Anda di halaman 1dari 22

Wealth Mindset #9 - Kloter 1

1. Saya adalah agen salah satu Brand Busana Muslim yang sudah dapet disc 35%, namun saya ingin jadi
agen lain yang saya harus mulai belanja dari awal 5 jt,

Nah dari itu katakanlah kalau 5jt ada ya buat belanja, namun kok saya masih ragu. Kalau saya jadi agen
Brand lain nanti kalau ada order dari Brand pertama yang udah dapet 35% takutnya modal belom ada.

Kalau kata ki jendral : nih orang kaya kan selalu berfikir bagaimana caranya memutar uangnya supaya
bisa berlipat ganda?

(halah kayak Dimas kanjeng? ). Dan orang kaya gak konsumtif.

Ini bagaimana ya solusinya?

 Jawab :

Saya bingung ya dengan kebanyakan kita, kenapa selalu berpikir bahwa untuk mendapatkan
produk dengan diskon besar, harus mengeluarkan modal uang yang besar dulu?

Di awal memulai bisnis online, saya bisa mendapatkan diskon 35% bahkan 40% tanpa
mengeluarkan modal sepeserpun!

Makanya prinsip dalam bisnis itu, modal sekecil-kecilnya, untuk penghasilan sebesar-
besarnya. Kalau ada supplier yang bisa memberikan diskon besar tanpa harus
mengeluarkan modal besar, kenapa harus mengeluarkan modal besar?

Saya punya beberapa teman produsen yang bisa memberikan diskon besar untuk
produknya tanpa harus mengeluarkan modal besar, bahkan tanpa mengeluarkan modal
sepeserpun.

Yang penting kita mau perbesar jaringan, perbanyak silaturahim, bergaul dengan lebih
banyak orang agar bisa berkembang.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

2. Metamorfosa :

Kalau kita mau buka kran usaha dr beberapa jalan, berarti kita hrs multitasking?

Saya pernah membaca orang yg sukses justru dia tdk multitasking tapi hanya fokus pada 1 usaha. Nah,
yg benar yg mana?

Kalau memang dr beberapa kran yg dibuka, pertanyaannya apakah kita sndri yg menghandle & itu murni
usaha sendiri atau bisa kita join income/menjadi Reseller produk yg lain?

Bagaimana kita bsa membagi waktu antara beberapa usaha itu semisal semua online & dikerjakan
sendiri, dalam sekali usaha untuk permulaan berapa kran yg bisa dibuka? terimakasih

 Jawab :
Kenal Aburizal Bakrie? Kenal Chairul Tanjung? Mereka punya satu kran bisnis, atau banyak kran
bisnis? Jawabnya : banyak kran bisnis.

Kalau yang dimaksud dengan multitasking itu adalah mengerjakan banyak hal sekaligus, maka
bukan itu yang kita inginkan. Kita nggak akan mengerjakan banyak hal sekaligus. Kita tetap perlu
fokus. Makanya, yang dimaksud dengan membuka kran baru itu adalah memastikan bahwa
sebuah kran mengalir dengan lancar dulu, baru boleh membuka kran baru.

Kalau kran sebelumnya belum lancar, jelas nggak disarankan untuk membuka kran baru. Kita
perlu mengusahakan kran sebelumnya bisa berjalan otomatis, berkurangnya intervensi kita,
baru membuka kran baru.

Nggak harus menghasilkan banyak uang dulu baru kita buka kran baru. Patokannya adalah,
seberapa banyak intervensi kita di kran itu. Kalau sebuah kran rezeki masih membutuhkan 50%-
100% peran kita, jangan coba-coba bikin kran baru. Tapi kalau sudah dibawah 50% peran kita
disana, artinya tanpa kita sebuah kran sudah bisa menghasilkan uang, barulah berpikir untuk
membuat kran baru.

Keywordnya adalah SISTEM. Sistemlah yang akan membuat sebuah kran bisa mengalir
menghasilkan uang, tanpa perlu kita repot mengurusnya.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

3. Saya seorang pekerja kantoran dan suami saya adalah seorang usaha fotocopy dan jualan sepatu di
mobil,

Saya ingin sekali usaha suami saya sukses / maju lebih banyak orderan seperti orang2. Gimana Ki Jendral
cara nya?

Kalau kata Ki Jendral : orang kaya selalu berfikir bagaimana cara memutar uang bisa berlimpah ganda
dan orang kaya gak konsumtif gimana ya solusinya mental kayak dulu ? 😁😁

 Jawab :
Pertama, syarat sebuah bisnis yang baik itu adalah punya konsep yang jelas. Yang dimaksud
konsep yang jelas itu berarti si pemilik bisnis perlu memahami dengan detail, hal-hal apa saja
yang perlu dilakukannya untuk mengembangkan bisnisnya. Tanpa konsep yang jelas, kita nggak
sedang menjalankan bisnis. Kita hanya jualan.

Kedua, sebuah bisnis yang akan berkembang, tentu punya strategi penjualan yang baik. Kayak
apa yang baik itu? Jelas yang bisa menghasilkan angka penjualan besar. Yang bisa menghasilkan
omzet yang besar.
Nah, si pemilik bisnis perlu membuat strateginya secara tertulis, strategi apa saja yang perlu
dilakukan untuk memperbesar omzet penjualannya.

Misal : selama ini usaha fotokopi seperti apa strategi marketingnya? Pastikan punya rencana
yang jelas. Alokasikan anggaran untuk promosi. Sekecil apapun, perlu ada anggaran untuk
promosi.

Jualan sepatu strateginya seperti apa? Dengan jualan di mobil, berapa omzetnya? Apa yang
membuat orang mau membeli sepatu itu? Apa yang membuat orang berkerumun mendatangi
lapak sepatu kita?

Ada 2 pilihan marketing yang bisa dilakukan saat ini ; offline dan online. Masing-masing punya
kelebihan dan kekurangan. Contoh, kalau jualan sepatu offline, orang bisa langsung mencoba di
tempat. Sementara di online nggak bisa. Di online, kita bahkan nggak perlu keluar rumah untuk
jualannya, sementara offline harus keluar rumah, ngider pakai mobil. Syukur kalau ada
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

karyawan yang ngidernya. Kalau nggak ada, berarti suami mbak yang harus keliling menjual
sepatunya. Dan itu tentu melelahkan.

Kalau saya prinsipnya ; untuk menghasilkan uang seseorang perlu berpikir mengeluarkan effort
(pengorbanan) tenaga, biaya & waktu yang sangat kecil, tapi menghasilkan keuntungan yang
besar. Emang bisa? Ya bisa, asal mau mikir.

Tugas pemilik bisnis itu memang hanya berpikir.


Biar orang lain yang kita bayar yang akan mengeksekusinya.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

4. Bang Jendral, saya lulusan SMK yg pernah bekerja sebagai karyawan selama 2thn, dan saya Nyambi
sambil bisnis jualan ke teman2 kantor, pernah sempet mencoba bisnis online juga, tapi karena bingung
belum tahu ilmunya, akhirnya penjualannya segitu-gitu aja dr bisnis online.

Lalu ada saat dimana saya merasa bosan bekerja menjadi karyawan. Saya berpikir, saya gak mau
terus2an duduk seharian di depan meja seperti itu. Dan saya merasa bersalah, merasa korupsi waktu,
karena kadang sambil kerja malah jualan.

Terlebih lg yg paling bikin saya ga betah kerja adalah saya harus taat dan patuh pada atasan meskipun
itu tindakan yg tidak benar, seperti disuruh berbohong misalnya, terlebih saya ini bisa dibilang salah satu
yg paling muda di kantor. Maka saya putuskan untuk keluar kerja.

Setelah keluar kerja, skrg ini saya baru beberapa bulan merintis bisnis online di bidang makanan ringan,
sedikit lebih faham daripada dulu tentang ilmu jualn online, tapi saya merasa masih belum benar2
faham. Kadang saya mikir gimana lagi caranya biar usaha saya semakin berkembang?

Kadang sampe putus asa, Bang. Apalagi pas awal2 keluar ortu gak mendukung buat bisnis, maunya saya
jd kryawan lg aja.

Pertanyaannya : Gimana cara nya memotivasi diri sndiri ketika kita sedang down? Lalu apakah
lingkungan kita tinggal mempengaruhi diri kita? Saat ini saya numpang tinggal di rumah kakak saya. Krn
klo tinggal di rumah ortu disana susah sinyal jika ingin berjualan online.

Namanya saya numpang pasti gak bisa seenaknya kan, kadang saya lg mau fokus jualan online eh sdh di
mntain tolong ini itu. Jagain ponakan dll. Saya sbnrnya ingin pisah tempat tinggal, tp keuangan saya
belum memadai. Bagaimana yaa solusi nya bang jendral?

 Jawab :
“Gimana cara nya memotivasi diri sndiri ketika kita sedang down?”
Down itu Karena kita nggak tau persis apa yang sedang kita kerjakan, dan seperti apa yang akan
kita temui. Kita nggak punya alasan yang kuat untuk melakukan sesuatu itu.
Jadi, mulailah mencari alasan paling kuat dalam diri kita, “kenapa sih saya perlu
melakukan ini?”
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

“Lalu apakah lingkungan kita tinggal mempengaruhi diri kita?”


Jelas sangat berpengaruh. Semakin besar tekanannya, semakin sulit kita berkembang. Tapi
sebenarnya kita punya pilihan untuk menganggapnya sebagai masalah, atau sebagai tantangan.
Seberapa cepat kita bisa keluar dari kondisi itu.

Makanya, perencanaan yang matang, akan membantu kita agar lebih mudah keluar dari kondisi
yang nggak menyenangkan itu.

Saya dulu sengaja “minggat” dari Medan, karena nggak mau tinggal 1 rumah dengan orangtua.
Sejak SMA saya mulai ngekos walau masih satu kota. Berlanjut saat kuliah di Bandung, itu sesi
merantau sesungguhnya. Disitu saya belajar hidup yang sebenarnya. Apalagi sejak menikah,
tentu subsidi uang dari orangtua terputus. Padahal, awal menikah saya nggak punya pekerjaan
yang jelas. Otomatis penghasilan pun nggak jelas.

Seringkali bingung besok mau makan apa, karena nggak punya uang lagi. Hanya ada recehan.
Kalau ternyata habis sama sekali, terpaksa utang ke teman untuk bertahan hidup. Alhamdulillah
punya istri yang tahan banting. Nangis berdua kaya sinetron, udah biasa. Saking bingungnya
nggak punya uang, sementara harus bayar utang.

Sebenarnya bisa saja minta uang ke orangtua. Tapi saya bertekad kuat untuk nggak pernah
menceritakan kesulitan hidup kami. Orangtua nggak perlu tau kalau anaknya hidupnya nggak
jelas, diujung tanduk. Tapi alhamdulillah terlewati.

Tekanan itu penting. Karena seperti per, semakin kuat dia ditekan, semakin tinggi
dia akan meloncat. Nikmati saja tekanannya, sambil berpikir keras untuk segera
keluar dari tekanan itu.

5. Saya pegawai swasta, saat ini saya sedang memulai bisnis online, dan berharap bisa segera terhapus
dari hutang riba, kira2 bisnis online harus palugada atau emang kudu fokus 1 aja ?
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Bagaimana mengelola keuangannya, apakah harus dipisah menjadi 2 rekening sehingga bisa fokus
antara uang jualan dan gaji ? Terima kasih

 Jawab :
Boleh palugada, syaratnya kita bisa membedakan manajemennya. Atau, justru dengan sengaja
membuat jadi sebuah manajemen bisnis retail. Bikin sebuah manajemen yang memang dengan
sengaja menjadikannya toko serba ada.

bikin sebuah webstore yang menyediakan segala macam barang seperti yang ada di lazada,
bukalapak, blibli dan lain sebagainya. Banyakin sekalian barangnya. Pikirkan sistemnya agar bisa
berjalan dengan baik.

kalau kira-kira nggak mampu, fokus jualan satu jenis produk dulu. Misal fashion saja, atau
makanan saja, atau apalah. Yang jelas satu jenis. Tiap jenis bisa punya banyak varian produk.
Misal jenisnya fashion muslimah. Kita bisa jual banyak varian : jilbab, gamis, sepatu, asesoris,
sampe peniti kalau perlu jual juga. Ini berfungsi untuk menambah pipa penghasilannya.

untuk pengelolaan keuangan, perlu dipisah rekeningnya. Biar jelas nanti rekapnya.

6. Bang jendral saya mau tanya tentang konsep rejeki yg tidak berkah itu bagaimana? Mengapa dan apa
solusi agar berkah?

 Jawab :

definisi berkah atau barakah, menurut para ulama, salah satunya adalah (‫)زيادة الخير‬
ziyadatul khair, artinya bertambahnya kebaikan.
Misal : seseorang bekerja atau berbisnis, lalu dengan penghasilannya, semakin banyak
sedekahnya, semakin sering ia berbagi pada orang yang membutuhkan. Penghasilannya
membuat jadi lebih banyak manfaat untuk orang lain.

Artinya, penghasilannya bisa membuat dirinya semakin bertambah baik dari hari ke hari.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Sebaliknya, ketika seseorang punya penghasilan tapi tak bertambah kebaikan dalam
dirinya, atau malah membuat dia semakin tidak baik. Penghasilannya membuat dia jadi
bermaksiat ; uangnya dipakai mabok, berjudi dan sebagainya. Berarti penghasilannya
berpotensi jadi rezeki yang nggak barakah.

Makanya kita berdoa agar rezeki yang Allah berikan, meski hanya ratusan juta yang
Allah berikan, belum sampai miliaran, kita berdoa agar Allah menjadikan itu
sebagai rezeki yang barakah. Yang dengan rezeki itu, semakin bertambah
kebaikan dalam diri kita.

7. Ineng Yusi:

Keran Sudah ada tapi belum menghasilkan mungkin karena Sunatullohnya kurang.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

 Jawab :

Mungkin…

8. Kalo sudah menjalankan Sunatulloh apakah menjamin Rizkinya lancar?

 Jawab :

Selama sunnatullah yang dijalankan Benar, dijamin.

9. Kalau dari suatu kran sulit menghasilkan, Apakah harus mencari kran yang lain, atau harus
bagaimana?

 Jawab :

Sebelum memutuskan buka kran baru, kita perlu benar-benar mengidentifikasi, apa sebab si
kran ini sangat sulit mengalirkan “air”.

Usahakan dulu dengan sangat maksimal. Berdoa pada Allah agar Allah mudahkan jalannya. Agar
Allah mudahkan kran ini mengalir dengan deras. Berdoa pada Allah agar memberikan arahan,
untuk membuka kran baru.

Sambil tetap mengusahakan kran sebelumnya, boleh sambil merancang kran yang baru.

10. Selama ini menjalankan Sunatullohnya Via Online. Kalau ditambah offline apa salah satu cara
untuk menambah kran penghasilan?
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

 Jawab :

Bisa jadi. Selama keputusan untuk menambah offline itu sudah dengan analisis yang matang.
Kenapa harus offline? Apa keuntungannya? Apa potensi negatifnya? Dan lain sebagainya.
Pertimbangkan matang-matang.

karena saya sendiri, nggak terlalu berminat untuk punya usaha offline. Ada sih, dikit. Karena
terlalu besar effortnya.

11. Bang, bisa cerita tentang bisnisnya Bang Jendral gak? Yg sudah bisa remote. Awal menuju kesana
bagaimana?

 Jawab :

Alhamdulillah beberapa kran seperti fashion sudah bisa di remote. Awalnya tetap saya dulu yang
ngerjain, setelah tau seluk beluknya, bikin sistemnya. Biar karyawan yang mengerjakan.

penghasilan saya yang lain dari saham di bisnis orang. Tentu bukan saya yang ngerjain. Saya
hanya mendapat laporan bagi hasil saja setiap bulan.

12. Emmy

Banyak langkah yg telah ditempuh tapi masih belum melejit. Why? Apa salah dosaku?
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

 Jawab :

Banyak langkah yang ditempuh itu nggak menjamin bisa melejit. Kalau cara yang dilakukan itu
banyak, tapi
salah, ya tentu nggak akan menghasilkan apa-apa.
Ibarat ngisi air di kolam pakai sendok. Banyak memang yang disendok, tapi
hasilnya apa? Lalu kita protes, “saya sudah kerja keras mengisi air di kolam ini, tapi
kenapa airnya nggak bertambah ya?”

Jadi, memastikan cara yang kita lakukan itu benar, itu lebih penting daripada bekerja keras
mengerjakan banyak cara.

13. Kenalkan Nama saya dwi Bang,

Saya memulai usaha online udah hampir 2 tahun, hasil yg dicapai Alhamdulillah di luar prediksi saya yg
dulunya hanya ibu rumah tangga..
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Selain saya menjual produk saya pribadi, juga memasarkan produk teman (Alhamdulillah penjualan juga
bagus ), tapi saya gak nyetok barangnya di rumah, ketika ada permintaan aja baru saya order ke temen.

Ohh iya, produk yang saya jual itu kaos kaki.

Sampai saat ini saya masih menjual kaos kaki tanpa Brand, dengan tujuan pembeli bisa menjual kembali
produk saya itu dengan Brand-nya masing-masing.

Pertanyaan saya :

#Apakah dengan cara seperti di atas, bisnis saya akan berkembang?

 Jawab :

Bisa mbak. Judulnya berarti saat ini mbak jadi konveksinya kaos kaki. Apakah bisa berkembang?
Tentu saja bisa. Yang penting branding mbak bagus, bahwa mbak adalah produsen kaos kaki
yang bisa ngasi harga dan kualitas bagus. Tinggal tambah terus jaringannya, edukasi orang untuk
membuat merk sendiri dari kaos kaki produksi mbak.

Kalau branding sebagai konveksi sudah bagus, artinya mbak nggak perlu sibuk mengiklankan
lagi, orang sudah antri memesan ke mbak, nah ada satu pilihan buka kran baru.

kran barunya adalah mbak membuat merk juga. Dengan segmentasi yang berbeda dari pembeli
kaos kaki mbak selama ini. Bikin yang segmentasi premium. Dengan kualitas lebih bagus dan
harga lebih mahal. Maksudnya biar nggak sama marketnya dengan market pembeli mbak
selama ini.

tapi itu pilihan. Kalau mau tetap bermain tanpa merk, ya dilanjutkan saja.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

14. Antoni

Bang dalam konsep default rezeki itu kan ada 2 yaitu unpredictible dan unlimited.

Saya saat ini menggeluti bisnis online dan offline dan dalam beberapa seminar atau buku bisnis sering
dikatakan kita harus punya target misalnya bulan ini omset kita 5 juta.

Nah, dengan membuat target begini berarti kita sudah memprediksi rezeki yg bertolak belakang dengan
konsep default rezeki tadi.

Pertanyaannya : Sebaiknya gimana Bang atau boleh tidak kita tetap pasang target sebagai motivasi dan
acuan kita tapi menambahkan kata-kata MINIMAL misalnya target bulan ini MINIMAL 5 JUTA?

 Jawab :

Nah, tjakep.. sudah lama nggak dapat pertanyaan begini.

Yang dimaksud defaultnya rezeki unpredictable itu memang rezeki itu nggak akan bisa
diprediksi. Silakan saja coba, meski kita bikin target penghasilan 5juta sebulan. Kita mulai pasang
target 1 maret, lalu di akhir maret silakan hitung berapa penghasilan yang didapat?
Apakah tepat, pas, 5 juta yang didapatkan?

Saya jamin, angkanya nggak akan mungkin pas 5juta sebulan!


Bisa kurang sedikit dari 5juta, atau lebih sedikit dari 5juta, atau bahkan lebih banyak dari
5 juta. Itu membuktikan bahwa rezeki itu defaultnya nggak akan mungkin bisa
diprediksi. Sehingga, hasilnya akan jadi tak terbatas.

Apakah perlu pakai target? Tujuannya apa?

Ya, tetap perlu. Tujuannya adalah memastikan bahwa bisnis kita maju teruuuuss
pantang munduuuurr!

Hanya target yang bisa membuat bisnis kita bisa dievaluasi. Tanpa target, apa patokan
evaluasinya?
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

15.Maya

Konsep Jualan Palugada apakah salah satu cara memperbanyak kran2 Rezeki? Jika Iya, konsep ini
bukannya membuat kita jadi tidak fokus dan ujung2nya tidak konsisten ya Bang?

 Jawab :

ini sudah dijawab ya di pertanyaan nomor 2.

16. Silvia:

Saya menjalankan bisnis online sekitar 1 tahun dan Alhamdulillah semenjak mengikuti kelas online
penghasilan saya lumayan daripada sebelum mengikuti kelas tersebut.

Tapi kendala saya, saya mempunyai hutang dan saya agak kesulitan untuk membayarnya.

Saya tidak mau menyulitkan suami, bagaimana Bang supaya hutang saya itu lunas dan tidak menyulitkan
orang lain? Apakah mindset saya salah ya bang?

 Jawab :

mindset bahwa utang itu harus ditanggung sendiri dan nggak menyulitkan suami, silakan saja.
Asal suami tetap perlu tau semua hal tentang istri. Termasuk kalau memang ada utangnya.
Tinggal selanjutnya katakan pada suami bahwa mbak bertekad membereskan itu sendiri.

Selanjutnya tinggal perbesar penghasilan dari jualan untuk membereskan utang itu.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

17. Resti Pratiwi:

Apakah ketika kita menyusun rencana keuangan rumah tangga, artinya kita membatasi rezeki kita?

 Jawab :

jelas nggak. Menyusun rencana keuangan rumah tangga, justru memudahkan kita
mengalokasikan pos-pos pengeluaran. Apa yang perlu dikeluarkan dan apa yang nggak perlu
dikeluarkan.

Tanpa rencana keuangan rumah tangga, bisa jadi kita terjebak menjadi boros.

pertanyaan mirip dengan nomor 14.

 Jawab :

18. Bang, suami saya masih bekerja dengan orangtuanya, tapi untuk penghasilan tidak menentu
walaupun diawal udah dijelaskan bagaimana sistem pembayaran/gajinya suami.

Terkadang terpending karena kepentingan orangtuanya juga. Saya juga punya toko offline, toko
ATK juga fotocopy, pemasukannya Alhamdulillah tiap hari ada tapi terkadang kewalahan dalam
pembayaran kontrakannya setiap tahun, kalo saya lepas saya ragu keuangan tiap hari, karena
terkadang suami yg dibayar gak sesuai perjanjian diawal oleh mertua.

Udah setahun juga saya ikut bisnis sambil jualan online dibidang kosmetik tapi belum ada
perubahan Bang, udah dimaksimalkan marketnya, belajar direct selling tapi belom ada
kemajuan.

Dan sekarang lagi terpikir untuk memulai bisnis online yang baru, gimana ya bang bisa fokus
disemua bidang itu? Kan saya mencoba membuka keran2 yang baru bang.

 Jawab :

Yang mbak lakukan bukan membuka kran baru. Tapi jualan palugada. Kalau untuk toko offline
saja masih kewalahan bayar kontrakan tiap tahun, berarti itu bisnis belum survive. Perlu
dipikirkan lagi, apakah perlu dipertahankan atau nggak.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Soal jualan online bidang kosmetik, yang sudah dimaksimalkan marketnya, seperti apa
maksimalnya? Sudah sampai beli tool untuk target market? Sudah pernah pakai FB Ads? Saya
yakin belum. Sudah belajar direct selling itu yang bagaimana? Sudah benar caranya?
Produknya seberapa bagus brandnya? Karena produk kosmetik nggak sembarangan jualannya.
Orang nggak mau ambil resiko.

Jadi, pertanyaannya harusnya, bukan bagaimana fokus di semua bidang itu. Tapi, yang
mana yang sebaiknya di fokuskan?

Tentang penghasilan suami dari mertua, itu juga perlu di evaluasi. Apakah masih perlu
bekerja pada orangtua? saya dulu juga diminta bekerja di bisnis orangtua saya. Tapi saya
menolak. Karena saya nggak mau digaji sama orangtua. nggak akan nyaman akhirnya.
Dan yang pasti, saya
nggak bisa leluasa menentukan berapa
penghasilan yang saya inginkan. Karena prinsip saya, orangtua saya sudah
menyekolahan saya tinggi-tinggi, jadi saya harus bisa menentukan berapa penghasilan
yang saya inginkan. Nggak boleh ada yang menentukan berapa besar rezeki saya, meski
orangtua saya sendiri.

Orang sudah sekolah tinggi itu harus bisa menentukan berapa besar penghasilan yang
dia inginkan.

19. Assalamu'alaikum.
Gini.. Saya sekarang ikut suami, masih tinggal sama mertua. Anak saya 2, Mau 3.

Dulu disuruh pulang ke Desa karena disuruh mengelola toko yg sudah ada. Tapi pd
kenyataannya akhirnya saya geregetan, urang modal.

Ortu saya kasih pinjaman. Tapi lama kelamaan toko sepi, kurang ramai. Besar pasak daripada
tiang. Rasanya ingin pisah dr mertua, tapi belum ada modal bikin rumah. Saya kadang merasa
sebel. Apa2 uang dr toko saya. Saya jd ga bs nabung. Astaghfirulloh. Saya kurang bersyukur.

Saya kadang merasa suami kurang bisa menafkahi.. (Krn modal toko lbh banyak dr ortu saya).
Mindset saya salah ya bang? Ahh pokoknya lg kacau. Saya ingin memperbaiki kehidupan.

 Jawab :
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Mindset mbak sudah benar. yang namanya rumah tangga, memang sebaiknya rumah sendiri.
Sebagus apapun rumahnya yang penting rumah sendiri. Kalau belum bisa punya rumah ya
ngontrak saja dulu.

Usahakan untuk nggak tergantung urusan finansial pada orangtua. karena akhirnya orangtua
akan merasa bahwa anaknya belum bisa mandiri. Akhirnya kita nggak punya keleluasaan
mengurus kehidupan rumah tangga kita sendiri.

Saya agak saklek sih soal ini. Bagi saya, rumah tangga saya ya urusan saya, karena saya yang
akan bertanggung jawab pada anak dan istri saya di akhirat nanti. Orangtua hanya boleh
memberikan saran.
Silakan ngobrol serius dengan suami. Bikin rapat kerja rumah tangga. Bikin desain yang jelas,
rumah tangga kita mau dibawa kemana? Urusan finansial mau seperti apa? Visinya harus jelas.
Cita-citanya harus jelas. Bikin peta tertulis tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan.

Mbak nggak sendirian. Ada banyak teman-teman di kelas wealth mindset selama ini yang
kondisinya mirip, bahkan lebih parah dari mbak. Malah ada yang suaminya nggak mau kerja,
nongkrong sama temannya aja, pulang pagi, mirip kayak sinetron itu.
Jadi, silakan dibicarakan serius dengan suami.

Cemunguudh mbak!

Oiya, jawabannya ada di video.

20. Salah satu masalah dalam diriku adalah di "Monetizing Intelligence".

Adakah pelatihan khusus untuk bisa mencerdaskan pikiran agar segala sesuatunya
memungkinkan jadi uang??

 Jawab :
Sebenarnya dari kelas wealth mindset ini sudah cukup. Untuk monetizing intelligence, kita
hanya perlu memetakan apa sebenarnya potensi yang kita miliki. Kita punya keahlian apa? Kita
punya keterampilan apa?

Kalau belum punya, mulai bentuk dan tingkatkan keahlian dan


keterampilan itu. Lalu mulai berpikir untuk meng-uang-kannya.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Bahkan kalaupun hanya punya keahlian memasak, itu sangat berpotensi untuk jadi uang. Nggak
harus buka café atau catering. Tapi bisa bikin sebuah blog tentang memasak, yang akhirnya di
monetize jadi sumber uang.

21. Rahmania - jakarta


Saya punya usaha rumah makan dan sedang menjalani bisnis jaringan online juga, selama ini
usaha rumah makan saya berjalan seperti itu aja gak naik dan gak turun. Kenapa ?

Karena saya masih banyak hutang, alhasil hasil yang seharusnya ditabung dibayarkan buat
cicilan hutang, saya pun nyambi bisnis jaringan.
Hasilnya masih belum kelihatan karena saya masih setengah-setengah menjalankan.

Bagaimana membuka mindset saya yang pemalas ini Ki?

Jujur, saya banyak tanggungan apalagi tahun kemarin, tahun paling menyedihkan dimana kedua
ortu saya mengetahui pinjaman saya di Bank, saya merasa jd anak paling durhaka dan saya
bertekad tidak mengulanginya lagi .

 Jawab :

Pertama, syarat sebuah bisnis yang baik itu adalah punya konsep yang jelas. Yang dimaksud
konsep yang jelas itu berarti si pemilik bisnis perlu memahami dengan detail, hal-hal apa saja
yang perlu dilakukannya untuk mengembangkan bisnisnya. Tanpa konsep yang jelas, kita nggak
sedang menjalankan bisnis. Kita hanya jualan.

Kedua, sebuah bisnis yang akan berkembang, tentu punya strategi penjualan yang baik. Kayak
apa yang baik itu? Jelas yang bisa menghasilkan angka penjualan besar. Yang bisa menghasilkan
omzet yang besar.
Nah, si pemilik bisnis perlu membuat strateginya secara tertulis, strategi apa saja yang perlu
dilakukan untuk memperbesar omzet penjualannya.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Soal rumah makan yang begitu-begitu saja, tinggal evaluasi. Sudah membuat konsep apa ?
sudah melakukan apa saja untuk membuat rumah makannya berkembang? Strategi
marketingnya seperti apa? Semua harus bisa didefinisikan dengan jelas.

Rumah makan itu sebenarnya potensinya luar biasa. Karena kalau manajemennya bagus, nggak
mungkin bangkrut atau sepi. Kalau sebuah rumah makan itu bangkrut atau sepi, ya tinggal
evaluasi, entah makanannya nggak enak, atau orang nggak tau kalau kita punya rumah makan.

Soal pemalas, saya juga pemalas. Dalam bisnis, jadi pemalas itu penting .
Karena kita akan dipaksa berpikir apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir kerja kita.
Biarkan orang yang bekerja, dan kita bayar orang itu.

Soal pinjaman di bank, tinggal bertaubat agar nggak berurusan lagi dengan riba. Dan segera
bereskan.

22. Marlinda
Bang, saya seorang istri yg tidak suka hanya berdiam diri apalagi kalau disuruh cuma mengurus
anak dan rumah. Kalau suami kan udah pasti diurus😀.

Selama ini saya mengisi kekosongan saya, selain mengurus anak dan rumah, saya jualan online
diam2 tanpa sepengetahuan suami, karena suami memang gak suka saya punya aktifitas begitu,
saya menikmati kerjaan itu.

Tapi selama menjalani bisnis online, bisa dibilang ada aja masalahnya, ada aja rintangannya.
Masalah satu selesai malah datamg masalah 2 atau 3, ya kena tipulah salah satu contohnya.

Nah... Apakah dengan saya mengerjakan itu diam-diam akan mempengaruhi rejeki terhambat
Bang? Padahal saya bisa dibilang kerjanya gak keluar rumah.

 Jawab :
Kalau saya tau istri saya melakukan sesuatu di belakang saya diam-diam, meski bukan sesuatu
yang negative, mungkin saya akan marah. Apalagi saya nggak suka dengan yang dia lakukan itu.
Kalau istri saya melakukan sebuah aktifitas, lalu tiba-tiba mengalami sesuatu yang sangat
merepotkan saya, semetara saya nggak tau apa-apa tentang aktifitas istri saya, apa kira-kira
yang akan terjadi? Ya, saya pasti marah besar.

Apa yang harus dilakukan istri saya?


Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Ngobrol serius dengan saya. Katakan pada saya, bahwa dia memang sangat ingin melakukan
aktifitas itu. Kalau alasannya jelas, saya pasti bisa menerima dan mengizinkannya. Selama dia
bisa tetap membantu saya mengurus dan mendidik anak-anak.

Suami itu harus tau semua yang dilakukan istrinya. Karena suami akan bertanggung jawab di
akhirat tentang semua tingkah polah istrinya. Istri yang baik tentu nggak ingin suaminya dapat
masalah nanti di akhirat gara-gara suaminya nggak tau apa yang dilakukan istrinya.

20. Saya Olshop di bidang Busana Muslim dan Hijab,

Nah, yang mau saya tanyakan :


Saya menjadi reseller dan mempunyai brand sendiri, pengennya saya keduanya jalan semua tapi
yg terjadi seringnya brand saya sendiri tenggelam, reseller juga lama2 tidak bergerak karena
terlalu fokus jadi reseller sebuah brand.

Dan bagaimana keduanya bisa jalan bareng?


Terus, bagaimana biar bisa mendongrak Brand saya?

Jujur masih binggung mau fokus brand sendiri dan lepas pelan2 menjadi reseller atau
menjalankan keduanya?

Sebenernya pengen banget lepas penjadi reseller tapi ragu dan belum PD padahal orderan
brand saya sudah lumayan. Bagaimana solusinya ya Bang?

Apakah harus saya lepas dan fokus brand sendiri? Sedangkan menjadi reseller sebuah brand
banyak customer, Sering down sendiri karena bingung, keteteran.

Karena ada baby yg harus dijaga 24jam dan blm ada admin, Reseller itu yg sehat jumlahnya
berapa bang? Solusinya ya bang...

 Jawab :
Kondisinya mirip kondisi istri saya. Saya dan istri tadinya punya sebuah brand sendiri. Produksi
coat muslimah. Tapi sejak melahirkan anak ketiga, nggak mungkin lagi mengurus produksi brand
itu. Masih sangat ingin digarap. Tapi kondisinya nggak memungkinkan. Karena istri saya yang
akan bertanggung jawab urusan produksi. Sementara, urusan produksi adalah urusan yang
minta ampun njelimetnya.

Jadi akhirnya, istri saya fokus mengurus brand orang lain. Sampai saatnya pas, anak sudah bisa
ditinggal, mungkin akan balik ngurus produk sendiri.
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

Jadi, saran saya silakan ukur kemampuan diri kita. jangan pengen menangkap dua ayam, tapi
malah akhirnya nggak ada yang tertangkap. Yang ada kita terkapar kelelahan.
kalaupun mau mengurus brand sendiri, jangan lagi jadi reseller. Atau, kalaupun masih mau jadi
reseller brand lain, pastikan kita sudah punya diskon besar dari brand orang itu, sehingga kita
bisa bikin system penjualan yang enak. Jadi meski kita nggak terlalu sibuk ngurusin brand orang
itu, penjualannya tetap jalan. Kita bisa sambil mengurus brand sendiri.

Lagian agak aneh ya..punya brand sendiri, tapi sibuk membesarkan brand orang. Hehe..

23. Saya ibu anak 3, dari dulu kerja kantoran sambil merintis bisnis. mau resign tapi ada rasa
takut yang berlebihan, karena sudah terbiasa menerima gaji bulanan dan fasilitas lainnya (mobil,
asuransi, dll).

Bagaimana ya cara menghapus rasa takut dan merubah mindset bahwa resignpun akan bisa
tetap berkecukupan, mindset saya sekarang kalau resign akan berkekurangan :(

ohya, saya punya bisnis Gamis Anak sebagai produsen dan juga sedang merintis HR consultant
berbekal pengalaman di HR 12 tahun dan gelar psikolog. Thanks bang jendral.

 Jawab :
Wah..psikolog kok takut resign hehehe

Dari HR consultant saja seharusnya sudah sangat bisa hidup berlimpah tuh. Wong temen saya
punya HR consultant sekali kontrak dengan klien bisa milyaran.

Keraguan itu kan muncul karena bisnis gamis anak dan HR consultantnya belum matang. Jadi,
saran saya nggak perlu keluar kerja dulu. Bisnis gamis anaknya, siapkan general manager yang
digaji untuk mengurusi semua urusan produksi. untuk orderan, siapkan admin. Untuk penjualan
tinggal siapkan tim penjualan. Bisa jalan deh.

Untuk HR consultant saya nggak ngerti gimana kondisi mbak. Cuma prinsipnya sama, kalau bisa
dibuat sistemnya, dia bisa berjalan sendiri tanpa mbak terlalu sibuk mengurusnya.

Kalau dari 2 kran itu sudah bagus alirannya..baru deh mikirin resign.
Don’t rich people difficult (jangan kaya orang susah) lah, harus dapet fasilitas mobil asuransi dan
lainnya. Mikirnya, “saya yang akan ngasi fasilitas mobil dan lain-lainnya ke karyawan saya…”

Cemungudh bu psikolog!
Wealth Mindset #9 - Kloter 1

24. Saya dan Suami punya usaha jasa importir, baru setahun berdiri hasil dr pesangon suami.

Sistem di Usaha kami sewa menyewa minimal order 20 kontainer dan minimal sewa 1 thn.

Nah pertanyaan saya :


Karena sistem sewa tahunan kadang uang yg masuk habis untuk kebutuhan sehari-hari
khususnya sekolah anak (3 org) swasta.

Bagaimana solusinya buat muterin uang yg masuk, ingin buka usaha lain tapi masih bingung
usaha apa & saya sendiri ibu rumah tangga yg nyambi Reseller Fashion.

Suami mengajak pinjem dana di Bank dengan agunan rumah, tapi hati saya gak sreg, Bagaimana
ya bang Jend?

 Jawab :
Kalau belum pinjem dana, STOP berpikir untuk dilanjutkan pinjam dana. Nggak usah cari
masalah. Andai bisnis kita bangkrut, kurang makan nggak masalah asal nggak punya utang.
Orang kalau punya utang itu hidupnya nggak akan nyaman.

Usaha importir itu kan sudah ada sistemnya, tinggal digedein aja lagi. Pelan-pelan. Atau kalau
butuh yang cashflownya harian, ya tinggal pikirkan usaha lain yang bisa ngasi cashflow harian.

Nyambi jadi reseller fashion itu sudah bener. Tinggal cari supplier yang bisa ngasi diskon besar.
Usahakan yang tanpa modal. Jadi, kita bisa atur dengan cantik diskon ke reseller atau marketer
di bawah kita.

Plisss nggak usah berurusan modal dengan bank. Modal kita cukup otak dari Allah saja.

Anda mungkin juga menyukai