Anda di halaman 1dari 10

HOMOSEKSUAL

Artikel

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Dua

mata kuliah Psikologi Faal

Dosen Pengampu : dr. Nur Laili Susanti, M.Biomed

Oleh

Kelas A
Luluk Maftukhah 18410021
Afdhal Kurnia Rahman 18410029
Nahreza Mar’atul Hikmah 18410030
Alifa Fadia Ainaya 18410033
Kirana Nurrizki Aulia 18410036
Itsna Mazro’atun Nadhifah 18410039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
Pendahuluan
Latar Belakang
Pada saat ini Homoseksual telah menjadi hal yang dianggap wajar dan umum
disetiap Negara, lebih parahnya lagi homoseksual telah menyebar di berbagai daerah
terutama pada kota-kota besar disetiap Negara. Homoseksualitas adalah rasa
ketertarikan romantis atau seksual atau perilaku antara individu sejenis kelamin atau
gender yang sama. Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada “pola
berkelanjutan atau diposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan
romantis” terutama secara eklusif pada orang dari jenis kelamin sama.
Homoseksualitas juga mengacu kepada pandangan individu terkait identitas
pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan
dalam komunitas lain yang berbagai itu. Homoseksualitas sudah tidak termasuk dalam
kategori gangguan kejiwaan manapun dikarenakan pelaku pada homoseksual merasa
senang dan nyaman dengan yang mereka lakukan. Mereka menganggap hal tersebut
sebagai hal yang wajar sebagaimana pasangan yang normal. Para pelaku homoseksual
dapat hidup dengan normal dan bahagia dengan pasangan masing-masing.
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian homoseksual, jenis-jenis homoseksual, penyebab
dan gejala homoseksual, dampak dari homoseksual, keterkaitan dengan psikologi
faal,dan cara mencegah homoseksual.
Manfaat
Artikel ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau informasi tentang
homosekual.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Homoseksual
Psikologi adalah salah satu disiplin ilmu pertama yang mempelajari orientasi
homoseksual sebagai fenomena diskrit (terpisah). Upaya pertama mengklarifikasi
homoseksualitas sebagai penyakit dibuat oleh ferakan seksolog amatir Eropa di akhir
abad ke-19. Pada tahun 1889, seksolog terkemuka, Richard von Krafft-Ebing,
menyejajarkan homoseksualitas bersama dengan 200 studi kasus praktik seksual
menyimpang lainnya dalam karya, Psychopathia Sexualis.Krafft-Ebing mengedepankan
bahwa homoseksualitas disebabkan oleh “kesalahan bawaan lahir (selama kelahiran)

1|Page
atau inversi perolehan”. Dalam dua dekade terkhir dari abad ke-19, pandangan lain
mulai mendominasi kalangan medis dan psikiatris, manilai perilaku tersebut
menunjukan jenis indivisu dengan orientasi seksual bawaan dan relatif stabi. Pada akhir
abad 19 dan awal abad 20, model patologis homoseksualitas banyak digunakan.
Definisi homoseksual adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai
dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang mempunyai kelamin sejenis atau
identitas gender yang sama. Istilah yang sudah umum dikenal masyarakat untuk orang
yang termasuk homoseksual adalah gay (untuk laki-laki) dan lesbian (untuk
perempuan).
Menurut Ensiklopedia, homoseksualitas adalah rasa ketertarikan romantisme dan
seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama. Sebagai
orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada “pola berkelanjutan atau disposisi
untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis” terutama atau
secara ekslusif pada orang dari jenis kelamin yang sama, “Homoseksualitas juga
mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada
ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi
itu.”
Teori tentang homoseksual yang berkembang saat ini pada dasarnya dibagi
menjadi dua golongan: esensialis dan kontruksionis. Esensialisme berpendapat bahwa
homoseksual berada dengan heteroseksual sejak lahir, hasil dari proses biologi dan
perkembangn. Teori ini menyiratkan bahwa homoseksualitas merupakan sebuah
penyakit. Sebliknya, kontrusionis berpendapat bahwa homoseksualitas adalah sebuah
peran sosial yang telah berkembang secara berbeda dalam budaya dan waktu yang
berbeda, dan oleh karenanya tidak ada perbedaan antara homoseksual dan heteroseksual
secara lahiriah.
Jenis-jenis Homoseksual
Berdasarkan psikiatri (aspek kesehatan jiwa). Pembagian homoseksual
menjadi dua jenis,yaitu homoseksual dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
1. Homoseksual Ego Sintonik

Homoseksual ego sintonik ini merupakan homoseksual yang tidak merasa


terganggu bahkan senang oleh orientasi seksualnya,tidak ada konflik pada

2|Page
dirinya,bawah sadar yang ditimbulkan ,serta tidak ada desakan,dorongan atau keinginan
untuk mengubah orientasi seksualnya.Jadi iamerasa senang-senang saja.

2. Homoseksual Ego Distonik


Homoseksual ego distonik ini merupakan homoseksual yang mengeluh dan
merasa terganggu akibat konflik psikis.Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang
oleh lawan jenis.Yang ini menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan
hubungan heteroseksual yang sebetulnya sangat didambakan.Secara terus terang
seseorang yang mengalami gangguan ini menyatakan dorongan homoseksualnya
menyebabkan dia merasa tidak disukai,cemas dan sedih.Konflik psikis tersebut
menyebabkan perasaan bersalah,kesepian,malu,cemas dan depresi.

Adapun jenis-jenis homoseksual berdasarkan perilaku yang diperlihatkan:

a. Bantant Homosxsuals
Homoseksul jenis ini sama dengan kaum gay sejati,di mana laki-laki dengan
personalia seperti wanita atau feminin.Sedangkan kaum lesbian Wanitanya
berkepribadian seperti laki-laki atau maskulin.Termasuk juga :leather boy” yang
memakai jaket kulit,rantai dan sepatu boots.
b. Desperate Homosexsuals
Biasanya kaum homoseksual ini sudah menikah akan tetap menjalani
kehidupan homoseksualnya dengan sembunyi-sembunyi dari istrinya.
c. Secret Homosexuals

Kaum homoseksual ini terdiri dari berbagai jenis dan dari berbagai
tingkatan sosial yang berbeda-beda,walaupun kebanyakan dari mereka itu
termasuk golongan menengah yang berkemampuan.Sering juga mereka itu ada
yang sudah menikah dan beranak.Kaum homoseksual ini pandai
menyembunyikan identitas ,sehingga tak seorang pun tahu bahwa mereka
homoseksual.Hanya beberapa teman dekatnya dan kekasihnya saja yang tahu
sebenarnaya.

d. Situasion Homosexuals

Ada kalanya seseorang berada pada situasi sehingga individu itu bertingkah
laku seperti homoseks. Karena keadaan lah yang memaksa mereka berbuat
demikian.

3|Page
e. Adjusted Homosexuals

Golongan homoseksual ini lebih berterus terang hidup di antara sesama


mereka,dengan mudah menyesuaikan dirinya.Banya kaum homoseksual yang
hidup dalam tingkat keintiman yang tinggi daripada heteroseksual.
Penyebab dan Gejala Homoseksual dari Tinjauan Psikologi Faal
Penyebab homoseksual terdapat beberapa hal, pendekatan biologi menyatakan
terdiri dari faktor genetik atau hormon memengaruhi perkembangan homoseksualitas.
Psikonalis lain menyatakan bahwa keadaan atau pengaruh ibu yang lrbih dominan dan
terlalu melindungi sedangkan ayah lebih cenderung pasif. Penyebab lain dari
homoseksualitas dari seseorang yaitu karena faktor belajar. Orientasi seksual seseorang
dipelajari sebagai akibat adanya reward dan punishment yang diterima. Beberapa
peneliti yakin bahwa homoseksualitas adalah akibat dari pengalaman masa kanak-
kanak, khsususnya interaksi antara anak dan orangtua. Fakta yang ditemukan
menunjukkan bahwa homoseksual diakibatkan oleh pengaruh ibu yang dominan dan
ayah yang pasif.

Berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi


homoseksual :

1. Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan
kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x
dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan seorang pria mendapatkan satu
kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu
seks pria. Jika terdapat kromosom y sebanyak apapun kromosom x, dia tetap
berkelamin pria.
2. Ketidakseimbangan Hormon

Seorang pria memiliki hormon testosteron, tetapi juga memiliki hormon yang
dimiliki wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita itu
sangat sedikit. Namun apabila pria memiliki kadar hormon estrogen dan
progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan
perkembangan seksual pria mendekati karakteristik wanita.

4|Page
3. Struktur Otak
Struktur otak pada straight female dan straight male serta gay female dan gay
male terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight male sangat jelas
terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight female, otak bagian
kiri dan kanan tidak begitu jelas dan tegas. Dan pada gay males struktur otaknya
sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan
straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight
males dan gay females ini bisa disebut lesbian.
4. Kelainan Susunan Saraf
Kelainan susunan sistem saraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks
homoseksual maupun heteroseksual. Kelainan saraf otak ini disebabkan oleh radang
atau patah tulang dasar tengkorak.
5. Faktor Lain

Faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi homoseksual adalah selain


faktor biologis (kelainan otak dan saraf), adalah faktor psikodinamika yaitu adanya
gangguan perkembangan seksual sejak kecil atau masa kanak-kanak. Kemudian
faktor sosiokultural yaitu adanya adat istiadat yang memberlakukan hubungan
homoseksual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adanya faktor
lingkungan, dimana memungkinkan dan mendorong hubungan para pelaku
homoseksual semakin erat.

Akibat Homoseksual
Pelaku homoseksual biasanya hidup dengan gaya tersendiri terutama yang
berkaitan prilaku seks. Orientasi seks menurut kaum homo, sama seperti orang-orang
normal pada umumnya. Yang mana untuk mencari kepuasan seksualnya. Menurut
oenelitian gaya hidup pelaku homoseksual pria sekitar 75% mereka melakukan
hubungan seksual dengan 100 pria berbeda sepanjang hidup mereka. Sekitar 15%
memiliki sekitar 100-249 pasangan seks, dan 17% mengklaim memiliki pasangan seks
sekitar 500-999. Dam 28% mengatakan pernah melakukan homoseksual dengan 100
pasangan seks Resiko gaya hidup buruk yang dapat diakibatkan dari homoseksual
adalah gangguan fisik, emosional, dan mental, seperti berganti-ganti pasangan dalam
berhubungan badam. Homoseksual atau biseksual lebih beresiko terhadap HIV.
Sutmoller juga mengatakan bahwa homoseksual juga beresiko menderita penyakit
syphilis dan hepatitis B. dengan gaya hidup seperti bergonta-ganti pasangan dan

5|Page
melakukan seksual anal dan oral, hal ini beresiko menyebabkan terjadinya kekerasan
psikologis dan seksual yangberdampak penyebaran penyakit IMS dan HIV/ AIDS.

Hal ini menjelaskan bahwa homoseksual berpengaruh tidak baik terhadap


kesehatan baik dari kesehaan fisik, seperti bagian mulut, alat kelamin, atau anus.
Walaupun menggunakan pengaman (kondom) tetapi menimbulkan penyebaran bakteri
pada mulut melalui oral seks. Hal ini dapat menimbulkan peradangan mulut hingga
yang paling parah kanker mulut. Sedangkan pada bagian kelamin dapat menularkan
penyakit menular seperti HIV, syphilis, hepatitis B, atau penyakit kelamin lainnya. Jika
pada bagian anus dapat menimbulkan peradangan dan kerusakan anus karena anal seks.

Selain resiko terhadap fisik, homoseksual juga dapat menimbulan gangguan


mental atau psikis. Mereka seringkali mendapatkan stress, depresi, dan tertekan, karena
prilaku seks yang menyimpang. Karena itu mereka akan merasakan hidup yang
disisihkan dari masyarakat, keluarga dan teman. Dampak psikis yang dialami pelaku
homoseksial biasanya adalah hinaan, makian, hingga kekerasan fisik yang diterimanya.
Hal ini yang mereka rasakan, karena mereka merasa bahwa mereka merupakan kaum
minoritas. Kondisi tertekan seperti itu dapat menimbulksn (sosial anxiety) yaitu
kecemasan sosial pada kaum homoseksual, mereka merasa takut ditolak dan
didiskriminasi di lingkungan sosial.

Selain itu pelaku homoseksual bias any mendapatkan prilaku bullying bahkan
dikucilkan dan hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Herek dengan 165
mahasiswa di unmiversitas Yale, menemukan bahwa hal yang dialami kaum gay selain
serangan verbal, mereka diasingkan dari kelompok sosial. Menurut Lewis bahwa
prilaku diskriminasiinilah yang sebenarnya yang menjadi sumber stress bagi kaum gay
sehingga mereka mengalami Psychological Distress yang tinggi. Psychological Distress
yang tinggi yang dialami kaum gay menimbulkan tingkat penerimaan yang rendah. Hal
ini menyebabkan rasa cemas, tisukai, dan sedih. Karena iti timbul perasaan bersalah,
malu, takut, tertekan, dan tidak dapat menerima dirinya sebagai homoseksual dan
berpura-pura sebagai orang yang heteroseksual.

Homoseksual dalam Pandangan Psikologi

6|Page
Sejak dilakukannya penelitian oleh para tokoh psikologi terhadap
homoseksualitas, situasi pada masa itu telah menunjukkan perubahan yang terjadi pada
peradaban manusia di barat. Jean Martin Charnot (1825-1993), ia memasukkan
homoseksualitas kedalam kelompok sexual pervesions, penyimpangan-penyimpangan
seksual dan termasuk gangguan jiwa. Kemudian Richard von Krafft-Ebing (1840-1902)
homoseksual dianggap sebagai bentuk kecacatan sebab seharusnya sebuah organisme
berjalan kian berkembang, tapi kaum homo justru semakin simpel. Sigmund Freud
(1856-1939) manusia pada dasarnya biseksual apabila ia gagal berkembang karena
masalah psikoseksual. Maka individu akan menjadi seorang homoseksual.

Menurut Freud, pada saat kanak-kanak memasuki masa falik, masa dimana
kesenangan anak dipusatkan di daerah genital, mereka sudah mulai mengembangkan
semacam ketertarikan seksual terhadap orang tua dengan gender yang berbeda.
Perkembangan gender anak-anak ini terjadi melalui observasi dan imitasi terhadap hal-
hal yang dikatakan dan dilakukan orang lain, serta melalui penghargaan dan hukuman
yang diterima untuk perilaku yang sesuai dan tidak sesuai dengan gender. Oleh karena
itu, peran orang sangatlah penting dalam membentuk kepribadian anak dengan
pembelajaran dan pengawasan yang baik sehingga anak dapat menjadi pribadi yang
sesuai dengan kodratnya yaitu perempuan yang feminim dan laki-laki yang maskulin.

Beberapa tokoh psikoanalitis menganggap bahwa homoseksual adalah bawaan


lahir dan pelakunya tidak akan membahayakan diri sendiri maupun masyarakat. Pada
tahun 1952 "American Psychiatric Association" atau disingkat APA menerbitkan
"Diagnotic and Statistic Manual, Mental Disorders " sebuah rujukan resmi yang
dikeluarkan lembaga APA tersebut untuk menentukan penyakit mental. Pada rujukan
seri 1, homoseksual dianggap penyimpangan seksual. Penyakit seksual yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat. Pada rujukan seri 2, masih dianggap penyimpangan. Dan
pada seri 3, homoseksual tidak lagi dianggap penyimpangan. Homoseksual boleh
dianggap gangguan mental karena yang bersangkutan mengalami ketidakpuasan
terhadap keadaan tersebut. Setelah deklasifikasi tersebut, timbul berbagai kritikan dari
psikolog lain. Mereka menunjukkan hasil-hasil penelitian bahwa homoseksual itu
adalah sebuah kelainan psikologis, bukan semata-mata disebabkan faktor genetik.

Cara Mencegah dan Mengatasi Homoseksual

7|Page
Peyimpangan seksual yang dilakukan oleh kaum homoseksual secepat mungkin
harus segera ditangani dan tdk boleh dibiarkan. Tujuan penanganan terhadap
penyimpangan homoseksual adalah untuk mengembalikannya pada kehidupan seks
yang normal. Penanganan dapat dilakukan oleh ahli psikolog maupun pendekatan secara
keagamaan. Pendekatan yang dilakukan oleh psikolog biasanya berupa terapi kejiwaan
yang berusaha mengembalikan kesadaran dan perasaan seorang homoseksual akan jati
dirinya sesungguhnya dan masa depannya yang akan datang. Sedangkan pendekatan
agama adalah menyadarkan dirinya akan perilaku homoseksual yang dilarang oleh
agama, dikutuk oleh Allah SWT, dan berbagai akibat yang akan dialami, baik dari sisi
kesehatan, hubungan sosialnya, depresi dan stress.

Ada beberapa cara yang ditempuh oleh para konselor atau psikolog untuk
mengembalikan seorang homoseksual menjadi individu yang normal, yaitu :

1. Self melalui self ini pelaku mampu menyadari identitas asli diri mereka dengan
segala aspek bawaan yang ada pada dirinya.
2. Relationship mengacu pada diri seseorang untuk mampu memahami setiap
hubungan yang ia jalin dan merujuk pada hubungan sosial. Hubungan sosial ini
berkaitan dengan kisaran jumlah teman laki-laki dan perempuan, bagaimana
hubungan pelaku dengan teman-teman dekatnya, dan berkaitan dengan karakteristik
teman-teman dan lingkungan yang menjadi tempat untuk berhubungan secara
sosial.
3. Differential of feeling yaitu mengidentifikasian konseli terhadap perbedaan
perasaan terhadap teman-teman dan lingkungan sekitar. Aspek perasaan mencakup
beberapa hal, seperti gender dan problematika yang menyertainya, bagaimana
perasaan konseli terhadap teman-teman dekatnya, baik dengan lawan jenis maupun
dengan teman sejenis.
4. Identify yaitu mengacu pada identitas baru yang melekat pada diri pelaku
homoeksual dimana pelaku diajak membentuk kembali pikiran, perasaan, dan
tindakan. Jika pelaku tetap teridentifikasi sebagai lesbian, gay, biseksual atau
transgender maka selanjutnya masuk pada kontinum spritual.
5. Spiritual Intervensi adalah upaya konselor/psikolog untuk memberikan kesadaran
kepada konseli dalam perspektif agama.

8|Page
6. Acceptane of environtmental yaitu penerimaan diri terhadap lingkungan mengacu
pada masalah-masalah yang mungkin dihadapi konseli dalam proses penyesuaian
diri terhadap lingkungan barunya.
Contoh Kasus Homoseksual
Pada awal Mei masyarakat Surabaya dikejutkan dengan pesta Gay yang diduga
dilakukan di dua kamar di hotel Oval Surabaya. Pesta Gay di ruang 203 dan 314 itu
digrebek jajaran unit perlindungan perempuan dan anak (PPA) Polrestabes Surabaya,
Minggu 30 April 2017. Dalam kejadian tersebut sebanyak 14 orang di tangkap
satreskrim polresta Surabaya dan Dinkes kota Surabaya menggelar tes infeksi menular
seksual (IMS). Dari hasil tes itu ditemukan fakta bahwa lima dari 14 peserta seks gay itu
positif mengidap HIV.
Peristiwa ini disorot oleh kantor berita Perancis AFP. Mereka memberi judul
pemberitaan Indonesian Man Facing 15 years In Perison For “Gay Party”. Mengutip
pernyataan Shinto dua orang yang diduga pelaksana pesta seks tersebut terancam
hukuman maksimal 15 tahun penjara. Di Indonesia pernikahan sejenis melanggar pasal
1 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Dalam undang-undang itu
disebutkan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai
ikatan suami istri.
Referensi

Ayub, 2017. Penyimpangan Orientasi Seksual. Vol.1 hlm.11-15


American Psychological Association (30 Maret 2010) Sexual Orientation,
Homosexuality, and Bisexuality. Dikutip 10 April 2019.
hrientationttps://www.apa.org/helpcenter/sexual-o
Dermawan Abdurahman Mandudi.2012.sebab akibat dan terapi pelaku homoseksual.
Hal.52
Husaini, Adian, 2015. LGBT di Indonesia: Perkembangan dan Solusinya. Jakarta:Insists
Khilman, Rofi Azmi, 2015. Enam Kontinum Dalam Konseling Transgender Sebagai
Alternatif Solusi Untuk Konseling LGBT. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling.
Vol.1 No.1
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid II.
Edisi Ketigabelas. Jakarta: Erlangga

9|Page

Anda mungkin juga menyukai