Obgyn Skenario G 2016
Obgyn Skenario G 2016
Outer examination:
Abdomen was flat, simetrically, uterin fundal within normal limit, mass (+), sized
5x6 cm, cystic, mobile, superior border was 2 finger above sympisis, inferior border
was sympisis, right border was LMC, left border was LMC, pain (+) in left inguinal
region, free fluid sign (-)
Apa interpretasi dan bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan luar?
Hasil Pemeriksaan Normal Interpretasi dan
Mekanisme
Abdomen datar Datar Normal
Abdomen simetris Simetris Normal
Fundus uteri batas Fundus dalam batas Normal
normal normal
Massa ukuran 5x6 Tidak teraba massa Abnormal, terjadi
mobile, batas atas 2 jari karena implantasi
atas simfisis, BB: endometrium di
Simfisis, BKa: RMC, ovarium dan
Bki: LMC mengadakan proliferasi
sehingga timbul massa
Nyeri di Regio inguinal Tidak teraba nyeri Abnormal, terjadi
kiri karena terdapat massa
pada regio inguinal
yang meregang adnexa
dan parametrium
sehingga menimbulkan
nyeri.
Free Fluid Sign (-) (-) Normal
Tabel 1. Interpretasi pemeriksaan luar
USG result :
- Uterin was anteflexed, size and shape within normal
- There was hypoechoic mass with internal echo in left ovary size 6x5.2 cm
derived from endometriosis cyst
- Right ovary within normal limit
c/ left endometriosis cyst was suspected
Bagaimana gambaran USG normal dan abnormal pada kasus?
The normal ovary in pre-menopausal women contains small cysts.
The images show two normal ovaries with several anechoic, simple cysts consistent with Graafian
follicles.
Sumber http://www.radiologyassistant.nl/en/p4cdf9b5de7d3b/ovarian-cysts-common-lesions.html
Mildly hypoechoic ovarian lesion with through transmission. On ultrasound this can again either be a
hemorrhagic cyst or an endometrioma.
Sumber: http://www.radiologyassistant.nl/en/p4cdf9b5de7d3b/ovarian-cysts-common-lesions.html
(terlampir di LI)
Model retrograde menstruation merupakan teori yang paling luas diterima dalam
menjelaskan pertumbuhan endometriosis. Jaringan endometrium juga dideteksi
dalam tuba falopi yang diangkat saat histerektomi. Refluks jaringan endometrium
diperkirakan berimplantasi pada permukaan peritoneum dan ovarium. Hal ini
dapat terjadi pada 80% wanita yang menstruasi, namun tidak menjadikan
semuanya menderita endometriosis. Unuk menjelaskan ketidaksesuaian ini,
penganut teori ini berhipotesis bahwa endometriosis terjadi pada wanita yang
memiliki gangguan sistem imunitas seperti gangguan yang tidak dapat
mengidentifikasi dan menghancurkan sel endometrium yang berada pada kavum
peritoneum. Teori ini mendapat bantahan dengan alasan hal ini tidak mungkin
karena sistem imun tidak dikerahkan untuk menyerang sel endometrium, yang
merupakan self-antigen. Fakta lain adalah endometriosis dapat terjadi setelah
ligasi tuba yang kambuh setelah pembedahan atau de novo.
5. Faktor endokrin
Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada
estrogen (estrogen-dependent disorder). Penyimpangan sintesa dan metabolisme
estrogen telah diimplikasikan dalam patogenesa endometriosis. Aromatase, suatu
enzim yang merubah androgen, androstenedion dan testosteron menjadi estron
dan estradiol. Aromatase ini ditemukan dalam banyak sel manusia seperti sel
granulosa ovarium, sinsisiotrofoblas di plasenta, sel lemak dan fibroblas kulit.
Kista endometriosis dan susukan endometriosis diluar ovarium
menampilkan kadar aromatase yang tinggi sehingga dihasilkan estrogen yang
tinggi pula. Dengan kata lain, wanita dengan endometriosis mempunyai kelainan
genetik dan membantu perkembangan produksi estrogen endometrium lokal.
Disamping itu, estrogen juga dapat merangsang aktifitas siklooksigenase tipe-2
lokal (COX-2) yang membuat prostaglandin (PG)E 2, suatu perangsang poten
terhadap aromatase dalam sel stroma yang berasal dari endometriosis, sehingga
produksi estrogen berlangsung terus secara lokal.
Gambar Sintesis Estrogen Pada Endometriosis
ENDOMETRIOSIS
Definisi
Hal ini dapat timbul pada tempat yang bervariasi di pelvis seperti ovarium, tuba
falopi, vagina, serviks, atau ligament uterosakral atau di septum rektovaginal. Bahkan
dapat juga muncul pada daerah yang jauh seperti luka laparotomi, pleura, paru,
diafragma, ginjal, dll. Menurut urutan yang tersering endometriosis ditemukan adalah di
ovarium.
Epidemiologi
Etiologi
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis dimulai dari anamneses, dimana keluhan atau gejala yang sering
ditemukan adalah :
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama
haid (dismenorea)
Dispareuni, dapat meluas menjadi nyeri punggung
Nyeri saat defekasi, terutama saat haid
Nyeri Kronik dan terdapat eksaserbasi akut
Poli dan hipermenorea
Infertilitas
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan pelvis ditemukan nyeri tekan yang sangat mudah dideteksi saat
menstrusi. Ligament uterosakral dan kul-de-sac yang bernodul dapat ditemukan. Uterus
terfiksasi secara retroversi akibat dari perlengketan. Nodul kebiruan dapat ditemukan
pada vaginan akibat infiltrasi dari dinding posterior vaginal.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosa Differensial
Penatalaksanaan
Terapi hormonal
a. Androgen
Preparat yang dipakai adalah metiltestosteron sublingual dengan dosis 5-10
mg/hari. Biasanya diberikan 10 mg/hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5
mg/hari selama 2-3 bulan berikutnya. Keberatan pemakaian androgen adalah timbulnya
efek samping maskulinisasi, dan bila terjadi kehamilan dapat menyebabkan cacat
bawaan. Keuntungannya adalah untuk terapi nyeri, dispareuni, dan untk membantu
menegakkan diagnosis. Jika nyeri akibat endometriosis biasanya akan berkurang dengan
pengobatan androgen satu bulan.
b. Estrogen-progestogen
Kontrasepsi yang dipilih sebaiknya mengandung estrogen rendah dan
progestogen yang kuat atau yang mempunyai efek androgenic yang kuat. Terapi standard
yang dianjurkan adalah 0,03 mg etinil estradiol dan 0,3 mg norgestrel per hari. Bila
terjadi perdarahan, dosis ditingkatkan menjadi 0,05 mg estradiol dan 0,5 mg norgestrel
per hari atau maksimal 0,08 mg estradiol dan 0,8 mg norgestrel per hari. Pemberian
tersebut setipa hari selama 6-9 bulan, bahkan 2-3 tahun.
c. Progestogen
Dosis yang diberikan adalah medroksiprogesteron asetat 30-50 mg per hari atau
noretisteron asetat 30 mg per hari. Pemberian parenteral dapat menggunakan
medroksiprogesteron asetat 150 mg setiap 3 bulan sampai 150 mg setiap bulan. Lama
pengobatan yakni 6-9 bulan.
d. Danazol
Danazol adalah turunan isoksazol dari 17 alfa etiniltestosteron. Danazol
menimbulkan keadaan asiklik, androgen tinggi, dan estrogen rendah. Kadar androgen
meningkat disebabkan oleh sifatnya yang androgenic dan danazol mendesak testosterone
sehingga terlepas dan kadar testosterone bebas meningkat. Kadar estrogen rendah
disebabkan karena danazol menekan sekresi GnRH, LH, dan FSH dan menghambat
enzim steroidogenesis di folikel ovarium sehingga estrogen turun.
Dosisnya 400-800 mg per hari dengan lama pemberian minimal 6 bulan. Efek
sampingnya berupa akne, hirsutisme, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan
berat badan, dan edema. Kontraindikasi absolute yaitu kehamilan dan menyusui,
sedangkan kontraindikasi relative yaitu disfungsi hepar, hipertensi berat, gagal jantung
ongestif, atau gagal ginjal.
Prognosis
Endometriosis ditemukan dapat menghilang secara spontan pada 1/3 wanita yang
tidak ditatalaksana secara aktif. Manajemen medis (supresi ovulasi) efektif untuk
mengurangi nyeri pelvis tapi tidak efektif untuk pengobatan endometriosis yang
berkaitan dengan infertilitas. Namun, tetap ada potensi untuk konsepsi. Kombinasi
estrogen progestin meredakan nyeri hingga 80-85% dari pasien dengan endometriosis
yang berkaitan dengan nyeri pelvis. Setelah 6 bulan terapi danazol, sebesar 90% pasien
dengan endoimetriosis sedang mengalami penurunan nyeri pelvis. Total abdominal
hysterectomy and bilateral salpingo-oophorectomy dilaporkan efektif hingga 90% dalam
meredakan nyeri. Kehamilan masih mungkin bergantung pada keparahan penyakit.
Tanda dan gejala secara umum menurun dengan adanya onset menopause dan selama
kehamilan.
Komplikasi