk meningkatkan aktivitas sesuai kondisi
fisik
b. Bantu pasien untuk memilih aktivitas yang sesuai kondisinya
c. Bantu pasien untuk fokus dalam melakukan aktivitasnya
d. Monitor emosiaonal, fisik dan spiritual terhadap aktivitas
e. Bantu keluarga memonitor peningkatan aktivitas ke arah tujuan

7. Dx VII : Kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak b.d


kurangnya paparan informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penegtahuan
keluarga pasien menjadi adekuat.
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit

13 | t e t r a l o g i f a l l o t
Kriteria Hasil :
a. Mendeskripsikan proses penyakit
b. Mendeskripsikan factor penyebab
c. Mendeskripsikan factor resiko
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala
e. Mendeskripsikan komplikasi
Indicator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan

NIC : Mengajarkan proses penyakit


Intervensi :
a. Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengar (mental, kemampuan
untuk melihat, mendengar, kesiapan emosional, bahasa dan budaya)
b. Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala)
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang dapat mencegah atau mengontrol
proses penyakit.
e. Diskusikan tentang terapi atau perawatan.

8. Dx VIII : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau


informasi tentang penyakit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cemas teratasi.
NOC : Anxiety control
Indicator skala ;
a. Monitor intensitas cemas
b. Menyingkirkan tanda kecemasan
c. Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
d. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC : Anciety Reduction
Intervensi
a. Tenangkan pasien dan keluarga
b. Berikan informasi pada pasien dan kelurga tentang diagnosa, prognosis
dan tindakan

14 | t e t r a l o g i f a l l o t
c. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan
d. Berusaha memahami keadaan pasien dan keluarga
e. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
f. Tentukan kemampuan pasien dan kelurga untuk mengambil keputusan

D. EVALUASI
No Kriteria hasil Indikator skala
1 a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi 1 = Selalu menunjukan
b. Oksigen yang adekuat 2 = Sering menunjukan
c. Memelihara kebersihan paru 3 = Kadang menunjukan
d. Bebas dari tanda distress pernafasan 4 = Jarang menunjukan
e. TTV dalam rentang normal 5 = Tidak pernah
menunjukan

2 1 = Ekstrem
a. Sistolik dan diastolik dalam batas normal 2 = Kuat
b. Denyut jantung dalam batas normal 3 = Ringan
c. Oedem perifer tidak ada 4 = Sedang
d. Gas darah dalam batas normal 5 = Tidak ada gangguan

3 a. Fungsi otot utuh 1 = Ekstrem


b. Kulit utuh, warna normal 2 = Berat
c. Denyut proximal dan perifer distal kuat dan 3 = Sedang
simetris 4 = Ringan
5 = Tidak terganggu
4 a. Asupan nutrisi. 1 = Tidak pernah
b. Asupan makanan dan cairan. menujukkan
c. BB meningkat. 2 = Jarang menunjukkan
d. Kekuatan dapat terkumpul kembali. 3 = Kadang menunjukkan
e. Stamina 4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukan

5 a. Tekanan darah normal. 1 = Tidak pernah


b. Denyut nadi normal. menujukkan
c. Denyut nadi teraba. 2 = Jarang menunjukkan
d. Tidak terjadi acites/oedema pada perut. 3 = Kadang menunjukkan
e. Masukan selama 24 jam seimbang. 4 = Sering menunjukkan
f. Penegangan vena jugularis tidak teraba. 5 = Selalu menunjukan
g. Turgor kulit baik.

15 | t e t r a l o g i f a l l o t
6 a. Pola napas dalam rentang normal 1 = Selalu menunjukan
b. Warna kulit normal 2 = Sering menunjukan
c. Kemampuan untuk berbicara saat aktivitas 3 = Kadang menunjukan
d. Kebutuhan oksigen aktivitas terpenuhi 4 = Jarang menunjukan
5 = Tidak pernah
menunjukan
7 a. Mendeskripsikan proses penyakit 1 = Tidak pernah dilakukan
b. Mendeskripsikan factor penyebab 2 = Jarang dilakukan
c. Mendeskripsikan factor resiko 3 = Kadang dilakukan
d. Mendeskripsikan tanda dan gejala 4 = Sering dilakukan
e. Mendeskripsikan komplikasi 5 = Selalu dilakukan

8 a. Monitor intensitas cemas 1 = Tidak pernah dilakukan


b. Menyingkirkan tanda kecemasan 2 = Jarang dilakukan
c. Mencari informasi untuk mengurangi 3 = Kadang dilakukan
kecemasan 4 = Sering dilakukan
d. Menggunakan teknik relaksasi untuk 5 = Selalu dilakukan
menurunkan kecemasan

BAB III
PENUTUP

16 | t e t r a l o g i f a l l o t
3.1 Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongenital yang dikenal sebagai tetralogi fallot antara lain defek
septum ventrikuler, overriding aorta, stenosis pulmonal, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Penyebab tetralogi fallot terdiri dari 2 faktor, yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan
tetralogi fallot umumnya akan mengalami keluhan sesak saat beraktivitas, berat badan bayi
yang tidak bertambah, clubbing fingers, dan sianosis. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain
pemeriksaan darah, foto thorax, elektrokardiografi, ekokardiografi.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk kalangan umum. Kami
sebagai penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Atas kritik, saran, dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

17 | t e t r a l o g i f a l l o t
https://www.scribd.com/doc/296771170/Anak-Tetralogi-Fallot
https://www.alodokter.com/tetralogy-of-fallot
https://www.academia.edu/8913791/Makalah_kel_blok_19_tof

18 | t e t r a l o g i f a l l o t

Anda mungkin juga menyukai