Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia

Dosen Pengampu: Suwondo,DRS.MS.

Hanna Syabrina (125030607111005)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

MALANG

2013
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari banyak pulau yang
dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan ,dan lapisan sosial. Dalam pelaksanaan
pemerintahannya dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi tersebut dibagi atas
kabupaten dan kota. Dan tiap-tiap propinsi, kabupaten serta kota mempunyai pemerintah
daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Maka, pemerintahan daerah dapat didefinisikan sebagai suatu
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 .
Sedangkan pemerintah sendiri adalah sebuah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terdiri dari Presiden beserta para menteri. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah
beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah.
Sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia berdasarkan pendekatan
kesisteman dibagi menjadi dua, yaitu sistem pemerintah pusat (pemerintah) dan sistem
pemerintahan daerah seperti yang telah kita ketahui diatas. Praktik penyelenggaraan
pemerintah dalam hubungan antarpemerintah dikenal dengan konsep sentralisasi dan
desentralisasi. Konsep sentralisasi menunjukkan karakteristik bahwa semua kekuasaan dan
kewenangan penyelenggaraan pemerintahan berada di tangan pemerintahan pusat, sedangkan
dalam sistem desentralisasi sebagian kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi
kewajiban pemerintah, diberikan kepada pemerintah daerah.
Jika kita membicarakan tentang sistem desentralisasi dalam pemerintahan daerah,
maka tidak akan terlepas dari kata otonomi daerah. Otonomi daerah yang didefinisikan
sebagai suatu wewenang atau kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah yang mengatur dan
mengelola untuk kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu sendiri. Penyelenggaraan
pemerintahan daerah ini telah dirumuskan dalam UU No.5 Tahun 1974 kemudian
diamandamen menjadi UU No.22 /1999 yang telah diamandemen kembali menjadi UU
No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di dalam makalah ini, kita akan membahas
lengkap tentang desentralisasi, otonomi daerah, dan undang-undang yang didalamnya
membahas tentang pemerintahan daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah ?
2. Bagaimana konsep desentralisasi dalam penyelenggara pemerintahan?
3. Bagaimana hubungan antara otonomi daerah dengan sistem pemerintahan daerah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dengan jelas definisi tentang pemerintahan daerah
2. Untuk mengetahui konsep desentralisasi dalam penyelenggara pemerintahan
3. Untuk mengetahui hubungan antara otonomi daerah dengan sistem pemerintahan
daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pemerintahan Daerah

Negara Indonesia merupakan negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah


Provinsi. Di dalam daerah Provinsi, terbagi lagi menjadi daerah Kabupaten dan Kota. Setiap
daerah tersebut, terdapat sebuah sistem pemerintahan daerah yang diatur oleh undang
undang. Pengertian dari Pemerintahan Daerah sendiri adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 (UU No 32 Tahun
2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2). Melihat definisi pemerintahan daerah
seperti yang telah dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini
adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau
Walikota dan perangkat daerah.

2.2 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepala Daerah dibantu oleh Perangkat


Daerah yang terdiri dari :

 Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam
Sekretariat;
 Unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
 Unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
 Unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah; serta
 Unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.

Urusan pemerintahan daerah sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Dalam


pelaksanaannya, urusan pemerintahan dibagi berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas,
dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antara susunan pemerintah. Dibagi
lagi dengan memperhatikan kriteria tersebut menjadi dua, yaitu urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah kabupaten atau daerah
kota merupakan urusan yang berskala kabupaten atau kota meliputi 16 buah urusan. Urusan
pemerintahan kabupaten atau kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah ini menjalankan


dengan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.Pemerintahan daerah
dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat
dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan
umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan
administrasi dan kewilayahan antarsusunan pemerintahan.

Untuk menyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, maka terdapat asas-asas


pemerintahan daerah yang terbagi menjadi empat, yaitu Sentralisasi, Desentralisasi,
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

 Sentralisasi

Pengertian sentralisasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan


dipusatkan di pemerintah pusat. Menurut J. In het Veld, kelebihan sentralisasi adalah menjadi
landasan kesatuan kebijakan lembaga atau masyarakat dapat mencegah keinginan untuk
memisahkan diri dari negara dan dapat meningkatkan rasa persatuan meningkatkan rasa
persamaan dalam perundang-undangan, pemerintahan dan pengadilan sepanjang meliputi
kepentingan seluruh wilayah dan lebih mengutamakan umum daripada kepentingan daerah
nya sendiri, golongan atau perorangan, masalah keperluan umum menjadi beban merata dari
seluruh pihak tenaga yang lemah dapat dihimpun menjadi suatu kekuatan yang besar
meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan meskipun hal
tersebut belum merupakan suatu kepastian tenaga yang lemah dapat dihimpun menjadi suatu
kekuatan yang besar.
 Desentralisasi

Pengertian desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah


kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah didasarkan pada :dilihat dari sudut politik, desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang apda akhirnya dapat
menimbulkan tirani. Penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai pendemokrasian, untuk
menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak
demokrasi dari sudut teknis organisatoris pemerintahan, desentralisasi adalah untuk mencapai
suatu pemerintahan yang efesien. Pembahasan tentang desentralisasi akan dibahas secara
rinci pada sub bab berikutnya.

 Dekonsentrasi

Pengertian dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh


pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu. Oleh karena itu, di daerah terdapat suatu wilayah yang merupakan wilayah
kerja pejabat yang menerima sebagian wewenang dari pejabat pusat. Wilayah kerja pejabat
untuk pejabat pusat yang berada di daerah tersebut disebut wilayah administrasi. Wilayah
administrasi terbentuk akibat diterapkannya asas dekonsentrasi. Pejabat pusat akan membuat
kantor-kantor beserta kelengkapannya di wilayah administrasi yang merupakan cabang dari
kantor pusat. Kantor-kantor cabang yang berada diwilayah administrasi inilah yang disebut
dengan instansi vertikal. Disebut vertikal karena berada di bawah kontrol langsung kantor
pusat.

Jadi, instansi vertikal adalah lembaga pemerintah yang merupakan cabang dari
kementrian pusat yang berada di wilayah administrasi sebagai kepanjangan tangan dari
departemen pusat Kelebihan dekonsentrasi secara politis adalah eksistensi dekonsentrasi akan
dapat mengurangi keluhan-keluhan daerah, protes-protes daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat. Sedangkan secara ekonomis, aparat dekonsentrasi dapat membantu
pemerintah dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan melalui aliran informasi yang
intensif yang disampaikan dari daerah ke pusat. Mereka dapat diharapkan melindungi rakyat
daerah dari eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memanfaatkan
ketidakacuhan masyarakat akan ketidakmampuan masyarakat menyesuaikan diri dengan
kondisi ekonomi modern.
Dekonsentrasi memungkinkan terjadinya kontak secara langsung antara pemerintah
dengan yang diperintah/rakyat kehadiran perangkat dekonsentrasi di daerah dapat
mengamankan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat atau kebijakan nasional di bidang
politik, ekonomi, dan administrasi dapat menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan
dan kesatuan nasional.

 Tugas Pembantuan

Pengertian dari Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Tujuan
diberikannya Tugas Pembantuan adalah karena untuk lebih meningkatkan efektivitas dan
efesiensi penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan umum kepada masyarakat. Tujuan
lainnya adalah untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan serta
membantu mengembangkan pembangunan daerah dan desa sesuai dengan potensi dan
karakteristiknya.

Latar Belakang perlunya daerah dan desa diberikan tugas pembantuan, yaitu :

- Adanya peraturan perundang-undangan yang membuka peluang dilakukannya pemberian


tugas pembantuan dari pemerintah kepada daerah dan desa dan dari pemerintah daerah
kepada desa (Pasal 18A UUD 1945 sampai pada UU pelaksananya : UU Nomor 32 Tahun
2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004).

- Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan
lebih akurat.

- Adanya keinginan politik untuk menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan


pemberian pelayanan kepada masyarakat secara lebih ekonomis, lebih efesien dan efektif,
lebih transparan dan akuntabel.

- Adanya kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh kemajuan daerah
dan desa yang ada di dalam wilayahnya.
- Citra masyarakat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat melalui maju atau mundurnya
suatu desa atau daerah.

Sedangkan dasar pertimbangan pelaksanaan asas tugas pembantuan antara lain karena
keterbatasan kemampuan pemerintah dan atau pemerintah daerah, sifat sesuatu urusan yang
sulit dilaksanakan dengan baik tanpa mengikutsertakan pemerintah daerah.dan perkembangan
serta kebutuhan masyarakat, sehingga sesuatu urusan pemerintahan akan lebih berdaya guna
dan berhasil guna apabila ditugaskan kepada pemerintah daerah.

2.3 Pemerintah dan Perangkat Daerah

Pelaksana dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah seorang pemerintah


daerah. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah.
Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk
kota adalah wali kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk
provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota
disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan
kewajiban. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.Tugas dan wewenang dari kepala
daerah sendiri , yaitu: (1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; (2) mengajukan rancangan Peraturan Daerah; (3)
menetapkan Peraturan daerah yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; (4)
menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan daerah tentang APBD kepada DPRD untuk
dibahas dan ditetapkan bersama; (5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah; (6)
mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan (7) melaksanakan tugas
dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Gubernur juga mempunyai jabatan sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah


provinsi yang bersangkutan. Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat tersebut,
Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden. Sedangkan perangkat daerah provinsi terdiri
atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD , dinas daerah dan lembaga teknis daerah.Kemudian
perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas
daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Susunan organisasi perangkat
daerah ditetapkan dalam Perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah.

Sekretariat daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris daerah mempunyai


tugas dan kewajiban membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretariat DPRD dipimpin
oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas: (a). menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan DPRD; (b). menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;
(c). mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD; dan (d). menyediakan dan
mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Kepala dinas daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah
merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah tersebut bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

Kecamatan dibentuk di wilayah kabupaten/kota dengan Perda berpedoman pada


Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau wali kota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah. Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh lurah yang dalam
pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.

2.4 Pengertian Desentralisasi

Jika kita membahas tentang sistem pemerintahan daerah di Indonesia, maka tidak
akan terlepas dengan kata-kata desentralisasi dan otonomi daerah. Pada sub bab berikut, kita
akan membahas terlebih dahulu tentang desentralisasi. Pengertian desentralisasi menurut
pasal 1 ayat 7 UU No.32 Tahun 2004 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Encyclopedia of the Social Siences
(1980) desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih
tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif,
judikatif, atau administratif. Sedangkan menurut Hoogerwerf (1978), Desentralisasi adalah
pengakuan atau penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih rendah untuk
secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.
Pendapat lain dijabarkan oleh Koswara (1996) yang mengatakan bahwa desentralisasi
pada dasarnya mempunyai makna yaitu melalui proses desentralisasi urusan-urusan
pemerintahan yang semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah
pusat sebagian diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya
sehingga urusan tersebut beralih kepada dan menjadi wewenang dan tanggung jawab
pemerintah daerah. Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara
untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih
baik mengenai keadaan daerah, untuk menyusun program-program daerah secara lebih
responsif dan untuk mengantisipasi secara cepat manakala persoalan-persoalan timbul dalam
pelaksanaan.
Lebih lanjut Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem
dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.

2.5 Tujuan Desentralisasi

Desentralisasi menurut smith(1985) tujuan utama desentralisasi dibagi menjadi 2


yaitu “political and economic goals”,lalu smith mencoba mengupas secara tujuan dari
desentralisasi secara lebih rinci membedakan tujuan desentralisasi bila dilihat dari sudut
pandang kepentingan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Untuk kepentingan
pemerintah pusat , smith menegaskan sedikitnya ada 3 tujuan desentralisasi yaitu:
“political education,,training in political leadership,and for political stability”. Untuk
kepentingan pemerintah daerah, menurut smith ada 3 tujuan desentralisasi yaitu :
“political equality,local accountability,and local responsiveness”. Sedangkan tujuan umum
dari Desentralisasi adalah :
- mencegah pemusatan keuangan
- sebagai usaha pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
- penyusunan program-program untuk perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local sehingga
dapat lebih realistis.
2.6 Bentuk Desentralisasi

Bentuk desentralisasi dibagi menjadi empat, yaitu :

- Dekonsentrasi: Desentralisasi dekosentrasi pada prinsipnya merupakan bentuk


desentralisasi nir ekstensif (kurang luas) lebih kepada pergeseran beban kerja dari kantor-
kantor pusat departemen pemerintah kepada pejabat staff yang berkantor di luar ibukota
negara. Terbuka kemungkinan tidak diberinya wewenangan memutuskan bagaimana
fungsi-fungsi yang diemban atau dibebankan kepadanya seharusnya dilaksanakan.
Namun juga dimungkinkan pelaksanaan dekosentrasi secara lebih ekstensif melalui
pembentukan sistem “Field administration” dengan pemberian kebebasan kepada staff
atau pejabat setempat membuat keputusan rutin serta menyuarakan implementasi kebijakan
sesuai dengan kondisi lokal. Dalam hal ini sedikit banyak pemerintah pusat masih
memberi kerangka pedoman pelaksanaan.

- Delegasi: Melimpahkan kewenangan manajerial dan pembuatan keputusan, khususnya


dalam menjalankan fungsi-fungsi publik khusus atau tertentu pada organisasi-organisasi
tertentu yang hanya dikontrol secara tidak langsung oleh departemen pusat. Tidak
jarang, dalam menjalankan fungsi-fungsi yang dibebankan kepadanya ternyata organisasi
mempunyai tingkatan yang lebih independen. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan contoh desentralisasi pada tingkatan delegasi.
Dalam praktek sistem pemerintahan seringkali dikenal sebagai tugas pembantuan atau
Medebewind, dimana pemerintah pusat membuat kebijakan dan menyediakan anggarannya.
Untuk pelaksanaan kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada aparat dan staff pemerintah
daerah mempertanggungjawabkan keberhasilannya kepada pemerintah pusat dan
mendelegasikan kekuasaan pelaksanaan program tersebut kepada daerah.

- Devolusi: Devolusi merupakan bentuk desentralisasi tertinggi, desentralisasi paling


extensif. Prinsip-prinsipnya meliputi: pemberian otonomi penuh dan kebebasan tertentu
pada pemerintah daerah, serta kontrol yang relatif kecil dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah; pemerintah daerah memiliki wilayah yang kewenangan hukumnya
jelas dan berhak menjalankan segala kewenangan guna melaksanakan fungsi-fungsi
publik dan pemerintah; pemerintah daerah diharuskan memberikan kekuasaan yang cukup
untuk menggali sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat menjalankan semua fungsi-
fungsinya baik dalam pelayanan publik dan pemerintahan atau politik; pemerintah daerah
sebagai institusi yang dikembangkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan
menyediakan pelayanan optimal dapat bermanfaat, serta sebagai satuan pemerintahan
yang masyarakatnya mempunyai hak untuk mempengaruhi keputusan-keputusannya.
Namun sayangnya bentuk desentralisasi devolusi ini jarang dipraktekkan di Indonesia,
juga di negara-negara berkembang.

- Transfer fungsi/penyerahan pemerintahan kepada Nongovernment Institution :


Desentralisasi bentuk ini diberikan melalui perencanaan dan tanggungjawab
administratif, fungsi-fungis publik dari pemerintah ke pada tenaga sukarela (voluntary),
swasta, lembaga-lembaga non pemerintah. Dalam kasus tertentu pemerintah melakukan
transfer perencanaan dan tanggungjawab administratif kepada organisasi di luar
pemerintah secara paralel. Misalkan kepada industri nasional dan asosiasi perdagangan,
organisasi profesional atau organisasi gerejawi, partai-partai politik, koperasi-koperasi. Hak
yang diberikan dapat berupa ijin, peraturan, pengawasan anggota mereka di dalam
melakukan fungsi-fungsi yang sebelumnya dikontrol oleh pemerintah. Dalam kasus lain
pemerintah dapat merubah tanggungjawab menghasilkan barang-barang atau suplai
pelayanan ke organisasi-organisasi private.

2.7 Pentingnya Desentralisasi

Mengapa harus dilakukan desentralisasi sistem pemerintahan? Karena pada dasarnya


stabilitas politik nasional berawal dari stabilitas politik tingkat daerah. Masyarakat baik
secara sendiri - sendiri maupun secara berkelompok akan ikut terlibat dalam mempengaruhi
pemerintahannya untuk membuat kebijakan, terutama yang menyangkut kepentingan mereka
kepentingan rakyat banyak. Dengan pelaksanaan desentralisasi sistem pemerintahan bisa
memungkinkan representasi yang lebih luas dari berbagai kelompok politik, etnis, serta
keagamaan di dalam perencanaan pembangunan.
Sistem pemerintahan daerah juga membuka peluang bagi masyarakat daerah untuk
meningkatkan kapasitas teknik dan manajerial sehingga bisa meningkatkan pengaruh serta
pengawasan atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para elit lokal. Dalam sistem
pemerintahan daerah juga bisa memungkinkan para pemimpin daerah untuk menetapkan
pelayanan dan fasilitas secara efektif di tengah - tengah masyarakat, mengintegrasikan daerah
- daerah yang terisolasi, memonitor dan melakukan evaluasi implementasi proyek
pembangunan dengan lebih baik bila dibandingan pengawasan yang dilakukan oleh pejabat
dari pusat.
Keberhasilan pelaksanaan desentralisasi akan sangat tergantung pada desain, proses
implementasi, dukungan politis baik pada tingkat pengambilan keputusan di masing-masing
tingkat pemerintahan, maupun masyarakat secara keseluruhan, kesiapan administrasi
pemerintahan, pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, mekanisme
koordinasi untuk meningkatkan kinerja aparat birokrasi, perubahan sistem nilai dan perilaku
birokrasi dalam memenuhi keinginan masyarakat khususnya dalam pelayanan sektor publik.

2.8 Dampak Desentralisasi


Dari segi ekonomi, banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi.
Diantaranya adalah dimana pemerintahan daerah akan mudah untuk mengelola sumber daya
alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah
dikelola secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan
meningkat. Tetapi, penerapan sistem ini membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi
pejabat daerah (pejabat yang tidak benar) untuk melalukan praktek KKN.
Dari segi sosial budaya, desentralisasi akan memperkuat ikatan sosial budaya pada
suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah
akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain.
Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut.Sedangkan dampak negatif dari
desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing- masing daerah berlomba-lomba untuk
menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung ikut
melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri.
Sedangkan dari segi Keamanan dan Politik,diadakannya desentralisasi merupakan
suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia. Karena dengan
diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan
diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang
menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar
daerah.
Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian
besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa
adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah
lebih aktif dalam mengelola daerahnya. Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini
adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan
golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum.
Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.

2.9 Pengertian Otonomi Daerah

Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang
berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).
Menurut undang – undang no. 5 tahun 1974, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Beberapa pendapat ahli yang dikutip
Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa :

1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

2. Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai makna kebebasan atau


kemandirian tetapi bukan kemerdekaan. Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu
terwujud pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan.

3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah
daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah
adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara
informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983)
mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai
kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh
pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-
fungsi yang berbeda. Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (1979) bahwa dengan
kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri,
mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif
merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah
adalah dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian tersebut adalah wujud kesempatan pemberian yang harus
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah
untuk menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan
penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas.

Pendapat tentang otonomi di atas, juga sejalan dengan yang dikemukakan Vincent
Lemius (1986) bahwa otonomi daerah merupakan kebebasan untuk mengambil keputusan
politik maupun administrasi, dengan tetap menghormati peraturan perundang-undangan.
Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi
kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan
nasional, ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Terlepas dari itu
pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dalam Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.10 Hakekat Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan salah satu wujud upaya desentralisasi. Pelaksanaan


otonomi daerah pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan sesuai dengan kehendak
dan kepentingan masyarakat. Berkaiatan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang
berkenaan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan, pengelolaan
dana publik dan pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat dibututuhkan untuk mengidentifikasi
sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar
perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Data keuangan daerah
yang memberikan gambaran statistik perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan
maupun pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting terutama
untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk meliahat kemampuan/
kemandirian daerah (Yuliati, 2001:22).
2.11 Tujuan Otonomi Daerah

a. Menurut Mardiasmo (Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah) adalah: Untuk


meningkatkan pelayanan publik (public service) dam memajukan perekonomian daerah.
Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal, yaitu:
 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan
masyarakat.
 Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
 Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Selanjutnya tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-undang No 32 tahun
2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan
prakarsa dan peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab
sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat
dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

2.12 Prinsip Otonomi Daerah

Menurut penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan otonomi


daerah adalah :
1. penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek demokrasi, keadilan,
pemerataan serta potensi dan keaneka ragaman daerah.
2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab.
3. pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah dan daerah
kota, sedangkan otonomi provinsi adalah otonomi yang terbatas.
4. Pelaksanaan otonomi harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga tetap terjamin
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.
5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah kabupaten
dan derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan
khusus yang dibina oleh pemerintah.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan, mempunyai fungsi
anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah.
7. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan sebagai
wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu
dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di pemerintah daerah
dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskan.

2.13 Pembagian Kekuasaan antara Pusat dan Daerah Menurut UU No.22 1999

Pembagian kekuasaan antara Pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Jenis kekuasaan yang ditangani Pusat hampir
sama dengan yang ditangani oleh Pemerintah di negara federal, yaitu hubungan luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, dan agama, serta berbagai jenis urusan yang
memang lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat, seperti kebijakan makro
ekonomi, standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, badan usaha milik negara, dan
pengembangan sumberdaya manusia. Semua jenis kekuasaan yang ditangani pemerintah
pusat disebutkan secara spesifik dalam UU tersebut.

Selain itu, otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat luas, nyata dan
bertanggungjawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah pusat
(seperti pada negara federal); disebut nyata karena kewenangan yang diselenggarakan itu
menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan berkembang di daerah; dan disebut
bertanggungjawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi
pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan daerah dan antar
daerah. Disamping itu otonomi seluas-luasnya (keleluasaan otonomi) juga mencakup
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang diserahkan kepada
daerah otonom dalam rangka desentralisasi harus pula disertai penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia.
Karena disamping daerah otonom propinsi juga merupakan daerah administratif,
maka kewenangan yang ditangani propinsi/gubernur akan mencakup kewenangan dalam
rangka desentralisasi dan dekonsentrasi. Kewenangan yang diserahkan kepada Daerah
Otonom Propinsi dalam rangka desentralisasi mencakup:

a. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti kewenangan dalam bidang
pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan;
b. Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makro, pelatihan bidang alokasi sumberdaya manusia potensial, penelitian
yang mencakup wilayah Propinsi, pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian
lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya/pariwisata, penanganan penyakit menular,
dan perencanaan tata ruang propinsi;
c. Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata ruang, penegakan
hukum, dan bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara, dan
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
dan diserahkan kepada propinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau
kota tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.

 Untuk menyelenggaraan pemerintahan daerah tersebut, maka terdapat asas-asas


pemerintahan daerah yang terbagi menjadi empat, yaitu Sentralisasi, Desentralisasi,
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

 Sentralisasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana segala kekuasaan dipusatkan di


pemerintah pusat. Sedangkan Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada


gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Dan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa,
dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu

 Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala
daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota
adalah wali kota.

 Gubernur mempunyai dua jabatan, yaitu sebagai pejabat pusat dan sebagai wakil dari
orang daerah.

 Tujuan umum dari desentralisasi adalah mencegah pemusatan keuangan, sebagai usaha
pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan penyusunan program-program untuk
perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local sehingga dapat lebih realistis.
 Bentuk desentralisasi ada 4 yaitu delegasi, dekonsentrasi, devolusi , transfer
fungsi/penyerahan pemerintahan kepada Nongovernment Institution.

 Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,


meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif
masyarakat secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab.

 Pembagian kekuasaan antara Pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Semua jenis kekuasaan yang ditangani
pemerintah pusat disebutkan secara spesifik dalam UU .

3.2 Saran

Desentralisasi dan Otonomi daerah merupakan implementasi dalam sistem


pemerintahan daerah di Indonesia. Jika desentralisasi dan otonomi daerah bisa terlaksana
dengan baik, akan menghasilkan suatu good governance. Dalam rangka membangun Good
Governance di daerah, paling tidak ada beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan oleh
penyelenggara pemerintahan daerah, yaitu : prinsip kepastian hukum, transparansi,
profesionalisme, akuntabilitas dan partisipasi yang harus dilakukan.

Saran bagi aparatur pemerintah khususnya sebagai pemegang kendali pemerintahan


sebaiknya selalu melihat ke bawah, agar mampu menggali keunikan dan potensi dari
daerahnya.Bagi masyarakat sebagai obyek dan sekaligus subyek dari pembangunan
seharusnya ikut berpartisipasi lebih aktif lagi untuk memajukan daerahnya sendiri. Yang
terakhir adalah bagi pembaca pada umumnya, wacana dan informasi tentang isu – isu
pembangunan yang dengan begitu mudah diakses, sebaiknya dijadikan acuan agar dapat ikut
aktif dalam program pemabangunan di mana pun Anda berada.
Daftar Pustaka

- Nuraini,A. 2011. Otonomi Daerah dan Laju Pembangunan di Kabupaten Batang. (Online)
, (http://ayangga.wordpress.com/2011/03/10/otonomi-daerah-dan-laju-pembangunan-di-
kabupaten-batang/ diakses tanggal 27 maret 2013)

- Susilowati, K.Y. 2012. Pengertian Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah. (online),
(http://karuniayeni.blogspot.com/2012/04/pengertian-prinsip-dan-tujuan-otonomi.html
diakses tanggal 28 maret 2013 )

- PKBM Cibanggala. 2011. Mengenal Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia. (online),


(http://pkbmcibanggala.blogspot.com/2011/06/mengenal-sistem-pemerintahan-di.html
diakses tanggal 27 maret 2013 )

- Carapedia. Sistem Pemerintahan Daerah. (Online),


(http://carapedia.com/sistem_pemerintahan_daerah_info2340.html diakses tanggal 28
maret 2013 )

- Mega Cries. 2011. Dampak Desentralisasi. (Online),


(http://megacries.blogspot.com/2012/08/dampak-desentralisasi.html diakses tanggal 28
maret 2013 )

- Junaidi, Wawan. 2012. Pengertian Desentralisasi. (Online), (http://wawan-


junaidi.blogspot.com/2012/03/pengertian-desentralisasi.html diakses tanggal 28 Maret
2013)

- Wikipedia. Pemerintahan Daerah di Indonesia. (Online),


(http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia diakses tanggal 27 Maret
2013)

Anda mungkin juga menyukai