Anda di halaman 1dari 12

Determinan Faktor Risiko Kejadian Diare Pada Balita di Kecamatan Indralaya

Risk Factor of Diarrhea in Toddler in Indralaya


Inoy Trisnaini, Dwi Septiawati
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
Jl. Sarjana Perumahan Surya Akbar Blok C No.7 Indralaya Ogan Ilir Sumsel
085268260960 inoytrisnaini@gmail.com

Abstrak
Penyakit diare juga merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia. Berdasarkan Data
kementerian Kesehatan RI, bahwa pada tahun 2010 diare termasuk ke dalam 10 penyakit terbanyak yang dirawat
inap di rumah sakit. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2015, angka kejadian diare tertinggi
pada semua usia dari tiga kecamatan ialah Kecamatan Indralaya, dengan angka kejadian diare 843 kasus. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis factor risiko kejadian diare pada balita di Kecamatan Indralaya. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional, dengan responden ialah ibu yang memiliki balita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa factor yang memiliki hubungan dengan kejadian diare pada balita ialah sumber air minum dan
kualitas saluran pembungan air limbah (SPAL). Sumber air merupakan faktor yang paling dominan berhubungan
dengan kejadian diare pada anak balita di Kecamatan Indralaya. Sehingga perlunya peningkatan kegiatan
penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan mengenai diare, hygiene personal ibu dan sanitasi lingkungan.
keyword : diare, sumber air, balita.

Abstract
Diarrheal disease is a worldwide problem. Diarrheal disease is also one of the major diseases in infants and children
in Indonesia. Based on Ministry of Health data, that in 2010 of diarrhea among the 10 most prevalent diseases who
are hospitalized in the hospital. Based on the Health Profile of Ogan Ilir 2015, that the highest incidence of diarrhea
in all ages of the three districts are District of Indralaya, with the incidence of diarrhea, 843 cases. This study aimed
to analyze the determinants of risk factors incidence of diarrhea in children under five in Sub Indralaya. This study
used cross sectional design, with respondents are mothers who have children. The research instrument was a
questionnaire and observation sheets. The results showed that the factor that has a significant relationship with the
occurrence of diarrhea in infants is the source of drinking water and wastewater quality pembungan channels
(SPAL). As well as the source of water is the most dominant factor related to the incidence of diarrhea in children
under five in Sub Indralaya. Thus the need to increase promotion and health education by health care workers in
diareserta promotion of personal hygiene and environmental sanitation mother.

keyword: diarrhea, a source of water, a toddler.


Pendahuluan 2011). Penurunan kasus kematian pada anak
merupakan salah satu hal yang dianggap penting
Penyakit diare merupakan suatu masalah yang
dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus
mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-
kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian
anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih
terbanyak terjadi pada usia balita saat mereka rentan
banyak terdapat di negara berkembang daripada
terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa
negara maju yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam
lebih dari 70% kematian balita disebabkan diare,
kasus mortalitas Diantara banyak bentuk penyakit
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi
diare, yang dihadapi oleh anak-anak berusia di
(Depkes RI, 2011).
bawah lima tahun, yang paling parah menurut
Salah satu penyebab diare menurut (Maharani,
manifestasi klinisnya adalah cholera, infeksi
2013) adalah dari faktor makanan yaitu dapat berupa
rotavirus, dan disentri. Penyebab utama penyakit
makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan,
diare adalah infeksi bakteri dan virus. Jalur masuk
makanan yang terkontaminasi bakteri atau kuman
utama infeksi tersebut melalui feses manusia atau
sehingga diperlukan hygiene perorangan yang
binatang, makanan, air dan kontak dengan manusia
terlibat dalam pengolahan makanan yang perlu
(EGC, 2008). Penyakit diare merupakan salah satu
diperhatiakan untuk menjamin keamanan makanan.
penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia.
Banyak ibu-ibu yang anaknya menderita diare di
Berdasarkan Data kementerian Kesehatan RI, bahwa
Ruang Anak Rumah Sakit Baptis Kediri yang tidak
pada tahun 2010 diare termasuk ke dalam 10
memperhatikan hygiene perorangan sehingga
penyakit terbanyak yang dirawat inap di rumah sakit
hygiene perorangan sangat diperlukan untuk
di Indonesia yaitu sebanyak 71.889 kasus, serta
mengatasi diare dari faktor makanan dan dapat
termasuk di dalam penyakit yang berpotensi
mengurangi angka kejadian diare. Personal hygiene
KLB/wabah yang sering terjadi di Indonesia, di
itu sendiri ialah upaya yang dilakukan oleh individu
antaranya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD),
untuk menjaga kebersihan pribadinya agar terhindar
Diare dan Chikungunya. Seluruh penyakit potensial
dari penyakit. personal hygiene atau kebersihan
KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan
perseorangan perlu untuk diimplementasikan atau
kerugian secara ekonomi. (Depkes RI, 2011).
diaplikasikan pada diri pribadi serta keluarga agar
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi
terhindar dari penyakit dan produktivitas diri kita
perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi
baik. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan
buang air besar. Seseorang dikatakan menderita
kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan
Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila
air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air
kebersihan, penyiapan dan penyimpanan makanan
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24
yang tidak semestinya (Sander, 2005 dalam Anjar,
jam. Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB)
2009)
Diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita
Faktor utama lainnya terhadap kejadian diare pada
sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73
anak ialah sanitasi lingkungan. Masalah kesehatan
orang dengan CFR sebesar 1,74% (Depkes RI,
lingkungan di negara-negara yang sedang
berkembang berkisar pada sanitasi (jamban), uji laboraborium kandungan bakteri E-coli pada
penyediaan air bersih, perumahan (housing), sumber air minum yang digunakan yaitu sebanyak
pembuangan sampah dan pembuangan air limbah 20 sampel air.
(air kotor). Salah satu penyakit yang berhubungan
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
dengan kondisi kesehatan lingkungan buruk di
wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan
Indonesia adalah penyakit diare dengan angka
untuk mengetahui perilaku higiene personal ibu dan
kejadian lebih banyak terjadi pada bayi dan balita.
sanitasi lingkungan rumah dan sekitarnya dengan
Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir
menggunakan instrumen berupa kuesioner. Serta uji
Tahun 2015, bahwa angka kejadian diare tertinggi
laboratorium pada sumber air minum. Adapun data
pada semua usia dari tiga kecamatan yaitu
sekunder berupa Profil Kecamatan Indralaya dan
Kecamatan Indralaya, Kecamatan Indralaya Utara
Profil Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir.Analisis data
dan Kecamatan Indralaya Selatan ialah Kecamatan
dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.
Indralaya, dengan angka kejadian diare 843 kasus.
Selain itu padatnya penduduk Kecamatan Indralaya Hasil dan Pembahasan
dapat menjadi factor penyebab cepatnya penyebaran
Karakteristik responden yang menjadi sumber
penyakit termasuk penyakit diare. Maka tujuan dari
data dari penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.
penelitian ini ialah untuk menganalisis determinan
Tabel 1
factor risiko kejadian diare pada balita sebagai
Data Karakteristik Responden
indikator perbaikan kesehatan lingkungan anak di
Karakteristik Kategori Frek %
Kecamatan Indralaya.

Metode Pendidikan Tidak 8 4.0


Ibu sekolah/tdk
Penelitian dilakukan di Kecamatan Indralaya yang tamat SD
Tamat SD 62 31.0
termasuk ke dalam cakupan dua Puskesmas yaitu Tamat 53 26.5
Puskesmas Indralaya dan Puskesmas Talang Aur. SLTP
Tamat 63 31.5
Rancangan penelitian yang digunakan adalah SLTA
Tamat 13 6.5
metode observasional analitik dengan pendekatan Diploma/sar
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah jana
Missing data 1 0,5
seluruh keluarga yang memiliki anak balita di Total Data 200 100
Pekerjaan Tidak 154 77.0
Kecamatan Indralaya. Sedangkan sampel adalah
Ibu bekerja/Ibu
sebagian dari keluarga yang memiliki anak balita di Rumah
tangga
Kecamatan Indralaya yang menderita maupun tidak Petani 10 5.0
menderita diare. Adapun kriteria inklusi adalah anak Wiraswasta 9 4.5
PNS 7 3.5
balita yang menderita diare paling terakhir. Lainnya 19 9.5
Missing data 1 0,5
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Total Data 200 100
Uji Hipotesis Proporsi Independen 2 kelompok dua
sisi sehingga diperoleh sebanyak 200 sampel. Serta
membawa anak ke Bidan/ Perawat sebagai
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 200 pertolongan pertama saat anak menderita diare.
responden didapatkan informasi bahwa sebagian
Ibu balita di Kecamatan Indralaya terbanyak ialah
besar responden (31%-31,5%) berlatar belakang
berpendidikan tamat SLTA yaitu sebesar 31,5% atau
pendidikan tamat SD dan tamat SMA serta 77%
sebanyak 63 orang, yang selanjutnya ialah terbanyak
responden berstatus ibu rumah tangga/ tidak bekerja
ibu balita berpendidikan tamat SD yaitu sebesar 31,0
secara formal. Pada masing-masing variabel,
% atau sebanyak 62 orang. Hal ini menunjukkan
terdapat 1 responden yang tidak memberikan
disamping tamat SLTA masih banyak pula ibu-ibu
informasi mengenai latar belakang pendidikan dan 1 balita yang berpendidikan tamat SD. Hasil ini senada
responden tidak memberikan informasi mengenai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardi dkk
status pekerjaan ibu. (2012) yang menunjukkan bahwa 50% dari ibu
Tabel 2 dengan anak balita yang menderita ialah
Informasi Terkait Kejadian Diare pada Balita
berpendidikan tamat SD. Berbagai penelitian
Karakteristik Kategori Frekuensi (%) menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara
pendidikan dengan kejadian penyakit. Hal ini
Umur Balita 1 tahun 35 17.5 berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman
2 tahun 64 32.0
3 tahun 49 24.5 individu tersebut terhadap sehat dan sakit, termasuk
4 tahun 40 20.0
5 tahun 12 6.0 untuk mengenai kepedulian individu untuk berobat
Total Data 200 100 ketika sakit. Pendidikan disini dapat berkaitan pula
Diare 1 Bulan YA 58 29.0
Terakhir TIDAK 141 70.5 dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai
Missing data 1 0,5
Total Data 200 100 hygiene personal. Pengetahuan hygiene perorangan
Umur Balita < 1 tahun 131 65.5 sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
saat Pertama 1 tahun 26 13.0
Diare 2 tahun 22 11.0 meningkatkan kesehatan. Penting untuk diketahui
3 tahun 12 6.0
4 tahun 6 3.0
bahwa berbekal pengetahuan tidak cukup karena
5 tahun 3 1.5 kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh
Total Data 200 100
Pertolongan Dokter 19 9.5 tertentu pada kualitas orang tersebut, karena
Pertama Ibu Puskesm 60 30.0
pengetahuan penting dalam meningkatkan status
Saat Anak as
Diare Bidan/pe 87 43.5 kesehatan individu (Maharani dkk, 2013).
rawat
Dukun 3 1.5 Penelitian yang dilakukan oleh Hardi (2012)
Diobati 21 10.5 juga menunjukkan adanya peranan pengetahuan
sendiri
Missing data 10 5.0 dengan kejadian penyakit diare. Sehingga tingkat
Total Data 200 100
pendidikan yang rendah dapat berkaitan dengan
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 200 pengetahuan baik mengenai penyakit diare itu
balita didapatkan informasi bahwa 32% balita
berumur 2 tahun dan 70,5% balita tidak mengalami sendiri maupun mengenai hygiene personal dan
diare pada 1 bulan terakhir. Terdapat 65,5% balita sanitasi lingkungan. Begitupun penelitian
terkena diare pada usia kurang dari 1 tahun dan
ketika balita terkena diare maka 43,5% ibu Adisasmito (2007), Mubasyiroh (2007), Samad
(2009), Astuti dkk (2011), Anindita (2012) yang
juga memperoleh adanya hubungan yang bermakna dari tenaga kesehatan khususnya bidan yang mudah
antara pendidikan dan pengetahuan dengan kejadian dijangkau sehingga dapat menjadi alasan mengapa
diare. Adapun penelitian oleh Aryanto (2012), yang jumlah ibu yang membawa balitanya ke bidan masih
lebih memperinci lagi bahwa tingkat pendidikan ibu lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Hal ini
yang semakin tinggi, mendukung rendahnya menunjukkan pentingnya ketersediaan sarana
kejadian diare pada balita. Ibu berpendidikan SD termasuk tenaga kesehatan untuk meningkatkan
menyebabkan balita menderita diare sebesar 4,174, derajat kesehatan di suatu daerah atau wilayah
ibu dengan pendidikan SLTP dengan OR 3,857, ibu Tabel 3
Tabulasi Silang Antara Personal Hygiene Ibu dan
yang berpendidikan SLTA berisiko 2,816, dan ibu
Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada
tidak pernah bersekolah berisiko terkena diare 4,714 Balita
kali lebih besar dibanding balita dengan ibu yang
Diare 1 Bulan Total p
berpendidikan di perguruan tinggi. Kategori Terakhir Value
Ya Tidak
Mayoritas ibu balita di Kecamatan Indralaya Personal
merupakan ibu rumah tangga dan tidak memiliki Hygiene
Kurang 29 67 96 0,753
pekerjaan sampingan, yaitu sebesar 77% atau 30.2% 69.8% 100.0%
Baik 28 75 103
sebanyak 154 orang. Sedangkan sisanya bekerja 27.2% 72.8% 100.0%
Total 57 142 199
sebagai petani sebesar 5%, wiraswasta 4% dan 28.6% 71.4% 100.0%
sebagai PNS sebesar 3,5%. Hal ini sejalan dengan Sumber
Air
penelitian yang dilakukan oleh Maharani dkk Kurang 48 95 143 0,037
33.6% 66.4% 100.0%
(2013), yang menunjukkan bahwa lebih dari 50% Baik 10 47 57
17.5% 82.5% 100.0%
pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga Total 58 142 200
29.0% 71.0% 100.0%
sebanyak 18 responden (52,9%), berarti pada Sarana
penelitian ini yang terlibat dalam pengasuhan adalah Jamban
Kurang 31 67 98 0,517
ibu. Serta penelitian oleh Nuraeni (2009), bahwa 31.6% 68.4% 100.0%
Baik 27 75 102
dari 120 responden ibu balita yang tidak bekerja 26.5% 73.5% 100.0%
Total 58 142 200
sebanyak 81 responden (70,0%) sedangkan ibu 29.0% 71.0% 100.0%
Sarana
balita yang bekerja sebanyak 36 responden (30,0%).
SPAL
Maka seharusnya, pada anak balita yang diasuh ibu Kurang 29 48 77 0,04
37.7% 62.3% 100.0%
yang tidak bekerja diharapkan akan lebih banyak Baik 29 75 123
23.6% 73.5% 100.0%
waktu untuk menjaga anak balitanya tidak terkena Total 58 142 200
29.0% 71.0% 100.0%
diare. Sarana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir Penampu
ngan
separuh dari ibu yang memiliki balita di Kecamatan Sampah
Kurang 42 104 146 0,712
Indralaya memilih untuk berobat pada tenaga 28.8% 71.2% 100.0%
Baik 9 17 26
kesehatan bidan/perawat ketika anak mereka sakit, 34.6% 65.4% 100.0%
terlihat sebesar 43,5%. Kondisi ini dapat disebabkan Total 51 121 200
29.7% 70.3% 100.0%
oleh beberapa hal yaitu didukung oleh keberadaan
Penelitian oleh Muhajirin (2007), salah satunya
membuktikan bahwa adanya hubungan antara
hygiene personal ibu dengan kejadian diare pada
balita. Beberapa penelitian lainnya juga mendukung
adanya peran penerapan hygiene personal ibu
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dengan dengan kejadian diare pada anak balita (Maharani,
menggunakan derajat kepercayaan 95%, variabel 2013; Adisasmito, 2007; Rosyidi, 2012; Ismail,
yang memiliki hubungan signifikansi dengan 2009; Erlita, 2011; Ahmad, 2013). Hasil penelitian
kejadian diare pada balita ialah variable sumber air menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
dan sarana saluran pembuangan air limbah (SPAL), signifikansi antara sumber air dengan kejadian diare
sedangkan variabel personal hygiene ibu, sarana pada balita Secara generalisasi, risiko masyarakat
jamban dan sarana penampungan sampah tidak umum yang mengkonsumsi sumber air yang tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian aman untuk mengalami kejadian diare berkisar
diare pada balita. Hasil penelitian memang antara 1,104 - 5,107. Selain itu dilakukan pula uji
menunjukkan bahwa lebih banyak ibu yang laboratorium kandungan E-coli pada 20 sampel air
menerapkan hygiene personal yang baik minum responden, dan diperoleh hasil dari 20
dibandingkan ibu yang menerapkan hygiene sampel yang masing-masing diambil 10 sampel dari
personal buruk, meskipun perbedaannya tidak terlalu sumber air minum di wilayah kerja Puskesmas
banyak 51,7% ibu memiliki hygiene personal yang Talang Aur dan Puskesmas Indralaya, kesemuanya
buruk sedangkan 48,3% memiliki hygiene personal negatif ditemukan kandungan bakteri E-coli.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
yang buru. Namun berbagai penelitian menunjukkan
sumber air minum dapat berperan terhadap kejadian
pentingnya factor hygiene personal terhadap
diare. Kualitas air merupakan kriteria standar yang
kejadian diare, khususnya hygiene personal ibu
digunakan untuk mencegah terjadinya penularan
terhadap kejadian diare pada anak balita. Meskipun
penyakit pada masyarakat yang ditularkan melalui
berdasarkan analisis diperoleh hasil bahwa tidak
air. Peraturan yang digunakan sebagai standar
terdapat hubungan antara higiene personal ibu
persyaratan kualitas air di Indonesia adalah
dengan kejadian diare pada balita, namun analisis Peraturan Pemerintah Nomor 82/2001, tentang
juga menunjukkan bahwa dari ibu yang menerapkan pengelolaan Kualitas Air dan pengendalian
hygiene personal kurang lebih banyak balitanya pencemaran air. Standar persyaratan kualitas air
yang menderita diare dibandingkan ibu yang besih berlaku Peraturan Menteri Kesehatan RI
menerapkan hygiene personal baik. Hal ini Nomor 416/Per/Menkes/IX/1990, tentang
menunjukkan adanya peran hygiene personal ibu Pengawasan dan Persyaratan Kualitas Air yang
terhadap kejadian diare, yaitu berkaitan dengan meliputi parameter Fisika, Kimia, Mikrobiologi dan
peran besar ibu dalam pengasuhan anak balita. Radioktivitas. Standar persyaratan kualitas air
minum, berlaku Keputusan Menteri Kesehatan Ri
Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, tentang Syarat- sungai/danau/rawa dan sisanya uang air besar di
syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. kebun dan lainnya.
Menyadari pentingnya air bagi manusia, maka Menurut penelitian Wagner (1958) yang
penggunaan air yang tidak memenuhi kriteria dikutip Muhajirin (2007), jarak penyebaran
standar kualitas sesuai peruntukannya dapat pencemaran bakteri dari tempat penampungan tinja
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan yang sesuai dengan arah aliran air tanah dapat mencapai
diakibatkan oleh adanya mikroorganisme patogen, 11 meter, sedangkan penyebaran bahan kimia dapat
zat kimia beracun dan zat radioaktif (Muhajirin, mencapai 95 meter dari sumbernya. Penyebaran
2007). Beberapa penelitian menunjukkan adanya vertikal pada lapisan tanah yang jauh dari muka air
hubungan antara kualitas sumber air minum dengan tanah adalah 3 meter dengan lebar sekitar 1 meter.
kejadian diare pada balita (Erlita, 2011; Anwar dan Berdasarkan hal ini maka syarat jarak lokasi jamban
Musadad (2009); Muhajirin, 2007; Adisasmito dari sumber air bersih minimal adalah 10 meter.
2007). Meskipun berdasarkan uji laboratorium Pada daerah miring, maka lokasi jamban sebaiknya
terhadap 20 sampel sumber air minum tidak diletakkan di bawah sumber air bersih.
ditemukan adanya kandungan E-coli, namun
Tinja sebagai hasil buangan metabolisme
penelitian oleh Aryanto (2012) menunjukkan bahwa
tubuh manusia yang sarat dengan kuman penyebab
tingkat risiko pencemaran sumber air minum
penyakit, apabila tidak dikelola dengan baik dapat
berkategori sedang berisiko menyebabkan diare
menjadi sumber kuman penyakit diare yang
2,633 kali, kategori tinggi berisiko 2,613 kali, dan
ditularkan kepada manusia lain melalui sumber air
kategori amat tinggi berisiko 3,31 kali, dibanding
bersih yang terkontaminasi maupun melalui vektor
sumber air minum dengan tingkat risiko pencemaran
rendah. Penelitian lainnya juga mendukung adanya pembawa penyakit seperti serangga dan binatang

hubungan antara penggunaan jamban dengan pengganggu. Kuman-kuman penyakit yang

kejadian diare pada balita (Wandansari, 2013). bersumber dari tinja manusia dapat berupa virus,

Bahkan lebih rinci lagi Wijaya (2012) dan Irfan bakteri maupun parasit seperti Rotavirus, Shigella,
(2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Salmonella, Escherichia coli, Compylobacter,
jenis jamban yang digunakan akan berhubungan Staphylococcus, Clostridium perfringens,
dengan kejadian diare pada balita Cryptosporidium, Giardiasis, Cholera dan
Selain itu berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa Amoebiasis. Beberapa penelitian mendukung teori
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tersebut, yaitu dengan menunjukkan bahwa adanya
kualitas jamban dengan kejadian diare. Namun hubungan antara kualitas jamban dengan kejadian
didapatkan bahwa ibu yang menggunakan jamban diare, diantaranya yaitu penelitian oleh Ismail
yang tidak memenuhi syarat kesehatan lebih banyak
(2009), bahwa jamban yang memenuhi syarat akan
(53,5%) dibandingkan ibu yang menggunakan
mengurangi risiko kejadian diare pada balita. Hal ini
jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Selain itu,
didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh
masih terdapat warga yang buang air besar selain di
Muhajirin (2007), Adisasmito (2007), Musmidiarti
jamban yaitu 55,8% masih buang air besar di
(2011), Kamilla dkk (2012). Serta penelitian oleh dipengaruhi oleh berbagai factor bagi berkaitan
Aryanto (2012), bahwa pembuangan tinja tidak dengan perilaku maupun lingkungan.
higienis, berbentuk selokan, empang, sungai, dan
sarana sejenis berisiko menyebabkan diare pada Adapun variable sanitasi pengolahan sampah
balita sebesar 3,289 dibanding pembuangan tinja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
bentuk jamban leher angsa. kejadian diare pada balita. Hasil ini berbeda dengan
beberapa penelitian lainnya yang menunjukkan
Sarana pembuangan air limbah merupakan
adanya hubungan antara ketersediaan tempat sampah
salah satu variable yang memiliki hubungan
dan pengelolaan sampah dengan kejadian diare.
signifikan dengan kejadian diare pada balita yang
Namun jumlah balita yang menderita diare lebih
menjadi responden pada penelitian ini. Secara
banyak pada keluarga yang tidak memiliki tempat
generalisasi, risiko masyarakat umum yang memiliki
sampah yang memenuhi syarat kesehatan
SPAL dengan kondisi kurang baik untuk mengalami
dibandingkan balita dari keluarga yang memiliki
kejadian diare berkisar antara 1,052-3,645.
tempat sampah yang saniter. Berdasarkan hasil
Hasil ini sejalan dengan berbagai penelitian
wawancara dan observasi dalam penelitian Hamzah
lainnya yang menunjukkan adanya hubungan antara
dkk (2012), menunjukkan bahwa perilaku
kualitas saluran pembuangan air limbah dengan
membuang sampah sembarangan masih menjadi
kejadian diare., salah satunya ialah penelitan oleh
budaya, yaitu didapatkan bahwa terdapat 12,5%
Adisasmito (2007) yang menunjukkan hasil yang
responden yang memiliki perilaku membuang
sangat signifikan kondisi saluran pembuangan air
sampah di kebun setelah sampah terkumpul,
limbah terhadap kejadian diare. Dimana penelitian
sebanyak 19,1% responden yang memiliki kebiasaan
yang dilakukan oleh Adisasmito ini merupakan
membiarkan sampah berserakan di sekitar rumah,
penelitian dengan menggunakan metode systematic
dan hanya 43,4% responden yang membakar sampah
review, sehingga merangkum berbagai penelitian
setelah sampah terkumpul, sedangkan dari 34
lainnya terkait dengan factor risiko kejadian diare.
responden yang tidak memiliki tempat sampah
Hasil ini didukung dengan penelitian yang oleh
sebanyak 20,6% yang membuang sampah di sekitar
Hamzah dkk (2012), yang membuktikan bahwa
rumah dan sebanyak 4,4% responden yang
adanya hubungan antara pengelolaan air limbah di
membuang sampah disungai, yang kemudian
rumah tangga dengan kejadian diare, yaitu dengan
memperoleh adanya hubungan antara pengelolaan
diperolehnya nilai p value = 0,000. Sejalan pula
sampah dengan kejadian diareenelitian ini.
dengan beberapa penelitian lainnya Nuraeni (2009)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Junias
dan Mafazah (2012), yang menemukan bahwa ada
(2008) yang menemukan bahwa ada hubungan
hubungan antara pengelolaan air limbah dengan
antara kondisi penggunaan tempat sampah
kejadian diare pada balita. Namun diare sendiri
sementara dengan kejadian diare pada balita di
merupakan penyakit multi factor, yang dapat
sendiri dapat terkontaminasi dari berbagai hal yang
Kelurahan Oesapa, dan penelitian Nugraheni (2012)
ada di sekitarnya, contohnya sumber air dapat
yang menemukan bahwa ada hubungan ada
terkontaminasi dari sarana jamban yang tidak
hubungan antara sarana pembuangan sampah dengan
memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki jarak
kejadian diare pada balita di Kecamatan Semarang
kurang dari 10 meter dari sumber air, ataupun sarana
Utara Kota Semarang
jamban tidak kedap air sehingga dapat mencemari

Setelah melakukan analisis statistic secara sumber air yang ada di sekitarnya. Penelitian yang

bivariate terhadap variabel-variabel personal hygiene dilakukan oleh Amaliah (2010) juga menunjukkan

ibu, sumber air minum, sarana sanitasi jamban, bahwa sumber air bersih menjadi factor yang

saluran pembuangan air limbah dan sarana berhubungan dengan kejadian diare pada balita.

pengelolaan sampah terhadap kejadian diare maka Selain itu saluran pembuangan air limbah dan sarana

selanjutnya analisis statistic akan dilanjutkan pada pembuangan sampah juga dapat mencemari sumber

tahap analisis multivariat. Tujuan dilakukannya air jika kondisinya tidak memenuhi syarat yaitu

analisis multivariate adalah untuk memprediksi tidak kedap air dan terbuka. Adapun personal

faktor yang dominan mempengaruhi kejadian diare hygiene ibu sebagai pengasuh balita juga memiliki

pada balita di masyarakat umum dan khususnya di keterkaitan dengan sumber air yang digunakan untuk

Kecamatan Indralaya. Maka diperoleh bahwa balita. Ketika kondisi sumber air telah tercemar yang

sumber air yang digunakan merupakan variabel yang didukung dengan personal hygiene ibu yang juga

dominan mempengaruhi kejadian diare karena kurang maka meningkatkan risiko bagi balita untuk

memiliki nilai risiko (odds ratio) paling besar. terpapar bakteri yang terkandung di dalam sumber

Masyarakat yang menggunakan sumber air yang air yang digunakan. Sekain itu secara bersama

tidak aman berisiko untuk mengalami kejadian diare sanitasi dan personal hygiene dapat berhubungan

sebesar 2,8 kali setelah diadjusted oleh variabel dengan kejadian diare pada balita, seperti penelitian

personal hygiene ibu. Sedikit berbeda dengan yang dilakukan oleh Budiman dkk (2009) yang

penelitian yang dilakukan oleh Taosu dan Azizah menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

(2013) yang menghasilkan bahwa factor yang paling signifikan antara penerapan sanitasi total berbasis

dominan terhadap kejadian diare pada balita ialah masyarakat (STBM) dengan kejadian diare pada

factor jamban keluarga. Namun menunjukkan balita.

besarnya peranan sanitasi dasar keluarga dalam


kejadian diare pada balita (Lindayani dan Azizah Penutup

2013). Karakteristik responden yang merupakan ibu

Air minum merupakan salah satu yang secara yang memiliki anak balita ialah, Ibu balita di

langsung dapat masuk ke dalam tubuh dan Kecamatan Indralaya terbanyak ialah berpendidikan

memerikan efek bagi tubuh. Ketika sumber air tamat SLTA yaitu sebesar 31,5 %. Mayoritas ibu

tersebut telah terkontaminasi maka dapat secara merupakan ibu rumah tangga dan tidak memiliki

cepat member feel buruk bagi tubuh. Sumber air itu pekerjaan sampingan, yaitu sebesar 77%. Hampir
separuh dari ibu yang memiliki balita di Kecamatan
Indralaya memilih untuk berobat ke bidan/perawat Amaliah, Siti. 2010. Hubungan Sanitasi
ketika anak mereka sakit, terlihat sebesar 43,5%. Lingkungan Dan Faktor Budaya Dengan
Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa
Serta sebagian besar ibu (48,5%) yang memiliki Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten
balita menggunakan air yang bersumber dari sumur Sukoharjo. Prosiding Seminar Nasional
UNIMUS Tahun 2010.
gali untuk keperluan minum sehari-hari. Variabel
Anindita, Putri. 2012. Hubungan Tingkat
sumber air minum dan sarana saluran pembuangan Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga,
air limbah (SPAL) memiliki hubungan yang Kecukupan Protein & Zinc Dengan
Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6 – 35
signifikan dengan kejadian diare pada anak balita di
Bulan Di Kecamatan Tembalang Kota
Kecamatan Indralaya. Sedangkan personal hygiene Semarang. JURNAL KESEHATAN
ibu, sarana jamban, dan sarana penampungan MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2,
Tahun 2012: 617 - 626
sampah tidak memiliki hubungan yang signifikan Anwar, Athena dan Anwar Musadad. 2009.
dengan kejadian diare pada anak balita di Pengaruh Akses Penyediaan Air Bersih
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita.
Kecamatan Indralaya.
Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 8 No.2.
Sehingga perlunya peningkatan kegiatan Juni 2009: 953-963.
promosi dan penyuluhan kesehatan oleh tenaga Aryanto, Samsu. 2012. Studi Sosiodemografi
Dan Hygiene Sanitasi Lingkungan Pada
kesehatan maupun stakeholder, khususnya mengenai
Balita Penderita Diare Di Kota Makassar.
diare. Baik berupa promosi mengenai hygiene Tesis. S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
personal ibu serta sanitasi lingkungan. Untuk Universitas Gadjah Mada.
Astuti, Wiwin Puji, Heriyatun, Hendri Tamara
meningkatakan pengetahuan serta kesadaran warga Yudha. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu
khususnya kaum ibu tentang pentingnya penerapan Tentang Sanitasi Makanan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita di Lingkup
hygiene personal yang baik dan pemeliharaan
Kerja Puskesmas Klirong I. Jurnal Ilmu
sanitasi lingkungan sekitar rumah, sebagai upaya Kesehatan Keperawatan. Vol 7, No. 2,
meningkatkan derajat kesehatan keluarga pada 2011:
Brotowasisto, 1997. Diare, Penanggulangan dan
khususnya dan masyarakat diare pada anak balita di
Hasil-hasilnya. Dalam: Simatupang M.,
Kecamatan Indralaya pada umumnya.. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare
pada Balita Di Kota Sibolga Tahun 2003.
Daftar Pustaka
Program Pascasarjana, Medan: Universitas
Sumatera Utara.@
Budiman, Juju Juhaeriah, Asep D. Abdillah,
Adisamito, Wiku. 2007. Faktor Risiko Diare Besti Yuliana. 2009. Hubungan Sanitasi
Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: Total Berbasis Masyarakat Dengan
Systematic Review Penelitian Akademik Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan
Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara, Cibabat Kecamatan Cimahi Utara.
kesehatan, vol. 11, no. 1, juni 2007: 1-10. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
Ahmad, M. Iqbal, Suriah, Indra Fajarwati. 2013. dan PKM Sains, Teknologi dan
Perilaku Personal Hygiene di Kelurahan Kesehatan. Vol. 2 No. 1. 2011: 189-194
Karema Kecamatan Mamuju Sulawesi Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan RI Tahun
Barat. Fakultas kesehatan masyarakat 2010. Jakarta : Depkes RI
universitas hasanudin Makasar. Eralitas. 2011. Hubungan Sanitasi Lingkungan,
Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Terhadap
Diare Akut Pada Balita Di Kecamatan Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Pahandut Kota Palangka Raya. Tesis. S2 Pada Balita Di Ruang Anak. Jurnal stikes
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Volume 6 No. 1 Juli 2013. @
Gadjah Mada. Mubasyiroh Rofingatul. 2007. Faktor yang
Hamzah B, Arsunan Arsin, Jumriani Ansar. Berhubungan Dengan Kejadian Diare
2012. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Pada Balita di Beberapa Regional
Dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Indonesia Tahun 2007. Buletin Peneliti
Balita Di Kecamatan Belawa Kabupaten Kesehatan, Suplemen, 2010:24-31.
Wajo Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Muhajirin. 2007. Hubungan Antara Praktek
Masyarakat Universitas Hasanudin Personal Hygiene Ibu Balita Dan Sarana
Makasar. @ Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Hardi, Rahman Amin dkk. 2012. Faktor-Faktor Diare Pada Anak Balita Di Kecamatan
Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Maos Kabupaten Cilacap. Tesis. Program
Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah Semarang.
Tahun 2012@ Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Kualitatif di Bidang Kesehatan.
Surabaya: Health Books Publishing. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Irfan. 2015. Risk Factors And Predictive Model Press.
Of Diarrhea In Kupang. Jurnal Kesehatan Nuraeni, Asti. 2009. Faktor – Faktor Yang
Masyarakat Unnes. Vol. 12 No. 1. 2016:1- Berhubungan Dengan Kejadian Diare
10. Pada Balita Di Rumah Sakit Telogorejo.
Ismail. 2009. Faktor-faktor risiko yang Jurnal Keperawatan dan Kebidanan, Vol
berhubungan dengan kejadian penyakit I, No 1 Desember 2009: 40-45. @
diare akut pada anak usia 0-5 tahun di Rosyidi, Ali. 2012. Faktor-faktor Risiko
Kabupaten Bengkulu Utara. Tesis. S2 Ilmu Kejadian Diare Akut pada Balita di
Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.
Mada. Tesis. Universitas Gadjah Mada
Kamilla. Laila, Suhartono, dan Nur Endah W. Yogyakarta.
2012. Hubungan Praktek Personal Samad, Husen. 2009. Faktor-faktor yang
Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi berhubungan dengan terjadinya diare akut
Lingkungan Rumah dengan Kejadian pada balita di Kota Ternate. Tesis. S2 Ilmu
Diare pada Balita di Puskesmas Kampung Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah
Dalam Kecamatan Pontianak Timur. Mada.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Simatupang M. 2004. Analisis Faktor-Faktor
Vol. 11 No. 2. Oktober 2012: 138-143. yang Berhubungan dengan Kejadian
Lindayani, Sintari dan Azizah. Hubungan Diare Pada Balita di Kota Sibolga Tahun
Sarana Sanitasi Dasar Rumah Dengan 2003. Program Pasca Sarjana Medan:
Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Universitas Sumatera Utara. @
Ngunut Kabupaten Tulungagung. Jurnal Suharyono. 1986. Diare Akut. Dalam :
Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 1 Juli Simaturang M. 2004 Analisis Faktor-
2013: 32–37 Faktor yang Berhubungan dengan
Mafazah, Lailatul. 2012. Ketersediaan Sarana Kejadian Diare Pada Balita di Kota
Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Dan Sibolga Tahun 2003. Program Pasca
Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Sarjana Medan: Universitas Sumatera
Masyarakat Unnes. Vol. 8 No. 2. Utara. @
2013:176-182. Sutoto, 1992. Pemberantasan Penyakit Diare
Maharani, Devita dan Maria Anita. 2013. Dalam Repelita V, Depkes. Dalam:
Personal Hygiene Ibu Yang Kurang Simatupang M., 2004. Analisis Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kota
Sibolga Tahun 2003. Program
Pascasarjana, Medan: Universitas
Sumatera Utara. @
Taosu, Stefen dan Azizah. 2013. Hubungan
Sanitasi Dasar Rumah Dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Desa Bena Nusa Tenggara
Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.
7, No. 1 Juli 2013: 1–6.
Wandansari, Arry Pamusthi. 2013. Kualitas
Sumber Air Minum Dan Pemanfaatan
Jamban Keluarga Dengan Kejadian Diare.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes.
Vol. 9 No. 1 . 2013; 24-29.
Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian
Diare Balita di Sekitar TPS Banaran
Kampus Unnes. Unnes Journal of Public
Health. Vol 1 No. 1. 2012; 1-8.
Yusmidiarti. 2011. Sarana Kesehatan
Lingkungan Dan Perilaku Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Puskesmas Pasar Ikan Kecamatan Teluk
Segara Kota Bengkulu Tahun 2010. Tesis.
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai