Anda di halaman 1dari 3

R.

Dimas Abimanyu
161724020
3C – TPTL
Resume Peremuan

Pembangkit Tenaga Surya yang berlokasi di Laboratorium Energi Baru dan Terbarukan
atau yang biasa disebut dengan Lab surya, dapat membangkitkan energi untuk konsumsi
yang ada di gedung tersebut. Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini diharapkan
sebagai contoh dan bahan edukasi mengenai penggunaan PLTS (Pembangkit Listrik
Tenaga Surya) sebagai konsumsi energi. Meskipun penggunaan PLTS ini juga dibantu
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan Solar sebagai bahan
bakarnya. Penggunaan PLTD ini tidak lain karena dikhawatirkan energi listrik yang
dihasilkan PLTS ini tidak cukup untuk memenuhi beban yang ada di gedung Lab. Surya.
Selain dibantu dengan dengan PLTD, PLTS di Lab. Surya inipun sudah menggunakan
batterai sebagai storage nya untuk menyimpan energi listrik ketika tidak digunakan. Telah
diketahui bahwa energi matahari sendiri tidak jarang sering berfluktuasi karena faktor
cuaca. Selain faktor cuaca, penggunaan PLTS ini juga hanya dapat menghasilkan energi
listrik ketika matahari bersinar atau dari pagi sampai dengan sore hari, dan benar benar
maksimal pada siang hari. Artinya, PLTS ini tidak akan menghasilkan energi listrik pada
malam hari. Sehingga digunakanlah batterai sebagai storage untuk menyimpan energi
listrik yang dihasilkan PLTS pada siang hari untuk penggunaan diwaktu lain.

Di Indonesia sendiri pada umumnya beban puncak terjadi pada malam hari, sehingga untuk
PLTS yang hanya dapat beroperasi pada siang hari sangat memerlukan batterai untuk
menyimpan energi listrik yang dihasilkan di siang hari.
Posisi Indonesia yang strategis untuk PLTS karena terletak di lintang Trofis sendiri sangat
diuntungkan. Meskipun pada kenyataannya posisi matahari dapat berubah ubah setiap
bulannya karena kemiringan bumi terhadap bidang ekliptika nya. Untuk pulau jawa sendiri
yang 10° jauhnya terhadap garis ekuator, pada umumnya PLTS dicondongkan ke arah utara
karena mayoritas sinar matahari berada pada garis ekuator. Namun hal terserbut dapat
berubah ketika memasuki bulan september sampai dengan maret. Karena posisi matahari
lebih condong ke selatan garis ekuator. Untuk mengakali kondisi yang berfluktuasi
tersebut maka digunakanlah solar tracker untuk melacak posisi matahari atau intensitas
sinar matahari yang baik. Dengan penggunaan Solar Tracker ini panel PLTS dapat bergerak
dengan sendirinya menyesuaikan terhadap sinar matahari.
Untuk komponen panel PLTS sendiri pada umumnya menggunakan bahan semikonduktor,
bahan semikonduktor yang digunakan pada PLTS terdapat dua jenis yaitu polycristal dan
monokristal. Meskipun monocristal lebih baik dalam menghasilkan energi listrik, akan
tetapi harga nya lumayan tinggi. Dan untuk di Lab. Surya sendiri menggunakan Polycristal
pada komponen PLTS nya.
Harapan saya adalah PLTS dapat digunakan pada masyarakat luas dari berbagai kalangan.
Hal tersebut tentu dapat dicapai jika harga panel PLTS sendiri dapat ekonomis atau
terjangkau oleh semua kalangan. Karena kendala utama dalam pemanfaatan PLTS selama
ini salah satunya iyalah harga nya yang cukup tinggi. Tentu perlu terobosan dan inovasi
baru untuk mengembangkannya.

Adapun untuk perhitungan efisiensi yang saya dapatkan dari sumber internet adalah
sebagai berikut :
Sistem PLTS Lab. Surya
a. Daya dan Efisiensi Panel Surya
 Efisiensi Panel
𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝜂= =
𝑃𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑝 × 𝑙 × 1000 𝑊/𝑚2
180𝑊
= × 100% = 13.60%
1.634𝑚 × 0.8095𝑚 × 1000 𝑊/𝑚2
 Daya Array
Daya array = Jumlah panel x Daya maks/Panel = 92 x 180W = 16.56 kW

b. Baterai
Spesifikasi Baterai: 600 Ah 2V/cell
Jumlah Baterai dirangkai seri: 24 cell
Tegangan per seri: 24 x 2 = 48 Volt
Energi baterai per seri: 600 Ah x 48 Volt = 28.800 Wh = 28.8 kWh
Energi seluruh baterai: 28.8kWh x 3 = 86.4 kWh
Kapasitas Seluruh Baterai: 600x3 Ah 24x2 Volt = 1800 Ah 48 Volt

Anda mungkin juga menyukai