PENDAHULUAN
Analisa inti batuan adalah tahapan analisa setelah contoh formasi dibawah
permukaan (core) diperoleh. Tujuan dari pada analisa inti batuan untuk menentukan secara
langsung informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang ditembus selama pemboran. Studi
dari data analisa inti batuan dalam pemboran eksplorasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksikan hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan
tahap eksploitasi dari pada suatu reservoir dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan
well completion dan merupakan suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek
secondary dan tertiary recovery. Selan itu data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan
pembanding dan kalibrasi dari pada metoda logging.
Prosedur analisa inti batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian yaitu :
- Analisa inti batuan rutin
- Analisa inti batuan special.
Analisa inti batuan rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas,permeabilitas absolut dan saturasi fluida. Sedangkan analisa inti batuan special
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis dan pengukuran
pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi tekanan kapiler, sifat-sifat
listrik dan kecepatan rambat suara, grain density, wettability, komprebilitas batuan,
permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (net Over Burden), studi petrographi. Yang
termasuk pengukuran pada kondisi dinamis meliputi : permeabilitas relatif, thermal
recovery, gas residual, water flood evaluation, liquid permeability (evaluasi completion,
work over dan injection fluid meliputi surfactant dan polymer).
1
BAB II
PENGUKURAN POROSITAS
2
3
BAHAN
2. Kerosin
3. Mercury
𝑊3 − 𝑊1
∅𝑒𝑓𝑓 = 𝑥100%
𝑊3 − 𝑊2
METODE MENIMBANG
2.5.2 PERHITUNGAN
22,1𝑔𝑟−8 𝑔𝑟
= 𝑔𝑟
0,85
𝑐𝑐
= 12,68 cc
𝑊1 −𝑊2
Volume butiran (Vg) =
𝐵𝑗.𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
17 𝑔𝑟−8 𝑔𝑟
= 𝑔𝑟
0,85
𝑐𝑐
= 7,58 cc
𝑊3 −𝑊1
Volume pori (Vp) =
𝐵𝑗.𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
22,1 𝑔𝑟−17𝑔𝑟
= 𝑔𝑟
0,85
𝑐𝑐
= 2,1 cc
𝑊3 −𝑊1
Porositas Efektif (eff) = 𝑥100%
𝑊3 −𝑊2
22,1 𝑔𝑟−17 𝑔𝑟
= 𝑥 100%
22,1 𝑔𝑟−8 𝑔𝑟
= 36,7%
𝑉𝑃 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
Porositas = ∅𝑒𝑓𝑓 = 𝑥 100%
𝑉𝑏
7,9 𝑐𝑐
= 𝑥 100%
20,9 𝑐𝑐
= 37,79 %
11
PLUG W1 W2 W3 Bj Kerosin Vb Vg Vp Ø
A/1 16 5 21 0.85 18.82 12.94 5.88 31.25
A/2 16 5.5 21.5 0.85 18.82 12.35 6.47 34.38
A/3 16 6 22 0.85 18.82 11.76 7.06 37.50
A/4 16.2 6.5 22.5 0.85 18.82 11.41 7.41 39.38
A/5 17 7 23 0.85 18.82 11.76 7.06 37.50
B/1 15.8 7.5 21.1 0.85 16.00 9.76 6.24 38.97
B/2 17 8 22.1 0.85 16.59 10.59 6.00 36.17
B/3 18 8.5 23.1 0.85 17.18 11.18 6.00 34.93
B/4 18.7 9 24.1 0.85 17.76 11.41 6.35 35.76
B/5 19 9.5 25.1 0.85 18.35 11.18 7.18 39.10
C/1 16 5.3 21.4 0.85 18.94 12.59 6.35 33.54
C/2 17 6.3 22.4 0.85 18.94 12.59 6.35 33.54
C/3 17 7.3 23.4 0.85 18.94 11.41 7.53 39.75
C/4 20 8.3 24.4 0.85 18.94 13.76 5.18 27.33
C/5 19 9.3 25.4 0.85 18.94 11.41 7.53 39.75
12
V PIC
SK SK V SK SK + SK SK
PLUG AWAL AKHIR PICNO AWAL AKHIR CORE Vb AWAL AKHIR VP Ø
A/1 53.8 1.6 52.2 60.5 30.1 30.4 21.8 0.85 8.68 7.83 35.92
A/2 53.8 1.2 52.6 60.5 30.3 30.2 22.4 0.9 8.68 7.78 34.73
A/3 53.8 1.3 52.5 60.5 30.5 30 22.5 0.95 8.68 7.73 34.36
A/4 53.8 1.4 52.4 60.5 30.7 29.8 22.6 1 8.68 7.68 33.98
A/5 53.8 1.5 52.3 60.5 30.9 29.6 22.7 1.5 8.68 7.18 31.63
B/1 53.8 2.9 50.9 60.5 30.8 29.7 21.2 0.8 8.68 7.88 37.17
B/2 53.8 2.8 51 60.5 30.6 29.9 21.1 0.78 8.68 7.9 37.44
B/3 53.8 2.7 51.1 60.5 30.4 30.1 21 0.75 8.68 7.93 37.76
B/4 53.8 2.6 51.2 60.5 30.2 30.3 20.9 0.76 8.68 7.92 37.89
B/5 53.8 2.5 51.3 60.5 30 30.5 20.8 0.73 8.68 7.95 38.22
C/1 53.8 3.1 50.7 60.5 33 27.5 23.2 0.77 8.68 7.91 34.09
C/2 53.8 3.2 50.6 60.5 32 28.5 22.1 0.79 8.68 7.89 35.70
C/3 53.8 3.3 50.5 60.5 31 29.5 21 0.84 8.68 7.84 37.33
C/4 53.8 3.4 50.4 60.5 32.2 28.3 22.1 0.97 8.68 7.71 34.89
C/5 53.8 3.5 50.3 60.5 32.1 28.4 21.9 0.93 8.68 7.75 35.39
∑ Porositas
= n
538.848
=
15
13
= 35.92 %
∑(𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠−𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛)2
=√
𝑛−1
= √12.57
= 3.54
∑ Porositas
= n
538.848
=
15
= 35.92 %
∑(𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠−𝑃𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑎𝑛)2
=√
𝑛−1
= √12.57
= 3.54
14
45.00
40.00
35.00
30.00
POROSITAS
25.00
20.00 ø
15.00
10.00
5.00
0.00
A/1 A/2 A/3 A/4 A/5 B/1 B/2 B/3 B/4 B/5 C/1 C/2 C/3 C/4 C/5
PLUG/REGU
45.00
40.00
35.00
30.00
POROSITAS
25.00
20.00 ø
15.00
10.00
5.00
0.00
A/1 A/2 A/3 A/4 A/5 B/1 B/2 B/3 B/4 B/5 C/1 C/2 C/3 C/4 C/5
PLUG/ REGU
2.6. PEMBAHASAN
Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan.
Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: bentuk
butiran, cara susunannya, lingkungan pengendapan. Oleh karena minyak hanya dapat
mengalir melalui pori yang saling berhubungan maka yang penting dalam industry
perminyakan dan yang kita ukur dalam percobaan ini adalah porositas efektif.
Kegunaan dari pengukuran porositas dalam perminyakan terutama dalam
eksplorasi adalah untuk menentukan cadangan atau IOIP (Initial Oil In Place),
sedangkan dalam eksploitasi untuk komplesi sumur (well completion) dan secondary
recovery).
Dari hasil uji coba yang dilakukan bisa dilihat bahwa pengukuran volume
porositas dengan cara menimbang mendapatkan Vp sebesar 34.94% dan Vp dengan
cara Mercury Injection sebesar 37.76%.
Porositas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Dari uji coba tersebut, dapat dikatakan bahwa porositas yang dihasilkan lebih
dari 25% dengan cara menimbang maupun dengan menggunakan mercury injection
pump, sehingga termasuk kategori porositas istimewa (excellent).
16
2.7. KESIMPULAN
1. Porositas adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam batuan.
2. Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: bentuk
butiran, cara susunannya, lingkungan pengendapan.
3. Pengukuran porositas dengan cara penimbangan sebesar 34.94% dan pengukuran
porositas dengan mercury injection sebesar 37.76%.
4. Porositas dengan metode penimbangan = 34.94 %
(Termasuk kategori porositas istimewa / excellent)
5. Porositas dengan menggunakan Mercury Injection Pump = 37.76 %
(Termasuk kategori porositas istimewa / excellent)