Anda di halaman 1dari 11

TUGAS EKONOMI MANAJERIAL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TEMBAKAU


UNTUK BERMITRA

DI SUSUN OLEH:
NAMA : ALFINDO DESWILA SANDRO
NIM : D1B017063
KELAS :E

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Ir. DOMPAK MT NAPITUPULU,M.Sc

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat waktu. Tugas ini saya susun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi
Manajerial.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu saya mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun, agar tugas ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.Semoga tugas
ini bermanfaat bagi semua pihak terutama para pembaca.

Jambi, september 2019

penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…….……............
DAFTAR ISI …………………………………………………………….…….……................
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..............................
1.1 Latar Belakang…………………………………..……………...............................
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….....
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA………………………………………………………………....
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………….....
3.1Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani
untuk Bermitra…………………………………….................................................
3.2 Dampak yang diperoleh petani dalam bermitra........................
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….……....
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan pertanian selama ini menjadi topik yang sering dibicarakan .
agribisnis sebagai suatu sistem menjadi sebuah harapan untuk mewujudkan proses
pembangunan pertanian guna menjaga stabilitas perekonomian nasional. Menurut
Hanafie (2010), secara konvensial, peran tersebut terkait fungsi menjaga gawang
ketahanan pangan (food security), penyerap tenaga kerja, penghasil devisa,
penyedia bahan baku industri, dan penjaga kelestarian lingkungan. Daniel (2004)
menyatakan, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan
strategis yang terus berkembang secara dinamis dan menjurus pada liberalisasi
perdagangan internasional an investasi. Liberalisasi ekonomi akan mendorong
iklim internasional sedemikian rupa sehingga mekanisme pasar bekerja dengan
hambatan minimum. Dengan demikian, persaingan dalam perdagangan
internasional menjadi semakin terbuka dan transparan. Sistem agribisnis juga
mendorong untuk menuju pertanian modern. Pertanian modern berorientasi
kepada pasar, kelembagaan yang kuat, penggunaan teknologi tepat guna serta
lingkungan.
Perkebunan merupakan salah satu salah satu sub sektor yang menjadi
penopang perekonomian indonesia. Komoditas kelapa sawit, karet, kakao dan
tembakau yang dapat diekspor diupayakan untuk dimaksimalkan produksinya.
Tujuannya adalah perolehan pendapatan melalui devisa hasil perkebunan yang
diekspor. Komoditas tembakau menjadikomoditas yang sedang hangat untuk
dibicarakan. Usulan pemerintah mengenai rancangan peraturan pemerintah (RPP)
Tembakau mendapat tantangan keras dari kalangan usaha atau buruh yang
berkaitan secara langsung atau tidak langsung di bidang tembakau. Penyebabnya
adalah banyak pihak yang terkena dampak secara langsung jika pemberlakuan
RPP tembakau benar-benar dilaksanakan (Serad, 2011)
Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mampu menyumbang
cukai dalam jumlah yang besar untuk negara. Seperti yang diketahui bahwa
indonesia mempunyai beberapa wilayah yang cocok untuk ditanami tembakau
seperti di Sumatra, Klaten, Temanggung, dan Jawa serta Nusa Tenggara. Jawa
timur sendiri merupakan wilayah yang mampu ditanami tembakau salah satunya
adalah kabupaten Jember. Jawa timur menjadi prvinsi yang paling terkena dampak
jika RPP Tembakau tersebut disahkan, karena Jawa Timur memiliki banyak
wilayah yang menjadi sentra-sentra tanaman tembakau. Areal tanaman tembakau
terbentang dari wilayah barat (ngawi) sampai timur (banyuwangi). Sementara itu
produksinya mampu memasok lebih 60% dari total produksi tembakau nasional
(Tim Revitalisasi Pengusahaan Tembakau Jawa Timur, 2011).
Mutu tembakau yang menurun membuat eksportir memberikan harga yang
rendah terhadap hasil tembakau Na-Oogst petani. Produksi dan produktivitas yang
semakin rendah akibat tidak tepatnya proses budidaya di duga menjadi
penyebabnya. Faktor tersebut diharapkan mambuka wawasan petani sebagai
produsen untuk melakukan kemitraan sebagai tujuan menghasilkan barang sesuai
dengan permintaan pasar, berkualitas tinggi, berbiaya efisien dan menekan resiko.
Kelompok tani sebagai lembaga di lingkungan petanidiharapkan mempunya daya
tawar yang tinggi untuk memperkuat posisinya. Petani yang berkelompok akan
mempunyai kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan patani yang bekerja
sendiri. Kemitraan sebagai jalan untuk menjembatani baik kepentingan petani
untuk mendapatkan permodalan melalui skema pembiayaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam koperasi margi
utama untuk bermitra, dampak yang diperoleh petani dari aspek teknis dari
usahatani.

1.2 Rumusan Permasalahan


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk
bermitra?
Apa dampak yang diperoleh petani dari aspek teknis dan ekonomi dari proses
jalinan kemitraan ?

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Usahatani adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.
Beberapa pandangan tentang usahatani terlalu menekankan pada pembukuan dan
tata cara akuntansi. Lebih dari itu usahatani juga menekankan prinsip ekonomi
produksi dan teknologi dalam berusahatani. Usahatani menggabungkan aspek
teknis dan ekonomis dari sebuah usahatani tanpa melupakan faktor manusia
(keluarga tani). Keuntungan diperoleh dengan menggabungkan manajemen
usahatani dan pronsip-prinsip ekonomis bersamaan dengan metode-metode teknis
dan modal. Semua yang bertanggung jawab untuk menjalankan usahatani melihat
manajemen usahatani sebagai masalah pengelolaan dan pembuatan keputusan
sehari-hari tentang urasan praktis dan teknis. Pekerjaan harus dikerjakan dengan
baik dan tepat (Mahekam dalam Malcolm, 1991).
Kemitraan merupakan suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau
lebih yang membentuk ikatan kerjasama atas dasar kepercayaan dan rasa saling
membutuhkan (Martodireso dalam Suryanto, 2006). Mardikanto (2009) juga
mengatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama yang sinergis antara dua atau
lebih pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan. Kerjasama tersebut merupakan
pertukaran sosial yang saling memberi, bersifat timbal balik dan saling menerima.
Tujuan kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan
saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. Dengan demikian
kemitraan hendaknya memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang bermitra.
Dan bukan sebaliknya ada sesuatu pihak yang dirugikan atau merugikan
(Sulistiyani, 2004). Pada dasarnya kemitraan adalah win-win solution. Kesadaran
dan saling memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih
dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-
masing (Sutawi, 2002).
Menurut Setiadi (2008), pengambilan keputusan merupakan proses
pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan suatu masalah. Fungsi
pengambilan keputusan antara lain:

Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik
secara individual maupun secara kelompok, baik secara instirusional maupun
secara organisasional.
Sesuatu yang bersifat futuristik artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa
yang akan datang dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Menurut Syamsi (2000), pengambilan keputusan hendaknya mempunyai
dasar-dasar dalam penentuannya. Dasar-dasar pengambilan keputusan bermacam-
macam tergantung dari masalahnya. Keputusan dapat diambil berdasarkan
perasaan semata-mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio, bahkan
banyak terjadi di lingkungan instansi pemerintahan maupun di perusahaan,
keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya. Dasar-dasar dalam
pengambilan keputusan antara lain:
Pengambilan keputusan berdasarkan instuisi
Pengambilan keputusan rasional
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani


untuk Bermitra

Faktor pertama yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk


bermitra adalah pinjaman modal. Pinjaman modal berpengaruh negatif terhadap
pengambilan keputusan petani untuk bermitra. Pengaruh negatif yang dapat
menurunkan peluang petani untuk bermitra karena pinjaman modal yang
diberikan disertai dengan pembayaran bunga sebesar 2% per musim tanam (4
bulan). Selain itu pinjaman modal yang diberikan ada beberapa petani yang harus
memberikan jaminan sertifikat kepada KOPA TTN. Jaminan sertifikat yang
diberikan merusak asa kemitraan itu yang berdasar kepercayaan dan rasa saling
membutuhkan. Kedua yaitu jaminan saprotan diduga sebagai salah satu faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk bermitra. Ketiga adalah
kepatian pasar berpengaruh negatif dalam pengambilan keputusan petani dalam
bermitra. Pengaruh negatif ini bertolaak belakang dengan keinginan petani yang
ingin kepastian pasar atau dengan kata lain petani ingin produksi yang dihasilkan
sudah ada pembelinya. Keempat adalah transparasi mutu barang yang
berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan petani untuk bermitra.
Semakin tinggi transparansi mutu barang yang dilakukan akan meningkatkan
peluang petani untuk bermitra. Selain itu petani juga membutuhkan pengetahuan
untuk usahatani yang akan dijalankan maka dari itu petani tertarik untuk bermitra.
Contohnya saja jika petani bermitra dengan pabrik tembakau maka setelah panen
petani tersebut tidak mengalami kesulitan untuk mendistribusikan tembakaunya
karena sudah punya sasaran pasar yang jelas, sein itu petani juga bisa
mendapatkan keuntungan yang maksimal karena tembakau yang dijual langsung
ke pabrik harganya kan lebih tinggi dibandingkan dengan jika petani terseut
menjualnya ke pemasok atau pedagang pengepul
3.2 Dampak yang Diperoleh Petani dalam Bermitra
Dampak secara teknis petani yang bermitra memperoleh total produksi
tembakau besuki Na-Oogst tanam awal lebih tinggi daripada petani yang tidak
bermitra tetapi secara kualitas pada proses grading petani yang bermitra
memperoleh hasil produksi lebih sedikit daripada petani yang tidak bermitra
Dampak ekonomi dari jalinan kemitraan yaitu perolehan pendapatan petani
yang bermitra. Pendapatan merupakan tujuan akhir dari proses kegiatan
berusahatani. Pendapatan yang diperoleh baik dari petani yang bermitra ataupun
yang tidak bermita bisa menjadi pedoman bagi petani untuk menentukan
perencanaan usahatani tembakau dimusim mendatang. Petani bisa menetukan
usahatani yang dapat memberikan keuntungan paling tinggi. Perolehan petani
yang bermitra dengan petani yang tidak bermitra dibandingkan untuk mengetahui
apakah pendapatan petani yang bermitra akan lebih tinggi dibandingkan dengan
petani yang tidak bermitra. Perolehan petani yang bermitra lebih tinggi
dibandingkan dengan petani yang tidak bermitra karena petani yang bermitra
dapat mengetahui atau mempunya pedoman untuk menentukan dan merencanakan
usahatani tembakau mendatang. Dampak secara ekonomi dari proses jalinan
kemitraan berupa hasil pembangunan kelembagaan untuk petani berupa koperasi
yang didirikan ketika akan terjadi proses kemitraan. Kemitraan yang dilakukan
mendorong petani untuk membentuk kelembagaan berupa koperasi agar
kelembagaan petani lebih berkembang dan tidak hanya pada tataran kelompok
tani. Koperasi sendiri merupakan pengembangan dari kelompok tani yang terlebih
dahulu berdiri. Berdirinya koperasi akan mendorong petani untuk melakukan
kemitraan karena koperasi melakukan kemitraan tidak langsung kepada petani
secara perorangan namun melalui koperasi.
BAB IV. KESIMPULAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk bermitra


dengan koperasi adalah pinjaman modal dengan pengaruh negatif, sedangkan
faktor lain seperti jaminan saprotan, pendampingan, kepastian pasar, kepastian
harga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan
petani untuk bermitra dengan koperasi.
Dampak secara teknis petani yang bermitra memperoleh total produksi tembakau
besuki Na-Oogst tanam awal lebih tinggi daripada petani yang tidak bermitra
tetapi secara kualitas pada proses grading petani yang bermitra memperoleh
hasil produksi lebih sedikit daripada petani yang tidak bermitra. Sedangkan
dampak ekonomis rata-rata pendapatan petani tembakau besuki Na-Oogst
tanam awal per hektar petani bermitra lebih rendah daripada petani yang tidak
bermitra kerena perolehan hasil produksi daun kualitas A lebih sedikit
daripada petani yang tidak bermitra.
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara

Firdaus, M. 2010. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV. Andi

Mahekam, J.P., Malcolm J.R. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.


Jakarta: LP3S

Anda mungkin juga menyukai