Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan
suasana yang membosankan dan tidak menarik, sehingga siswa yang tadinya mau
belajar akan menjadi malas dan tidak semangat. Model pembelajaran yang
monoton atau yang kita sebut konvensional ternyata membuat dampak yang
negatif bagi siswa. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengganti atau
mengubah model pembelajaran yang biasanya dilaksanakan di kelas dengan
model yang lain, yang akan membuat siswa tertarik dan bersemangat serta
menjadi fokus dan konsentrasi terhadap apa yang sedang dipelajarinya. Akibat
dari pemakaian model pembelajaran yang salah maka akan berdampak pula
terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
mencoba menanggulangi masalah yang terjadi dengan cara menggunakan model
pembelajaran jenis lain yang dianggap lebih efektif dalam pembelajaran
dibandingkan dengan model konvensional.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
guru. Pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan
tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan
kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pengajaran
berpusat pada guru. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional lebih
terpusat kepada guru yang mengajar bukan siswa. Model pembelajaran seperti itu
biasanya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja, sehingga kesan
yang timbul adalah pembelajaran yang membosankan dan membuat siswa jenuh bahkan
mengantuk. Pembelajaran yang monoton seperti itu tidaklah cocok dipraktikkan di
kelas-kelas, mengingat pembelajaran yang dilakukan dengan adanya aktivitas dua arah
akan menghasilkan pembelajaran yang lebih menarik dan efektif.

1
Model pembelajaran yang dimaksud untuk mengatasi masalah ini adalah model
pembelajaran peer teaching (tutor sebaya) atau peer learning. Model pembelajaran peer
teaching atau peer learning ini menitikberatkan pada sharing knowledge, sharing ideas
dan sharing experience. Metode pembelajaran dengan menggunakan model anatomi
menitik beratkan pada ………………
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pembelajaran dengan menggunakan metode peer
learning?
2. Bagaimana metode pembelajaran dengan menggunakan model anatomi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran menggunakan metode peer
learning!
2. Untuk mengetahu metodr pembelajaran menggunakan model anatomi!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peer Learning
1. Pengertian peer learning
Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk
pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis
(2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta
didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian
merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri
dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman
sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat
belajar dari perencanaan dan fasilitas. Peer learning adalah pembelajaran
yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang
memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari
dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima
ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu
sendiri.
2. Tujuan dan Manfaat Peer Learning
Peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna
bagi peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari peer learning
secara umum :
a. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa.

b. Mengatasi isolasi.
c. Tidak menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya
walaupun pertanyaan yang “bodoh”).
d. Memotivasi dan meyakinkan siswa.
e. Fleksible dan responsibel.

3
Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee,
1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer learning ini
adalah:

a. Meningkatkan motivasi, yaitu untuk meningkatkan kualitas proses


pembelajaran maupun produk pengajaran.
b. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu
meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-
order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama
(collaborative skills).
c. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar,
yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses
pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan.
d. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan siswa
untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara
lebih kritis. Pada gilirannya siswa dapat lebih menghargai pengalaman
belajar mereka. Proses penerapan model ini dapat dilakukan di luar
lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.

3. Program Perencanaan Peer Learning


Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk
pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis
(2001), peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta
didik dalam suatu kelompok atau komunitas tertentu kemudian
merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri
dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman
sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat
belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggta kelompok lainnya. Peer
learning adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa

4
belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri
yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga siswa tidak merasa
begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak
lain adalah teman sebayanya itu sendiri.
Sehingga dari penjelasan tersebut, adapun program perencanaan ‘peer
learning’ yang akan dibuat oleh kelompok adalah berdiskusi dengan
membahas suatu isu-isu atau fenomena yang sedang menjadi pembicaraan
hangat maupun di Indonesia sendiri atau bahkan di dunia. Kelompok
berperan sebagai pemberi isu yang akan didiskusikan dan juga sebagai
penyedia media, dimana partisipan dapat memberikan opininya mengenai
isu-isu tersebut. Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan
keaktifan, pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu
yang akan dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai
wadah peer learning, dimana saat ini pembelajaran melalui media ini
sangatlah jarang dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan
kelompok ingin memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui
mading yang selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini
dan akan bisa menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan
opininya antara satu dengan yang lain.
4. Contoh penerapan peer learning (madding : opini kritikus)
Pembelajaran melalui mading ini sangat membutuhkan keaktifan,
pemikiran kritis, dan juga wawasan partisipan mengenai isu-isu yang akan
dibahas. Kelompok memilih untuk membuat mading sebagai wadah peer
learning, dimana saat ini pembelajaran melalui media ini sangatlah jarang
dan menurut kelompok sangat sesuai untuk andargogy, dan kelompok ingin
memberi media pembelajaran yang juga menarik melalui mading yang
selama ini hanya bisa kita lihat tanpa bisa memberikan opini dan akan bisa
menimbulkan antusias para pembaca dalam memberikan opininya antara satu
dengan yang lain.

5
a. Prosedur
Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan dalam media
pembelajaran mading :
1) Alat : Papan Mading
2) Bahan : Materi bacaan berupa isu.
Kertas warna-warni, pena, paku mading (mading).
3) Persiapan Isu yang Dibahas Melalui Mading Opini Kritikus :
a) Isu Yang Perlu Dibahas
Isu ini sebaiknya adalah isu yang sedang berkembang saat ini dan
semua peserta didik mengetahui mengenai isu ini.
b) Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan disini dimaksudkan agar data yang didapat oleh
kelompok adalah data yang valid, maupun sesuai dengan yang
sebenarnya. Sehingga, ketika isu ditampilkan di mading, peserta
didik ataupun pembaca mempunyai informasi yang sama dan
proses memberikan opini dapat berjalan baik.
4) Langkah-Langkah Media Diskusi Melalui Mading Opini Kritikus :
a) Kelompok akan menyediakan sebuah mading untuk membahas
isu-isu yang sedang berkembang di dunia saat ini.
b) Selain itu, juga akan disediakan sebuah tempat di samping mading
untuk tempat kertas-kertas opini dan pena, dimana nantinya
pembaca bisa menggunakan kertas tersebut untuk menulis opini
mereka. Kertas tersebut dilengkapi dengan bintang di bawahnya
yang nantinya apabila komentar sudah ditempel di mading,
pembaca lain bisa memberi tanda centang pada bintang apaila
menurut pembaca opini tersebut bagus.
c) Setelah semua opini telah ditempel dan diberi bintang oleh
pembaca lain selama seminggu, kelompok akan merangkum hasil

6
kesimpulan diskusi dari setiap orang dan menempelkannya dan
berlaku seperti itu untuk selanjutnya.
b. Keterbatasan
Selain adanya manfaat melalui media pembelajaran ini, kami
dari kelompok juga mempertimbangkan beberapa kemungkinan yang
menjadi keterbatasan dalam proses ini, yaitu :
1) Apabila kelompok jadi membuat media diskusi ini melalui mading
memerlukan beberapa proses yang panjang dan rumit.
2) Biaya yang diperlukan untuk membuat mading yang direncanakan
cukup besar terkait alat dan vahan yang diperlukan.
3) Media pembelajaran melalui mading ini memiliki kesulitan dalam
pelaksanaannya.
4) Media ini hanya dapat digunakan untuk pembahasan suatu topik
yang sedang berkembang di masyarakat.
B. Model anatomi

7
Model atau Tiruan sebagai Media Pembelajaran
Rabu, 19 Mei 2010 19.32 Diposting oleh Rizal M's 29
Dalam dunia pendidikan pastilah kita tidak akan lepas dari peran media dalam
mendukung proses belajar dan pembelajaran. Dengan dukungan suatu media
penyampaian materi atau informasi akan bejalan dengan semestinya. Begitu juga
dengan peserta didik, mereka akan lebih tertarik dan ilmu akan terserap lebih mudah.
Berbagai media telah digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran, seperti
media visual diam, media visual diproyeksikan, media cetak, media audio, media
audio visual, dan multimedia.
Alat peraga langsung atau media tiga dimensi merupakan salah satu komponen
penentu efektivitas belajar. Alat peraga langsung mengubah materi ajar yang abstrak
menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga langsung
merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa
belajar.
Pembelajaran menggunakan alat peraga langsung dapat mengoptimalkan fungsi
seluruh panca indra siswa sehingga meningkatkan efektivitas siswa belajar dengan
cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan
realistis.
Pelajaran tidak sekedar menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses
empirik yang konkrit yang realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak mudah
dilupakan.
Tujuan penggunaan alat peraga langsung adalah untuk mendemonstrasikan konsep
yang abstrak ke dalam bentuk visual. Dalam proses pembelajaran alat peraga
berfungsi
• memecah rangkaian pembelajaran ceramah yang monoton
• Memperkuat minat siswa belajar.
• Pembelajaran menjadi tidak membosankan.
• memfokuskan perhatian siswa pada materi pelajaran secara kongkrit.
• melibatkan siswa dalam proses belajar sebagai rangkaian pengalaman nyata.
Penggunaan alat peraga menunjang prinsip pembelajaran yang efektif
(http://www.columbia.edu/cu/tat/handout15.html, 2009) yang terkait pada upaya :
1. Meningkatkan motivasi siswa belajar karena peraga dapat merangsang tumbuhnya
perhatian serta mengembangkan keterampilan
2. Peraga dapat memfokuskan perhatian siswa, pendidik dapat menggunakan peraga
dengan melihat benda yang sesungguhnya di luar kelas atau dalam kelas
3. Menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan kehidupan nyata dalam rangka
meningkatkan daya antusias siswa terhadap materi pelajaran
4. Alat peraga pembelajaran dapat mengubah guru sebagai transmisi yang berfungsi
sebagai penghantar menjadi fasilitator, peraga membuat siswa lebih aktif.
5. Membuat seluruh momen dalam kelas hidup dan berubah dari waktu ke waktu,
pendidikan dapat membangun pertanyaan dengan dukungan alat yang ada di tangan

8
6. Alat peraga langsung membuat siswa menjadi lebih aktif berpikir dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis karena siswa tidak sekedar mengingat
dan mendengarkan, namun mengembangkan pikirannya dengan fakta
7. Alat peraga langsung lebih meningkatkan interaksi antar siswa dalam kelas
sehingga transformasi belajar dapat berkembang dinamis
8. Dengan bantuan alat peraga langsung dapat meningkatkan daya monitor pendidik
sehubungan dengan aktifitas siswa lebih mudah diamati
Penggunaan alat peraga memenuhi kebutuhan belajar sesuai gaya belajar siswa dalam
satu kelas. Sebagaimana kita ketahui bahwa terdapat beberapa tipe siswa berdasarkan
cara mereka memahami sesuatu. Ada siswa dengan gaya belajar visual, audio, atau
kinestetik. Masing-masing memiliki kecenderungan untuk mengoptimalkan salah satu
indera mereka dalam belajar sehingga memerlukan metode mengajar yang berbeda.
Namun demikian, guru harus mampu untuk mengkombinasikan beragam metode
pengajaran agar dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh siswanya dalam belajar.

Media visual diam merupakan media penyaluran pesan dari pemberi ke penerima
pesan, biasanya media ini disalurkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-
gambar dan simbol-simbol yang mengandung maksud tertentu dengan model
Media tiruan atau model merupakan media tiruan dari benda yang berbentuk tiga
dimensi yang dibuat sedemikian rupa dalam bentuk dan tidak sama dalam hal-hal
lainnya. Meski semua orang tahu, bahwa belajar melalui pengalaman langsung atau
melalui benda sebenarnya mempunyai sejumlah keuntungan, perlu diketahui juga
bahwa sejumlah keterbatasan dalam belajar akan teratasi dengan penggunaan model.
Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model dan
boneka. Model adalah tiruan tiga dimensi dari beberapa objek nyata yang terlalu
besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang dan terlalu rumit untuk
dibawa ke dalam kelas dalam wujud aslinya.
Model terdiri dari 6 jenis yaitu
1. Model Padat (solid model)
Suatu model biasanya memperlihatkan bagian permukaan luas dari objek dan sering
kali membuang bagian- bagian yang membingungkan gagasan- gagasan utamanya
dari bentuk, warna, dan susunannya.
Contoh : rumah adat, boneka
2. Model Penampang (eutaway model)
Memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak. Apabila bagian permukaannya
diangkat untuk mengetahui susunan dalamnya. Kadang-kadang model ini disebut
dengan nama X-Ray atau Crossection yaitu model penampang memotong. Model
seperti ini sangat cocok dipergunakan untuk pelajaran biologi, Karena fungsinya
dapat menggantikan objek yang sesungguhnya. Selain itu model penampang dapat
memperjelas objek yang sebenarnya karena dapat diperbesar maupun diperkecil.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat model penampang ini adalah hanya bagian-
bagian terpenting yang harus ditonjolkan, biasanya diberi warna kontras, sedangkan
rincian yang tidak terlalu penting dihilangkan

9
Contoh :
Lapisan tanah : permukaan tanah, erosi, delta, jenis bukit, dll.
Bentuk boneka : replica manusia dalam wujud benda mati yang menggunakan
pakaian adat, pakaian prajurit, pakaian bersejrah.
Anatomi manusia dan binatang : tongkorak
Bentuk geometri : kerucut, tabung

3. Model Susun (build-up model)


Model susun terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu
bagian dari objek itu.
Contoh : Torso, membantu dalam dua hal
Pertama, guru menggunakannya untuk menunjukkan posisi setiap organ tubuh saat
mengajar lalu murid mengulang kembali apa yang sudah diajarkan gurunya.
Kedua, untuk mengerjakan hal tersebut, sebelumnya seluruh bagian dari torso
tersebut dipisahkan, kemudian siswa menyebutkan masing-masing bagian tersebut
lalu meletakkan atau menyusun torso tersebut menjadi bentuk semula.

4. Model Kerja ( working model)


Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari
objek aslidan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya.
Contoh :
Alat – alat matematika : mistar-sorong, busur derajat,dll
Alat optic
Peralatan music : biola, piano, seruling, harpa, dll
Angkutan dan mesin- mesin: pompa hidrolik, pemintal kapas, motor listrik, alat
tenun, dll
Bagian marakit gedung (konstruksi bangunan)

5. Mock-up
Mock-up adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau
system yang lebih rumit. Susnan nyata dari bagian- bagian pokok itu diubah sehingga
aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti siswa.
Contoh :
Prinsip – prinsip : tenaga pemecah nuklir, penggunaan susunan perngkap tikus,
tenaga dorong jet, dll
System- system : penyaringan air minum, system irigasi, pencernaan, dan peredaran
darah.

6. Diorama
Diorama adalah pemandangan sebenarnya tiga dimansi mini bertujuan untuk
menggambarkan.pemandangan yang sebenarnya. Diorama biasanya teerdiri atas
bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan
yang sesuai dengan penyajiannya. Diorama sebagai media pengajaran terutama

10
berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayati, sejarah bahkan dapat
diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran.
Contoh :
Peristiwa sejarah : Pertempuran
Ilmu bumi : interior pada gua
Hasil produksi : pabrik dan perindustrian
Adegan cerita : sandiwara seseorabg yang sedang memburu sekor itik dibalik semak.
Dalam penerapannya, masing – masing media juga mempunyai kelemahan dan
kelebihan
Kekurangan dan Kelebihan Media Visual Diam
1. Ukuran
Kesulitan mempelajari obyek-obyek yang terlalu besar atau luas, sehingga tidak dapat
diamati secara menyeluruh. Sebaliknya obyek-obyek yang terlalu kecil tidak dapat
diamati oleh mata dengan baik dapat diatasi dengan menggunakan model. Untuk
obyek yang terlalu besar dan luas dibuat model sederhana yang diperkecil, obyek
yang terlalu kecil digunakan model perbandingan yang diperbesar.

2. Waktu,
Dengan menggunakan model, guru dapat menghadirkan kenyataan waktu lampau
yang tidak dapat kita jangkau dengan memproyeksikan ide atau hal yang akan datang
yang tidak dikenal siswa secara kongkret.

3. Tak terjangkau secara fisik


Obyek-obyek yang terlalu jauh dan terlalu banyak memakan biaya yang diperlukan,
bisa diganti dengan menggunakan model-model dari obyek tersebut.

4. Kenyataan-kenyataan yang tidak berguna


Banyak obyek atau benda yang sebenarnya yang dengan mudah kita jangkau, tetapi
tidak memberi keterangan yang mewadahi.
5. Proses
Dengan model-model obyek kita dapat memperhatikan proses kerja dari obyek-obyek
yang besar dan luas.
Sesuai dengan karakteristik bentuknya, media tiruan atau model memiliki beberapa
keuntungan penggunaan sebagai berikut:
(1) Model berbentuk tiga dimensi
(2) Dengan adanya perubahan ukuran, model lebih mudah dipelajari.a
(3) Bagian-bagian tidak penting dihilangkan/siswa fokus pada bagian penting saja
(4) Dapat menunjukkan struktur bagian dalam suatu benda.
(5) Memiliki kekongkretan yang tak langsun

BAB III

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peer learning merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk
pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. peer teaching
merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik dalam suatu
kelompok atau komunitas tertentu kemudian merencanakan dan memfasilitasi
kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat
terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan
menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas.
Peer learning sendiri mempunyai tujuan dan manfaat yang berguna bagi
peserta didik. Berikut adalah tujuan dan manfaat dari peer learning secara umum:
memberikan umpan balik dan dukungan terhadap siswa, mengatasi isolasi, tidak
menakutkan (siswa lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan
yang “bodoh”), memotivasi dan meyakinkan siswa, fleksible dan responsibel.

12

Anda mungkin juga menyukai