Anda di halaman 1dari 5

3.

Inhibitor Trombosit
Aspirin, inhibitor trombosit yang paling luas digunakan, menghambat
tromboksan 𝐴2 , suatu agonis trombosit, dan mencegah pembentukan thrombus
dan vasokontriksi arteri. Aspirin digunakan untuk mengurangi mortalitas pada
pasien yang mengalami IMA; mengurangi insiden IMA non-fatal dan mortalitas
pada pasien yang mengalami angina stabil, angina tidak stabil, atau infark
miokardium sebelumnya; dan mencegah penutupan tandur setelah bedah tandur
bypass arteri koronaria (TBAK) dan thrombus arteri koronari setelah angioplasty.
Aspirin juga diindikasikan untuk mengurangi resiko stroke nonfatal dan kematian
pada pasien yang memiliki riwayat stroke iskemik atau iskemia sementara akibat
embolus trombosit. Pasien dengan riwayat intoleransi aspiron, perdarahan GI atau
GU, ulkus peptikum, insufisiensi ginjal atau hati yang berat, atau gangguan
perdarahan tidak boleh mendapatkan aspirin.
Dosis aspirin yang umum berkisar dari 75 sampai 325 mg setiap hari.
Pasien dapat meminum aspirin selama beberapa minggu atau tidak tentu
bergantung pada indikasi. Pasien yang mengalami SKA harus segera mengunyah
160 sampai 325 mg aspirin, kecuali jika dikontraindikasikan. Aspirin 325 mg
supositoria direkomendasikan untuk pasien yang tidak mampu meminum obat
oral atau untuk pasien yang mengalami mual berat, muntah atau gangguan GI
atas. Aspirin dapat menyebabkan nyeri lambung, mual, muntah, perdarahan GI,
hemoragi intracranial atau subdural, trombositopenia, koagulopati, dan masa
protombin memanjang.
Antagonis reseptor adenosin difosfat, yakni tiklopidin dan klopidogrel
mencegah aktivasi trombosit dan agregasi trombosit yang disebabkan oleh
adenosine difosfat, yang menyebabkan inhibisi fungsi trombosit yang ireversibel
dan nonkompetitif. Tiklopidin terutama digunakan untuk pasien yang tidak dapat
menoleransi aspirin. Dosis 250 mg diberikan dua kali sehari bersama makanan
untuk meningkatkan absorpsi dan meminimalkan iritasi GI. Dosis muatan 500 mg
dapat diberikan untuk mencapai inhibisi trombosit lebih cepat. Inhibisi agresi
trombosit maksimum terjadi setelah 8 sampai 11 hari terapi. Setelah pemberian
tiklopidin dihentikan, waktu perdarahan dan fungsi trombosit kembali normal
dalam 2 minggu. Efek merugikan tiklopidin yang utama antara lain perdarahan,
neutropenia, agranulositosis, purpura trombositopenik trombotik, peningkatan
aminotransferase hati, dan iritasi GI.
Klopidogrel diindikasikan untuk mengurangi terjadinya aterosklerotik
yang baru pada pasien yang mengalami aterosklerosis seperti yang dibuktikan
oleh stroke atau IMA baru-baru ini atau penyakit perifer. Obat ini biasanya
digunakan selama 4 minggu setelah pemasangan stent arteri koronari dan
merupakan alternative aspirin. Pada percobaan Clopidogrel versus Aspirin in
Patients at Risk of Ischemic Events (CAPRIE), pasien yang menderita penyakit
aterosklerotik secara random ditentukan untuk mendapatkan klopidogrel dan
aspirin. Pasien yang mendapatkan klopidogrel memiliki angka reduksi 8,7% pada
episode stroke iskemik, IMA, atau kematian vaskuler, plus secara signifikan
mengurangi gangguan GI dan hemoragi GI. Dosis klopidogrel adalah 75 mg
setiap hari dengan atau tanpa makanan. Dosis muatan 300 sampai 600 mg sering
kali digunakan untuk mencapai awitan aksi yang cepat. Klopidogrel mencapai
inhibisi trombosit keadaan tetap setelah 3 sampai 7 hari terapi. Setelah pemberian
klopidogrel dihentikan, waktu perdarahan dan fungsi trombosit kembali normal
dalam 3 sampai 7 hari. Efek merugikan klopidogrel yang utama antara lain
gangguan perdarahan, gangguan GI, purpura trombositopenik trombotik, dan
neutropenia. Pasien yang mendapatkan klopidogrel sedikit yang mengalami
gangguan GI, hemoragi, dan fungsi hati abnormal daripada pasien yang mendapat
aspirin.
Kontra indikasi Inhibitor IIb/IIIa
a. Perdarahan internal
b. Neoplasma intracranial, malformasi
arteriovenosa, atau aneurisma
c. Stroke
d. Stroke hemoragik
e. Trombositopenia
f. Disesksi aorta
g. Pembedahan atau trauma yang baru terjadi
h. Hipertensi berat
i. Perikarditis
j. Penggunaan bersama inhibitor GP IIb/IIIa
yang lain
k. Ketergantungan pada dialysis atau kreatinin
serum ≥ 4,0 mg/dl (eptifibatid)

Tiga antagonis reseptor GP IIb/IIIa saat ini tersedia dan meliputi


abciximab, tirofiban, dan eptifibatid. Obat tersebut menghambar reseptor GP
IIb/III, alur umum terakhir untuk agregasi platelet, menghambat pembentukan
thrombus, dan mencegah agregasi platelet. Kontra indikasi Inhibitor IIb/IIIa efek
merugikan untuk kelas obat ini antara lain perdarahan, trombositopenia, stroke
dan reaksi alergi.
Banyak percobaan klinis dilakukan untuk mengevaluasi antagonis reseptor
GP IIb/IIIa. Para peneliti melaporkan bahwa eptifibatid dan absiksimab secara
signifikan mengurangi titik akhir gabungan kematian, IMA, dan revaskuiarisasi
pembuluh darah target 30 hari dan 6 bulan setelah pemasangan stent. Penggunaan
kombinasi pemasangan stent arteri koronari plus absiksimab lebih efektif
daripada alteplase dalam menyelamatkan miokardium dan mengurangi kematian,
reinfark , dan stroke pada 6 bulan. Untuk pasien yang mengalami IMA,
absiksimab dan alteplase dosis-separuh menghasilkan reperfusi coroner yang lebih
baik daripada hanya alteplase dosis-penuh. Pada percobaan Platelet Receptor
Inhibitor in Ischemic Syndrome Management (PRIMS), pasien yang mengalami
angina tidak stabil atau NQWMI yang mendapatkan tirofiban secara signifikan
memiliki angka morbilitas yang lebih rendah daripada pasien yang mendapatkan
heparin. Para peneliti Platelet Receptor Inhibitor in Ischemic Syndrome
Management Signs and Symptoms (PRIMS-PLUS) meneliti pasien yang
mengalami angina tidak stabil resiko lebih tinggi dan NQWMI dan melaporkan
bahwa pasien yang diobati dengan tirofiban dan heparin secara signifikan
memiliki insiden kematian, IMA, dan Iskemia refraktori yang lebih rendah pada 7
hari, 30 hari, dan 6 bulan daripada pasien yang diobati dengan heparin.
Berdasarkan temuan yang menggembirakan ini, Guidelines fot the Management of
Patiens With Acute Myocardial Infarction merekomendasikan inhibitor GP
IIb/IIIa untuk pasien yang mengalami IMA non-elevasi segmen ST yang memiliki
gambaran resiko tinggi atau Iskemia refraktori, jika mereka tidak memiliki
kontraindikasi akibat resiko perdarahan.

Tabel Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa


Absiksimab Eptifibatid Tirofiban
IKP SKA non-elevasi
SKA non-elevasi
USA yang tidak segmen ST,
segmen ST, yang
berespons terhadap mencakup pasien
mencakup psien
Indikasi terapi konvensional yang ditangani
yang ditangani
dan ktika IKP secara medis atau
secara medis atau
direncanakan dengan IKP
dengan IKP
dalam 24 jam IKP
IKP : 0,25 mg/kg SKA : 180 µg/kg 0,4 µg/kg/menit
IV 10-60 menit bolus IV, kemudian IV selama 30
sebelum IKP, infus 2 µg/kg/menit menit kemudian
kemudian 0,125 sampai 72 jam, infus IV 0,1
µg/kg/menit pulang atau TBAK. µg/kg/menit
(maksimum 10 Jika IKP dilakukan selama angiografi
µg/menit) selama lanjutkan infus 18- atau selama 12-24
12 jam 24 jam pasca IKP, jam setelah
yang angioplasti atau
USA dengan IKP memungkinkan aterektomi. Untuk
yang direncanakan sampai 96 jam pasien yang
: 0,25 mg/kg IV, terapi. Untuk pasien mengalami
kemudian 10 dengan kreatinin insufisiensi ginjal
µg/menit IV antara 2-4 mg/dl berat berikan
Dosis
selama 18-24 jam, kurangi infus setengah dari
yang selesai 1 jam sampai 1 kecepatan infus
setelah IKP µg/kg/menit yang biasa

IKP : 180 µg/kg


bolus IV segera
sebelm IKP,
kemudian mulai
infus IV 2
µg/kg/menit
kemudian ulangi
bolus 10 menit
setelah bolus
pertama sambil
melanjutkan infus
sampai pulang atau
sampai 18-24 jam.
Untuk pasien
dengan kreatinin
antara 2-4 mg/dl
kurangi infus
sampai 1
µg/kg/menit
Terapi Aspirin
& Heparin
Ya Ya Ya
secara
bersamaan
Fase pertama : 10 2,5 jam : fungsi 2 jam : fungsi
menit platelet kembali platelet kembali
Fase kedua : 30 normal sekitar 4 mendekati nilai
menit, tetap dalam jam setelah dasar 4-8 jam
Waktu Paruh
sirkulasi hingga 15 menghentikan infus setelah
hari dalam keadaan menghentikan
terikat dengan infus
trombosit

Keterangan :
1. IKP adalah Insiden Keselamatan Pasien ( setiap kejadian yang tidak
disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
cidera pada pasien ).
2. USA adalah Unstable Angina ( angina tidak stabil ).
3. SKA adalah Sindrom Koroner Akut
4. TBAK adalah Tandur Bypass Arteri Koronaria

Anda mungkin juga menyukai