Anda di halaman 1dari 4

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plastik
Plastik merupakan makromolekul yang terbentuk karena adanya proses polimerisasi.
Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses
kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer).Plastik merupakan senyawa polimer
yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen. Bahan baku yang sering digunakan
untuk membuat plastic adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi
atau gas alam.Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi
, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Kumar dkk.,
2011).

Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses
pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm),
temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur di
mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku
menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga
molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur
adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur
lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi
terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum
polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya
(Budiyantoro, 2010).

Plastik PP memiliki sifat lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Monomer
PP diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene
dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan
menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen. PP adalah bahan
plastik yang dipakai pada kemasan makanan ringan/snack, sedotan, kantong obat, penutup, dan
lain-lain (Winarno dan Jenie, 1983).
Polipropilena mempunyai kondiktifitas panas yang rendah (0,12 W/m), tegangan
permukaan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi, tahan terhadap pelarut organik, bahan
kimia anorganik, uap air, asam dan basa, isolator yang tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat,
mudah terbakar dengan nyala yang lambat. Polipropilena memiliki titik leleh 170oC dan suhu
dekomposisi 380oC. Suhu kamar polipropilena nyaris tidak larut dalam toluene, dalam silena larut
dengan pemanasan, akan tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam
nitrat dan hydrogen peroksida Densitas polipropilena berkisar antara 0,90 – 0.91 g/cmC.
Kristalinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer. Kristalinitas merupakan ikatan
antara rantai molekul sehingga menghasilkan susunan molekul yang lebih teratur. Pada polimer
polipropilena, rantai polimer yang terbentuk dapat tersususn membentuk daerah kristalin (molekul
tersususn teratur) dan bagian lain membentuk daerah amorf (molekul tersususn secara tidak
teratur) (Cowd, 1991).

2.2 Tulang ikan

Kalsium yang berasal dari hewan seperti limbah tulang ikan sampai saat ini belum banyak
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Tulang ikan merupakan salah satu bentuk limbah dari industri
pengolahan ikan yang memiliki kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan, karena unsur
utama tulang ikan adalah kalsium, fosfor, dan karbonat Menurut pendapat Protein dalam tulang
ikan sebagian besar dari kolagen. Kolagen adalah protein yang banyak terdapat pada jaringan
tubuh, dapat ditemukan pada kulit, jaringan pengikat, dan tulang serta merupakan protein
struktural tubuh. Di dalam tulang terdapat kolagen sebesar 18,6 % dari 19,86 % unsur organik
protein kompleks (Wini dkk, 2006).

2.3 Papan Partikel

Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari
partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat
sintetis atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Bahan berligno selulosa banyak
ditemukan dalam tanaman. Hal inilah yang memungkinkan papan partikel dapat dibuat dalam
skala industri dimana Indonesia kaya akan bahan bakunya. (Maloney 1993).
Pembuatan papan partikel dari limbah plastic Polyprophylene(PP) serta tekanan terbaik
yang diberikan saat pencetakan sehingga mendapatkan papan partikel yang terbaik dengan daya
serap air (sifat fisis)dan kuat tekan(sifat mekanis)yang terbaik.Pengujian sifat fisis (daya serap
air)dan sifat mekanis (kuat tekan) sesuai dengan SNI 03-2105-2006. Karakteristik papan partikel
dari SNI 03-2105-2006 yaitu: kerapatan 0,4-0,9 g/cm3, kadar air<14%, daya serap air (-
)%,pengembangan tebal maks.12%, MOR min. 82 kgf/cm2, MOE min. 20.400kgf/cm2, Internal
bond min. 1,5 kg/cm2,dan kuat pegang sekrupmin. 31 kg Berdasarkan SNI 03-2105-2006
penentuan nilai kuat tekan dan daya serapair sebagi berikut:Kuat tekan papan partikel merupakan
sifat mekanik yang menunjukkan kekuatan papan dalam menahan beban yangbekerja terhadapnya.
Istilah kuat tekan inisering disebut sebagai Modulus of Rapture(MOR). Daya serap air merupakan
sifat fisis papan partikel yang menunjukkan sifat kemampuan papan untuk menyerap air selama
perendaman di dalam air. Contoh uji dengan ukuran (5 x 5 x 2) cm ditimbang beratnya pada
keadaan kering tanur (Ba),kemudian direndam ke dalam air selama24 jam dan ditimbang kembali
beratnya(Bb) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Budiyantoro, C.,2010, Thermoplastik dalam Industri, Surakarta: Teknika Media.

Cowd, M.A. 1991.Kimia Polimer.Bandung : Penerbit ITB.


Kumar S., Panda, A.K., dan Singh, R.K., 2011, A Review on Tertiary Recycling of High-Density
Polyethylene to Fuel, Resources, Conservation and Recycling Vol. 55 893–910.

Maloney, TM. 1993. Modern Particleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. San
Fransisco: Miller Freeman, Inc.
Standar Nasional Indonesia. 2006. PapanPartikel (SNI 03-2105-2006). Badan Standarisasi
Nasional
Trilaksani, W., Salamah, E., & Nabil, M. (2006). Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna (Thunnus
sp.) sebagai sumber kalsium dengan metode hidrolisis protein. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia , 9(2).
Winarno, F. G.dan B. S. L.Jenie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai