Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

PEMILIHAN SUMUR UNTUK DISTIMULASI DENGAN


MENGGUNAKAN HYDRAULIC FRACTURING

OLEH :
ALDRI IFFAN KURNIAWAN
NPM. 153210703

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kesempatan serta karunianya jugalah saya dapat menyelesaikan proposal ini
dengan judul.” Pemilihan sumur untuk distimulasi dengan menggunakan
hydraulic fracturing”.
Dalam penulisan proposal ini, saya selaku penulis telah banyak
mendapatkan bantuan baik berupa bimbingan, saran saran dan motivasi dari
berbagai pihak sehingga penulisan proposal ini terselesaikan dengan baik,
proposal ini disusun sebagai bahan penyelesain salah satu tugas dari mata kuliah
Tata tulis karya ilmiah.
Proposal ini merupakan karya tulis ilmiah yang diusahakan secara
maksimal, namun penulis menyadari masih terdapat kekhilafan baik yang
menyangkut penulisan maupun pembahasan, maka penulis sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kualitas dari isi proposal ini.
karenanya penulis menyadari bahwa tidak ada tugas yang bernilai sempurna.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan saya berharap proposal
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru , 4 Desember 2018

Aldri iffan kurniawan


153210703

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.4 Metodologi Penelitian .............................................................................. 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 3

2.2 Jenis-Jenis Zat Perekah ............................................................................ 4

2.2.1 Jenis-jenis zat yang dicampur .................................................................. 4

2.3 Mekanisme Peretakan Batuan .................................................................. 5

2.4 Pemilihan sumur untuk distimulasi dengan hydraulic fracturing ............ 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stimulasi sumur merupakan suatu metode yang di lakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan atau memperbaiki produktifitas dari suatu sumur yang
dapat dikaitkan dengan rate dari sumur tersebut. Seiring dengan diproduksikannya
fluida, akan muncul problem yang menyebabkan penurunan produktivitas suatu
sumur, seperti penyumbatan pori pori batuan di sekitar lubang perforasi, maupun
pori pori batuan yang mempunyai peranan dalam sebagai jalur aliran dari
hidrokarbon.
Untuk itu dibutuhkan suatu metode untuk mempertahankan atau memperbaiki
produktivitas sumur yaitu dengan menggunakan metode hydraulic fracturing yang
merupakan salah satu metode stimulasi sumur untuk meningkatkan produktivitas
sumur dengan konsep memperbesar jari-jari efektif sumur (rw’) dan memperbesar
permeabilitas batuan (K) dengan cara membuat rekahan pada formasi produktif
(membuat saluran konduktif).
Dalam pelaksanaan hydraulic fracturing dibutuhkan fluida perekah dan
additive yang dapat membuat rekahan atau jalur mengalirnya fluida reservoir ke
lubang sumur dengan menginjeksikan fracturing fluid dengan tekanan diatas
tekanan rekah formasi tersebut. Formasi yang mengalami perekahan, terus
diinjeksikan menggunakan fluida untuk memperlebar rekahan yang telah terjadi,
rekahan yang terjadi akan diganjal dengan proppant berupa pasir dengan tujuan
agar rekahan tidak akan menutup kembali. (Cahyaningsih, Prabu, & Herlina,
2012)
Pelaksanaan hydraulic fracturing pada reservoirt tentu sangat diperlukan,
karena reservoir jenis ini memiliki permeabilitas dan prositas yang sangat kecil,
sehingga menyebabkan fluida yang tersimpan didalam reservoir akan mengalir
kedalam lubang sumur dengan rate yang sangat kecil bahkan bisa dikatakan tidak
ekonomis

1
2

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan khusus dari tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh proses hydraulic fracturing terhadap permeabilitas
formasi pada sumur dengan permeabilitas rendah.
2. Mengetahui jenis additive yang digunakan pada saat fracturing
3. Untuk mengetahui kriteria sumur yang cocok untuk dilakukannya
hydraulic fracturing

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui proses hydraulic
fracturing terhadap permeabilitas formasi pada sumur dengan permeabilitas
rendah dan penggunaan jenis zat additive yang digunakan pada sumur tersebut.

1.4 Metodologi Penelitian


Adapun metodologi dalam penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Lokasi : lapangan x, sumur y
2. Metode penelitian : Field Rresearch
3. Teknik pengumpulan data :Data sekunder, yaitu
Data yang diperoleh dari sistem penyimpanan data perusahaan pada lapangan
x, sumur y.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Hydraulic fracturing adalah suatu teknik stimulasi yang dipergunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan laju produksi.
Mekanisme hydraulic fracturing adalah dengan cara menginjeksikan fluida
perekah ke dalam lubang formasi atau reservoir yang akan direkahkan melalui
lubang sumur dengan tekanan perekah yang lebih besar dari tekanan rekah
formasi sehingga akan terbentuk rekahan. (Cahyaningsih, Prabu, & Herlina, 2012)
Untuk mempertahankan rekahan tersebut harus di-isikan dengan bahan
penganjal (proping agent). Dan juga dapat menghubungkan daerah yang porous
permeabel dengan lubang sumur yang semula terhalang oleh suatu penghalang
(barrier). Karena permeabilitas retakan lebih besar dari pada permeabilitas
formasi, maka retakan yang dihasilkan dapat menembus zona yang rusak (damage
zone) dan aliran fluida dari reservoir menuju lubang sumur akan lebih lancar.
Perbaikan permeabilitas ini juga akan memperbesar daerah penyerapan sumur
(draina ge area). (Montgomery, 2013)
Hasil stimulasi dengan cara hydraulic fracturing tergantung dari karakteristik
batuan, Adapun keberhasilan operasi hydraulic fracturing itu sendiri sangat
bergantung pada penentuan parameter peretak, yaitu : tekanan hidrolik yang
diberikan, pemilihan jenis fluida peretak dan pemilihan jenis maupun ukuran
proppant sebagai material pengganjalnya.
Sebelum memilih fluida dasar, kita harus tahu zat yang akan dicampur dalam
fluida dasar tersebut sehingga fluida perekah mempunyai komposisi yang tepat.
Fluida Perekah mempunyai komposisi sebagai berikut : surfactant ( surface active
agent ), fluida dasar, misalnya air dan minyak ditambah polymer, crosslinker (
mengontrol zat untuk pengikat molekul ), breaker ( pemecah ), viscosity stabilizer
( penstabilan viscositas ). (Montgomery, 2013).

3
4

2.2 Jenis-Jenis Zat Perekah


Fluida perekah yang mengisi suatu cycle pemompaan ada empat jenis. Jenis-
jenis fluida perekah tersebut adalah prepad (pertama dipompakan), pad, slurry,
dan terakhir adalah flush.Prepad dipompakan pertama kali dalam suatu stage.
Prepad yang berviskositas rendah ini berguna sebagai pembersih jalan yang akan
dilalui jenis fluida perekah berikutnya sehingga fluida perekah berikutnya dapat
difungsikan secara maksimal. Selain itu prepad juga berfungsi sebagai pendingin
formasi, pencegah damage, dan membantu memulai membuat rekahan.
Pad adalah jenis fluida perekah yang tidak diberi proppant dan dipompakan
setelah prepad. Pad mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari pada prepad.
Gunanya adalah untuk memulai perekahan-perekahan sekaligus memperluasnya.
Sementara rekahan berkembang, terjadi fluid loss atau leak-off ke dalam formasi,
dan dianggap tegak lurus dengan dinding formasi, sambil membentuk filter cake.
Volume leak-off ini akan sebanding dengan agar dua dari waktu cairan bersatu.
Jadi, pad ini akan dikorbankan sehingga leak-off dari slurry dengan proppant akan
berkurang.
Setelah pad, slurry dengan proppant akan mulai ditambahkan pada fluida
perekah yang akan naik terus sampai pada harga maksimum yang telah
ditentukan. Harga ini tergantung dari kemampuan fluida dalam membawa
proppant dan atau kapasitas reservoir dan rekahan yang terbentuk. Slurry ini
mempunyai viskositas yang lebih tinggi dari pada pad. Secara umum, leak-off
yang berlebihan dapat disebabkan oleh ketidak seragaman (heterogeneities)
reservoirnya, seperti adanya rekahan alamiah (natural fissures). Hal lain yang bisa
terjadi adalah meluasnya rekahan karena rekahan bergerak ke luar dari zona
produktif yang diinginkan.
2.2.1 Jenis-jenis zat yang dicampur
Sebelum memilih fluida dasar, kita harus tahu zat yang akan dicampur
dalam fluida dasar tersebut sehingga fluida perekah mempunyai komposisi yang
tepat. Fluida Perekah mempunyai komposisi sebagai berikut :
5

1. Fluida dasar (base fluid), misalnya air atau minyak ditambah polymer.
(Montgomery, 2013)
2. Crosslinker (penyatu atau pengikat molekul sehingga rantai menjadi
panjang dan viskositas akan meningkat).
3. Breaker (pemecah). (Montgomery, 2013)
4. Viscosity stabilizer (penstabil viskositas). (Montgomery, 2013)
5. Fluid loss additive (zat tambahan untuk mencegah kehilangan fluida).
6. Surfactant (surface active agent).
7. Buffers (pengontrol pH).
8. Biocides (anti bakteri).
9. Friction reducer (pengecil friksi).
10. Clay stabilizers (penstabil clay).
11. Crosslinker control agents (mengontrol zat untuk pengikat molekul).
(Montgomery, 2013)
12. Iron control agents (pencegah pengendapan besi di formasi).
13. Scale inhibitors (pencegah scale).
14. Extenders, clean up, dan energizing agents (mempermudah produksi
kembali).

2.3 Mekanisme Peretakan Batuan


Untuk dapat meretakan batuan reservoir, batuan tersebut harus diberi
tekanan hidrolik sampai melebihi kekuatan & gaya - gaya yang
mempertahankan keutuhan dari batuan itu. Ada dua gaya utama yang
mempertahankan keutuhan batuan untuk tidak retak, yaitu gaya vertikal dan
horizontal.
Apabila gaya horizontal yang mempertahankan keutuhan batuan lebih
kecil dari gaya vertikalnya, maka batuan tersebut akan dapat diretakan dengan
arah vertikal. Besar tekanan hidrolik untuk memecahkan batuan pada
umumnya berkisar antara 600 psi – 1000 psi untuk setiap 1000 ft
kedalaman.untuk meretakan batuan reservoir, disamping harus melawan gaya
- gaya yang mempertahankan keutuhan batuan juga harus melawan tekanan
6

formasi, sehingga tekanan minimal yang diperlukan untuk meratakan batuan


reservoir adalah sbb :
 Untuk retakan horizontal
Pf = (Go x D) + pr
 Untuk retakan vertical
2𝑣
Pf = 1−𝑣 (𝐺𝑜 𝑥 𝐷) + 𝑆𝑡 + 𝑃𝑟

Retakan batuan yang terjadi sebagai akibat penekanan secara hidrolik


dapat berarah horizontal maupun vertikal seperti pada gambar 2.2 berikut ini
dan bergantung dari arah gaya dominan yang mempertahankan ketahanan
batuan.

Gambar 2.1 Arah Rekahan

2.4 Pemilihan sumur untuk distimulasi dengan hydraulic fracturing


Ada beberapa kriteria untuk menentukan pemilihan suatu sumur yang
cocok untuk dilakukan stimulasi dengan cara hydraulic fracturing. Adapun
kriteria sumur – sumur tersebut ialah sbb :
1. Diketahui terlebih dahulu apakah volume hydrocarbon (minyak
atau gas) dalam lapisan tersebut apakah masih cukup ekonomis
untuk dilakukan pekerjaan stimulasi hydraulic fracturing
2. Sumur yang mempunyai permeabiltas rendah, sangat tepat untuk
dilakukannya pengerjaan hydraulic fracturing. Karena pada lapisan
yang memiliki permeabilitas rendah tidak akan memberikan
produksi yang cukup ekonomis.
3. Sumur yang memiliki rekahan – rekahan yang alamiah, sehingga
jika dilakukan hydraulic fracturing dapat menghubungkan rekahan
7

yang alami tersebut dengan rekahan yang baru, sehingga ada


tambahan kapasitas aliran dari formasi menuju lubang bor.
8

DAFTAR PUSTAKA

(Heydarabadi, Moghadasi, & Safian, 2010; Hubbert & Willis, 1954; Kingdom,
2016; Montgomery, 2013; Oehring & Services, 2015; Pratiwi et al., 2014;
Ryan, Pratama, & Trisakti, 2017)Heydarabadi, F. R., Moghadasi, J., &
Safian, G. (2010). SPE 136988 Criteria for Selecting a Candidate Well for
Hydraulic Fracturing.
Hubbert, M. K., & Willis, D. G. (1954). Mechanics of Hydraulic Fracturing.
Kingdom, U. (2016). Thermal Effects during Hydraulic Fracturing in Low-
Permeability Brittle Rocks.
Montgomery, C. (2013). Fracturing Fluid Components.
Oehring, J. M., & Services, U. S. W. (2015). SPE-175965-MS Electric Powered
Hydraulic Fracturing, (October), 20–22.
Pratiwi, V. A., Prabu, U. A., Herlina, W., Pertambangan, J. T., Teknik, F.,
Sriwijaya, U., … Selatan, S. (2014). PERENCANAAN DESIGN DAN
SIMULASI HYDRAULIC FRACTURING DENGAN PERMODELAN
SIMULATOR FRACCADE 5 . 1 SERTA KEEKONOMIANNYA PADA
FORMASI LAPISAN W3 SUMUR KAJIAN VA STRUKTUR LIMAU
BARAT PT PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD LIMAU DESIGN AND
SIMULATION OF HYDRAULIC FRACTURING WITH FRACCADE 5 . 1
AND ITS ECONOMICS SIMULATOR MODELLING IN LAYER
FORMATION W3 AT VA WELL LIMAU BARAT STRUCTURE PT
PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD LIMAU.
Ryan, I., Pratama, H., & Trisakti, U. (2017). data reservoir geometri fracturing
pressure , pressure , time , lity , frac extention pressure breakdown , step rate
, 111–116.

Anda mungkin juga menyukai