Anda di halaman 1dari 10

1.

TUJUAN PENAUDITAN LAPORAN KEUANGAN


Dalam SA 200 (Paragraf 3) berbunyi ‘’Tujuan suatu audit adalah untuk
meningkatkan keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal itu dicapai
melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disusun,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku.’’ Dengan demikian auditor bertanggung jawab dalam mengumpulkan bukti
untuk memperoleh kesimpula apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar atau tidak
mungkin mencapai kesimpulan karena bukti tidak mencukupi, maka auditor
bertanggung jawab untuk menyatakan hal tersebut kepada pengguna laporan
keuangan dalam laporan audit. Berikut terdapat lima tahapan yang ditempuh auditor
dalam mengembangkan tujuan audit:
a) Memahami tujuan dan tanggung jawab suatu audit
b) Membagi laporan keuangan menjadi siklus-siklus
c) Memahami asersi-asersi manajemen tentang laporan keuangan.
d) Memahami tujuan umum audit untuk golongan-golongan teransaksi, akun-akun,
dan pengungkapannya.
e) Memahami tujuan khusus audit untuk kelompok-golongan transaksi, akun-akun,
dan pengungkapannya.
2. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
Dalam SA 200 menyatakan bahwa suau audit bedasarkan SA dilaksanakan dengan
asumsi bahwa manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
a) Menyususn laporan keuangan, sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang
berlaku.
b) Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang memungkinkan
penyusunan lapora keuangan bebas dari kesalahan penyajian material, baik
disebabkan oleh kcurangan maupun kesalahan.
c) Menyediakan akses keseluruh informasi seperti catatan akuntansi, menyediakan
informasi tambahan dari manajemen, dan menyediakan akses tidak terbatas ke
orang-orang dalam entitas untuk auditor.
3. TANGGUNGJAWAB AUDITOR
Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
yaitu:
a) Memperoleh keyakinan tentang apakah laporan keuangan secar keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik disebabkan oleh kecurangan ataupun
kesalahan.
b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana
ditentukan oleh SA bedasarkan temuan auditor.
4. PENDEKATAN SIKLUS DALAM PENGAUDITAN
Audit atas laporan keuangan biasanya dilakukan dengan cara memecah
laporan keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Terdapat
berbagai cara untuk melakukan segmentasi audit. Salah satunya dengan pendekatan
siklus.
Pendekatan siklus adalah cara pemecahan suatu audit dengan menempatkan
jenis transaksi dan saldo akun yang berkaitan erat dalam segmen yang sama. Dengan
menggunakan pendekatan siklus, proses pengauditan berjalan lebih efisien, karena
pendekatan ini mengikuti aliran pencatatan dalam jurnal dan peringkasannya di buku
besar serta laporan keuangan. Pendekatan siklus menggabungkan transaksi-transaksi
yang dicatat dalam jurnal yang berbeda-beda dengan saldo akun buku besar yang
dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu contoh siklus yang ditetapkan
auditor dalam pengauditan lapran keuangan, yaitu:
 Siklus penjualan dan pengumpulan piutang
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang merupakan siklus utama, karena
penerimaan kas dari piutang dalam jurnal penerimaan kas merupakan aliran kas
masuk yang utama dari operasi ke akun kas di bank.
 Siklus pembelian dan pembayaran
Siklus pembelian dan pembayaran berkaitan erat dengan siklus perolehan modal
dan pengembaliannya. Transaksi-transaksi dalam siklus pembelian dan
pembayaran meliputi pembelian persediaan, supplies, serta barang dan jasa untuk
keperluan operasi.
 Siklus penggajian dan personalia
Siklus penggajian dan personalia berkaitan dengan trasaksi gaji kayawan, dan
pajak penghasilan karyawan.
 Siklus persediaan dan penggudangan
Siklus persediaan dan penggudangan berkaitan erat dengan semua siklus lainnya.
Contohnya harga pokok persediaan meliputi bahan baku (berhubungan dengan
siklus pembelian dan pembayaran), biaya tenaga kerja langsung (berkaitan
dengan siklus penggajian dan personalia)
 Siklus perolehan modal dan pengembaliannya
Transaksi-transaksi dalam siklus perolehan modal dan pengembaliannya
berkaitan dengan pendanaan perusahaan, seperti penerbitan saham, penarikan
utang, serta pembayaran dividen. Perbedaan siklus ini dengan siklus pembelian
dan pembayaran adalah siklus ini berkaitan dengan pendanaan perusahaan, bukan
untuk operasi.
5. PENETAPAN TUJUAN AUDIT
Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus,
auditor melakukan hal berikut:
 Pengujian atas transaksi-transaksi yang membentuk saldo akhir tahun
 Pengujian audit atas saldo akhir akun
 Pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan
Untuk setiap golongan transaksi dilakukannya tujuan spesifik audit untuk
golongan transaksi, yaitu memenuhi tujuan audit sebelum auditor dapat menarik
kesimpulan bahwa transksi dicatat dengan tepat. Contohnya tujuan spessifik audit
untuk transaksi penjualan dan transaksi retur penjualan.
Tujuan audit yang kedua yaitu memenuhi tujuan audit untuk setiap saldo akun
yang dinamakan tujuan spesifik audit untuk saldo. Contohnya tujuan spesifik untuk
audit saldo piutang usaha dan utang usaha.
Tujuan audit yang ketiga yaitu berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan yang dinamakan tujuan spesifik audit penyajian
dan pengungkapan. Contohnya tujuan spesifikasi audit untuk penyajian dan
pengungkapan piutang usaha dan persediaan.
6. ASERSI-ASERSI MANAJEMEN
Asersi-asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara
eksplisit (jelas) atau implisit (tidak jelas) tentang golongan transaksi dan saldo akun
yang bersangkutan serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen
berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan keuangan yang digunakan perusahaan,
karena hal itu merupakan kriteria yang digunakan manajemen dalam mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Dalam SA 315 (Para 111) mengelompokkan asersi-asersi menjadi tiga kategori,
yaitu:
a) Asersi-asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk periode yang diaudit.
Asersi-asersi ini diterapkan pada kejadian lain yang tercermin dalam catatan
akuntansi, seperti pencatatan depresiasi.
 Keterjadian
Asersi ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dan
dicantumkan dalam laporan keuangan benar terjadi pada periode akuntansi yang
bersangkutan. Asersi keterjadian berhubungan dengan kemungkinan
dimasukkannya transaksi yang seharusnya tidak dicatat.
 Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi yang seharusnya
dicantumkan dalam laporan keuangan benar telah dilakukan. Asersi ini
berhubungan dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang seharusnya
dicatat.
 Keakurasian
Asersi ini berhubungan dengan jumlah data yang berkaitan dengan transaksi
telah dibukukan dan dicatat dengan tepat.
 Klasifikasi
Asersi ini berhubungan dengan apakah transaksi telah dibukukan dalam akun
yang tepat.
 Pisah Batas
Asersi ini berhubungan dengan apakah transaksi dilakukan pada periode yang
akuntansi yang tepat.
b) Asersi-asersi tentang saldo akun pada akhir periode.
Asersi tentang saldo akhir tahun berhubungan dengan keberadaan, kelengkapan,
penilaian, dan pengalokasian, dan hak dan kewajiban.
 Keberadaan
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang
dicantumkan dalam neaca benar ada pada tanggal neraca.
 Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah selurh akun dan jumlah yang dicantumka
dalam laporan keuangan benar telah dicantumkan.
 Penilaian & Pengalokasian
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas dimasukkan
dengan jumlah yang tepat, termasuk penyusaian penilaian agar jumlah aset
mencerminkan nilai bersih bisa direalisasi.
 Hak & Kewajiban
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset adalah hak entitas dan apakah
liabilitas adalah kewajiban enitas pada tanggal neraca.
c) Asersi-asersi tentang penyajian dan pengungkapan.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan meliputi keterjadian, hak&kewajiban,
kelengkapan, keakurasian dan penilaian, dan klasifikasi dan keterpahaman.
 Keterjadian dan Hak & kewajiban
Asersi ini berhubungan dengan apakah kejadian yang diungkapkan telah terjadi
dan merupakan hak dan kewajiban dari entitas.
 Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh pengungkapan yang disyaratkan
telah dicantumkan dalam laporan keuangan.
 Keakurasian dan Penilaian
Asersi ini berhubungan dengan apakah informasi keuangan telah diuangkapkan
dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat.
 Klasifikasi dan keterpahaman
Asersi ini berhubungan dengan apakah jumlah telah digolongkan dengan tepat
dalam laporan keuangan dan apakah penjelasan atas saldo dan
pengungkapannya dapat dipahami.
7. TUJUAN AUDIT ATAS GOLONGAN TRANSAKSI
Tujuan audit atas golongan terdapat tujuan umum dan tujuan spesifik. Berikut ini
terdapat enam tujuan umum audit transaksi yang akan dibahas berlaku untuk semua
golongan transaksi dan dirumuskan secara umum.
a) Tujuan Umum Audit Transaksi
 Keterjadian, dimana transaksi yang dibukukan benar-benar terjadi.
 Kelengkapan, dimana transaksi yang terjadi telah dibukukan.
 Keakurasian, dimana transaksi telah dicatat dengan jumlah benar.
 Postingan dan pengikhtisarian, dimana transaksi yang dicatat telah dimasukkan
dengan benar ke dalam master file dan dibuat ikhtisarnya dengan benar.
 Penggolongan, dimana transaksi yang dicatat dalam jurnal klien telah
digolongkan dengan tepat.
 Ketepatan watu, dimana transaksi telah dibukukan pada tanggal yang tepat.
b) Tujuan Spesifik Audit Transaksi
 Keterjadian, dimana penjualan yang telah dibukukan adalah untuk transaksi
pengiriman barang bukan kepada pembeli fiktif.
 Kelengkapan, dimana transaksi penjualan yang terjadi telah dibukukan.
 Keakurasian, dimana penjualan yang telah dibukukan adalah untuk jumlah
barang yang telah dikirim dan telah difaktur serta dibukukan dengan benar.
 Penggolongan, dimana transaksi penjualan telah digolongkan dengan benar.
 Pisah batas, dimana transaksi penjualan dibukukan pada tanggal yang tepat.
8. TUJUAN AUDIT SALDO AKUN
Tujuan audit ini mengikuti asersi-asersi manajemen dan memberi kerangka kerja
untuk membantu auditor dalam mengumpulakn bukti komponten yang cukup untuk
saldo-saldo akun yang bersangkutan. Tujuan audit saldo akun terbagi atas tujuan
umum dan tujuan spesifik. Dalam menerapkan tujuan audit saldo akun untuk
mengaudit saldo akun, auditir mengumpulkan bukti untuk memeriksa rincian yang
mendukung saldo akun, tidak semata-mata memeriksa saldo akun itu sendiri.
a) Tujuan Umum Audit Saldo Akun
 Keberadaan, tujuan ini berhubungan dengan apakah jumlah yang dicantumkan
dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan.
 Kelengkapan, tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah yang
seharusnya dimasukkan telah diikutsertakan dengan jumlah yang benar.
 Keakurasian, tujuan ini berkaitan dengan jumlah yang dicantumkan tlah
dinyatakan dalam jumlah yang benar.
 Penggolongan, tujuan ini menyangkut penentuan hal-hal yang dimasukkan
dalam daftar oleh klien telah dimasukkan dalam akun yang benar di buku
besar.
 Pisah batas, tujuan ini berkaitan dengan menentukan apakah trasaksi telah
dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang tepat.
 Kecocokan, tujuannya adalah apakah saldo yang rinci telah dibuat dengan
tepat dan teliti, dijumlah dengan benar, serta cocok dengan saldo buku besar.
 Nilai bersih bisa direalisasi, tujuan ini berkaitan dengan saldo akun yang telah
diturunkan dari biaya perolehan historis menjadi nilai bersih bisa direalisasi.
 Hak dan kewajiban, tujuan ini berkaitan dengan nilai aset yang dimiliki
sebelum bisa dimasukkan ke dalam laporan keuangan dan kewajiban yang
benar merupakan utang perusahaan.
b) Tujuan Spesifik Audit Saldo Akun
Setelah ditentukannya tujuan umum audit saldo akun, maka dapat
dikembangkan tujuan spesifik audit saldo untu setiap akun yang tercantum dalam
laporan keuangan. Semua tujuan umum audit saldo akun akan dikembangkan
pada tujuan spesifik audit saldo akun. Paling sedikit satu tujuan spesifik audit
saldo akun harus dimasukkan untuk setiap tujuan umum audit saldo akun.
9. TUJUAN AUDIT ATAS PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen
untuk penyajian dan pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujaun audit saldo
akun diterapkan pula untuk tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan.
a) Tujuan Umum Audit atas Penyajian dan Pengungkapan
 Keterjadian dan hak dan kewajiban
 Kelengkapan
 Keakurasian dan penilaian
 Penggolongan dan kejelasan
b) Tujuan Spesifik Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Untuk Utang Wesel
 Keterjadian dan hak dan kewajiban, dimana utang wesel dalam catatan benar
ada dan merupakan kewajiban perusahaan.
 Kelengkapan, dimana syarat pengungkapan utang wesel telah dicantumkan
dalam catatan kaki laporan keuangan.
 Keakurasian dan penilaian, dimana pengungkapan catatan kaki tentang utang
wesel telah dilakukan dengan teliti.
 Penggolongan dan kejelasan, dimana utang wesel digolongkan menjadi utang
jangka panjang dan pendek serta pengungkapan dilaporan keuangan dibuat
dengan jelas.
10. BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN AUDIT
Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut untuk setiap audit. Utuk
melakukan hal tersebut, auditor harus mengikuti suatu proses audit, yaitu metode
yang dirancang untuk memastikan diperolehnya bukti kompenten yang cukup, dan
tercapainya semua tujuan audit yang diperlukan. Berikut terdapat empat tahap dalam
audit laporan keuangan:
a) Perencanaan dan Perancangan Suatu Pendekatan Audit (tahap I)
 Mendapatkan pemahaman tentang entitas dan lingkungan. Dimana auditor
harus memiliki pemahaman yang cukup tentang bisnis klien, termasuk
pengetahuan, strategi, dan proses.
 Memahami pengendalian internal dan menetapkan risiko pengendalian.
Dimana risiko salah saji dapat berkurang bila klien memiliki pengendalian
yang efektif atas pengolahan transaksi. Auditor harus mengidentifikasi
pengendalian internal dan mengevaluasi efektifitasnya, suatu proses
menetapkan risko pengendalian.
 Menetapkan risiko kesalahan penyajian material. Dimana auditor
menggunakan pemahaman tentang bidang usaha klien serta efektifitas
pengendalian untuk menetapkan risiko kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan.
b) Pengujian Pengendalian dan Pengujuan Substantif Golongan Transaksi (tahap II)
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk menurunkan risiko
pengendalian direncanakan, bila pengendalian internal dinilai efektif, dan
melakukan pengujian substantif dengan menilai catatan transaksi yang dibuat
klien.
c) Prosedur Analitis dan Pengujian Rinci Saldo (tahap III)
Prosedur analitis menggunakan perbandingan untuk menetapkan apakah saldo
akun tampak masuk akal, sedangkan pengujian rinci saldo untuk menguji salah
saji material dalam saldo-saldo yang tercantum dalam laporan keuangan.
d) Penyelesaian Audit dan Penerbitan Laporan Audit
RINGKASAN MATA KULIAH

PENGAUDITAN II

TUJUAN PENGAUDITAN DAN TANGGUNGJAWAB AUDITOR

Oleh:

Komang Alda Cika Arisandi (1707532008)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
DAFTAR PUSTAKA

Jusuf, Al Haryono. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai