1. Neuropraxia
Neuropraksia
Pada kasus ini, ada kerusakan transmisi impuls menuju serat saraf dan
penyembuhannya terjadi tanpa adanya degenerasi Wallerian.
Penyebab
Konkusi atau shock seperti trauma ke saraf
Kompresi dari trauma benda tuimpul
Kehilangan fungsi
Dapat dikembalikan dalam beberapa jam sampai beberapa bulan
dari cedera
Rata- rata membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu
b. Axonotmesis
Merujuk kepada tingkat keparahan yang lebih buruik dari
neuropraksia.
Dimana terdapat kehilangan kontinuitas akson dan selaput myelin
meski kerangka jaringan ikat saraf (jaringan pembungkus seperti
epineurium dan perineurium) masih ada
Ciri Klinis
o Degenerasi Wallerian
o Hilangnya fungsi sensorik dan motoric dari saraf tepi
o Degenerasi proksimal retrograde dari akson
Regenerasi
o Lesi proksimal tumbuh ke distal secepat 2-3 mm per hari
o Lesi distal lebih lambat yaitu 1,5 mm per hari
c. Neurotmesis
Merupakan lesi paling parah dengan kehilangan kontinuitas
menyeluruh, termasuk jaringan ikat yang membungkus. Sehingga
beresiko untuktidak dapat dipulihkan.
Sebab
o Lebam parah
o Tertarik
o Laserasi
Struktur yang terlibat
13. Akson dengan jaringan ikat pembungkus kehilangan kontinuitas.
Derajat ekstrim neurotmesis adalah transeksi, menghasilkan hilangnya
fungsi motorik, sensorik, dan autonom. Ujung – ujung akson jauh
terpisah,
kecenderungan perbaikan dari regenerasi akson menyebabkan
neuroma
dapat terbentuk pada ujung proksimal.
Pada saraf
1.d Neuropraksia
tidak berfungsinya sistem saraf yang bersifat sementara tanpa
terjadinya disrupsi fisik axon. Biasanya fungsi saraf akan kembali
normal setelah 2-4 minggu.
2.d Aksonotmesis
terjadinya disrupsi axon dan myelin. Jaringan ikat lunak sekitarnya
termasuk endoneurium intak. Terjadi degenerasi axon distal dan
proksimal lokasi terjadinya trauma. Degenerasi distal dikenal
sebagai degenerasi Wallerian. Axon akan memngalami regenerasi
dengan kecepatan 1mm/ hari. Secara bermakna fungsi akan
kembali normal setelah 18 bulan.
3.d Neurotemesis
Adalah terjadinya disrupsi axon dan endoneurial. Komponen
kolagen perifer seperti epineurium dapat intak atau terjadi
disrupsi. Degenerasi axonal terjadi pada distal dan proksimal
segmen
Axonotmesis
Adalah terjadinya disrupsi axon dan myelin. Jaringan
ikat lunak sekitarn ya termasuk endoneurium intak.
Terjadi degenerasi axon distal dan proksimal lokasi
terjadinya trauma. Degenerasi distal dikenal sebagai
degenerasi Wallerian. Axon akan memngalami
regenerasi dengan kecepatan 1mm/ hari. Secara
bermakna fungsi akan kembali normal setelah 18 bulan.
b. Axonotmesis
Gangguan syaraf yang satu lebih berat dibandingkan dengan
neuropraxia. Kondisi dimana cedera sel syaraf disertai gangguan
pada axon tetapi selubung schwan tetap terbelihara. Motorik, sensoris
dan otonom mengalami paralisis. Kesembuhan dapat dicapai apabila
hilangnya faktor pencetus kompresi pada sel syaraf dan tergantung
dari regenerasi axon. (Seddon, 1989).
Menurut Hilary (1990), terjadi gangguan total pada axon dan
selubung myelin dengan pemeliharaaan dari selubung neurolemma
dan connective tissue stroma. Tidak ada kontraksi bila diberikan
stimulasi syaraf. Sebuah kontraksi hanya dapat distimulasi melalui
penggunaan long duration pulse.
Neurotmesis
Adalah terjadinya disrupsi axon dan endoneurial.
Komponen kolagen perifer seperti epineurium dapat
intak atau terjadi disrupsi. Degenerasi axonal terjadi
pada distal dan proksimal segmen.
Neurotmesis
Merupakan gangguan syaraf yang paling serius dibandingkan
neuropraxia dan axonotmesis. Sel syaraf dan selubung mengalami
gangguan. Walaupun penyembuhan kemungkinan terjadi. Hal
tersebut tidak akan sempurna.
Menurut Hilary (1990), hilangnya kontinuitas dari seluruh
bagian sel syaraf diikuti seluruh bagian. Tidak ada respon stimulasi.
Wallerian Degeneration mengambil tempat pada kasus ini. Secara
umum sel syaraf telah mengalami gangguan secara komplit dan
serius.
Neurotmesis
Neurotmesis adalah cedera kelas V di mana ada gangguan saraf
lengkap menyebabkan kematian akson distal dan degenerasi mielin
wallerian.
Terdapat tiga macam jenis kerusakan yang dapat mengenai saraf tepi.
Masing-masing memiliki gejala dan letak kerusakan yang berbeda.
Ketiga jenis kerusakan saraf tepi tersebut antara lain :
1. NEUROPRAXIA
Terjadi penekanan pada serabut saraf.
Bersifat ringan.
Gangguan hanya terjadi selama penekanan berlangsung.
Tidak terjadi kelainan pada struktur serabut saraf.
Gangguan akan berakhir bila penekanan hilang.
2. AXONOTNESIS
3. NEURONOTNESIS
Peripheral Nerve Injury atau cedera saraf perifer adalah istilah umum
yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan saraf di luar otak
atau sumsum tulang belakang. Cedera saraf perifer biasanya
disebabkan oleh trauma. Sebuah cedera saraf perifer terjadi ketika
setiap saraf di tubuh yang tidak di otak atau sumsum tulang belakang
rusak.
Jika saraf perifer rusak kemudian otot disuplai oleh saraf yang tidak
menerima informasi dari otak, maka organ yang hanya dipersarafi
oleh saraf perifer menjadi lemah atau lumpuh. Kerusakan saraf juga
berarti bahwa otak tidak menerima informasi dari tubuh. Hal ini
menimbulkan bebrapa sensasi pada tubuh seperti mati rasa,
kesemutan dan nyeri. Tidak seperti tulang belakang, saraf perifer
memiliki kemampuan untuk disembuhkan.
2.3 Etiologi
2. 2. Hiperestesia
2.5 Klasifikasi
1. Neuropraksia
1. Axonotmesis
III Ya Ya ya tidak Tidak
IV Ya Ya ya ya Tidak
V. Neurotmesis Ya Ya ya ya Ya
1. Remisi spontan
2.7 Patofisiologi
Sistem saraf meliputi saraf perifer di wajah, lengan, kaki, badan, dan
beberapa saraf kranial. Sistem Ini berkomunikasi antara saraf otak dan
otot, kulit, organ internal dan pembuluh darah. Apabila sel saraf
perifer mengalami kerusakan terutama pada selubung mielin, maka
perjalanan impuls dari sistem saraf pusat akan terputus dan tidak ada
respon yang ditimbulkan oleh organ efektor. Kerusakan ini dapat
disebabkan oleh Demyelination yakni, kehancuran atau hilangnya
selubung mielin.
1. Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan Radiologis
2. Mielografi
2. Nerve biopsi
3. Spinal tekan
2.9 Penatalaksanaan
Penilaian Klinis
1. Pemeriksaan Motor
1. Berkeringat
1. Pemulihan Sensori
4. Resiko tinggi infeksi b.d ulkus pada kaki karena kerusakan pada
sistem saraf.
3.1.4 Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
Kolaborasi