Kata kunci : Bekasi, Citra Landsa 7, Kekeringan, Lahan Sawah, LST, NDVI
ABSTRACT
ANIS PUSPA NINGRUM Drought Analysis on Paddy Field in North
Bekasi Region Using Landsat-7 Supervised by BOEDI TJAHJONO and
KHURSATUL MUNIBAH.
Indonesia is an archipelago country which is located in the equator and
sensitive to the climatological phenomenon, called El Nino and La Nina. The
symptoms of El Nino produces a dry climate, while La Nina produces excessive
wet weather in Indonesia. If the La Nina phenomenon occurs in the Pacific Ocean,
Indonesia is threatened by floods, and in contrary if the El Nino phenomenon
happens, Indonesia is threatened by drought. The threat of drought predominantly
located in the eastern part of Indonesia, however it is also possible to occur in
western Indonesia, as happens in Bekasi, particularly those in sub-districts
Sukatani, Karang Bahagia, Sukakarya, Cabangbungin and Muara Gembong. The
aims of this study are (1) to conduct the field indentification and classification of
paddy field areas suffered by drought in five districts mentioned above, (2) to
conduct the NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) and LST (Land
Surface Temperature) from Landsat -7 in five districts mentioned above, and (3)
to conduct a correlation analysis between drought in the field with the values of
NDVI and LST. Field drought assessment methods conducted qualitatively by a
particular category, while to assess NDVI and LST successively follow the
formula Rouse et al. (1973) and http://www.yale.edu/eco site. The results showed
that the drought that occurred in the study area is partly due to natural drought and
in part by anthropogenic drought. From 140 sample points obtained 32.25%
belong to a class not dry, 14.71% little dry, dry 15.68%, and 37.25% very dry.
From the results of the agricultural land is not dry and very dry dominant in the
study area. Analysis of NDVI and LST performed on multitemporal Landsat-7,
which is the image of the 2000, 2005, 2010, and 2014. The entire image is
selected from the same date of acquisition is in the dry months (June 22 to July
28). Based on the analysis it appears that NDVI in 2014 tend to have a lower
value than the previous years, contrary LST values tend to be higher in 2014 than
in previous years. The relationship between LST and NDVI is negative ie the
higher the temperature of the surface of the vegetation index decreases. The
drought field with NDVI and LST assessment shows that there is agree. The result
after do classification become 3 class, from 3 class obtained 54.6 ha belong to a
class not dry, 214.2 ha dry, and 19 ha very dry. From the result of the agriculture
land is dry dominant in the study area.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat,
anugrah dan karunia-Nya sehingga karya skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini berjudul Analisis Tingkat Kekeringan Lahan Sawah di
Wilayah Bekasi Utara Menggunakan Citra Landsat-7 dibuat dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Srata Satu
(S1) di Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc dan Ibu Dr. Khursatul Munibah, M.Sc
selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini.
2. Bapak Bambang Hendro Trisasongko, M.Sc selaku pembimbing awal
(sebelum menjalankan tugas ke luar negeri) yang telah memberikan ide
dan membantu dalam skripsi ini.
3. Bapak Dr Ir Baba Barus MSc sebagai dosen penguji yang telah
memeberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Roni Alifan, Ibu Siti Mae Saroh sebagai orang tua yang selalu
memberikan dukungan terhadap penulis serta Adik Intan Ikrima Nur
Kamila dan Salsabila Ayu Kumala dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang yang penuh terhadap penulis.
5. Koco Saguh Pribadi SP yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis.
6. Teman-teman Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan khususnya
kepada Angkatan 48.
7. Kakak Risqi I’anatus Sholihah yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian, serta abang, kakak, dan teman seperjuangan lab PPJ.
8. Warga Bekasi yang banyak membantu dalam pengumpulan data.
9. Teman-teman BEM FAPERTA yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.
10. Teman-teman BOJES dan Kos Putri 27 yang telah memberikan dukungan
kepada penulis.
Penulis berharap semoga segala kebaikan semua pihak yang telah banyak
membantu dan membeikan dukungannya mendapatkan balasan dari Allah
Subhanahu wa ta’ala. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu ke depannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Jenis Data dan Sumber Data 3
Prosedur Analisis Data 4
Tahapan Penelitian 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Identifikasi Kekeringan di Lapangan 9
Kondisi NDVI Daerah penelitian 11
Analisis Statistika Nilai NDVI 13
Kondisi LST Daerah Penelitian 15
Analisis Statistika Nilai LST 16
Analisis Hubungan Antara Data Kekeringan di Lapangan dengan Nilai
NDVI 18
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi Penelitian 3
2 Peta Titik-Titik Contoh Pengamatan lapang 9
3 Kondisi Kekeringan di Lokasi Penelitian 10
4 Gambar Irigasi Persawahan Daerah Penelitian 10
5 Grafik Curah Hujan Kabupaten Bekasi 11
6 NDVI Daerah Penelitian 12
7 Boxplot NDVI Tidak Kering 13
8 Boxplot NDVI Agak Kering 13
9 Boxplot NDVI Kering 14
10 Boxplot NDVI Kering Sekali 14
11 LST Daerah Penelitian 15
12 Boxplot LST Tidak Kering 16
13 Boxplot LST Agak Kering 17
14 Boxplot LST Kering 17
15 Boxplot LST Kering Sekali 18
16 Peta NDVI Tidak Kering 19
17 Peta NDVI Agak Kering 20
18 Peta NDVI Kering 21
19 Peta NDVI Kering Sekali 22
20 Peta hasil rklasifikasi NDVI lahan sawah 23
21 Peta LST tidak kering 25
22 Peta LST agak kering 26
23 Peta LST kering 27
24 Peta LST kering sekali 28
25 Peta hasil reklasifikasi LST lahan sawah 29
DAFTAR LAMPIRAN
1 Contoh kuesioner 34
2 Nilai NDVI 36
3 Nilai LST 38
4 Titik pengamatan lapang 41
5 Analisis LST 61
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai Februari 2015
dengan lokasi penelitian berada di dalam Kabupaten Bekasi. Secara geografis
Kabupaten Bekasi berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten
Karawang di sebelah Timur, DKI Jakarta dan Kota Bekasi di sebelah Barat, dan
Kabupaten Bogor di sebelah Selatan (Gambar 1). Secara administrasi wilayah
studi berada di dalam Kabupaten Bekasi yang mencakup 5 kecamatan yaitu:
Kecamatan- kecamatan Sukatani, Karang Bahagia, Sukakarya, Cabangbungin, dan
Muara Gembong .
Analisis data selama penelitian ini dilakukan di Divisi Penginderaan Jauh
dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang melalui pengamatan dan
wawancara dengan petani. Jenis-jenis data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
No Software Fungsi
1. Envi 4.5 Indeks Vegetasi, ROI (Region Of
Interest),
2. ArcGis 9.3 Persebaran titik pengamatan
3. Microsoft Office Excel 2010 Memasukkan data
4. Statistika 7 Analisis Statistika
Adapun alat yang digunakan untuk kerja lapang (field work) meliputi
Global Positioning System (GPS), kamera, buku, kuesioner dan alat tulis.
Analisis data berkaitan dengan tujuan penelitian, teknik analisis, dan luaran
yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis data yang digunakan, teknik analisis, dan luaran yang diharapkan.
Luaran
Tujuan
No Jenis data Teknik analisis yang
penelitian
diharapkan
1. Identifikasi Peta administrasi a. Cek lapang Titik-titik
lapangan kekeringan
terhadap
area-area
lahan sawah
yang
mengalami
kekeringan
2. Mengetahui a. Data primer a. Sistem Informasi Sebaran
persebaran setelah Geografis (koreksi Indeks
nilai-nilai pengecekan geometri, stacking, vegetasi dan
NDVI dan lapang, digitasi) data LST di
LST b. Citra b. ROI (Region Of wilayah
Landsat-7 Interest), NDVI penelitian
tahun 2000, (Normalized
2010, dan Difference Vegetation
2014, peta Index), LST (Land
administrasi Surface Temperature)
dan peta
jalan
3. Mengetahui Nilai-nilai NDVI Korelasi Hubungan
hubungan dan LST antara data
antara data kekeringan
kekeringan di lapangan
di lapangan dengan
dengan nilai- nilai-nilai
nilai NDVI NDVI dan
dan LST LST
5
Tahapan Penelitian
Keterangan :
NDVI = Normalized Difference Vegetation Index
NIR = Nilai pixel dari Saluran Inframerah Dekat (Band 4)
Red = Nilai pixel dari Saluran Merah (Band 3)
Keterangan :
= nilai sel atmosfer dikoreksi dengan pancaran
( the atmospherically corrected cell value as radiance )
= nilai sel sebagai pancaran dari Bagian 1
( the cell value as radiance from section 1)
L↑ = upwelling Radiance
t1 : 4,46 (2000)
t2 : 4,09 (2005)
t3 : 3,92 (2010)
t4 : 4,64 (2014)
L↓ = downwelling Radiance
t1 : 6,44 (2000)
t2 : 6,00 (2005)
t3 : 5,80 (2010)
t4 : 6,67 (2014)
τ = transmitansi
t1 : 0,43 (2000)
t2 : 0,50 (2005)
t3 : 0,52 (2010)
t4 : 0,41 (2014)
ε = emisivitas (biasanya 0,95)
( )
8
Keterangan :
T = derajat kelvin
CVR2 = nilai sel sebagai pancaran (dari Bagian 1)
Landsat TM Landsat ETM
K1 = 607,76 666,09
K2 = 1.260,56 1.282,71
T = 1282.71/alog(666.09/B1+1)
daerah penelitian terdapat beberapa saluran irigasi, yaitu saluran irigasi dari
bendungan Sungai Citarum, Sungai Kali Ciherang dan Sungai Kali Kranding.
Pada saat musim kemarau yang panjang air irigasi tidak mencukupi sehingga
dilakukan pemompaan seperti yang dapat dilihat pada gambar 4, selain
pemompaan air pada beberapa sungai tersebut di atas, ada juga petani yang
melakukan pengeboran sumur yang kemudian dialirkan ke sawah melalui pompa
dan selang.
Jika melihat penyebab kekeringan, maka hal ini sesuai dengan bentuk grafik
curah hujan seperti yang disajikan pada Gambar 4 yang dihasilkan dari
pengolahan data iklim (BMKG) Kabupaten Bekasi tahun 2014.
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dari Gambar 5 tersebut dapat dilihat bahwa bulan kering tahun 2014 yang
terjadi di Kabupaten Bekasi durasinya relatif panjang, yaitu antara bulan Maret
sampai dengan November. Dalam hal ini pada bulan Maret tampak mulai terjadi
penurunan jumlah curah hujan yang sangat signifikan, dan keadaan tersebut terus
terjadi sampai bulan Mei. Namun demikian pada bulan Juni sampai dengan Juli
curah hujan sedikit mengalami peningkatan dan kondisi curah hujan selanjutnya
menurun lagi pada bulan Agustus dan akhirnya tidak ada hujan lagi pada bulan
September sampai dengan bulan November. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa di daerah penelitian kekeringan mulai terjadi sejak bulan Maret sampai
dengan November. Sungguh pun demikian ada sebagian kecil dari lahan sawah di
daerah penelitian yang digolongkan sebagai lahan yang mengalami kekeringan
secara antropogenik (akibat ulah manusia), karena adanya saluran irigasi yang
rusak/tertutup, akibatnya lahan-lahan pertanian yang ada di wilayah hilirnya
mengalami kekeringan. Namun demikian bila dilihat secara umum dapat
dikatakan bahwa kekeringan yang terjadi adalah secara alami oleh curah hujan
yang rendah.
Secara statistika nilai-nilai NDVI dari data multi temporal ini dapat
dibandingkan, sehingga dapat diketahui pola-pola perubahan dari indeks vegetasi
yang diamati dari titik-titik tahun yang berbeda. Hasil analisis statistika disajikan
pada Gambar 7, 8, 9, dan 10 dalam bentuk boxplot dan hasil analisis boxplot ini
dapat digunakan untuk membaca keragaman nilai NDVI yang berada pada kisaran
quartil dan jangkauan quartilnya. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana
rentang nilai dari NDVI tersebut.
0.4
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
TK_2000 TK_2005 TK_2010 TK_2014
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
AK_2000 AK_2005 AK_2010 AK_2014
0.5
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
K_2000 K_2005 K_2010 K_2014
0.6
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
KS_2000 KS_2005 KS_2010 KS_2014
Berdasarkan Gambar 7 terlihat keragaman dari tahun 2000, 2010, dan 2014
tidak jauh berbeda yang dapat di lihat dari lebar kotak boxplot yang hampir sama.
Namun keragaman tingkat kekeringan tahun 2005 lebih besar dibanding tahun
2000, 2010, 2014 karena lebar kotak boxplot 2005 lebih besar sehingga nilai
NDVI dari tahun tersebut lebih beragam. Dalam Gambar 8 dan 9 dapat
ditunjukkan bahwa tahun 2000 memiliki nilai keragaman yang lebih besar
dibandingkan tahun 2005, 2010, dan 2014. Hal tersebut dapat dilihat dari lebar
kotak boxplot tahun 2000 lebih besar dari tahun setelahnya (2005,2010, 2014).
Sementara itu, pada Gambar 9 terlihat bahwa keragaman tingkat kekeringan tahun
15
2010 lebih besar dibanding dengan tahun 2000, 2005, dan 2014. Hal tersebut
dapat dilihat dari lebar kotak boxplot yang lebih besar di banding tahun yang
lainnya.
Berdasarkan Gambar 7 hingga 10 terlihat bahwa nilai kekeringan yang
didapat antara tahun 2000 hingga 2010 relatif sama, namun nilainya menjadi
berbeda untuk tahun 2014. Boxplot NDVI tahun 2014 memiliki nilai di luar rata-
rata dibandingkan dengan nilai rata-rata dari ketiga tahun sebelumnya yaitu
sebesar -0.1 sampai -0.3. Nilai NDVI yang negatif menandakan bahwa pada tahun
tersebut memiliki tingkat kehijauan yang rendah, sehingga adanya
mengindikasikan suatu gejala kekeringan.
Pada Gambar 11terlihat bahwa untuk citra tahun 2010 dan 2014 terdapat
adanya gangguan citra berupa garis-garis (stripping) yang meliputi wilayah utara
daerah penelitian. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan pada sensor optik di
wahana Landsat. Dari perbandingan empat LST (di luar wilayah stripping) di atas
tampak bahwa perubahan LST di daerah penelitian juga cukup dinamis.
Perbedaan nilai LST dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah
penutupan lahan, curah hujan, lama penyinaran matahari, tutupan awan, angin,
dan yang lainnya. Berdasarkan Gambar 11, LST tahun 2014 di wilayah
Kecamatan Muara Gembong (di bagian utara) tampak mempunyai warna yang
lebih cerah (putih) daripada tahun-tahun sebelumnya. Gejala seperti ini dapat
mengindikasikan bahwa di wilayah ini telah mengalami proses kekeringan.
Sementara itu untuk daerah Kecamatan Sukakarya (bagian tengah) terlihat rona
yang lebih gelap, yang menandakan bahwa suhu di daerah tersebut semakin
menurun. Hal tersebut mengindikasikan terjadinya perubahan kondisi penutupan
lahan, antara lain oleh adanya penghijauan di daerah tengah tersebut. Melihat pola
perbedaan LST di atas dapat disimpulkan bahwa nilai LST 2014 di daerah
penelitian tampak meningkat daripada tahun-tahun sebelumnya yang dapat
disebabkan oleh adanya gejala berkurangnya tutupan vegetasi seperti halnya
menurunnya nilai NDVI.
Hasil analisis statistika nilai-nilai LSTdari data tahun 2000, 2005, 2010,
dan 2014 disajikan dalam bentuk boxplot pada Gambar 12, 13, 14, dan 15. Hasil
analisis boxplot ini dapat digunakan untuk membaca keragaman nilai NDVI yang
berada pada kisaran quartil dan jangkauan quartilnya. Dengan demikian dapat
diketahui bagaimana rentang nilai dari NDVI tersebut.
320
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
315
310
305
300
295
290
285
280
275
TK_2000 TK_2005 TK_2010 TK_2014
320
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
315
310
305
300
295
290
285
280
AK_2000 AK_2005 AK_2010 AK_2014
320
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
315
310
305
300
295
290
285
280
K_2000 K_2005 K_2010 K_2014
320
Median 25%-75% Non-Outlier Range Outliers
Extremes
310
300
290
280
270
260
KS_2000 KS_2005 KS_2010 KS_2014
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui keterkaitan antara hasil
kerja lapangan (klasifikasi kualitatif kekeringan lahan sawah) dengan hasil
analisis NDVI (data penginderaan jauh). Analisis dilakukan melalui metode
tumpang-tindih (overlay) dan hasilnya disajikan pada Gambar 16, 17, 18, 19, dan
20. Dalam gambar-gambar tersebut titik hijau mewakili lokasi lahan sawah yang
tidak kering, titik biru = agak kering, titik kuning = kering, dan titik merah =
kering sekali. Pada Gambar 20 menunjukkan hasil reclassify dari kelas tidak
kering , kering, dan kering sekali. Dari hasil tersebut dapat diketahui luasan dari
masing-masing kelas yang telah di reclassify.
19
daripada lahan yang terindikasi kering di lapangan, sehingga nilai pixel pada titik
tersebut tercampur dengan nilai reflektan vegetasi di sekitarnya. Jika
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, seperti tahun 2000, tampak bahwa
di kecamatan-kecamatan Sukatani dan Karang Bahagia masih banyak terlihat
warna cerah (putih). Namun demikian perubahan mulai terjadi secara dinamis
sejak tahun 2005, 2010 sampai 2014. Hal ini dapat dilihat dari perubahan warna
yang semakin gelap, yang menunjukkan menurunnya areal vegetasi akibat adanya
pembangunan. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran
pixel citra dan ukuran lahan yang mengalami kekeringan sangat berpengaruh
terhadap kesesuaian antara nilai NDVI dengan klasifikasi tingkat kekeringan di
lapangan. Hasil reklasifikasi dari nilai NDVI dengan data dilapangan di sajikan
pada Gambar 20.
Legenda
Tidak Kering
Kering
Kering Sekali
Sama halnya dengan analisis hubungan NDVI di atas, tujuan dari analisis ini
adalah untuk mengetahui keterkaitan antara hasil kerja lapangan (klasifikasi
kualitatif kekeringan lahan sawah) dengan hasil analisis LST (data penginderaan
jauh). Analisis dilakukan melalui metode tumpang-tindih (overlay) dan hasilnya
disajikan pada Gambar, 21, 22, 23, dan 24. Dalam gambar-gambar tersebut titik
hijau = mewakili lokasi lahan sawah yang tidak kering, titik biru = agak kering,
titik kuning = kering, dan titik merah = kering sekali. Pada Gambar 25
menunjukkan hasil reclassify dari kelas tidak kering , kering, dan kering sekali.
Dari hasil tersebut dapat diketahui luasan dari masing-masing kelas yang telah di
reclassify.
Berdasarkan hasil analisis perbandingan antara klasifikasi kekeringan
lapangan dengan nilai LST di dapatkan bahwa nilai LST kelas tidak kering
memiliki nilai yang lebih rendah daripada kelas agak kering dan kering.
Sementara kelas kering sekali memiliki nilai LST yang sangat tinggi yaitu
mencapai angka 42°C (315°K). Pada pengamatan area-area kekeringan di
lapangan yang dilakukan pada tahun 2014 dan dicocokkan dengan nilai LSTnya
menunjukkan bahwa suhu permukaan tahun 2014 lebih tinggi daripada tahun-
tahun sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai LST yang sangat tinggi
pada tahun 2014 yaitu mencapai 42°C (315°K), sedangkan nilai tertinggi LST
pada tahun 2000, 2005, dan 2010 mencapai 36°C, 32°C, dan 33°C (309°K,
305°K, dan 306°K). Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
LST kering sekali memiliki suhu permukaan yang tinggi dan menyebabkan area
tersebut semakin kering dan panas.
Jika dikaitkan antara nilai-nilai NDVI dan LST pada daerah penelitian
terlihat bahwa terdapat adanya suatu pola hubungan yang negatif, dimana jika
suhu meningkat maka nilai indeks vegetasi (NDVI) cenderung turun dan demikian
sebaliknya. Hal ini di sebabkan suhu permukaan lahan yang meningkat akan
menyebabkan pertambahan evapotranspirasi, sehingga ketersediaan air bagi
tanaman menjadi berkurang. Selanjutnya tingkat kehijauan tanaman akan
mengalami penurunan dan menyebabkan kondisi kekeringan. Kondisi kekeringan
tersebut dapat dideteksi berdasarkan nilai LSTnya.
25
Legenda
Tidak Kering
Kering
Kering Sekali
Simpulan
Saran
Penelitian mengenai kekeringan ini dapat dimanfaatkan pemerintah daerah
Bekasi atau pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan antisipasi bencana
kekeringan di waktu-waktu mendatang. Serta penelitian ini dapat dianalisis
kembali pada bulan September sampai November tahun 2014. Selain itu metode
ini perlu di uji cobakan untuk wilayah-wilayah lain yang pernah mengalami
bencana kekeringan.
31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
34
Daerah
1. Lokasi
Kampung : PuloTanjung A
Desa : Sindang Sari
Kecamatan: Cabangbungin
Titik X :107.16457
Titik Y : 06.10319
Elevasi : 38m
2. Pola Tanam
Pola tanam : 2 kali/tahun
3. Kapan Terjadinya
- * Banjir :
- Tidak adanya irigasi
- Jalur pembuangan aliran air dari Jakarta
- Kanalnya tersedimentasi
* Kering:
- Tidak ada air irigasi
- Air menggunakan pompa
- Tidak ada hujan
*Hama:
Hama Ditemukan:
- Tikus,
- Hama Wereng Batang Coklat
- Penggerek batang
Penyebab
- Tikus disebabkan pola tanam yang tidak serempak
- Jarak tanam yang terlalu dekat
35
- Kelebihan pupuk
- Kelebihan penyemprotan pestisida
5. Foto Lapang
36
Pola 1 Pola 1 Pola 2 Pola 2 Pola 2 Pola 3 Pola 3 Pola 3 Panen Pola 4 Pola 4 Pola 4
Mulai Panen Komoditas Mulai Panen Komoditas Mulai Komo Mulai Panen
ditas
Maret Juli Padi Oktober Desember
Maret Juli Padi Oktober Desember
Maret Juli Padi Oktober Desember
Maret Juli Padi Oktober Desember
Maret Juli Padi Oktober Desember
Maret Juli Padi Oktober Desember
April Juni Padi Juli November
April Juni Padi Juli November
April Juni Padi Juli November
April Juni Padi Juli November
Mei Juli Padi Juli Oktober
Mei Juli Padi Agustus November
Mei Juli Padi Agustus November
Mei Juli Padi Agustus November
Mei Agustus Padi Agustus November
Mei Agustus Padi Agustus November
Mei Agustus Terong Agustus Oktober Padi Oktober Desember
Mei Agustus Padi September Desember
Mei Agustus
Mei Juli Padi Agustus November
Mei Juli Timun Suri Juli Agustus Timun Agustus November
42
Maret Desember
43
April Agustus
April Juni Timun Suri Juni Agustus Timun Agustus Oktober Padi Novembe Maret
r
April Agustus
Agustus Desember
Maret Juli Padi Agustus desember
Agustus Desember
Batang
Banjir Kering Kering Sekali Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Normal Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Normal Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Kering Sekali Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Kering Sekali Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Kering Sekali Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Normal Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Agak Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Sungai
Banjir Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
Banjir Kering Tikus, Wereng, Penggerek Sungai
Batang
49
aliran sungai
- Cluster Green cikarang 2 ini baru
dibangun
Limbah Perumahan Sukaraya Regensi ini
berada disebelah PT dan bekas
sawah
Limbah Sampah yang berada di sekitar
rumah warga ini sangat banyak,
kumuh, dan tidak ada saluran
airnya. Sehingga ketika musim
hujan sampah ini bisa menjadi
penyebab banjir di daerah ini.
Limbah Sungai di daerah ini merupakan
sungai yang sangat kotor karena
banyak sampah diatasnya dan
airnya merupakan air limbah.
Bersih Sungai ini memiliki air yang
sedikit
- Lahan ini dulunya adalah sawah
yang dialih fungsikan menjadi
kebun pisang karena susah
mendapatkan air
- Tempat air irigasi di daerah
terlihat sangat kering sekali
- Kering Tikus, Wereng Batang Coklat, Limbah Sawah karang anyar ini sedikit
Keong demi sedikit sudah di bangun
rumah (lahan terbangun) karena
kawasan ini akan dijadikan
sebagai Perumahan Karang Anyar
Residence
57
RIWAYAT HIDUP