Anda di halaman 1dari 7

Interviewers : “Mengapa memilih menjadi enterpreneur,padahal basicnya dari polban

(engineering).Mengapa memilih menjadi enterpreneur di bandingkan menjadi


karyawan?”

Interviewee : “Kalau saya dulu terpaksa, ceritanya dulu saya di jakarta kerjanya di BUMN, istri sedang
hamil dan ada di bandung jadi saya LDR - an sama istri, kemudian berpikir bagaimana
caranya nih bisa cepet ke bandung,soalnya istri di ajak ke jakarta ga mau, karena orang
Bandung nyaman dan adem sedangkan di Jakarta panas macet jadi ga kuat tinggal di
Jakarta, akhirnya gak cocok lah, saya tinggal di Jakarta dan saya berpikir bagaimana
caranya supaya bisa ke bandung lagi, di pikir – pikir dari teknik kimia kerja di bandung
apa ya? Paling kalau di bandung tekstil di pikir – pikir di tekstil gajinya berapa paling
segituan ( di bawah UMR) kalo di Jakarta kan jauh ya, akhirnya saya berpikir kayanya
yang bisa memberikan penghasilan yang lebih di Bandung saya cuma bisa bisnis,
bagaimana caranya saya mulai sambil bekerja ya pada saat itu merintis bisnis pertama
bisnisnya ga langsung pakaian, pertamanya itu ada bento, saya bikin catering bento saya
mensuplai ke TK (taman kanak –kanak) ke anak anak kan biasanya males tuh ibu –
ibunya ngebeklin anak-anaknya, saya kerja sama pihak TK untuk menyediakan makanan
untuk makanan siang untuk anak-anak TK di bentuk – bentukin kaya Spongebob, Kerropi
(tokoh kartun) dan itu Alhamdulillah sampai 3 bulan saya berbisnis karena capek kalo
catering itu bangun pagi, bergegas, pergi belanja ke dapur dan yang lain segala macem,
akhirnya setelah 3 bulan itu saya ganti bisnis ke pakaian.”

Interviewers : “Berarti kang ya, nama usahanya boleh tau kang saat ini?”

Interviewee : “Azura Baby & Kids”

Interviewers : “Itu sudah di rintis sejak kapan?”

Interviewee : “Dari tahun 2015 kurang lebih, saya udah 4,5 tahun kerja di Jakarta, sudah
mengumpulkan modal biasanya suka ada bonus di perusahaan, kemudian dikumpulin
buat modal setelah cukup modalnya keluar saya.”

Interviewers : “Kemudian pertanyaan selanjutnya, tips dan trik bagaimana caranya yang sukses,
mungkin dari bidang konveksi pernah gak ekspor, di kirim ke luar keluar jawa sehingga
menjadi sukses?”

Interviewee : “Paling untuk ekspor ke luar negeri belum ya, baru se Indonesia aja, baru proses latihan
dapat bantuan dari pemerintah ikiut pelatihan ekspor dari dinas kementrian periode
bapak jokowi, itu kita di bina selama 9 bulan, dan tips untuk sukses saya belum dibilang
sukses masih jauh dari kata sukses, intinya untuk menjadi pengusahayang baik adalah
niatnya dulu tujuan kita bisnih harus baik juga, dan kalo ingin berbisnis itu jangan
tujuannya mencari uang karena kalau tujuan kita cari uang itu pasti akan capek, orang
kerja jadi PNS juga dapet uang juga gede jika kita bisnis kita akan capek hati, kalo kita
mikirnya cuma cari uang, terus bagaimana caranya supaya ga capek kita bisnis
tujuannya bantuin banyak orang, bantin penjahit, bantuin keluarga, bantuin keluarga
karyawan, mikirnya kesana kita nolongin banyak orang, jika kita mikrnya kesana ketika
capek dan kita sudah lelah ga akan membuat kita down (jatuh), banyak orang – orang di
belakang kita memerlukan jasa kita, kalo mikirnya uang kita kerja segini terus rugi
mending kerja aja sekalin ngelamar ke pertamina, pama atau yang lainnya. Jadi seperti
itu,tujuannya dulu.”

Interviewers : “Terus tadi akang nyinggung – nyinggung kerja di oil dan gas, mungkin kita sebagai anak
politeknik tau gaji – gaji orang yang bekerja si oil dan gas cukup, hal apa yang membuat
akang, harus berwirausaha selain dari alasan yang telah di kemukakan? Pasti ada
alasasan yan terkuat, mungkin dahulu godaaannya besar jika bekerja di oil dan gas,
bagaimana cara yakin untuk tetap dalam berwirausaha?”

Interviewee : “Kalau saya sudah pernah merasakan kerja pertama di oil dan gas, tinggal di pelosok,
jauh dari perantauan, jauH dari keluarga. Kalau buat saya pribadi, saya merasa tidak
nyaman, soalnya saya tidak bisa menjadi diri saya sendiri, saya juga tidak memikirkan
materi (uang), kita bisa 1 bulan, 2 bula ita tidak keluar-keluar tapi memang apa yang kita
dapat setimpal tetapi pengorbanannya besar, kita benar – benar terasingkan,jauh dari
keluarga. Kalau saya masih bujang (sendiri) tidak apa-apa, dulu masih bujang bertahan
sekitar 5 bulan, tetapi saya pikir ketika nikah kaya gini pusing saya juga, ketika saya
sudah mau nikah (tunangan) baru saya cabut (keluar) perusahaan, yang penting ada
modal lagi untuk nikah. Ketika dapat modal keluar.”

Interviewers : “Terus mengenai keterampilan kang, keterampilan (skill) apa saja yang harus dimiliki
untuk menjadi seorang wirausahawan,terlebih lagi akang terjun di usia muda, tidak lama
dari setelah lulus kuliah kemudian kerja kemudian meneruskan berwirausaha?”

Interviewee : “Belajar yang cepat, saya aja tidak punya basic tentang kain, tekstil, keuangan, desain
tapi saya belajar itu semua tidak langsung di dapat, saya beli buku photoshop, corel
draw saya lihat tutorial di youtube, gimana cara membuat desain lihat disitu, membaca
neraca keuangan saya belajar di youtube, saya belajar 1 minggu sudah beres, tidak perlu
saya kuliah. Sekarang dengan adanya era globalisasi informasi banyak di dapat bisa di
akses dengan mudah, tinggal kitanya yang mau untuk belajar. Dulu saya seperti itu,saya
belajar desain dulu, terus saya belajar perkainan dengan jaringan (komunitas), jaringan
ini sangat penting teman-teman, harus mau bergaul dengan komunitas - komunitas
karena dari sana kita bisa dapat link, saya dapat link penjahit, dapat link supplyer dari
komunitas, belajar bahan produksi itu bagaimana, setelah itu saya produksi, saya
produksi laku, belajar marketing juga habis itu uang masuk banyak tapi uang ga ada
kemana ya?. Akhirnya istri saya belajar keuangan, kayanya keuangan harus di benahi
lalu mulai belajar keuangan. Semakin besar bisnis kita semakin menuntut kapasitas diri
kita semakin besar dimana berbanding lurus ilmu yang kita punya dengan ketebalan
dompet kita. Soalnya kalau kita sukses, kita jualan tiba – tiba booming tanpa tau kita
ilmunya itu biasanya hanya kebetulan, kebetulan itu biasanya tidak bisa di ulangi, paling
cuma sekali kemudian kita buka bisnis yang lain lagi dan tidak bisa di ulangi, ketika kita
ga tau ilmunya, ga tau step by step (langkah-langkah), polanya sudah ketahuan bikin
bisnis baru tinggal copy paste (mengulangi secara instan).”

Interviewers : “Berartia ada rencana buka usaha di bisnis lain?”


Interviewee : “Ada, rencana abis lebaran bisnis kuliner,masih penasaran karena dulu bisnis kulIner
belum berhasil, mau coba lagi”

Interviewers : “Mungkin lanjut ke pertanyaan yang lebih konseptual,kunci kesuksesan menurut


seorang kang Galih, khususnya di bidang wirausaha?”

Interviewee : “Yang pertama mindset (pola pikir) merubah tidakan, tindakan kita merubah rutinitas
kita, rutinitas dalam kehidupan kita bisa merubah nasib,misalnya minset kita sudah
salah mindset pecundang, mindset loser (kalah) itu sulit jadi memang harus terampil
kalo pengusaha, karena kita ga ada SOP (aturan) seperti karyawan, klo jadi karyawan
harus mengikuti SOP yang udah flat (tetap) ga ada tantangan. Kalo kita di dunia
wirausaha ini segalanya bisa terjadi, tantangan itu akan terus menghampiri kalo kita
tidak meningkatkan kapasitas diri kita, kita akan kalah dengan masalah yang ada, jadi itu
mindset. Yang kedua kedekatan dengan Allah SWT yang menguatkan kita ketika lelah, sa
ma satu lagi mungkin kedekatan kita dengan pasangan hidup kita, saya kalo sendirian
tidak ada yang menguatkan. Ya itu temen- temen harus terus di pelajari mindsetnya
harus kuat, banyak video-video motivasi sekarang saya juga sering nonton success
before thirty channel – channel bagus jadi jangan cuma nonton channel – channel yang
lagi trending–trending, trending–trending itu sampah semua dari TV malah pindah ke
youtube, makanya jangan liat trending udah ga bagus”

Interviewers : “Terus tadi kang di sebutkan salah satu kunci link atau network, apa artinya relasi atau
networking dan seberapa penting bagi seorang wirausaha?”

Interviewee : “Penting banget, kalo masalah jarigan, kita bisa update informasi terkini tentang bisnis,
misalnya dalam segi marketing, karena marketing itu sangat dinamis, kalo kita
ketinggalan informasi itu kita bakal ketinggalan sama pesaing – pesaing kita,kalo kita
berada dalam satu komunitas kalo ada update-an info kita cepet tahunya dan cepet
bagaimana mengantisipasi perubahan – perubahan, karena saya pernah mengalami di
main facebok itu mengalami perubahan algoritma yang luar biasa sehingga berdampak
pada performa iklan saya jadi jelek itu hampir mau tutup saya, dengan saya gabung
komunitas saya cari – cari informasi, akhirnya saya hijrah ke instagram, dulu saya di
facebook mainnya sekaran ke instagram akhirnya stabil lagi, kalo gak kaya gitu kita ga
akan tau informasi terbaru.”

Interviewers : “terus kang itu dalam segi relasi, terus kalo di bidang konveksi itu saingannya terutama
dari yang saya denger orang – orang china itu mendominasi terus dari akang sendiri,
yang sudah terjun di lapangan seberapa besarkah peluang bagi para pengusaha asli
Indonesia (pribumi) terhadap daya saing di era globalisasi ini.”

Interviewee : “Intinya kita harus memberikan value yang lebih,nilai tambah terhadap produk kita di
bandingkan produk pesaing, saya juga sama jualan sama orang lain yang jual brand-
brand impor, brand-brand impor ini luar biasa murah banget 100 ribu dapat 5 buah,
saya jual 80 ribu 1 buah. Ga bohongkan, itu baby shop lain di online shop jualnya yang
followernya ratusan ribu itu udah kaya jualan gorengan aja gitu jual barang itu per
karung, tapi saya ga gitu saya nunjukin kelebihan kita apa, pertama kelebihan kita sudah
berlebel SNI (Standar Nasional Indonesia), yang kedua ini produk made in Indonesia
(buatan Indonesia) dengan anda membeli produk kami berarti anda telah membantu
menggerakan ekonomi local, jadi harus bisa membuat story telling (jalan cerita) cerita di
balik brand itu, jadi saya sempat bikin video ngeliatin workshop kita, kita video lagi
ngejahit dengan bunda membeli produk kami bunda sudah ikut sumbangsih
menghidupkan ekonomi Indonesia, jadi yang beli itu bangga menggerakan ekonomi,
coba kalo produk impor mematikan roda perindustrian,roda ekonomi local. Kalo saya
stop impor,pokoknya harus di stop, soalnya mengganggu pengusaha local,banyak kalo
temen-temen sering lihat di instagram dan di facebook kalo temen-temen punya
ketertarikan di bidang wirausaha biasanya suka dapet iklan-iklan pelatihan di
instagramnya klo temen-temen sering nge-follow para pengusaha-pengusaha biasanya
suka dapet iklan,itu namanya ada satu komunitas namanya importir.org mereka
mengimpor semua barang-barang dari china berkointainer. Kan kalo baju buat disini
juga bisa bikin, ngapain harus impor dari luar, terus tas kaya gitu juga bayangin,mereka
datang dengan harga yang lebih murah di jual ke kita, itu ga kebayang kalo misalkan kita
tidak bisa mengedukasi market kita. Intinya bangun emosional sama market kita,karena
kalo sudah ada keterikatan antara market dengan pelanggan, mereka di sodorin barang
apa aja saja, tetap saya sudah nyaman pake itu.Temen-temen juga suka ga mempunyai
satu produk brand yang di suka misalnya sepatu loggo harganya ga mungkin bohong
gamau pake sepatu merk lain meskipun lebih bagus dan lebih mahal.”

Interviewers : “Kan tadi dari segi persaingan, cara akang membangun relasi atau memabngun jaringan
dengan konsumen atau mungkin dengan pengusaha lain itu dengan bazar atau dengan
kondisi lain itu seperti apa?”

Interviewee : “Kalau saya biasanya suka urgent dan bahkan ada mentoring. Kita benar benar couching
yah. Kita benar benar di-couching sama mentor kita. Kareng penting kalo misalkan kalau
kita tidak punya mentor, kita msialkan mengalami rugi kita merasa orang menjadi yang
paling sial. Tapi, kalau kita ketemu mentor – mentor kita, kita merasa beruntung, ‘wah
mereka dulu rugi lebih besar dari pada kita lebih besar, kita segini belum ada apa
apanya’ kalau kita kumpulnya sama pengusaha. Kalau kita kumpulnya sama pegawai,
‘tuh, kan kata saya juga mending jadi pegawai’.”

Interviewee : “kalau dengan konsumen, kita harus sering mengadakan event – event brand
awareness, seperti saya mengadakan bazzar, mengadakan seminar yang sesuai dengan
marketnya.”

Interviewers : “Kalau akang seminar yang bentuknya seperti apa?”

Interviewee : “Kalau saya kan, karena marketnya ibu-ibu saya mengadakan seminar ASI, bagaimana
parenting kepada anak. Makanya istri saya juga jadi konsultasi juga, biar sekalian. Jadi di
Instagram itu saya dengan istri saya suka Live Instagram membahas tentang ASI,
misalkan muda-muda yang kesulitan ASI. Karena sukarang itu tidak mudah yah teman-
teman menjadi orang tua, ternyata menyusui anak itu tidak gampang. Apalagi jaman
sekarang itu banyak ibu-ibu muda yang mereka itu kesulitan menyusui anaknya,
padahal menyusui langsung itu lebih sehat daripada memberi susu formula yang
mahal.”
Interviewers : “Terus ini kang, waktu di awal akang memutuskan untuk terjun ke dunia wirausaha itu
tentu kan perlu modal, awalnya itu kita dapat modalnya itu dari mana sih? Apakah kita
mendaftar kan perusahaan kita terus pemerintah membiayai atau seperti apa?”

Interviewee : “Tidak, saya modal pribadi. Dulu pernah saya diberi modal oleh pemerintah, Program
Mahasiswa Wirausaha, dulu saya dapet 20 juta, tetapi masalahnya ijazah saya ditahan,
karena dulu laporan keuangannya belum beres.”

Interviewers : “Kalau itu usahanya apa?”

Interviewee : “Dulu kuliner juga, bikin nugget dan tempe. Yaa seperti itu, karena sibuk dengan
kesibukan masing masing, akhirnya pecah kongsi. Tapi seru sih, jadi pengalaman”

Interviewers : “Selanjutnya kang pertanyaan selanjutnya lebih ke inti dari wirausaha yang akang
dalami sekarang, mungkin yang pertama berapa jumlah karyawan saat ini?”

Interviewee : “Kalau karyawan saat ini di office ada 7 orang, dan di produksi ada 3 orang.”

Interviewers : “Lalu kira-kira gaji karyawan per bulannya berapa?”

Interviewee : “Beragam, sih. Ada yang 1 juta, ada yang 2 juta. Tergantung kondisi masing-masing
karyawannya. Semakin penting orang, semakin strategis posisinya, ya semakin besar,
tergantung mereka memberikan dampak bagi perusahaan.”

Interviewers : “Oh, jadi berpengaruh juga ke perusahaan?”

Interviewee : “Iya, kontribusi. Kita lihat yah yang namanya ke indikator, performance, kita melihat dari
situ, apakah bagus tidak. Karena kita kalau misalkan ke CS targetan closing harus
presentasinya di atas 30%. Biar apa? Biar mereka semangat dong bekerjanya.”

Interviewers : “Lalu kang, kalau biaya operasional di usaha ini per bulannya itu berapa?”

Interviewee : “Maksudnya semua dengan gaji atau seperti apa?”

Interviewers : “Di luar gaji”

Interviewee : “Seperti listrik yang seperti itu yah? Pulsa, iklan, ada sekitar 5 sampa 10 juta.”

Interviewers : “Lalu kang untuk keuntungan per bulannya itu kira-kira berapa?”

Interviewee : “Keuntungan profit atau omset?”

Interviewers : “Omset kang.”

Interviewee : “Kalau omset per bulannya bisa sampe 100 juta. Kalau keuntungannya biasanya 30%
dari omset itu.”

Interviewers : “Lalu kira-kira ada nasihat tidak kepada orang yang mungkin gagal saat berwirausaha?”

Interviewee : “Kalau gagal itu tidak perlu takut, karena memang kita harus punya reason yang kuat.
Kalau reason yang kuat, action-nya hebat. Jadi dulu saya reasonnya itu waktu saya
resign dari pekerjaan. Itu diwaktu yang sama ibu saya sakit. Sedangkan beliau itu
mencari nafkah untuk keluarga saya, jadi kan otomatis tidak ada lagi yang mencari
nafkah selain saya, saya jadi tulang punggung keluarga.”

Interviewers : “Mungkin ada 1 pertanyaan lagi dari saya, kira-kira waktu masa mudanya ada yang
berpengaruh tidak ke usaha ini?”

Interviewee : “Oh, ada. Organisasi dan kepemimpinan, soalnya kan sekarang kita perusahaan layaknya
oraganisasi. Degan kepemimpinan itu kita memimpin organisasi. Kita belajar bagaimana
cara me-manage orang, bagaimana kita melihat potensi orang cocoknya dimana, dari
pengalaman itu saya menerapkannya kepada perusahaan saya. Kayak saya membuat
analisis SWOT. Kalau saya tidak ikut organisasi saya mungkin tidak tahu mengenai
analsis SWOT. Lalu visi misi, dulu kan disuruh buat visi misi waktu berorganisasi dulu. Ya
terbawa, perusahaan itu perlu visi misi.”

Interviewee : “Terus kalau mau sukses bikin produk yang pas itu, yang laris itu harus kita bisa
membuat solusi dari masalah orang-orang. Jadi si produk ini harus menyelesaikan
msalah orang. Seperti Go-Jek kan, menyelesaikan masalah orang, misalkan orang males
beli makan keluar bisa pakai Go-jek, lalu naik ojek tarifnya tidak jelas, orang pakai go-jek
jadi jelas. Jadi harus berbasis data, misalkan kalian punya ide nih, kalian harus validasi
data dulu, idenya layak diterima orang tidak? Bisa jadi hanya munurut kalian saja.
Jangan asal – asalan, harus berbasis data. Saya juga kalau mau launching produk baru
saya mengambil sample dulu ke beberapa customer kita, kita tanyakan suka atau tidak?
Lalu buat persentase, kalau misalkan dari 100 sample 60%-nya suka, kita bisa eksekusi
produk baru itu. Kelemahan kita itu malas merekap data pelanggan, karena data
pelanggan itu kan penting.”

Interviewers : “Pertanyaan diluar ini kang, kalau dari sisi mahasiswa itu sendiri misalkan ingin merintis
usaha sendiri, elbih enak membuat usaha dengan brand sendiri atau kita me-reseller?”

Interviewee : “Kalu seperti itu, lebih bagus jadi reseller dulu. Kenapa? Karena kalau bikin brand sendiri
itu bukan pekerjaan yang mudah. Pertama kitaperlu membuat produksi, lalu membuat
market pula, sementara sumber daya kita itu masih terbatas, pusing jadinya. Mending
kita jadi reseller dulu, menjual produk orang. Banyak teman-teman saya yang dulu jadi
reseller sampai jadi business owner. Dia sudah tau karakteristik marketnya, dia buat
brand dan launching. Karena kalau orang sudah meguasai marketnya, itu memulai
produk di market itu pasti laku. Jadi kalau ada yang bertanya tentang data base
pelanggan itu harus hati-hati, karena data base itu penting”

Interviewers : “Satu pertanyaan lagi kang, tadi kang maksudnya data base itu apa?”

Interviewee : “Maksudnya pelanggan, data pelanggan yang suka sama kita itu ada. Jadi orang-orang
yang sudah membeli produk kita itu jangan dibiarkan begitu saja, harus dikelola, karena
kalau misalkan kita mau membuat produk baru, kita tinggal kelola pelanggan kita
sebelumnya. Karena lebih mudah mengedukasi orang yang sudah kenal dengan produk
kita diabndingkan orang yang belum tahu. Karena pelanggan-pelanggan ini kan yang
sudah tau produk kita, kalau misalkan review-nya bagus mereka pasti akan suka.”

Interviewers : “Yang terakhir kang, untuk sarannya sebagai awal entepreneur?”


Interviewee : “Iya, itu tadi. Paling yang enak itu teman-teman bisa menjual dulu produk orang, apalagi
bisnis online kan bisnis sampingan kanyah, temen-temen tidak perlu packing, tidak perlu
memikirkan market dulu. Bisa dilakukan paralel. Intinya menghidupkan dulu insting
kewirausahaan kita. Kalau sudah terasah mentalnya jika diberi sesuatu yang besar kita
bisa lewati.”

Interviewers : “oke, cukup banyak yah teman-teman, pengalaman dan ilmu yang bisa kita petik dari
wawancara tadi. Terima kasih kang, di sela-sela kesibukannya bisa memberikan waktu
dan pengetahuan barunya untuk kita.”

Anda mungkin juga menyukai