Isi Renja 2013
Isi Renja 2013
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013 merupakan penjabaran dari RPJMD Tahun 2011-2015 yang berisikan rancangan prioritas,
sasaran, rencana program, kegiatan prioritas dan pendanaan bidang kesehatan yang akan dilaksanakan
pada tahun 2013
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2013 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2015.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Tahun 2011-2015 yang merupakan
Dokumen Perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang
akan dilaksanakan untuk kurun waktu tahun 2011-2015.
Proses penyusunan Renja SKPD didasarkan kepada amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang secara kontekstual dan substantive dalam
mekanisme perencanaan. Renja SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013
mengintegrasikan program-program pemerintah pusat dan Kab/Kota dengan penekanan pada
pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota dan Milenium Developmnet Goals (MDGs) serta mempertimbangkan keberlanjutan
pelaksanaan kegiaran dan program yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa isu pokok pembangunan kesehatan yaitu :
1. Peningkatan pembiayaan kesehatanan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat;
2. Peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs;
3. Pengendalian Penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana;
4. Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan di DTPK.
Rincian Program dan kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2011 sbb :
16 21 Pertemuan peran sektor dan organisasi dalam mendukung program Kehatan Ibu dan Anak. (KIA)
Masukan : Rp. 42.324.600,-
Keluaran : Terlaksananya Pertemuan peran sektor dan organisasi dalam mendukung program
Kehatan Ibu dan Anak. (KIA) sebanyak 220 org
Hasil : Adanya Koordinasi dengan Organisasi Profesi dan Lintas Sektor dalam mendukung
program KIA 100%
20 08 Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas dalam PWS Gizi & Pemanatauan Pertumbuhan Balita
Masukan : Rp. 72.363.200,-
Keluaran : Terlaksananya Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas dalam PWS Gizi &
Pemanatauan Pertumbuhan Balita pada 63 Orang
Hasil : Meningkatnya pemantauan pertumbuhan Balita 100%
22 13 Survey Kecacingan
Masukan : Rp. 26.600.000,-
Keluaran : Terlaksananya Survey Kecacingan pada 2 Kabupaten
Hasil : Diketahuinya Angka Kecacingan 100%
26 40 Penyediaan Fasilitas Perawatan Kesehatan bagi Penderita akibat dampak asap rokok
Masukan : Rp. 405.884.800,-
Keluaran : Terlaksananya Penyediaan Fasilitas Perawatan Kesehatan bagi Penderita akibat
dampak asap rokok 12 bulan
Hasil : Tersedianya fasilitas perawatan bagi penderita akibat dampak asap rokok 100%
34 20 Sinkronisasi dan Integrasi Perencanaan & Penganggaran Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota
Masukan : Rp. 71.204.600,-
Keluaran : Terlaksananya Sinkronisasi dan Integrasi Perencanaan & Penganggaran Kesehatan
Provinsi dan Kab/Kota sebanyak 105 Orang
Hasil : Adanya sinkronisasi dan integrasi perencanaan dan penganggaran antara Provinsi dan
Kab/Kota 100%
12. Pencapaian Program Pengadaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit
Mata/Rumah Sakit Paru.
Program Pengadaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit
Mata/Rumah Sakit Paru dengan 7 kegiatan, dengan alokasi anggaran Rp. 2.289.163.300,- dengan
realisasi fisik 100% dan realisasi keuangan Rp. 2.081.144,- (90,92%). Kegiatan seluruhnya terealisasi
diatas 75%.
13. Pencapaian Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah
Sakit Mata/Rumah Sakit Paru.
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit
Mata/Rumah Sakit Paru dengan 2 kegiatan, alokasi anggaran Rp. 253.500.000,- dengan realisasi fisik
100% realisasi keuangan Rp. 251.593.000,- (99,25%). Semua kegiatan terealisasi diatas 75%.
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Sumatera Barat dapat di ukur dari perkiraan peningkatan derajat
kesehatan antara lain dari Umur Harapan Hidup (UHH), Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran
hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup dan Prevalensi Gizi kurang pada balita.
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dari program yang telah ditetapkan pada tahun 2011 dalam upaya
pencapaian Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dapat dilihat dari uraian sbb
:
Tabel 1. Pencapaian Indikator Kinerja Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
Dari 12 indikator kinerja yang harus dicapai Dinas Kesehatan, 7 (tujuh) diantaranya telah mencapai
target, 1 (satu) yaitu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Total Coverage) belum dapat mencapai target
pada tahun 2011. Sementara 4 (empat) indikator lainnya belum dapat diukur, menunggu penilaian yang
dilakukan oleh BPS (Biro Pusat Statistik)
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup;
Umur Harapan Hidup (UHH) dari 68,9 tahun pada tahun 2008 meningkat menjadi 70,4 tahun pada
tahun 2009.
2. Menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan;
Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 211,9 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008 menjadi
209 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Dalam rangka upaya penurunan AKI dan AKB di Propinsi Sumatera Barat Pemerintah daerah telah
berhasil melaksanakan program – program kesehatan Ibu dan Anak yang terlihat dalam pencapaian
target dari indikator-indikator :
- Sebanyak 97,1% Ibu hamil telah diperiksa kehamilannya pertama kali (target 96%)
Pencapaian Kinerja pelayanan SKPD terlihat pada Tabel. T.2.2 sebagaimana terlampir.
Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya kepala dinas dibantu oleh :
1. Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Program
Sesuai dengan PP 38 dan PP 41 tahun 2007, maka urusan pemerintah daerah Propinsi dalam Bidang
Kesehatan mencakup :
a) Penyelenggaraan surveylance epidemiologi penyelidikan KLB skala propinsi
b) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular skala propinsi
c) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular tertentu skala propinsi
Secara umum pencapaian indikator kinerja utama program akreditasi pada tahun 2011 telah
dapat tercapai, hal ini terlihat dari 4 (emat) indikator utama telah dapat dicapai sebanyak 3
(tiga) indikator dengan gambaran dan analisis sebagai berikut :
1). Pencapaian Persentase RS Yang Terakreditasi
Pencapaian indikator persentase RS yang terakreditasi merupakan pencapaian indikator
utama yang paling menonjol, hal ini terlihat dengan banyaknya rumah sakit yang
terakreditasi. Pada tahun 2011 ini kita telah dapat mendorong rumah sakit pemerintah
maupun swasta untuk diakreditasi.
Pada tahun 2011 ini melalui bimbingan dan monitoring yang dilakukan secara intensif, maka
pada tahun 2011 telah dilakukan penilaian oleh Tim KARS pada 14 (empat belas) rumah
sakit yang meliputi :
- RSUD Muara Labuh Kabupaten Solok Selatan (5 bidang pelayanan)
- RSUD Suliki Kabupaten 50 Kota (5 bidang pelayanan)
- RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat (5 bidang pelayanan)
- RST Tingkat IV Solok (5 bidang pelayanan)
- RS Bayangkhara Tingkat IV Padang (5 bidang pelayanan)
- RS Marnaini Asri Padang (5 bidang pelayanan)
- RS Khusus Jantung Padang (5 bidang pelayanan)
- RS Aisyiah Padang (5 bidang pelayanan)
- RSUD Ahmad Muchtar Bukittinggi (16 bidang pelayanan)
2.3.2. Permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam menyelenggaranakan tugas pokok dan fungsi
SKPD
1. Pembangunan kesehatan Sumatera Barat telah menunjukkan perbaikan pada berbagai indikator
dampak kesehatan seperti Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Umur
2.3.3. Dampak terhadap pencapaian visi dan misi Kepala Daerah terhadap capaian program
Nasional/ Internasional seperti SPM dan MDGs (Milenium Development Goals)
Pertemuan World Summitspada bulan September tahun 2000 telah menghasilkan deklarasi yang
disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebutditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB
ke dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi Millenium PBB atau lebih
dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs).
Deklarasi tersebut mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan,
pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket kebijakan pembangunan
guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh
dunia pada tahun 2015.
Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama dengan indikator terukur secara
kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan tujuan utama tersebut adalah :
1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem;
2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;
3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
4) menurunkan angka kematian anak;
5) meningkatkan kesehatan ibu hamil;
6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya;
7) memastikan kelestarian lingkungan; dan
8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Diantara delapan tujuan utama MDGs, maka bidang kesehatan bertanggung jawab terhadap : MDGs 1
(target 1c), MDGs 4, MDGs 5, MDGS 6 dan MDGs 7 (target 7c.)
Dengan memperhatikan berbagai permasalahan yang dihadapi, hambatan dan keterbatasn sumberdaya
yang dimiliki, maka sangat di sadari bahwa pencapaian indicator-indikator MDGs di bidang kesehatan
dalam tahap sekarang masih belum optimal. Kunci sukses dalam pembangunan kesehatan kedepan
sangat ditentukan oleh adanya komitmen politis dari semua pihak, baik dari lingkungan eksekutif,
legislative maupun dari masyarakat termasuk swasta. Disamping itu kita masih menghadapi pula
keterbatasan dalam sumberdaya pembiayaan dan sumberdaya manusia kesehatan. Oleh karenanya
kunci sukses pembangunan kesehatan kita harus memprioritaskan pada bidang-bidang pembangunan
kesehatan. Sampai tahun 2015 mendatang prioritas pembangunan kesehatan akan diarahkan pada :
2.3.4. Tantangan, Peluang, Arah Kebijakan dan Strategi dalam meningkatkan pelayanan SKPD :
Tantangan :
a. Distribusi tenaga kesehatan strategis (Dokter Spesialis, Dokter Umum, Perawat, Bidan dan tenaga
kesehatan lainnya) yang tidak merata;
b. Masih terbatasnya tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi;
c. Status Kepegawaian tenaga kesehatan masih PTT, sehingga motivasi dan dedikasi belum optimal;
d. Lemahnya upaya pembinaan dan apresiasi terhadap lembaga pemberdayaan masyarakat dan
swasta dalam pembangunan kesehatan;
e. Adanya kompetisi pasar bebas;
f. Sumbar sebagai daerah Rawan Bencana;
g. Adanya dampak terhadap Perubahan Iklim;
Peluang :
a. Adanya Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana; Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Sampah; Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan; Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
b. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
c. Peraturan Menteri Kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/SK/IV/2010 tentang Kualitas Air Minum;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK02.02/MENKES/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah;
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten/Kota; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 tentang
pelaksanaan Surveilance kasus gizi buruk; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pengembangan Desa Siaga; Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1228 Tahun 2007 tentang Provinsi Sumatera Barat sebagai Sub Regional Penanggulangan
Krisis; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional (KONAS); Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/VIII/2008 tentang Daftar
Obat Essensial Nasional 2008;
e. Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Barat;
f. Pergub No.41 Tahun 2009 tentang Jaminan Kesehatan Daerah; Peraturan Gubernur Nomor: 440-
14-2010 tentang Pembentukan Komite Uji Kompetensi Bidan;
g. Adanya kesepakatan MDGs 2015, point 4 (Penurunan Angka Kematian Bayi 2/3 dari tahun 1990)
dan 5 (Penurunan Angka Kematian Ibu ¾ dari tahun 1990) diikuti dengan peran organisasi Profesi
dan peran swasta di dalam mendukung program untuk mempercepat penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diikuti dengan Komitmen dalam penyediaan sarana
Strategi :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta
berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif-preventif.
Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar kuratif termasuk layanan kesehatan rujukan bagi seluruh
masyarakat yang didukung dengan kemudahan akses baik jarak maupun pembiayaan;
4. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
Pemenuhan SDM kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi
secara efektif sesuai dengan kepentingan masyarakat secara adil, utamanya di DTPK;
mengedepankan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang berkualitas dan
berdaya saing dengan lebih memantapkan system mutu (upaya, pengawasan, audit) Standarisasi
dan sertifikasi serta mempermudah akses SDM kesehatan terhadap pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan; mengembangkan kode etik profesi serta meningkatkan pembinaan dan pengawasan
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta
menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan.
Menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat melalui peningkatan akses obat bagi
masayarakat luas; memantapkan kelembagaan dan meningkatkan koordinasi dalam pengawasan
terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan untuk menjamin keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu dalam rangka perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah
dan penyalahgunaan obat.
Fokus :
a. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial generik.
b. Meningkatkan penggunaan obat rasional.
c. Meningkatkan keamanan, khasiat dan mutu obat dan makanan yang beredar.
d. Meningkatkan kualitas sarana produksi, distribusi dan sarana pelayanan kefarmasian.
e. Meningkatkan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
f. Meningkatkan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional Indonesia.
g. Meningkatkan penelitian di bidang obat dan makanan kemandirian di bidang produksi obat,
bahan baku obat, dan obat tradisional, makanan,kosmetika dan alat kesehatan.
Arah Kebijakan dan pentahapan pembangunan daerah dalam bidang kesehatan adalah untuk
mewujudkan sumberdaya insani yang berkualitas, amanah dan berdaya saing tinggi serta terwujudnya
ketahanan pangan dan gizi.
Generasi yang akan datang mesti dihasilkan dari generasi yang kuat. Dari hasil analisis diketahui bahwa
ketiga komponen yang dapat meningkatkan derajat kesehatan diarahkan kepada perbaikan tingkah laku
kesehatan, peningkatan input kesehatan yang seimbang dan peningkatan teknologi kesehatan. Dengan
demikian ketiga komponen ini dijadikan sebagai dasar untuk mengatasi persoalan di bidang kesehatan.
Untuk mewujudkan hal ini, sistem pelayanan dasar kesehatan mesti mampu memberikan pelayanan
preventif dan kuratif yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga arah pengembangan
pelayanan kesehatan dasar adalah menjamin ketersediaan pelayanan dasar kesehatan. Saat bersamaan
perlu pula didorong pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar juga dibarengi
dengan semakin lengkapnya pelayanan dan infrastruktur pendukung seperti sanitasi dan air minum untuk
seluruh masyarakat. Sehingga dengan sistem kesehatan yang ada hendaknya pembangunan kesehatan
untuk memperkecil dan menekan serandah mungkin jenis penyakit utama.
2. Meningkatkan ketersediaan tenaga medis dan paramedis, terutama pelayanan kesehatan dasar
di daerah terpencil dan tertinggal.
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat.
4. Meningkatkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan kesehatan
wilayah.
6. Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyaklit menular dan tidak
menular.
7. Meningkatkan kesadaran diri keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi, balita serta usia produktif.
10. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas
pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan daerah terpencil.
11. Meningkatkan peran serta masyarakat dan tokoh agama dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2013 merupakan penjabaran dari RPJMD Tahun 2010-2015 yang berisikan rancangan prioritas,
sasaran, rencana program, kegiatan prioritas dan pendanaan bidang kesehatan yang akan dilaksanakan pada
tahun 2013
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2013 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Tahun 2010-2015.
Renja SKPD Dinas Kesehatan Tahun 2013 merupakan Dokumen Perencanaan yang bersifat indikatif
yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan untuk tahun 2013, dengan
penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota dan Milenium Developmnet Goals (MDGs)
Dengan disusunnya Renja SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 ini dapat
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program-program dan
kegiatan pembangunan kesehatan selama tahun 2013, juga dapat digunakan untuk melakukan
penilaian/monitoring program pembangunan sektor kesehatan di Provinsi Sumatera Barat.
Untuk mencapai Visi Sumatera Barat “Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan
Berkeadilan” telah ditetapkan Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan, Rencana Program, Kegiatan,
Indikator kinerja, dan Pendanaan indikatif.
Keberhasilan pelaksanaan program-program kesehatan tersebut sangat tergantung pada komitmen
serta kesungguhan para peneylenggaranya dalam melaksanakan program dan kegiatan-kegiatan dalam
pembangunan kesehatan.