Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan Belajar 2

Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA


2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan ekonomis.
Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena murah dan
dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan sekaligus juga memanfaatkan
kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna,
bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar,
yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan lingkungan adalah
pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S. Misalnya; Praktik Lapangan,
Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan Pengabdian kepada masyarakat.
Kelebihan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih
akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang

2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat


beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru
bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan
pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui
sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
c. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran
keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan
keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran yaitu:
1. Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2. Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat
perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
3. Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya
yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika,
teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4. Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan
negatifnya.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat
diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
 Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.
 Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
 Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
 Menekankan keberhasilan siswa
 Menggunakan berbagai strategi
 Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c. Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
 Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
 Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan.
 Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
 Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu siswa.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
 Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang
ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
 Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri
melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
 Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah
dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
 Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan
konsep pada siswa.
 Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi yang
dikaji (www.dunia guru com.)
Aisyah (2007), mengemukakan empat hambatan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu
waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat,
dan birokrat). hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa
untuk berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan
kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam
pembelajaran

2.3. Pendekatan Faktual


Pembelajaran dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA dengan harapan siswa
dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara lain adalah dengan membaca,
menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan ( drill), dan memberikan test.

2.4. Pendekatan Konseptual


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret. menghubungkan dengan pengalaman lama
atau pengalaman baru, dan pengamatan, penafsiran tentang benda baru.contohnya
 Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk menutup badan
dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang pernah
dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
 Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah
mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang
seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil diperagakan, dipakai di badan,
disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak
“.
b. Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode, membandingkan antara
contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya. Seta
memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-
barang yang ditunjukkan pada a dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap
benda tersebut, dan Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau
barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai pelengkap.
Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c. Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ; Menyebut nama, istilah,
definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap pemecahan
masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh[

Selain itu, John Dewey juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan gambaran
pemecahan masalah, yaitu:
1. merumuskan masalah dengan jelas
2. menelaah permasalahan
3. merumuskan permasalahan secara jelas
4. memnghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
5. pembuktian hipotesis
6. menentukan pilihan pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang di kemukakan olehDavid
Johnson dan Frank Johnson adalah sebagai berikut :
1. definisi Masalah
2. Diagnosis Masalah
3. Merumuskan Alternatif Strategi
4. Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5. Evaluasi Keberhasilan Strategi
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah yaitu :
 diawali dengan masalah yang rutin dengan memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata
dalam kehidupan
 mempunyai penyelesaian yang berbeda
 mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras
mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan
2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai
dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb dalam keselarasan,
keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan, dan alam semesta.

2.7. Pendekatan Inkuiri.


Berikut merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a. Mengamati adalah Kegiatan mengamati objek-objek dan fenomena alam sekitar melalui
pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap. Informasi
yang diperoleh dapat menuntun keinginan tahu, mempertanyakan, memikirkan, melakukan
intepretasi tentang lingkungan, dan meneliti lebih lanjut.
b. Bertanya. Kegiatan dimana siswa mempunyai rasa keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
c. Hipotesis adalah Kegiatan siswa memberikan jawaban sementara atas pertanyaan yang telah dibuat.
d. Mengumpulkan data adalah Kegiatan mencari informasi berupa data dari bahan atau materi yang
diteliti atau dipelajari. Mengumpulkan data bisa melalui kegiatan observasi, misalnya membaca buku
untuk memperoleh informasi pendukung.
e. Menganalisis data adalah kegiatan Mengolah data dan menyajikan data tertentu untuk memperoleh
suatu kesimpulan. Analisis data pada penyajiannya dapat berupa tulisan, gambar, laporan, tabel, dan
karya lainnya.
f. Menarik kesimpulan adalah Peringkasan atau hasil akhir dari proses analisis data.

2.8. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
penumbuhan sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16). Pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Observasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau
fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok
permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka
memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat
tertentu.
3. Menginterpretasikan atau menafsirkan data. Dimana yang dikumpulkan melalui observasi,
perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam
berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4. Meramalkan (memprediksi). Dimana hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk
meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang.
Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang
telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5. Membuat hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan berbagai
hal baru.
6. Mengendalikan variabel. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah suatu
aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung
dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan
memperlakukan variabel.
7. Merencanakan penelitian / eksperimen. Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk
membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun kesimpulan sementara bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan
berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
9. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan
dalam mata pelajaran yang lain.
10. Mengkomunikasikan bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan
maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan
berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta sumber
belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil efektif dan
efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar
melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006, yaitu
pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah
melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan
keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan
sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk
pendidikan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses
dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1. Keterampilan mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
2. Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek tertentu,
serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola
hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam pengolahan data.
5. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan
konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti sehingga
adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7. Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan masalah,
membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8. Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan
data.
9. Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam
perikehidupan dalam masyarakat.
10. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan maupun
secara tertulis.
Surapranata (2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan,
khususnya dalam penilaian berbentuk kelas, yakni: Tes tertulis, Tes perbuatan, Pemberian
tugas, Penilaian proyek, Penilaian sikap, da Penilaian Portofolio.
Adapun keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
 Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga mempermudah pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
 siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
 melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajarann
 mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
 memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75),
sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu
percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu
melaksanakannya.

2.9. pendekatan Sejarah


Siswa diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan IPA bukan
untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnyapendekatan faktual dan pendekatan konseptual,
pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit menjelaskan proses
mendapatkantemuan tsb, namun tidak banyak melibatkan siswa dengan bagaimana proses konkret
yang dilaluinya.

Anda mungkin juga menyukai