Anda di halaman 1dari 9

MODUL PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I

FLUID FLOW

PROGRAM STUDY TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2012

1
Latar Belakang

Fluida merupakan jenis zat yang sering kita jumpai dalam dunia industry. Fluida ini
memiliki karakter yang unik, apabila kita alirkan pada suatu media yang berbeda maka aliran
yang terjadi ikut berbeda baik ditinjau dari alirannya maupun energy yang dihasilkan akibat
perubahan tersebut. Aliran dan sifat-sifat dari fluida sangat penting dalam berbagai unit
operasi, khususnya dalam hal teknik proses. Suatu fluida dapat didefinisikan sebagai suatu
subtansi yang tidak permanen dalam menahan distori dan akan terjadi perubahan bentu.

Tipe aliran fluida yang terjadi di dalam suatu aliran atau pipa sangat penting dalam
persoalan-persoalan fluida dinamik. Aliran fluida dapat dibedakan menjadi 3 amcam yaitu
laminar, turbulen dan transisi. Pembagian jenis alira berhubungan dengan bilangan Reynold.

Tujuan Percobaan
Mencari nilai-nilai eksperimen head loss dalam pipa dan fitting dalam ekspansi dan kontraksi,
dan membandingkan nilai eksperimental dari fanning friction factors dan koefisien kontraksi dengan
nilai yang dikalkulasikan dari persamaan dan didapatkan dari literatur.

Dasar Teori
Fluida didefinisikan sebagai zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk(distorsi)
secara permanen. Apabila kita mencoba untuk mengubah bentuk massa fluida maka didalam
fluida tersebut akan terbentuk lapisan-lapisan dimana satu lapisan meluncur diatas lapisan
yang lain hingga mencapai bentuk yang baru. Selama mengalami perubahan bentuk tersebut,
terdapat tegangan geser( shear stress) yang besarnya bergantung pada viskositas fluida dan
laju alir. Bila fluida sudah mendapat bentuk akhirnya tegangan geser tersebut akan hilang dan
fluida tersebut dalam keseimbangan yang bebas dari segala tegangan geser.

Fluida bila meluncur dalam suatu pipa memiliki tipe aliran dimana tipe aliran fluida
ini ditentukan oleh nilai bilangan reynold. Aliran fluida dapat diklasifikasikan (digolongkan)
dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik,
seragam, tak seragam, rotasional, tak rotasional.

Aliran fluida melalui instalasi (pipa) terdapat tiga jenis aliran yaitu :

1. Aliran laminar
2. Aliran turbulensi
3. Aliran Transisi

Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina –lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi
untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan.
Cairan dengan rapat massa yang akan lebih mudah mengalir dalam keadaan laminer.
Dalam aliran fluida perlu ditentukan besarannya, atau arah vektor kecepatan aliran pada suatu

2
titik ke titik yang lain. Agar memperoleh penjelasan tentang medan fluida, kondisi rata-rata
pada daerah atau volume yang kecil dapat ditentukan dengan instrument yang sesuai. Aliran
ini memiliki bilangan reynold yaitu < 2100 dan nilai dari α = 0,5.

Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar
momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang
merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran. Aliran ini
memiliki nilai bilangan reynold > 4000 dan nilai dari α = 1.

Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju aliran, volume aliran.
Pemilihan alat ukur aliran tergantung pada ketelitian, kemampuan pengukuran, harga,
kemudahan pembacaan, kesederhanaan dan keawetan alat ukur tersebut. Aliran ini memiliki
nilai bilangan reynold antara 2100 hingga 4000.

Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu
aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.
NRe = DV ρ
μ
Dimana : V kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)
D adalah diameter dalam pipa (m)
ρ adalah masa jenis fluida (kg/m3)
μ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N. det/ m2)

Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds) diasumsikan/dikategorikan


laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re kurang dari 2100, Untuk aliran transisi
berada pada pada bilangan Re 2100 dan 4000 biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds
kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000

Viskositas

Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun dengan seiring
bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya kohesi pada zat cair bila
dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat
cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.

Rapat jenis (density )

3
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap volume
bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut.

ρ= m/V ( kg/m3)

dimana : m adalah masa fluida ( kg)


V adalah volume fluida (m3)

nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul –
molekul fluida semakin berkurang.

Friction Loss

Kehilangan gesekan pada sistem perpipaan (friction loss = Ff).

Head loss dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu:

1. Head loss karena tahapan pipa yang terbentang sepanjang pipa lurus.

Dimana:
Ff = friction loss / head loss (J/Kg)
L = panjang pipa (m)
F =factor friction / fanning factor
D = kecepatan rata-rata (m)

Harga f dapat dipengaruhi oleh besarnya E/D dari Nre, untuk menentukan bilangan renold
dapat menggunakan :

2. Friction loss (F), karena adanya perlengkapan pipa friction loss (F) juga dipengaruhi
oleh karakteristik perlengkapan fluida seperti elbow (belokan), kerangan, ekspansi dan
lain-lain. Dengan memisahkan antara pipa lurus dan pipa ber-fitting dan memasukan
harga factor yang tergantung pada jenis fitting masing-masing.

Dimana : kf = koefisien kehilangan masing-masing fitting.

- Untuk koefisien tersebut dapat dilihat pada:


a. Friction loss karena kerangan (Ffv)
4
dianggap nol (0) karena diasumsikan tidak ada pipa lurus dan harga kf tergantung pada
besar dan jenis kerangan.

b. Friction loss karena adanya belokan (Ffelb)

harga Kfelb tergantung pada besarnya jari-jari elbow terhadap jari-jari pipa.

c. Friction loss karena adanya kontraksi tiba-tiba (Ffc)

Dimana:

A1 = luas permukaan terkecil (m2)


A2 = luas permukaan terbesar (m2)
V = kecepatan rata-rata pipa kecil (m/det)
Koefisien untuk turbulen = 1
Koefisien untuk laminar = -1/2

d. Friction loss karena adanya ekspansi tiba-tiba (Ffex)

Dimana:

V1 = kecepatan aliran pada pipa kecil (m/det)


V2 = kecepatan aliran pada pipa besar

Terjadi penghilangan energi pada fluida yang disebabkan oleh fitting, yang mana
fitting tersebut atas empat jenis, yakni:

5
1. Contraction
Yaitu pipa yang mengalami pengukuran cross sectional area secara
mendadak dari saluran dengan membentuk pinggiran yang tajam, sehingga
tekanan yang melewatinya akan bertambah.
𝑣2
Dengan persamaan : hc = Kc 2𝛼2

2. Enlargement
Yaitu pipa yang mengalami penambahan cross sectional area secara
mendadak dari saluran, sehingga tekanan yang melewatinya semakin kecil.

3. Long Bend
Yaitu belokan panjang pada pipa dengan sudut yang melingkar dan cross
sectional area yang besar sehingga tekanan kecil
4. Short Bend
Yaitu belokan pipa seperti long bend tetapi lebih pendek dan cross
sectional area yang lebih kecil sehingga tekanannya lebih besar.
5. Elbow Bend
Yaitu merupakan belokan pada pipa yang membentuk pipa siku-siku (900)
dengan cross sectional area yang sangat kecil sehingga menimbulkan tekanan
yang sangat besar.
6. Mitre Bend
Yaitu pipa yang memiliki cross sectional area yang besar sehingga pada
pipa yang dialiri oleh fluida akan menimbulkan tekanan yang kecil. Mitre bend ini
berupa belokan pada jenis fitting yang sama pada jenis fitting long bend yang juga
memiliki cross sectional area yang besar (Geancoplis, 1997:93).
Friction losses dalam aliran pipa lurus dihitung menggunakan fanning
friction factor. Akan tetapi, jika kecepatan dari fluida berubah terhadap jarak,
maka tambahan friction losses terjadi. Hasil ini dari pertambahan keturbulenan
yang berkembang karena vorice dan sebab lain.

Metode untuk memperkirakan beberapa losses, dipaparkan sebagai


berikut:

6
1. Sudden enlargement losses. Jika cross section dari pembesaran pipa
berangsur-angsur, sangat kecil atau tidak ada extra losses maka tidak terjadi.
Akan tetapi, jika perubahan secara tiba-tiba hasil dalm pertambahaan losses
karena terbentuk putaran dari jet expanding dalam enlarge section.
Friction losses ini bisa ditentukan dengan mengikuti aliran dalam kedua
section. Berikut persamaannya:

v1  v 2 
2 2
2
 A1  v1
2
Vf J
hex   1    k ex
2  A2  2 2 Kg

Dimana, hex = friction losses (J/Kg)


kex = coeficient expansion loss (1-A1/A2)
v1 = kecepatan tinggi aliran dalam wilayah lebih kecil (m/s)
v2 = kecepatan rendah aliran (m/s)
α = 1,0
2. Sudden contraction losses. Ketika cross section dari pipa berangsur-angsur
berkurang, aliran tidak dapat melewati tikungan tajam, dan pertambahan
friction loss karena terjadi putaran. Untuk aliran turbulen, persamaannya
sebagai berikut:
2
 A  v
2 2
V J
hc  0,551  1  2  k c 2
 A2  2 2 Kg
Dimana, hc = friction losses (J/Kg)
Kc = coeficient contraction loss =0,55(1-A1/A2)
v2 = kecepatan rata-rata dalam wilayah lebih kecil atau aliran
c rendah
α = 1,0 untuk aliran turbulen
Untuk aliran laminer, persamaan yang sama bisa digunakan dengan α = ½
(s2). Untuk satuan English, sebelah kanan dibagi dengan gc.
(Geancoplis, 1997: 92-93)

Debit aliran

Untuk mengukur debit aliran dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Q=VxA
Dimana :
Q = debit aliran ( m 3/ sec )
V = kecepatan atau laju aliran ( m/sec)
A = Luas penampang ( m 2 )

A = π x d2
Dimana :
A = Luas penampang ( m 2 )
7
π = 3, 14 (radian/m)
d = diameter plat orifice ( m )

Persamaan Bernouli untuk Fluid Friction

Pada fluida yang mengalir dalam pipa. Dari neraca massa diperoleh persamaan

kontinyuitas yang intinya kapasitas massa atau debit tetap, sedang dari neraca tenaga

diperoleh persamaan tenaga yang sering disebut sebagai persamaan Bernoully, yaitu :

ΔP/ρ + ΔZ g/gc + Δv/2αgc + hf = -Wp

ΔZ g/gc = beda energi potensial

Δv/2αgc = beda energi kinetis

ΔP/ρ = perbedaan tekanan

hf = jumlah kehilangan energi akibat friksi yang terjadi

-Wp = energi yang diberikan dari luar misal melalui energi pompa

Kehilangan tenaga akibat friksi, baik pipa lurus maupun fitting bisa di hitungan dari

kehilangan tekanan ( pressure drop ) yang dihitung dari penunjukan alat ukur yang

digunakan, missal : manometer.

Gambar Rangkaian Alat

8
Prosedur Percobaan

A. Kalibrasi
1. Membuka valve pada pipa yang akan dilalui fluida (E dan I), menutup valve lainnya
(D, F, G, H, J), air dari tangki utama dialirkan secara continue ke dalam tangki C.
2. Memompakan aliran perpipaan yang menuju orifice meters melewati valve E dan air
discharge ke tangki B.
3. Menimbang air sesuai dengan interval waktu yang ditentukan
4. Melakukan run dengan beberapa variable flowrate dengan cara mengatur valve E
5. Membuat kurva kalibrasi

B. Pengukuran pressure drop dalam pipa dan fitting


1. Mengalirkan fluida ke tangki C
2. Mensirkulasikan menuju bagian system yang diinginkan dankemudian
mengembalikan ke dalam tangki
3. Mengukur setiap laju alir pressure drop pada penampang pipa lurus dan penampang
berbagai macam fitting dengan menggunakan manometer

DAFTAR PUSTAKA

Foust A.S., Clump L.W., Wenzel L.A., Maus L., Andersen L.B., “Principles of Unit
Operations”, second edition, John Wiley dan Sons, New York, 1980.
Geankoplis C.J., “Transport Processes and Unit Operations”, second edition., Allyn and
Bacon, Boston, 1983
Mc Cabe W.L., Smith J.C., Barriot P., “uni Operations ol Chemical Engineering”, fourth
edition, Mc Graw-Hill Book Co., New York, 1985
Laboratorium Operasi Tenik Kimia, 2012, “Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia”,
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai