UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dengan jelas definisi tentang pemerintahan daerah
2. Untuk mengetahui konsep desentralisasi dalam penyelenggara pemerintahan
3. Untuk mengetahui hubungan antara otonomi daerah dengan sistem pemerintahan
daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam
Sekretariat;
Unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat;
Unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan;
Unsur pendukung tugas Kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah; serta
Unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam Dinas Daerah.
Sentralisasi
Dekonsentrasi
Jadi, instansi vertikal adalah lembaga pemerintah yang merupakan cabang dari
kementrian pusat yang berada di wilayah administrasi sebagai kepanjangan tangan dari
departemen pusat Kelebihan dekonsentrasi secara politis adalah eksistensi dekonsentrasi akan
dapat mengurangi keluhan-keluhan daerah, protes-protes daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat. Sedangkan secara ekonomis, aparat dekonsentrasi dapat membantu
pemerintah dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan melalui aliran informasi yang
intensif yang disampaikan dari daerah ke pusat. Mereka dapat diharapkan melindungi rakyat
daerah dari eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memanfaatkan
ketidakacuhan masyarakat akan ketidakmampuan masyarakat menyesuaikan diri dengan
kondisi ekonomi modern.
Dekonsentrasi memungkinkan terjadinya kontak secara langsung antara pemerintah
dengan yang diperintah/rakyat kehadiran perangkat dekonsentrasi di daerah dapat
mengamankan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat atau kebijakan nasional di bidang
politik, ekonomi, dan administrasi dapat menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan
dan kesatuan nasional.
Tugas Pembantuan
Pengertian dari Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, dari
pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Tujuan
diberikannya Tugas Pembantuan adalah karena untuk lebih meningkatkan efektivitas dan
efesiensi penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan umum kepada masyarakat. Tujuan
lainnya adalah untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan serta
membantu mengembangkan pembangunan daerah dan desa sesuai dengan potensi dan
karakteristiknya.
Latar Belakang perlunya daerah dan desa diberikan tugas pembantuan, yaitu :
- Adanya political will atau kemauan politik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada seluruh lapisan masyarkat dengan prinsip lebih murah, lebih cepat, lebih mudah dan
lebih akurat.
- Adanya kemajuan negara secara keseluruhan akan sangat ditentukan oleh kemajuan daerah
dan desa yang ada di dalam wilayahnya.
- Citra masyarakat akan lebih mudah diukur oleh masyarakat melalui maju atau mundurnya
suatu desa atau daerah.
Sedangkan dasar pertimbangan pelaksanaan asas tugas pembantuan antara lain karena
keterbatasan kemampuan pemerintah dan atau pemerintah daerah, sifat sesuatu urusan yang
sulit dilaksanakan dengan baik tanpa mengikutsertakan pemerintah daerah.dan perkembangan
serta kebutuhan masyarakat, sehingga sesuatu urusan pemerintahan akan lebih berdaya guna
dan berhasil guna apabila ditugaskan kepada pemerintah daerah.
Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Kepala dinas daerah
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah. Lembaga teknis daerah
merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah tersebut bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
Jika kita membahas tentang sistem pemerintahan daerah di Indonesia, maka tidak
akan terlepas dengan kata-kata desentralisasi dan otonomi daerah. Pada sub bab berikut, kita
akan membahas terlebih dahulu tentang desentralisasi. Pengertian desentralisasi menurut
pasal 1 ayat 7 UU No.32 Tahun 2004 adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Encyclopedia of the Social Siences
(1980) desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih
tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif,
judikatif, atau administratif. Sedangkan menurut Hoogerwerf (1978), Desentralisasi adalah
pengakuan atau penyerahan wewenang oleh badan-badan umum yang lebih rendah untuk
secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan pemerintahan, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.
Pendapat lain dijabarkan oleh Koswara (1996) yang mengatakan bahwa desentralisasi
pada dasarnya mempunyai makna yaitu melalui proses desentralisasi urusan-urusan
pemerintahan yang semula termasuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah
pusat sebagian diserahkan kepada pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangganya
sehingga urusan tersebut beralih kepada dan menjadi wewenang dan tanggung jawab
pemerintah daerah. Maddick (1963) mengemukakan bahwa desentralisasi adalah suatu cara
untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dan memperoleh informasi yang lebih
baik mengenai keadaan daerah, untuk menyusun program-program daerah secara lebih
responsif dan untuk mengantisipasi secara cepat manakala persoalan-persoalan timbul dalam
pelaksanaan.
Lebih lanjut Soejito (1990) menjelaskan bahwa desentralisasi sebagai suatu sistem
dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi , dimana sebagian
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang
berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri (Bayu Suryaninrat; 1985).
Menurut undang – undang no. 5 tahun 1974, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Beberapa pendapat ahli yang dikutip
Abdulrahman (1997) mengemukakan bahwa :
1. F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.
3. Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah
daerah sendiri. Hak mana diperoleh dari pemerintah pusat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Benyamin Hoesein (1993) bahwa otonomi daerah
adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara
informal berada di luar pemerintah pusat. Sedangkan Philip Mahwood (1983)
mengemukakan bahwa otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai
kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh
pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-
fungsi yang berbeda. Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun (1979) bahwa dengan
kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri,
mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif
merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah
adalah dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan setempat. Kebebasan yang terbatas atau
kemandirian tersebut adalah wujud kesempatan pemberian yang harus
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah
untuk menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk melakukannya dan
penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas.
Pendapat tentang otonomi di atas, juga sejalan dengan yang dikemukakan Vincent
Lemius (1986) bahwa otonomi daerah merupakan kebebasan untuk mengambil keputusan
politik maupun administrasi, dengan tetap menghormati peraturan perundang-undangan.
Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan untuk menentukan apa yang menjadi
kebutuhan daerah, tetapi dalam kebutuhan daerah senantiasa disesuaikan dengan kepentingan
nasional, ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Terlepas dari itu
pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dalam Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.13 Pembagian Kekuasaan antara Pusat dan Daerah Menurut UU No.22 1999
Pembagian kekuasaan antara Pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Jenis kekuasaan yang ditangani Pusat hampir
sama dengan yang ditangani oleh Pemerintah di negara federal, yaitu hubungan luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, dan agama, serta berbagai jenis urusan yang
memang lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat, seperti kebijakan makro
ekonomi, standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, badan usaha milik negara, dan
pengembangan sumberdaya manusia. Semua jenis kekuasaan yang ditangani pemerintah
pusat disebutkan secara spesifik dalam UU tersebut.
Selain itu, otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat luas, nyata dan
bertanggungjawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah pusat
(seperti pada negara federal); disebut nyata karena kewenangan yang diselenggarakan itu
menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan berkembang di daerah; dan disebut
bertanggungjawab karena kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi
pencapaian tujuan otonomi daerah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan
pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan daerah dan antar
daerah. Disamping itu otonomi seluas-luasnya (keleluasaan otonomi) juga mencakup
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang diserahkan kepada
daerah otonom dalam rangka desentralisasi harus pula disertai penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, dan sumber daya manusia.
Karena disamping daerah otonom propinsi juga merupakan daerah administratif,
maka kewenangan yang ditangani propinsi/gubernur akan mencakup kewenangan dalam
rangka desentralisasi dan dekonsentrasi. Kewenangan yang diserahkan kepada Daerah
Otonom Propinsi dalam rangka desentralisasi mencakup:
a. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti kewenangan dalam bidang
pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan;
b. Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makro, pelatihan bidang alokasi sumberdaya manusia potensial, penelitian
yang mencakup wilayah Propinsi, pengelolaan pelabuhan regional, pengendalian
lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya/pariwisata, penanganan penyakit menular,
dan perencanaan tata ruang propinsi;
c. Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan
kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata ruang, penegakan
hukum, dan bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara, dan
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
dan diserahkan kepada propinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau
kota tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala
daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota
adalah wali kota.
Gubernur mempunyai dua jabatan, yaitu sebagai pejabat pusat dan sebagai wakil dari
orang daerah.
Tujuan umum dari desentralisasi adalah mencegah pemusatan keuangan, sebagai usaha
pendemokrasian Pemerintah Daerah untuk mengikutsertakan rakyat bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan penyusunan program-program untuk
perbaikan sosial ekonomi pada tingkat local sehingga dapat lebih realistis.
Bentuk desentralisasi ada 4 yaitu delegasi, dekonsentrasi, devolusi , transfer
fungsi/penyerahan pemerintahan kepada Nongovernment Institution.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembagian kekuasaan antara Pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Semua jenis kekuasaan yang ditangani
pemerintah pusat disebutkan secara spesifik dalam UU .
3.2 Saran
- Nuraini,A. 2011. Otonomi Daerah dan Laju Pembangunan di Kabupaten Batang. (Online)
, (http://ayangga.wordpress.com/2011/03/10/otonomi-daerah-dan-laju-pembangunan-di-
kabupaten-batang/ diakses tanggal 27 maret 2013)
- Susilowati, K.Y. 2012. Pengertian Prinsip dan Tujuan Otonomi Daerah. (online),
(http://karuniayeni.blogspot.com/2012/04/pengertian-prinsip-dan-tujuan-otonomi.html
diakses tanggal 28 maret 2013 )