(Persamaan Arhenius)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MUSLIMIN (E1M017043)
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MATARAM
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Apa yang akan terjadi bila gula dilarutkan di dalam dua kondisi yaitu, pada air
dengan suhu yang relatif lebih tinggi dan air dengan suhu yang relatif lebih rendah?
Dalam kehidupan sehari-hari ketika membuat suatu minuman dan membutuhkan gula
sebagai pemanis, kita terbiasa melaruktan gula tersebut menggunakan air yang sudah
dimasak terebih dahulu. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk merubah suhu air
menjadi relatif lebih tinggi. Gula akan lebih mudah jika dilarutkan dalam air yang
bersuhu relatif lebih tinggi, ini akan mempercepat laju reaksi antara butiran gula
dengan air yang mana memiliki suhu yang relatif lebih tinggi. Jika kita bandingkan
pelarutan gula pasir dengan air biasa dan air panas, maka akan sangat jelas didapatkan
bahwa air yang panas akan terlebih dahulu melarutkan butiran gula dibandingkan
dengan air biasa. Hal ini juga akan berlaku ketika kita melarutan susu bubuk, ketika
dilarutkan menggunakan air biasa, susu bubuk menggumpal dan akan sulit untuk larut
secara sempurna bahkan dengan diaduk. Sedangkan ketika menggunakan air panas,
susu bubuk akan sangat mudah untuk dapat larut dengan sempurna. Pelarutan gula
menggunakan air dengan suhu yang tinggi dapat melarutkan gula lebih mudah
dibandingkan dengan air bersuhu relatif lebih rendah begitupun dengan pelarutan susu
bubuk. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa suhu akan sangat
mempengaruhi laju reaksi atau dapat mempercepat terjadinya suatu reaksi, karena
dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga
memungkinkan semakin banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
2. Rumusan Masalah
(1) Apa itu parameter arrhenius untuk konstanta laju ?
(2) Mengapa laju reaksi bergantung pada temperature ?
(3) Bagaimana persamaan tetapan laju reaksi sebagai fungsi suhu ?
3. Tujuan
(1) Mengetahui parameter arrhenius untuk konstanta laju
(2) Mengetahui ketergantungan laju reaksi terhadap temperature
(3) Mengetahui perumusan persamaan tetapan laju sebagai sebagai fungsi suhu
BAB II
PEMBAHASAN
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung persatuan waktu. Laju reaksi bertambah dengan naiknya temperatur,
ketika kita mengubah suhu maupun katalis sebagai contoh, tetapan laju akan berubah.
Ketergantungan laju rekasi terhadap temperatur secara implisit tergambar melalui
ketergantungan tetapan laju (k) terhadap temperature (T). Hubungan antara k dan T
dinyatakan melalui persamaan Arrhenius. Pengamatan empiris menemukan banyak
reaksi mempunyai tetapan laju yang mentaati persamaan Arrhenius. Ungkapan
matematika untuk laju reaksi yang didasarkan atas teori kolisi diperoleh dari
anggapan bahwa, laju reaksi sama dengan jumlah tabrakan efektif per detik dalam
satu satuan volume sistem.
Maka,
𝐸𝑎
Laju reaksi = P Z 𝑒 −𝑅𝑇 (faktor frekuensi)
𝐸𝑎
Pada suhu konstan, P Z 𝑒 −𝑅𝑇 adalah konstan untuk reaksi tertentu. Persamaan ini
diturunkan secara eksperimen oleh Arrhenius pada tahun 1889. Faktor P (faktor
ruang) dan Z (frekuensi tabrakan) diganti dengan A yang disebut faktor
praeksponensial, sehingga persamaan Arrhenius ditulis,
−𝑬𝒂⁄
𝒌 = 𝑨. 𝒆 𝑹𝑻
Arti dari rumus ini : Jika suhu T lebih besar dari Energi Aktivasi Ea, maka e
besar yang artinya bahwa ikatan molekul yang bereaksi lebih lemah dan lebih cepat
terputus untuk membentuk ikatan baru dengan molekul lain, begitu juga sebaliknya.
Keterangan :
Agar berlaku dalam persamaan, suhu harus diukur dalam kelvin (K).
e
Harga dari satuan ini adalah 2.71828 … dan ini merupakan satuan matematis
seperti layaknya pi.
Ekspresi (e-(EA/RT))
Ekspresi ini menghitung fraksi dari molekul yang berada dalam keadaan gas
dimana memiliki energi yang sama atau lebih dari energi aktivasi pada suhu
tertentu. Harga e-(EA/RT) dikenal dengan ungkapan Boltzmann yang
mengekspresikan fraksi partikel yang memiliki energi yang cukup (Ea) untuk
melangsungkan reaksi. A dan Ea disebut juga sebagai parameter Arhenius.
Faktor frekwensi (A)
Kita juga dapat menyebut ini sebagai faktor pre-eksponensial atau faktor
sterik. A merupakan istilah yang meliputi faktor ruang dan frekuensi tumbukan. A
dan Ea disebut juga sebagai parameter Arrhenius. Berikut contoh parameter
Arrhenius.
Secara empiris harga A dan Ea suatu reaksi dapat ditentukan dari data k pada
berbagai temperatur. Dengan mengkonversikan persamaan Arrhenius
menggunakan logaritma alam, sehingga persamaan menjadi ln k = ln A -Ea/ RT,
dengan mengalurkan hubungan antara ln k dengan 1/T maka didapat grafik
berupa garis lurus. Harga Ea ditentukan dari slope atau kemiringan garis dan
harga A merupakan intersep grafik yaitu perpotongan antara sumbu y (ordinat)
dengan grafik.
Contoh :
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
Berdasarkan grafik, didapatkan harga Ea sebesar 2,1415 x 103 dan ln A (intersep)
10,741.
−𝐸𝑎⁄
𝑘 = 𝐴. 𝑒 𝑅𝑇
−𝐸𝑎⁄
𝑣 = 𝐴. 𝑒 𝑅𝑇 [𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛
dimana Ea adalah energi aktivasi, dan R adalah konstanta gas. Karena pada suhu T
molekul memiliki energi menurut distribusi Boltzmann, dapat diduga bahwa proporsi
tumbukan dengan energi lebih besar dari Ea bervariasi dengan e−Ea⁄RT. A merupakan
faktor pra-eksponensial, atau faktor frekuensi (tidak terbingungkan dengan reaktan
A). Apa yang terjadi ketika kita menaikkan suhu sebesar 10oC ke, misalkan, dari
20oC ke 30oC (293 K ke 303 K) ?
Faktor frekwensi A, dalam persamaan Arrhenius kurang lebih konstan untuk
perubahaan suhu yang kecil. Mari kita ansumsikan energi aktivasi 50 kJ mol-1. Dalam
persamaan, kita perlu menulisnya sebagai 50000 J mol-1. Harga dari konstanta gas, R,
adalah 8.31 J K-1 mol-1.
Dengan menaikkan suhu walau hanya sedikit (ke 303 K), peningkatannya:
Kita dapat melihat bahwa fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua
kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10oC. Hal ini menyebabkan laju reaksi
hampir menjadi berlipat ganda. Berdasakan percobaan perhitungan tersebut, dapat
dikatakan bahwa kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya akan mempercepat
harga k, yaitu koefisien laju reaksi untuk mengukur laju dari suatu reaksi kimia.
𝒂𝑨 + 𝒃𝑩 → 𝒄𝑪 + 𝒅𝑫
𝑬𝒂
𝒌 = 𝑨. 𝒆− 𝑹.𝑻
Keterangan :
A = Tetapan Arrhenius
e = Energi pengaktifan
Ea = energi minimum yang dibutuhkan pereaksi untuk bereaksi
Dilihat dari persamaan diatas, jika suhu dinaikan maka reaksi akan
berlangsung lebih cepat sehingga energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi akan
bertambah, jadi molekul yang memiliki energi yang sama atau lebih besar dari Ea
akan lebih banyak. Bagaimana laju reaksi yang ada jika suhu ditingkatkan menjadi
50℃ dengan energi aktivasi tetap?
Contoh soal :
Jika suhu dinaikkan dari 40℃ (313°𝐾) menjadi 50℃ (323°𝐾) dan A
dianggap konstan pada perubahan suhu yang kecil. Jadi yang perlu dilihat adalah
𝑬𝒂
perubahan 𝒆− 𝑹.𝑻 .
Diketahui : Ea = 50 kj/mol
= 50000 j/mol
R = 8.31 J/mol
Ditanya : V= .... ?
Jawab :
50000 𝑗/𝑚𝑜𝑙
𝐸𝑎 𝑗
− 𝑅.𝑇 − 8.31𝑚𝑜𝑙𝑥 313° 𝐾
𝑒 = 𝑒
= 𝑒 −19.22
= 4.49 × 10−9
50000 𝑗/𝑚𝑜𝑙
𝐸𝑎 𝑗
𝑒 − 𝑅.𝑇 = 𝑒 − 𝑚𝑜𝑙𝑥 323° 𝐾
8.31
= 𝑒 −18.62
= 8.19 × 10−9
Jadi, kemampuan fraksi molekul-molekul bereaksi menjadi 2x lipat sehingga
dengan adanya sedikit peningkatan suhu maka laju reaksi akan bertambah.
Setiap reaksi mempunyai harga k tertentu pada suhu tertentu. Harga k akan
berubah jika suhu berubah. Reaksi yang berlangsung cepat mempunyai harga k yang
besar, sedangkan reaksi yang berlangsung lambat mempunyai harga k yang kecil.
Kenaikan suhu dan penggunaan katalis umumnya akan mempercepat harga k. Jika suhu
tetap maka harga k tetap, jika suhu berubah maka harga k juga akan berubah.
Pertanyaan dan Jawaban Selama Presentasi
1. (Ni Luh Gaoura) : kenapa pada persamaan Arrhenius pangkat Ea bernilai min(-) ?
Jawab : Ea (energy aktifasi) merupakan energy minimum yang dibutuhkan untuk
melangsungkan suatu reaksi. Tanda minus (-) tersebut menandakan energy yang
dibutuhkan selama berlangsungnya reaksi.
Pertanyaan
1. Seorang laboran melakukan suatu percobaan yaitu mereaksikan antara logam seng
dengan larutan HCl sebanyak 5 kali percobaan dengan bentuk logam zn, konsentrasi
HCl dan suhu dibuat bervariasi.
NO. Logam Zn [HCl] Suhu
0.2 M 30° 𝑪
1. Serbuk
Keping 0.2 M 30° 𝑪
2.
Serbuk 0.5 M 50° 𝑪
3.
0.5 M 50° 𝑪
4. Keping
Serbuk 0.5 M 30° 𝑪
5.
Buatlah penjelasan dengan bahasa sendiri, percobaan manakah yang berjalan paling
cepat? Jelaskan alasannya! (menganalisis)
Jawab:
Percobaan yang berjalan paling cepat yaitu pada percobaan ke-3, ini
dikarenakan pada percobaan tersebut logam Zn yang digunakan berupa serbuk dengan
menggunakan larutan HCl 0.5 M pada suhu 50° 𝑪. ini dikarenakan laju dari reaksi ini
langsung dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain luas permukaan yang lebih besar
bidang sentuhnya jika dibandingkan dengan padatan, konsentrasi larutan HCl dan
suhu yang semakin besar juga akan mempercepat laju reaksi tersebut. Adapun suhu
yang tinggi akan mempercepat tumbukan yang terjadi antar partikel dalam reaksi
tersebut, sehingga menyebabkan percobaan ke-3 mengalami laju reaksi yang paing
cepat.
2. Diketahui suatu reaksi pada suhu 14° 𝐶 berlangsung selama 16 detik. Jika
suhu diturunkan 7° 𝑪 reaksi mengalami perlambatan 2 kali. Tentukan
waktu yang diperlukan, jika reaksi dilangsungkan pada suhu -21° 𝑪 ?
(menganalisis)
Jawab :
Jika suatu reaksi mengalami perlambatan 2 kali ketika suhu
diturunkan 7° 𝑪 , berarti waktu yang dibutuhkan semakin banyak(semakin
lambat). Persoalan ini dapat diselesaikan menggunakan perbandingan
antara penurunan suhu yang dialami dengan waktu yang dialaminya.
Suhu Waktu
16 detik
14 ° 𝑪
32 detik
7° 𝑪
64 detik
0°𝑪
128 detik
-7° 𝑪
256 detik
-14° 𝑪
512 detik
-21° 𝑪
162 M/s
36 ° 𝑪
54 M/s
42° 𝑪
18 M/s
48° 𝑪
6 M/s
54° 𝑪
2 M.s
60° 𝑪
Achmad,Hiskia. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.