Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PNEUMONIA PADA ANAK

Di Susun Oleh :
KELOMPOK 2
Ifa Fazira
Indra Sahid
Indrianti Sofyan
Jein Arnalia Topolega
Jumriana
Mawadda nur
Moh.Anugrah A Rioeh
Moh.Yasin
Meilin Loliwu

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2018-2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah keperawatan Anak ini dengan judul “ PNEUMONIA PADA ANAK“.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.
Daftar Isi

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULAN

A. Latar Belakang ............................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Pneumonia .....................................................................


B. Etiologi ........................................................................................
C. Patofisiologi ................................................................................
D. Faktor Resiko Pneumonia ...........................................................
E. Gejala/Manifestasi Klinis ............................................................
F. Pencegahan Pneumonia ...............................................................
G. Komplikasi ..................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang ..............................................................
I. Penatalaksanaan ..........................................................................
J. Asuhan Keperawatan ..................................................................

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya tinggi, Tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara
maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa. Di AS misalnya, terdapat
dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian
rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Gejala
Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru
dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus
atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus). Bakteri yang
umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus,
KlebsiellaSp, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influenza.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari Pneumonia?
2. Apa saja penyebab dari Pneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi pneumonia?
4. Apa saja faktor resiko pneumonia?
5. Apa saja gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia?
6. Bagaimana cara pencagahan Pneumonia?
7. Bagaimana komplikasi Pneumonia?
8. bagaimana Pemeriksaan Penunjang?
9. Mengetahui penatalaksanaan pneumonia?
10. Bagaimana Konsep Keperawatan Pneumonia pada anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pneumonia
2. Untuk mengetahui etiologi pneumonia
3. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia
4. Untuk mengetahui faktor resiko pneumonia pada anak
5. Untuk mengetahui gejala/manifestasi klinis pneumonia
6. Untuk mengetahui cara pencegahan pneumonia
7. Untuk mengetahui komplikasi pneumonia
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Pneumonia pada anak
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Pneumonia pada anak
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Pneumonia
Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulangan Pneumonia pada Balita” di sebutkan bahwa pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
mengenai bagian paru ( jaringan alvioli) (DepKes RI, 2004:4). Pertukaran
oksigen dan karbon dioksida terjadi pada kapiler kapiler pembuluh darah
dalam alvioli. Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan akan
mengisi alvioli tersebut sehingga terjadi kesulitan penyerapan oksigen. Hal
ini mengakibatkan kesukaran bernapas (DepKes RI, 2007:4). Menurut
Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya peradangan
pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh
infeksi.Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh
cairan dan tak jarang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37).
Penyakit ini umunya terjadi pada anak anak dengan ciri ciri adanya demam,
batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau napas sesak. Defenisi kasus
tersebut hingga kini digunakan dalam program pemberantasan dan
penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah sebelumnya di
perkenalkan oleh WHO pada tahun 1989. Menurut Wahab, 2000, pneumonia
merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang di tunjukkan dengan
adanya pelebaran cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering
di sebut tarikan dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Pengertian
pneumonia dalam buku “ Perawatan Anak Sakit” yang di tulis Ngastiyah
yang di terbitkan oleh EGC mengatakan bahwa pneumonia adalah suatu
radang paru yang di sebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur, dan benda asing.
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada
masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul
sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz
Alimul : 2006).

B. Etiologi
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri
pneumokokus (streptokokus pneumoniae). Beberapa penelitian menemukan
bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia hampir pada semua kelompok
umur dan paling banyak terjadi dinegara berkembang.
Akan tetapi dari pandangan yang berbeda di dapatkan bahwa gambaran
etiologi pneumonia dapat di ketahui berdasarkan umur penderita. Hal ini
terlihat dengan adanya perbedaan agen penyebab penyakit, baik pada bayi
maupun balita. Ostapchuk menyebutkan kejadian pneumonia pada bayi
neonatus lebih banyak disebabkan oleh bakteri streptokokus dan gram negatif
enteric bacteria (escherichia coli). Sementara itu, pneumonia pada anak anak
balita lebih sering di sebabkan oleh virus, salah satunya adalah Respiratory
syncytial virus.
Pada masa sekarang terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab
ISNBA (Infeksi SaluranNapas Bawah Akut) akibat adanya perubahan
keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi
lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan
perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada
berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan
di berikan.

Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi antara lain :


1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gram-negatif seperti : Steptococcus pneumoniae (pneumokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae,
Legionella, hemophilus influenzae.
2. Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus,
chicken-pox (cacarair), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves
simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
3. Fungsi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:

1. Virus sinsisial pernafasan


2. Adenovirus
3. Virus parainfluenza
4. Virus influenza

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui :

1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar


2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-
paru.

C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak
mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus
atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks)
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal
ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis.
D. Faktor Resiko Pneumonia
Faktor faktor resiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain
umur, jenis kelamin, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang, efesiensi
Vit A, status imunisasi, polusi udara, ventilasi rumah dan pemberian makanan
yang terlalu dini.
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor resiko utama pada beberapa
penyakit. Hal ini di sebabkan karena umur dapat memperlihatkan kondisi
kesehatan seseorang. Anak anak yang berumur 0-24 bulan lebih rentan
terhadap penyakit pneumonia di bandingkan anak anak yang berumur di
atas 2 tahun. Hal ini di sebabkan karena imunitas yang belum sempurna
dan lubang pernapasan yang relatif sempit.
2. Jenis kelamin
Penelitian di Uruguay menunjukkan bahwa pada tahu 1997-1998,
58% penderita pneumonia yang di rawat di RS adalah laki laki.
3. Riwayat BBLR
Bayi dengan BBLR beresiko mengalami kematian akibat
pneumonia, hal ini di sebabkan karena zat anti kekebalan di dalam
tubuhnya belum sempurna sehingga memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita pneumonia.
4. Pemberian ASI
ASI mengandung nutrisi dan zat zat penting yang berguna terhadap
kekebalan tubuh bayi. Oleh sebab itu, sangat penting bagi bayi untuk
segera di berikan ASI sejak lahir karena pada saat itu bayi belum dapat
memproduksi kekebalannya sendiri.
Pemberian ASI ternyata dapat menurunkan resiko pneumonia pada
bayi dan balita. Penelitian di Rwanda melaporkan bahwa bayi yang di
rawat di rumah sakit karena pneumonia lebih beresiko pada bayi yang
tidak memperoleh ASI.
5. Status Imunisasi
Pada dasarnya beberapa penyakit penyakit infeksi yang terjadi
pada anak anak dapat di cegah dengan imunisasi. Yaitu antara lain ;
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, tuberkulosis, campak dan polio.
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pneumonia juga merupakan
penyakit yang dapat di cegah melalui pemberian imunisasi yaitu dengan
imunisasi campak dan pertusis. Penyakit pertusis berat dapat
menyebabkan infeksi saluran napas berat seperti pneumonia. Oleh karena
itu pemberian imunisasi DPT dapat mencegah pneumonia.
6. Efesiensi Vit A
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian Vit A berguna
dalam mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinya kematian
akibat pneumonia. Pemberian Vit A di khususkan pada balita berumur 6
bulan sampai 2 tahun yang di rawat di RS karena campak dan komplikasi
pneumonia. Oleh karena itu jika anak menderita pneumonia tetapi telah
memperoleh Vit A sebelumnya dalam jangka waktu tertentu, maka anak
tersebut tidak akan menderita pneumonia berat dan dapat mencegah
mortalitas.

E. Gejala atau Manifestasi Klinis


1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat
naik secara mendadak (38– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam
tinggi).
2. Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.
3. Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal
4. Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung
kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus).
5. Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
6. Frekuensi napas :
a. Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
b. Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
c. Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
7. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan
batuk.
8. Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
9. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
10. Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
11. Malaise, gelisah, cepat lelah.

Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri


demam, batuk, pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam, serta cyanosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam terjadi karena gerakan paru yang mengurang akibat
infeksi pneumonia yang berat. pada usia di bawah 3 bulan, kejadian
pneumonia di ikuti dengan penyakit pendahulu seperti otitis media,
conjuctivitis, laryngitis, dan pharyngitis.
Pneumonia berat pada anak umur 2 bulan - <5 tahun di lihat dari adanya
kesulitan bernapas dan atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam,
sedangkan pada anak umur <2 bulan di ikuti dengan adanya napas cepat dan
atau terikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Kriteria napas cepat berdasarkan frekuensi pernapasan di bedakan menurut
umur anak. Untuk umur kurang dari 2 bulan, di katakan napas cepat, jika
frekuensi napas 60x/menit atau lebih, sedangkan untuk umur 2 bulan sampai
<12 bulan jika >50x/menit dan umur 12 bulan sampai <5 tahun jika
>40x/menit.

F. Pencegahan
Menurut profesor Cissy, kunci pencegahan pneumonia yang penting
menurut dia adalah pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, imunisasi,
dan pemenuhan kebutuhan nutrisi anak, karena ASI mengandung nutrien, anti
oksidan, hormon dan antibody yang dibutuhkan anak untuk tubuh,
berkembang dan membangun sistem kekebalan tubuh.Menurut Profesor Sri
Rejeki, mencegah kematian anak akibat pneumonia melalui 2 cara yakni
mencegah perkembangan infeksi dan komplikasi pneumonia dengan penyakit
lain seperticampak dan pertusis, lebih lanjut ia menjelaskan kematian akibat
pneumonia bisa dikurangidengan menerapkan upaya pencegahan sekaligus
pengobatan. Selain 2 cara diatas, beliau jugamengatakan cara yang paling
efektif untuk mencegah infeksi pneumokokus melalui pemberian vaksin
pneumokokus konjugasi (PCV-7) kepada bayi. Pemberian ini pada bayi usia 4
bulan dari 6 bulan serrta diulang lagi pada usia 12-15 bulan agar melindungi
anak dari infeksi pneumokokus. Menurut laporan unicef lebih dari 1 juta jiwa
anak akan bisa diselamatkan bila intervensipencegahan dan penanganan
pneumonia diterapkan secara universal. Sekitar 600 ribu nyawa anak setiap
tahunnya juga bisa diselamatkan melalui penanganan antibiotik yang
biayanya sekitar 600 juta dolar AS.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pneumonia
dapat dicegah dengancara-cara sebagai berikut :
1. Memberikan ASI ekslusif
2. Mencegah perkembangan infeksi
3. Mencegah komplikasi pneumonia dengan penyakit lain
4. Menggunakan penanganan antibiotic.

G. Komplikasi
1. Pneumothorax
Udara dari alveolus yang pecah di sebabkan karena sumbatan atau
peradangan di saluran bronkioli yang membuat udara bisa masuk namun
tidak bisa keluar. Lambat laun alveolus menjadi penuh sehingga tak kuat
menampung udara dan pecah.
2. Empiyema (peradangan di paru)
Peradangan terjadi karena kuman atau bakteri berhasil di lokalisasi
oleh pertahanan tubuh namun tidak dapat di basmi akhirnya muncul
nanah dan mengumpul di antara paru paru dan dinding dada.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses).
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan pneumonia adalah sebagai
berikut :
1. Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.
2. Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).
3. Mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).
4. Pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik tetapi
apabila penyakit berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian
antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, kemungkinan penyebab,
seperti pemberian Ampisilin dan Kloram fenikol.
5. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
6. Penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
b. Focus pengkajian
1) Keluhan pasien
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan
pneumonia untuk meminta pertolongan kesehatan adalah sesak
napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/demam.
2) Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di
rumah dan penyakit yang menyertai.
3) Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
4) Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan
sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan
yang dilakukan.
5) Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan
tindakan yang dilakukan
c. Pemeriksaan fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi,
strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c. Tanda-tanda Vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan
Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal,
penggunaan otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
3) Suhu Tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.
4) Berat badan dan Tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan
5) Integumen kulit
- Warna : pucat sampai sianosis
- Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
- Turgor : menurun pada dehidrasi
6) Kepala dan mata
Kepala :
(a) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
(b) Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi,
kehilangan rambut, perubahan warna.
7) System Pulmonal
(a) Inspeksi : Frekuensi irama, kedalaman dan upaya
bernapas antara lain : takipnea, dispnea progresif,
pernapasan dangkal
(b) Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal
fremitus pada daerah yang terkena
(c) Perkusi : Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru,
normalnya timpani (terisi udara) resonasi
(d) Auskultasi : Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada
daerah yang terkena Suara napas tambahan ronkhi pada
sepertiga akhir inspirasi (Riyadi & Sukarmin 2009).
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
c. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
d. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi keperawatan
Intervensi yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien pneumonia yaitu sebagai berikut :
a. Dx I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
penumpukan secret.
Intervensi :
1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan
dada.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak
simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan
penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan
semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran
udara
Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya
penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara
terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Krekels terjadi
pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
3) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan napas lebih kecil. Batuk secara efektif
mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat
kelelahan akibat batuk.
4) Suction sesuai indikasi.
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan
mencegah obstruksi jalan napas.
5) Lakukan fisioterapi dada.
Rasional : merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi
dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.
6) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali
kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat
mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
7) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik
melalui inhalasi (nebulizer).
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
dengan cepat.

b. Dx 2 : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan


tekanan kapiler alveolus.
Tujuan : setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan
Intervensi :

1) Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.


Rasional : Distres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea
dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi jaringan.
2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku,
dan jaringan sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.

3) Kaji status mental dan penurunan kesadaran.


Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
sebagai petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi
serebral.

4) Awasi frekuensi jantung atau irama


Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia

5) Awasi suhu tubuh.


Rasional : Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi
seluler.

6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya


dengan masker, masker venturi, nasal prong.
Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2
di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg). Oksigen
diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat
dalam toleransi pasien.

c. Dx 3 : Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.


Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang.
Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk,
selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam
dan meningkat saat inspirasi dan biasanya menetap. Nyeri dapat
dirasakan pada bagian apeks atau tengah dada, kalau pada dada
bagian bawah nyeri kemungkinan timbul komplikasi
perikarditis.

2) Pantau tanda vital.


Rasional : nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut
persarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh
darah sistemik, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan (meningkatkan RR).

3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak,


menonton film tentang anak-anak.
Rasional : mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat
mengurangi ketegangan karena nyeri.

4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung,


perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.

d. Dx 4 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi.
Tujuan : Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah,


misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat,
nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga
berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan
makan di medula oblongata.
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum
makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum


makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini.

4) Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.


Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses
infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri
pada saluran GI.

5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering


(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk
pasien.
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar.


Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau
alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.
e. Dx 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan
Intervensi :

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan


dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.
2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau


tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur
di kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.

5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan


kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kenutuhan oksigen.
4. Implementasi
Implementasi Keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Nursalam, 2013). Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
keperawatan oleh perawat terhadap pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara melakukan indentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak (Nursalam, 2013).
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas


bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh
dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2
bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.

B. Saran
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidak seimbangan
antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan
memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh, terutama untuk ibu ibu agar lebih
memperhatikan kesehatan anak karena anak lebih rentan beresiko terkena
penyakit yang di sebabkan daya tahan tubuh mereka yang masih lemah.
Pemberian ASI sangat di butuhkan oleh bayi dengan tujuan untuk membentuk
imun si bayi tersebut agar terbentuk lebih kuat dalam menghadapi resiko
terkena penayakit.
Kita harus lebih memperhatikan resiko penyebab yang memungkinkan
terkenanya pneumonia seperti misalnya gizi buruk, defesiensi Vit A,
pemberian ASI dan imunisasi. Untuk mencegah hal tersebut ibu ibu
sebaiknya memperhatikan gizi si anak, memberikan ASI pada bayinya,
kelengkapan imunisasi dan selalu waspada terhadap tanda bahaya jika si anak
mengalami infeksi saluran napas.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/16828562/Makalah_pneumonia

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/repo/disk1/33/01-gdl-pujilestar-1614-1-
pujiles-a.pdf

https://id.scribd.com/doc/98791488/Askep-Pneumonia-Pada-Anak

Anda mungkin juga menyukai