Anda di halaman 1dari 2

-Menjadi Seorang Perempuan-

Perempuan adalah pusat dari kehidupan sebuah keluarga. Semua perempuan memiliki
kodrat yang sama, menjadi ibu, menjadi istri, menjadi pondasi berdirinya sebuah keluarga.

Banyak yang mengatakan, baik buruknya sebuah negara bisa dilihat dari kualitas penduduk
perempuannya. Kalimat ini tentu memberi pandangan pada kita seberapa berpengaruhnya
kaum perempuan dalam berdirinya sebuah negara. Karena, negara maju berawal dari
sumber daya yang baik, berpendidikan dan tentu saja cerdas. Dan sebagai mana yang kita
tahu, bahwa pendidikan dasar yang setiap manusia temukan adalah di rumah. Ibu memiliki
peran dan tanggung jawab besar dalam keberhasilan pendidikan dasar ini.

Dari hal diatas dapat di simpulkan bahwa perempuan merupakan tonggak penentu
berdirinya sebuah negara, tonggak yang menentukan kokoh atau tidaknya sebuah negara.
Lantas, perempuan seperti apa yang sebuah negara butuhkan untuk tetap kokoh? Tentu
saja perempuan cerdas yang berpendidikan dan berakhlak mulia. Dari sini, sudah dipastikan
bahwa orang-orang yang menganggap bahwa kaum perempuan tidak butuh pendidikan
yang layak karena hanya akan berakhir di dapur adalah salah. Jelas-jelas disebutkan dalam
salah satu hadist kewajiban mencari ilmu yang bunyinya, "mencari ilmu itu adalah wajib
hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan" (HR Ibnu Abdil Barr).
Jadi tidak ada alasan suatu organisasi pemerintahan melarang gerak kaum perempuan
untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan setinggi-tingginya. Untuk kasus di Indonesia,
berterimakasihlah pada RA Kartini, yang berkatnya, masyarakat Indonesia akhirnya sadar
bahwa perempuan juga layak untuk mendapatkan pendidikan selayaknya kaum laki-laki.

Lalu? Setelah pendidikan yang layak didapatkan oleh kaum perempuan, apa peran
perempuan dalam era globalisasi ini?

Sangat banyak. Peran perempuan di era globalisasi ini tidak hanya mencakup aspek
pendidikan generasi-generasi penerus bangsa, tapi juga sebagai tameng keluarga. Menjadi
perempuan di era globalisasi seperti ini, perempuan tidak boleh lemah. Perempuan harus
mandiri, tegar dan cerdas dalam menghadapi pereubahan-perubahan yang era globalisasi
ciptakan. Perempuan harus cukup cerdas dalam memilah perubahan mana yang baik bagi
dirinya dan keluarga, dan perubahan mana yang tidak sepatutnya dikonsumsi oleh
keluarganya. Karena, walau bagaimanapun, perempuan (bersama pasangannya)
bertanggung jawab atas kesejahteraan, kebahagiaan dan pembinaan terhadap generasi
penerus bangsa ini.

Selain itu, perempuan juga berperan sebagai anggota masyarakat, warga negara dan warga
dunia yang juga berperan sebagai penjaga ketentraman dan kedamaian lingkungan serta
pembawa perubahan menuju dunia yang lebih baik.

Besarnya peran perempuan di era globalisasi ini sinkron dengan makin eksisnya kaum
perempuan diberbagai bidang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya profesi yang dulu kerap
dilakukan oleh kaum laki-laki, kini perempuan membuktikan bahwa mereka juga bisa,
bahkan tak kalah baik jika diadu kualitasnya. Contohnya, juru parkir, supir bus, montir,
bahkan kepala desa dan presiden sekalipun. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal
seperti, tuntutan ekonomi misalnya. Inilah yang selama ini kita kenal dengan kesetaraan
gender.

Kesetaraan gender membuktikan kepada dunia bahwa kaum perempuan bukan kaum yang
lemah. Kaum perempuan adalah kaum yang mandiri dan tangguh. Dipihak lain, kesetaraan
gender dianggap sebagai jalannya kaum perempuan memiliki hak yang sama dengan
laki-laki dalam hal apapun. Jelas anggapan ini salah, islam memandang laki-laki dan
perempuan dengan adil dan tanpa diskriminasi. Laki-laki dan perempuan memiliki derajat
dan kedudukan yang sama di mata-Nya. Laki-laki dan perempuan mempunyai tugas dan
tanggung jawab masing-masing dalam menjalani tugas spiritualnya. Allah menciptakan
laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang sangat baik dan kedudukan yang terhormat dan
adil dalam memberikan tugas dan fungsi masing-masing.

Tapi mengapa saya mengatakan bahwa anggapan perempuan memiliki hak yang sama
dengan kaum laki-laki dalam berbagai hal adalah salah? Karena sudah dijelaskan dalam
Surat An-Nisa ayat 34 yang artinya, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka"
(QS An-Nisaa': 34)

Jelas bahwa laki-laki lah yang memimpin kaum perempuan. Perempuan tidak dilarang untuk
menuntut pendidikan yang tinggi, tapi perlu digaris bawahi bahwa tujuan perempuan dalam
menuntut ilmu bukan semata-mata untuk jabatan tinggi dan harta yang banyak, tapi untuk
membangun generasi. Perempuan tidak dilarang untuk berkarier dan mempunyai jabatan
tinggi, hanya saja perempuan harus tau kodratnya sebagai istri dan ibu. Perempuan harus
bisa menyeimbangkan kehidupan kariernya tanpa melupakan semua kewajibannya dalam
keluarga.

Jadilah perempuan cerdas dan berkualitas tanpa melupakan kodrat dan tugasny.

Anda mungkin juga menyukai