Anda di halaman 1dari 21

REFERAT DESEMBER, 2015

“BATU SALURAN KEMIH”

Nama :Maya Riska


No. Stambuk : N 111 15 002
Pembimbing :dr. Amsyar Praja Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Sampai saat ini batu saluran kemih (BSK) pada anak masih merupakan
masalah kesehatan anak di negara yang sedang berkembang. Urolitiasis atau batu
saluran kemih telah dikenal sejak beberapa abad yang lampau. Beberapa laporan dari
Eropa dan Amerika yang menunjukkan adanya penurunan frekuensi kejadian BSK
pada anak. Namun di beberapa negara Asia, penyakit ini masih bersifat endemis.[1]
Penyebab pasti yang membentuk BSK belum diketahui, oleh karena banyak
faktor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu
terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang
menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium hydrogen urat,
asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian
merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini di namakan
nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami
mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal
terapi pada penderita BSK.[2]
Penyakit ini berhubungan erat dengan faktor sosioekonomi. Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa dengan perbaikan status sosio-ekonomi,
frekuensi kejadian BSK bagian bawah akan menurun, namun frekuensi kejadian BSK
bagian atas akan meningkat. Penyakit ini juga menunjukkan adanya predisposisi
dalam keluarga. Penyelidikan faktor penyebab terjadinya BSK pada setiap kasus
perlu dilakukan untuk dapat mengatur cara pencegahan kekambuhan.[1]
Akibat yang ditimbulkan oleh batu saluran kemih ialah obstruksi, infeksi, rasa
nyeri dan metaplasia, yang sangat merugikan penderita. Obstruksi dan infeksi yang
berlangsung lama akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bahkan dapat sampai
ke taraf gagal ginjal.[2]
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Batu Saluran Kemih


Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa
terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,
asam urat, atau sistein.[3]
BSK dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang
berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar
bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian
bawah (kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut,
dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang
hebat.[3]

2. Epidemiologi Batu Saluran Kemih


Batu saluran kemih pada anak-anak lazim di bebrapa bagian dunia tetapi jarang di
Amerika Serikat. Variasi georgrafik dalam insidensi batu saluran kemih yang luas
pada masa anak tampaknya berhubungan dengan iklim, diet dan faktor
sosioekonomi. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi lokasi batu; batu kandung
kemih primer biasa terdapat di negara berkembang, sedangan batu di saluran bagian
atas lazim di Amerika Serikat (kecuali pada anak dengan penyakit kandung kemih
yang sudahada sebelumnya, seperti disfungsi neurologic, obstruksi atau prosedur
bedah sebelumnya.[4]
3. Sistem Saluran Kemih
Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ reproduksi dan
saluran kemih. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem urogenitalia, karena
mereka saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama, dan menggunakan
saluran yang sama sebagai alat pembuangan, misalkan uretra pada pria. [6]
Sistem saluran kemih atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah sistem
organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan air kemih.Pada manusia
normal, organ ini terdiri ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-buli, dan
uretra.Sistem organ genitalia atau reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan penis. Pada umumnya organ
urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindungi oleh organ lain yang
berada di sekitarnya, kecuali testis, epididimis, vas deferens, penis dan uretra. [6]
A. Saluran Kemih Atas
1) Ginjal
Ginjal berasal dari metanefros yang terdiri atas bagian dorsal mesonefros
dan tonjolan ureter.Metanefros ini membentuk ureter, pielum, kaliks ginjal, dan
jaringan parenkim ginjal.Struktur ini naik ke arah dorsokranial sewaktu
perkembangannya sekitar minggu ke delapan menyatu dengan blastema dan
mengalami rotasi, sehingga akhirnya pielum dan hilusnya terletak disebuah
medial. [6]
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di
dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,
yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf. [6]
Fungsi ginjal adalah mengatur komposisi dan volume cairan ekstrasel.
Secara spesifik fungsi ginjal mempertahankan cairan ekstrasel dengan cara
mempertahankan keseimbangan air seluruh tubuh dengan mempertahankan
volume plasma yang tepat melalui pengaturan eksresi garam dan air yang
berdampak pada pengaturan tekanan darah jangka panjang dan membuang hasil
akhir dari proses metabolisme seperti ureum, kreatinin, dan asam urat yang bila
kadarnya meningkat di dalam tubuh dapat bersifat toksik. [6]
Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi
kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin darah,
serta mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian
dibuang melalui air kemih.Fungsi tersebut diantaranya: (1) mengontrol sekresi
hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) yang berperan dalam
mengatur jumlah cairan tubuh; (2) mengatur metabolisme ion kalsium dan
vitamin D; serta (3) menghasilkan beberapa hormon,antara lain: eritropoietin
yang berperan dalam pembentukan sel darah merah,renin yang berperan dalam
mengatur tekanan darah,serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai
mekanisme tubuh. [6]

2) Ureter
Ureter adalah organ berbentuk saluran kecil yang berfungsi mengalirkan
air kemih dari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Dindingnya terdiri
atas: (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3)
otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot polos itulah yang
memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan air kemih
ke dalam buli-buli. Jika karena suatu sebab terdapat sumbatan pada lubang ureter
sehingga menyumbat aliran air kemih, otot polos ureter akan berkontraksi secara
berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau mengeluarkan sumbatan itu
dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang
secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter. [6]

B. Saluran Kemih Bawah


1) Buli-buli
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3
lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam
adalah otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling
luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel
transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra
posterior. Buli-buli berfungsi menampung air kemih dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung air kemih, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang
volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300-450 ml. [6]

2) Uretra
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air kemih ke luar dari buli-
buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian,
yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga
dalam menyalurkan cairan mani. Uretra dilengkapi dengan katup uretra
interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,serta katup uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Mukosa
uretra yang meliputi dari glans penis dibentuk oleh lapisan skuamos
epithelium. Pada bagian proksimalnya dibentuk oleh tipe lapisan
transisional.[6]
Katup uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, katup ini terbuka.Katup uretra
eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem
somatik.Aktivitas katup uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan
keinginan seseorang.Pada saat berkemih katup ini terbuka dan tetap terutup
pada saat menahan rasa ingin berkemih.Panjang uretra wanita kurang lebih 3-
5 cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm. [6]

4. Penyebab Terbentuknya Batu Saluran Kemih


Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor
yang dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukan BSK yaitu:[3]

Teori Fisiko Kimiawi


Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika
maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu
sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih.
Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu:[3]
1) Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila
kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang
larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih.
2) Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang
menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks
tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
3) Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik
terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu
yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang
jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya
kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada
membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada
sebagian individu terjadi pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak,
meskipun sama-sama terjadi supersanturasi.
4) Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling sering
yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang ada.
5) Teori Kombinasi
Banyak ahli berpendapat bahwa BSK terbentuk berdasarkan campuran
dari beberapa teori yang ada.
6) Teori Infeksi
Teori terbentuknya BSK juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman
tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK adalah teori terbentuknya
batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis
ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk
magnesium ammonium fosfat (batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah
urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu Proteus
spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200
nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit
dan membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang
lama kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK
mengandung nano bakteria.

Diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi.
Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah yang
besar dalam urine, yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan
pembentukan menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan
kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat kemudian merekat
(adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi
heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami mekanisme
patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada
penderita BSK.[3]
Sebab-sebab batu saluran kemih adalah multiple, dan daftar lengkap terdapat dalam
tabel berikut ini:[4]
Sindroma Tubuler Ginjal
Asidosis tubuler ginjal
Inhibitor karbonik anhidrase
Sistinuria
Glisinuria
Gangguan Enzim
Hiperoksiuria primer
Xantinuria
Hiperurikisuria metabolic
Status hiperkalsemik
Hiperparatiroidisme primer
Sarkoidosis
Hipervitaminosis D
Neoplasma
Litiasis Asam urat dan gangguan yang terkait
Hiperurikosuria metabolic herediter
Status pengeluaran urin rendah
Nefolitiasis dan penyakit usus
Hiperoksaluria didapat
Litiasis asam urat
Litiasis ginjal ideopatik
Urolithiasis terinfeksi dan stasis urin
Kalkuli endemic

5. Jenis Batu Saluran Kemih


Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
Berikut penjelasan dari jenis-jenis batu saluran kemih. [4]

a. Batu kalsium oksalat


Batu saluran kemih yang paling banyak apada anak di Ameriks serikat
terbuat dari kalsium oksalat. Kasus-kasus yang tidak ditemukan keterangan
metabolic bagi pembentukan batu tersebut disebut sebagai urolithiasis
idiopatik. Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan bati kalsium
oksalat dan mungkin terkait dengan hiperkalsemia (disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, sarkiodosis, neoplasama).[4]
Penyebab yang pasti gangguan ini tetap belum jelas. Anak-nak dengan
hiperkalsiuriia kadang-kadang mengalamj episode hematuria mencolok
berualang dan nyeri panggul bertahun-tahun sebelum batu pertma ditemukan,
dengan demikian dalam mempersiapkan anak dengan hematuria mencolok
berulang harus termasuk pengukuran kalsium urin. Batas atas normal adalah 4
mg/kgBB/24 jam.[4]

Gambar batu kalsium oxalate

b. Batu asam urat


Batu yang mengandung asam urat lebih sering terjadi pda negara
berkembang. Hiperurikosuria dengan atau tanpa hiperurikemia adalah faktor
yang paling banyak mendasari kasus. Batu- batu tersebut radiolusen.
Diagnosis harus dicurigai apabila terdapat urin yan asam dan Kristal uria yang
persisten. Hiperurikosuria sapat sebagai akibat dari kesalahan metabolism urin
sejak lahir yang menyebabkan produksi asam urat berlebihan. Anak
dengansindrom leschnyhan dan penderita dengan defisiensi Glukosa 6-
fosfatase (G-6PD) juga membentuk batu asam urat.[4]

Gambar batu asam urat


c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organism pemecah-urea
(misalnya Proteus dan kadang-kadang Klebsiella coli, Pseudomonas, dan
lain-lain) mengakibatkan alkalisasi urin dan produksi ammonia yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan presipitasi magnesium ammonium sulfat
(struvit) dan kalsium fosfat.[4]

Gambar batu struvit


d. Batu Cystine
Kesalahan transport asam amino bawaan dari lahir ini (sistin, orniti,
arginin, dan lisin) mengakibatkan eksrei urin produk-produk ini berlebihan.
Satu-satunya komplikasi yang diketahui penyakit familial ini adalah
pemebentukkan bat, disebabkan karena rendahnya daya larut kistin.
Kandungan sulfur kistin memberikan penampilan batu inibatu ini redu
radiopaque. [4]

Gambar batu cystine

6. Tanda dan Gejala Batu Sakuran Kemih


Anak dengan batu saluran kemih hampir selalu mengalami hematuria yang
mencolok atau hematuria mikroskopik. Tanda lainnya adalah sakit perut, sakit
panggul, atau punggung, diikuti gejala-gejala infeksi saluran kemih.[4]
Berdasarkan letak batu pada saluran kemih:

A. Nefrolithiasis (batu ginjal)


Batu ginjal adalah suatu keadaan
terjadinya batu di dalam pelvis renais atau
kaliks ginjal. Batu ginjal jarang terdapat pada
anak dan biasanya terjadi pada dewasa muda. Tanda pertaja sering muncul
pada usia 15 – 20 tahun. Lebih dari separhu kasus batu ginjal, ditemukan pada
usia 20 – 50 tahun. frekuensi pada laki-laki lebih banyak dibandingkan
dnegan wanita.[5]
Etiologi
Akibat stasis urin di bagian distal, infeksi saluran kemih,
hiperparatiroid atau adenenoma paratiroid, diet yang banyak mengandung
oksalat seperti: kangkung, kopi, the, nanas, coklat, dan lain-lain, arthritis asam
urat.[5]
Gejala
Batu ginjal kadang-kadang tidak menunjukkan gejala. Tanda pertama
terjadi bila batu keluar melalui kaliks atau pelvis menuju ke ureter. Gejala
klasik ialah nyeri dan hematuria [5]
1) Nyeri pinggang atau perut
Kolik, serangan sakit hebat yang timbul tiba-tiba, berlangsung sebentar dan
kemudian mendadak hilag untuk kemudian timbul lagi. Nyeri di daerah
cotovertebrl, nyeri terjadi akibat adanya peregangan pelvicokalisk. Nadi
cepat, pucat, berkeringat dingin dan tekanan darah turun. Biasanya diikuti
mual dan muntah, perut kembung. Ditemukan pada 89% kasus batu ginjal.
2) Hematuria. Ditemukan pada 100% kasus. Darah dari ginjal berwarna
coklat tua. Dapat terjadi dengan atau tanpa nyeri kolik.
3) Bila terjadi hidronefrosis, dapat diraba pembesaran ginjal.

B. Ureterolithiasis
Batu yang berada di ureter, biasanya terletak
pada ketiga penyempitan yaitu ureteropelvico
junction, abdominopelvico junction, ureterovesico
junction.[5]

Etiologi
Biasanya berasal dari batu ginjal yang lepas dan turun ke distal.[5]
Gejala
1) Nyeri mendadak di perut kanan atau kiri tergantung letak batu. Nyeri
dapat bersifat kolik hebat sehingga penderita berteriak atau berguling.
Kadang-kadangn nyeri perut terus mwnerus. Biasanya nyeri dimulai di
daerah pinggang kemudian menjalar ke daerah testis atau labia mayora,
disertai mual, muntah, pucat, dan berkeringat dingin.
2) Hematuria
3) Nyeri ketok di daerah pinggang

C. Vesikolitiasis (Batu buli-buli)


Batu buli- buli ialah suatu keadaan ditemukannya batu di dalam buli-
buli. Pada anak 75% ditemukan di bawah usia 12 tahun dan 57% pada usia 1-
6 tahun.[5]
Etiologi
Berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun, akibat sakit pada
striktur uretra, kontraksi leher buli-buli, sistokel, buli-neurogenik dan
divertikel, infeksi saluran kemih, diet yang banyak mengandung kalsium dan
oksalat.[5]

Gejala
Rasa nyeri waktu miksi (disuria). Hematuria kadang-kadang disertai
urin keruh. Pancaran urin tiba-tiba berhenti keluar lagi pada perubahan posisi.
Sering miksi. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis,
menarik-nrik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi arau prolapsus
ani.[5]

7. Pemeriksaan Penunjang
A. Laborarorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut: [5]
1) Urinalisis
Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria.
Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat hematuria
bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau
kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat
menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan ketiadaan ini juga
biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada
pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi
petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong suatu batu asam
urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH (≥7) menyokong adanya
organisme pemecah urea. Pada batu ginjal kadang-kadang terdapat
proteinuria ringan. Pada batu buli-buli, leukosit lebih banyak daripada
eritrosit dan tersebar.
Gambar mikroskopik Kristal urin
2) Pengumpulan urin 24 jam untuk
- Bersihan kreatinin
- Kalsium
- Fosfor
- Oksalat
- Asam urat
3) Serum
- Kalsium
- Fosfor
- Asam urat
B. Pemeriksaan Radiologis
Bebrapa pemeriksaan radiologi syng dapat dilakukan adalah sebgai berikut: [5]
1) Foto polos abdomen
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radiopaque dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan
batu asam urat bersifat radiolusen.
Gambaran hasil foto polos abdomen
2) Intravenous Pyelogram (IVP)
IVP dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu
yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat
mendeteksi adanya batu semi opaque ataupun batu non opaque yang
tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.

3) CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography) adalah tipe diagnosis sinar X
yang dapat membedakan batu dari tulang atau bahan radiopaque lain.

4) Retrograte Pielografi (RPG)


Dilakukan bila pada kasus-kasus di mana IVP tidak jelas, alergi zat
kontras, dan IVP tidak mungkin dilakukan.
5) Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. USG ginjal
merupakan pencitraan yang lebih peka untuk mendeteksi batu ginjal dan
radiolusen daripada foto polos abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi
BSK ialah dengan kombinasi USG dan foto polos abdomen. USG dapat
melihat bayangan batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih
dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.

8. Diagnosis Banding
Kelianan ini hendaknya ibedakan dari pielonefritis akut, tumor ginjal, ureter
dan buli-buli, tuberculosis ginjal, nekrosis pelvis renalis, kolesistitis akut dan
apendisitis akut.[5]

9. Komplikasi
Hidrpnefrosis, pielonefrosis, uremia dan gagal ginjal. [5]

10. Pengobatan
Pengobatan batu saluran kemih dilakukan dengan pendekatan dari dua
perspektif. Satu aspek adalah pengobatan gangguan metabolic yang
mendasarinya, infeksi, atau faktor anatomic yang merupakan predisposisi; aspek
laina dalah pengobtan komlikasi dari batu itu sendiri, secara prinsip obstruktif
dan infeksi. Tindakan yang paling sederhana dan paling efektif untuk mencegah
berulangnya batu saluran kemih adalah mempertahankan status hidrasi yang
adekuat dan diurisis 24 jam sehari, untuk membuat urin encer untuk mengurangi
kemungkinan presipitasi bahan-bahan batu.[4]
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan. Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran air kemih dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih.[6]
Perubahan pH urin dapat juga mencegah berulangnya batu. Sistin jauh lebih
mudah larut apabila pH urin > 7,5. Dan alkalisasi urin dengan natrium bikarbonat
atau natrium sitrat adalah efektif.[4]
Kalau mingkin dana pabila tindakan sederhana gagal, terapi spesifik untuk
setiap gangguan metabolic yang mendasari harus digunakan: [4]
- Tiazid tampaknya efektif dalam pengendalian hiperkalsiuria ginjal primer
- Alupurinol adalah suatu inhibitor sntin oksidase dan efektif mengurangi
produksi asam urat
- N-asetilsistein tampaknya mempunyai toksisitas rendah dan mungkin eektif
dalam pengendalian sistinuria.
- Piridoksin telah digunakan dalam bebrapa kasus hiperoksaluria
Pengobatan bedah penyakit batu telah dilaksanakan secara luas pada masa
lampau. Batu harus diambil, apabila batu menyebabkan obstruksi sistem koleksi,
sakit dan perdarahan, atau apabila hal ini merupakan faktor pelestarian infeksi.
Semua batu struvit harus diambil, karena batu ini membawa risiko berarti
destruksi parenkima ginjal dan pembentukan abses ginjal dan perirenal. Cara-
cara baru pengambilan batu, baik secara endoskopik maupun jalan masuk
perkutan ke dalam ginjal, telah diterapkan dengn skala terbatas pada anak.
Ekstracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) telah diterapkan dengan
berhasil pada batu ginjal maupun batu ureter pada anak dengan angka
keberhasilan lebih dari 75%.[4]
BAB III

KESIMPULAN

1. Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
2. Teori pembentukan batu saluran kenih adalah teori fisika kimia, prinsip dari teori
ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia, fisika maupun
gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa terjadinya batu sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran kemih.
3. Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
4. Anak dengan batu saluran kemih hampir selalu mengalami hematuria yang
mencolok atau hematuria mikroskopik. Tanda lainnya adalah sakit perut, sakit
panggul, atau punggung, diikuti gejala-gejala infeksi saluran kemih.
5. Pemeriksaan yang dapat dilakakn untuk mendiagnosis batu saluran kemih dapat
berupa:
1) Pemeriksaan laboratorium : urinalisis, pemeriksaan kadar serum oksalat,
kalsium, asam urat, dll.
2) Pemeriksaan radiologis: Foto polos abdomen, IVP, CT-scan.
6. Pengobatan batu saluran kemih dilakukan dengan pendekatan dari dua perspektf.
Satu aspek adalah pengobatan gangguan metabolik yang mendasarinya, infeksi,
atau faktor anatomic yang merupakan predisposisi; aspek laina dalah pengobtan
komlikasi dari batu itu sendiri, secara prinsip obstruktif dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiastuti, P. 2010. Batu Saluran Kemih pada Anak di RS. Cipto angunkusumo
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses 24 Desember 2015.
Dari <http://www.lib.ui.ac.id >
2. Ratu dkk. 2006. Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboratorium Patologi Klinik.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No.
3, pp 114 – 117.
3. Rahayu, H. 2012. Batu Saluran Kemih. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Diakses 24 Desember 2015. Dari <http://www.repository.usu.ac.id>.
4. Behram, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmi Kesehatan Anak Nelson Edisi 15
Volume 3. Jakarta:EGC.
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika Jakarta.
6. Syafrina, I. 2012. Batu Saluran Kemih. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Diakses 24 Desember 2015. Dari <http://www.repository.usu.ac.
id >.

Anda mungkin juga menyukai