Anda di halaman 1dari 33

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FEBRUARI 2019

Dan Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo

LAPORAN KEDOKTERAN OKUPASI DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT


KERJA TERHADAP KARYAWAN INDUSTRI IKAN PT. ABADI
MAKMUR OCEAN DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME

Oleh:
Tajriana Nurfadhilah Dahlan, S. Ked.
K1A1 14 098

Pembimbing :
dr. Zida Maulina Aini, M. Ked. Trop

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Tajriana Nurfadhilah Dahlan, S.Ked
NIM : K1A1 14 098
Judul Laporan : Laporan Kedokteran Okupasi
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Terhadap Karyawan
Industri Ikan PT. Abadi Makmur Ocean dengan Carpal
Tunnel Syndrome
Telah menyelesaikan tugas laporan kedoktran okupasi dalam rangka kepanitraan
klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2019

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Zida Maulina Aini, M.Ked.Trop


NIP. 19850806 2010 12 2 006

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kedokteran Okupasi Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Terhadap Pekerja
Pengepakan Ikan PT. Abadi Makmur. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. Zida Maulina Aini, M.Ked.Trop. atas bimbingan dan arahannya dalam
penyusunan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Serta semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian laporan ini yang penulis tidak
menyebutkan namanya.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan laporan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya serta dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga,
pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan
ini penulis ucapkan terima kasih.

Kendari, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................. 2
BAB II LAPORAN KASUS
A. Data Identitas Pasien ............................................................................ 3
B. Anamnesis Klinis.................................................................................. 3
C. Anamnesis Okupasi .............................................................................. 4
D. Pemeriksaan Fisik ................................................................................. 7
E. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 9
F. Resume ................................................................................................. 9
G. Diagnosis Okupasi ................................................................................ 10
H. Penatalaksanaan .................................................................................... 12
I. Prognosis .............................................................................................. 13
BAB III PEMBAHASAN
A. Penyakit Akibat Kerja .......................................................................... 14
B. Nervus Medianus .................................................................................. 14
C. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) ........................................................... 17
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 27
B. Saran ..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia melibatkan
berbagai pekerjaan dan lingkungan kerja yang beraneka ragam dengan segala
akibatnya. Kebutuhan pengenalan terhadap penyakit akibat kerja umumnya dan
dermatosis akibat kerja khususnya makin meningkat disebabkan karena
kesadaran akan besarnya permasalahan dan dampak ekonomi yang dapat
diakibatkan oleh adanya penyakit dalam pekerjaan (Dewan Kesehatan dan
Kesehatan Kerja Nasional, 2007).
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2014,
satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan
160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (ILO dalam Daulay, 2016).
Penyakit akibat kerja adalah setiap tenaga kerja yang menderita penyakit
karena hubungan kerjanya. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan
sindrom yang timbul akibat N. Medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel
(terowongan karpal) di pergelangan tangan, sewaktu nervus melewati
terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan. CTS merupakan salah satu
penyakit yang dilaporkan oleh badan-badan statistik perburuhan di negara
maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan pekerja-pekerja
industri (Jagga, V. Lehri, 2011)
Tingginya angka prevalensi yang diikuti tingginya biaya yang harus
dikeluarkan membuat permasalahan ini menjadi masalah besar dalam dunia
okupasi. Beberapa faktor diketahui menjadi risiko terhadap terjadinya CTS
pada pekerja, seperti gerakan berulang dengan kekuatan, tekanan pada otot,
getaran, suhu, postur kerja yang tidak ergonomik dan lain-lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Carpal Tunnel Syndrome (CTS) termasusk penyakit akibat kerja?
2. Bagaimanalangkah – langkah menegakkan diagnosis penyakit akibat
kerja?
C. Tujuan
1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui diagnosis penyakit akibat kerja.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui Carpal Tunnel Syndrome (CTS) termasuk penyakit
akibat kerja
b. Untuk mengetahi langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan bacaan yang dapat menambah pengetahuan
terutama mengenai Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terhadap penyakit
akibat kerja
2. Manfaat aplikatif
Sebagai acuan dan menambah pengetahuan mengenai pentingnya
penggunaan APD dan posisi kerja yang tepat dalam pekerjaan sehingga
mengurangi risiko penyakitan akibat kerja

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Data Identitas Pasien


Nama : Tn. M
Usia : 37 tahun
Alamat : Abeli
Pekerjaan : Buruh pengepakan ikan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Bugis
Tanggal Periksa : 27 Januari 2019
B. Anamnesis Klinis
1. Keluhan Utama: Nyeri pada pergelangan tangan kanan
2. Anamnesis terpimpin
Tn. M (37 tahun) mengeluhkan nyeri pada pergelangan tangan kanan
yang dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terutama saat
menggunakan tangan kanannya untuk bekerja. Menurut pasien jika nyeri,
pasien mengistirahatkan tangan kanannya untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan. Pasien tidak mengalami demam. Pasien sudah dua kali
mengalami keluhan serupa yang muncul saat pasien mulai bekerja sebagai
pekerja pengepakan ikan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit berat sebelumnya seperti DM,
Hipertensi, maupun stroke.
4. Riwayat Kebiasaan
Riwayat kebiasaan dalam hal ini yaitu pola makan berlebih (-), konsumsi
karbohidrat berlebih (-), berolahraga rutin (-), riwayat merokok (+).

3
5. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mengkonsumsi Asam Mefenamat apabila nyeri yang
dirasakan sudah tidak tertahankan, biasanya setelah melakukan pekerjaan
berat seperti mengangkat dos ikan.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Aspek ekonomi keluarga Tn.M masuk dalam kategori menengah kebawah.
Saat ini Tn.M memiliki penghasilan tidak tetap yang bekerja sebagai
pekerja lepas di PT. Abadi Makmur. Tn.M tinggal bersama istri dan dua
anaknya. Keuangan keluarga Tn.M bersumber dari penghasilannya dan
penghasilan istrinya. Pembiayaan kesehatan Tn.M menggunakan KIS.
7. Riwayat Gizi
Tn.M makan sebanyak 3 kali dalam sehari dengan komposisi nasi, ikan,
sayur dan lauk pauk yang beragam. Kadang mengkonsumsi buah-buahan
dan cemilan
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis pekerjaan
Tabel 1. Jenis pekerjaan Pasien
Jenis Pekerjaan Tempat kerja Masa Kerja
Pengepak ikan PT. Abadi Makmur 2015 – 2018 (3 tahun)
Ocean
2. Uraian tugas
Tugas
Tn.M adalah pekerja lepas sebagai pengepak ikan dan udang di PT. Abadi
Makmur Ocean. Tn.M sudah 3 tahun bekerja sebagai karyawan lepas, ia
bekerja hanya apabila ada permintaan ekspor.
Jadwal kerja
Apabila ada panggilan, waktu kerja Tn.M tidak menentu tergantung jumlah
ikan/udang yang akan dikemas. Biasanya paling cepat 1 hari kerja selama 7
jam.

4
Tabel 2. Urutan kerja pasien apabila terdapat panggilan mengepak ikan/udang
Waktu Kegiatan (disesuaikan)
(WITA)
05.00-06.00 Bangun, sholat, menyiapkan sarapan pagi keluarga
06.00-07.30 Sarapan
07.30-08.00 Berangkat kerja
08.00-12.00 Bekerja
12.00-13.00 Istrahat sholat makan siang
13.00-17.00 Melanjutkan pekerjaan
17.00-18.00 Pulang kerja
18.00 – 05.00 Melakukan pekerjaan rumah dan istrahat

3. Bahaya potensial
Tabel 3. Bahaya Potensial di Lingkungan Kerja Pasien
Bahaya Potensial Ganggaun
Resiko
Daftar Kegiatan Ergonomi- Psiko Kesehatan
Biologi Fisik Kimia Kecelakaan
Lingkungan sosial Yang Mungkin
 Dermatitis
Bakteri
Tiba di tempat  Diare
Virus - - Lantai Licin - Tergelincir
kerja  Influenza
Jamur
 Tenia Pedis
 Dermatitis
 Diare
 Influenza
Karbonm
 Gangguan
Mengangkut onoksida  Tertimpa bahan
Posisi pendengaran
bahan baku Bakteri Kebisingan dari baku
mengangkat -  CTS
(ikan/udang) dari Virus Getaran Nitrogen  Tergelincir
dan berulang  Gangguan
kontainer monoksid  Terkilir
a pernapasan
 LBP
 Straching
Muscle
 Dermatitis
 Diare
 Pekerjaan  Influenza
Bakteri
Penimbangan Posisi monoton  Tinea Pedis
Virus - - Tergelincir
bahan baku berdiri lama  Lantai  DVT
Jamur
Licin  OA
 CTS
 Stress

5
 Dermatitis
 Diare
 Berdiri
 Pekerjaan  Influenza
Bakteri lama
Sortasi monoton  Tinea Pedis
Virus - -  Pekerjaan Tergelincir
ikan/udang  Lantai  LBP
Jamur berulang
Licin  DVT
dan cepat
 CTS
 Stress
 Dermatitis
 Diare
 Influenza
 Berdiri
 Pekerjaan  Tinea Pedis
Bakteri lama
Membersihkan monoton  Asma dan
Virus - Chlorin  Pekerjaan Tergelincir
ikan/udang  Lantai kulit iritasi
Jamur berulang
Licin  LBP
dan cepat
 DVT
 CTS
 Stress
 Dermatitis
 Diare
 Berdiri
 Pekerjaan  Influenza
Bakteri lama
Penyusunan monoton  Tinea Pedis
Virus - -  Pekerjaan Tergelincir
dalam pan  Lantai  LBP
Jamur berulang
Licin  DVT
dan cepat
 CTS
 Stress
 Dermatitis
Posisi  Diare
Mengangkut mengangkat  Hipotermia/
Suhu Tertimpa
ikan/udang ke tempat Frosbite
Bakteri dingin - - Terkilir
bersih ke kamar tinggi dan  LBP
ekstrim
pendingin mendorong  CTS
troli  Straching
muscle
 Dermatitis
 Berdiri  Diare
Bakteri lama  Influenza
Pengemasan siap Pekerjaan
Virus - -  Pekerjaan  LBP -
ekspor monoton
Jamur berulang  DVT
dan cepat  CTS
 Stress

4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Dalam sekali kerja, Tn.M biasa bekerja selama 7 jam. Tn.M
biasanya bekerja dibagian penyortiran ikan dan pengangkutan bahan baku
dari mobil kontainer, meskipun terkadang Tn.M mengerjakan bagian lain
tergantung ketersediaan SDM. Dalam bekerja, Tn.M juga jarang
menggunakan APD seperti sepatu boot dan sarung tangan. Gejala yang

6
dialami kali ini muncul setelah bekerja sejak 2 hari yang lalu. Gejala
seperti ini sudah dua kali dikeluhkan Tn.M.
Dari wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Tn.M,
selain dia ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu
kemunculannya berbeda-beda. Mereka adalah Ny.A (32 tahun) dan Ny.T
(27 tahun).

5. Body Discomfort Map / Peta Ketidaknyamanan Tubuh

Gambar 1. Body Discomfort Map


Pasien merasahkan ketidaknyamanan pada pergelangan tangan
kanan

D. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak baik, sakit ringan, kesadaran
komposmentis (GCS E4V5M6)
 Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekwensi nadi : 90 x/menit
Frekwensi napas : 18 x/menit

7
Suhu : 36,7oC
Berat badan : 54 Kg
Tinggi badan : 169 cm
Gizi : Baik
 Status Generalisata
Kepala : Normosefal, rambut dalam batas normal
Kulit : Pucat (-), peteki (-), ekimosis (-).
Mata : Pupil isokor
Telinga : Otore (-)
Hidung : Rinore (-)
Mulut : Stomatitis (-), lidah kotor (-)
Tenggorok : Hiperemis
Tonsil : T1/T1
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
 Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal fremitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : Bronchovesikuler, BT : Rh-/- Wh : -/-
 Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni reguler
 Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus kesan normal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani

8
Ekstremitas : - Pergelangan tangan tidak tampak kemerahan
- Nyeri gerak
Tabel 4. Pemeriksaan Kelenjar limfe
A. Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
B. Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
C. Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat
sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
2. Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet
dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di
atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosa.
3. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
4. Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud
F. Resume
Tn. M (37 tahun) mengeluhkan nyeri pada pergelangan tangan kanan
yang dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri dirasakan terutama saat
menggunakan tangan kanannya untuk bekerja. Menurut pasien jika nyeri,
pasien mengistirahatkan tangan kanannya untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan. Pasien tidak mengalami demam. Pasien sudah dua kali mengalami
keluhan serupa yang muncul saat pasien mulai bekerja sebagai pekerja
pengepakan ikan. Tn.M memiliki riwayat merokok. Tn.M pernah

9
mengkonsumsi Asam Mefenamat apabila nyeri yang dirasakan sudah tidak
tertahankan, biasanya setelah melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat
dos ikan.
Aspek ekonomi keluarga Tn.M masuk dalam kategori menengah
kebawah. Saat ini Tn.M memiliki penghasilan tidak tetap yang bekerja sebagai
pekerja lepas di PT. Abadi Makmur Ocean. Tn.M tinggal bersama istri dan
dua anaknya. Keuangan keluarga Tn.M bersumber dari penghasilannya dan
penghasilan istrinya. Pembiayaan kesehatan Tn.M menggunakan KIS. Tn.M
makan sebanyak 3 kali dalam sehari dengan komposisi nasi, ikan, sayur dan
lauk pauk yang beragam. Kadang mengkonsumsi buah-buahan dan cemilan
Sekali kerja, Tn.M biasa bekerja selama 7 jam. Tn.M biasanya bekerja
dibagian penyortiran ikan dan pengangkutan bahan baku dari mobil kontainer,
meskipun terkadang Tn.M mengerjakan bagian lain tergantung ketersediaan
SDM. Dalam bekerja, Tn.M juga jarang menggunakan APD seperti sepatu
boot dan sarung tangan. Gejala yang dialami kali ini muncul setelah bekerja
sejak 2 hari yang lalu. Gejala seperti ini sudah dua kali dikeluhkan Tn.M.
Hasil wawancara yang dilakukan bersama rekan-rekan kerja Tn.M, selain dia
ada 2 lagi yang mengalami keluahan serupa tetapi waktu kemunculannya
berbeda-beda. Mereka adalah Ny.A (32 tahun) dan Ny.T (27 tahun).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal.
Ditemukan nyeri pada pergelangan tangan dekstra yang bertambah berat
dengan pergerakan.

G. Diagnosis Okupasi
1. Diagnosis Klinis
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Carpal Tunnel Syndrome

10
2. Bahaya Potensial Dasar
Tabel 5. Bahaya Potensial Dasar
Biologi -
Kimia -
Fisika Getaran
Ergonomi Pekerjaan yang monoton, berulang dan lama
Psikososial -
3. Dasar Teori
Salah satu bentuk pengaruh perilaku kerja terhadap kejadian CTS
adalah pekerja sering menggunakan gerakan tangan dalam waktu lama dan
berulang sehingga dapat menyebabkan gangguan pada jaringan sekitar
terowongan pergelangan tangan yang dapat memicu terjadinya proses
infamasi sehingga menyebabkan saluran terowongan menjadi sempit dan
menekan Nervus Medianus dan menyebabkan CTS. Masa kerja
menunjukkan lamanya paparan di tempat kerja, semakin lama masa kerja
maka semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja, salah satunya
adalah CTS.
Jika ditinjau dari factor yang berhubungan dengan pekerjaan,
aktifitas yang dapat mencetuskan CTS adalah paparan terhadap gerakan
berulang dan cepat atau akibat kesalahan posisi yang terjadi dalam jangka
waktu lama. (Daryono et al, 2013)
4. Masa Kerja
Masa kerja 3 tahun dengan durasi kerja 7 jam perhari (dikondisikan)
5. Faktor Individu
Tn. M pada saat bekerja tidak memakai APD yang sesuai. Saat
bekerja Tn.M melakukan pekerjaan yang menuntun kecepatan tangan dan
diperberat dengan mengangkat beban berat.
6. Pajanan Bahaya Potensial yang Sama diluar Tempat Kerja
Tn. M tidak memiliki pekerjaan lain diluar bekerja sebagai karyawan
pengepakan ikan. Meskipun dikesehariannya Tn.M tidak memungkiri selalu
melakukan kegiatan yang memperberat kondisi tangannya diluar jam kerja

11
seperti mengantar istri dan anak anaknya dengan menggunakan motor dan
membantu istrinya berjualan dengan mengangkatkan barang jualannya.

7. Diagnosis Okupasi
Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu
penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya / pajanannya memperberat / mempercepat
timbulnya penyakit.
Dari uraian di atas dapat maka Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang
dialami Tn.M adalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) karena gejala yang
dikeluhkan baru muncul ketika Tn.M telah melakukan penyortiran ikan.
Disamping itu terdapat 2 orang rekan kerja Tn.M yang memiliki keluhan
serupa.
Kegiatan Tn.M diluar jam kerja juga menjadi faktor yang
memperberat kondisi pergelangan tangan Tn.M.

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Asam Mefenamat 500mg (diminum bila perlu)
2. Non Medikmentosa
- Mengedukasi pasien tentang penyakit Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
- Mengedukasi pasien untuk sealu menghindari/mengurangi kegiatan
pencetusnya dan faktor yang memperberat.
- Memberi pertimbangan kepada pasien tentang hubungan penyakit
yang diderita dengan pekerjaannya yang nantinya menjadi dasar untuk
mengganti pekerjaan.

12
3. Okupasi
- Merekomendasikan untuk mengganti posisi kerja Tn.M ke pekerjaan
yang tidak memberatkan penyakitnya
- Melakukan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja

I. Prognosis
Prognosis kondisi Tn. M tergantung dari banyak aspek diantaranya
tingkat kepatuhan dalam menjaga kondisi pergelangan tangannya serta
menghindari faktor yang memperberat penyakitnya, secara umum
prognosisnya adalah:
1. Ad vitam : Dubia ad bonam
2. Ad functionam : Dubia ad malam (bila pasien tetap memaksakan
pergelangan tangan kanannya)
3. Ad sanationam : Dubia ad bonam (bila pasien mengistirahatkan
tangan kanannya)

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penyakit Akibat Kerja


1. Defenisi
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja yaitu penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut ILO dan WHO, penyakit akibat
kerja merupakan aspek/unsur kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan
kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
Diagnosa penyakit akibat kerja adalah landasan terpenting bagi
manajemen penyakit yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Secara umum ada lima langka yang harus diambil guna menegakan
diagnose suatu penyakit akibat kerja antara lain :
1. Anamnesis tentang riwayat penyakit
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemeriksaan rontgen
5. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja untuk mengukur faktor penyebab
penyakit ditempat kerja.
2. Jenis Penyakit Akibat Kerja
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 menetapkan 31 jenis
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyebab
dari penyakit akibat kerja adalah pekerjaan atau lingkungan kerja yaitu
faktor fisik, kimiawi, biologi, cara kerja, peralatan kerja, dan proses kerja
(Suma’mur, 2014).
B. Nervus Medianus
1. Anatomi Nervus Medianus
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam
dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus

14
berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh
tiga sisi dari tulang- tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan
fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari-jari tangan. Jari tangan dan
otot-otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon- tendonnya
berorigo pada epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada
tulang- tulang metaphalangeal, interphalangeal proksimal dan
interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis
carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian
distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan
bawah di regio cubiti sekitar 3 cm (Pecina, 2001).
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan
menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan
kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens
pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari
individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N.
Medianus. Sebanyak 2 % dari penduduk, m. policis adduktor juga
menerima persarafan N. Medianus . Komponen ulnaris dari N. Medianus
memberikan cabang sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga, dan sisi
radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi
permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi
interphalangeal proksimal. Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan
oleh berkurangnya ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang
masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon-
tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat
dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus
yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor
pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik
ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N.

15
Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum
yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol
(Pecina, 2001).
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat
motorik pada terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan
banyak variasi anatomi, yang menciptakan variabilitas yang besar patologi
dalam kasus Carpal Tunnel Syndrome.

Gambar 2. Struktur Anatomi N. Medianus

16
C. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
1. Defenisi
Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan
terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan
tangan, tepatnya di bawah tleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia , median tenar neuritis atau partial
tenar atrofi Carpal Tunnel Syndrome pertama kali dikenali sebagai
suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut
fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel Syndrome spontan pertama kali
dilaporkan oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah Carpal
Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938
(Campbell, 2005).
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical
Guideline, Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari
N. medianus di tingkat pergelangan tangan, ditandai dengan bukti
peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan penurunan fungsi
saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan
mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot.
Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis, atau
pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan
penyakit lokal.
2. Gambaran Klinis CTS
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik
saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala
awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa
seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi
radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus
walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari.
Komar dan Ford membahas dua bentuk carpal tunnel syndrome:
akut dan kronis. Bentuk akut mempunyai gejala dengan nyeri parah,

17
bengkak pergelangan tangan atau tangan, tangan dingin, atau gerak jari
menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan oleh kombinasi dari rasa sakit
dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik disfungsi sensorik
yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan trofik.
Nyeri proksimal mungkin ada dalam carpal tunnel syndrome (Pecina,
2001).
Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya.
Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau
menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya
pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita
lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe, 2004).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi
kurang terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan
pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-
otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus (Mumenthaler, 2006).

Tabel 6. Gejala dan Tanda Carpal Tunnel Syndrome

18
3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan CTS
Beberapa penyebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian carpal tunnel syndrome antara lain (Latoy, 2007):
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure
palsy, misalnya HMSN (hereditary motor and sensory
neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan Sprain pergelangan tangan.
Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,
pekerja kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik
terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan
tangannya juga merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid Neuropati fokal tekan,
khususnya sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan
ligamen, dan tendon dari simpanan zat yang disebut
mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes
mellitus, hipotiroid, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular: artritis reumatoid, polimialgia
reumatika, skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular
untuk dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress
12. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi
tendon menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan
Carpal Tunnel Syndrome.

19
4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan CTS
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di
atas dan perkuat dengan pemeriksaan yaitu :
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah:
a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan
secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat
bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 3. Phalen’s Test


b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan
tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan
tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul
parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika
dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan
sedikit dorsofleksi.

20
Gambar 4. Tinel’s Test
d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau
menggerak- gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa
tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan
adanya atrofi otot-otot thenar.
f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara
manual maupun dengan alat dynamometer
g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan
secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua
tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul
gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal
dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120
detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu
jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan
penderita idak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnose
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat
membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak
lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif
dan menyokong diagnose

21
k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan
apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang
terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan
mendukung diagnose CTS.
Berdasar pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test
adalah test yang patognomonis untuk CTS (Tana, 2004).

Gambar 7. Pemeriksaan fisik pada Carpal Tunnel Syndrome


2) Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit
pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan
pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa
normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal
(distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada
konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih
sensitif dari masa laten motorik.
3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau
artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya

22
penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada
kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan
untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal
tunnel proksimal yang sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel
syndrome.
4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia
muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid
ataupun darah lengkap.

5. Penatalaksanaan CTS
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi,
durasi gejala, dan intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu
penyakit sekunder untuk penyakit endokrin, hematologi, atau penyakit
sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan bisa
diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan
menggunakan penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan
dalam posisi netral selama minimal 2 bulan, terutama pada malam hari
atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi dengan
injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif,
dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk
meringankan kompresi.
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok,
yaitu:
1. Terapi langsung terhadap CTS
- Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.

23
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari
selama 2-3 minggu.
4. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan
(ROM) latihan dari ekstremitas atas dan leher yang
menghasilkan ketegangan dan gerakan membujur sepanjang saraf
median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-latihan ini didasarkan
pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer dirancang
untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf mungkin
memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran
pembuluh darah dan axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan
dapat dilakukan oleh pasien setelah instruksi singkat.

Gambar 8. Nerve Gliding

5. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25


mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25
pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di
sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Sementara
suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga

24
atau empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila
hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
Suntikan harus digunakan dengan hati-hati untuk pasien di bawah
usia 30 tahun.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa
salah satu penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga
mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari
selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat
bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat
menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar. Namun
pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
7. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan
tangan.
- Terapi operatif
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami
perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar. Pada CTS
bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang
paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan
bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar,
sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya
sensibilitas yang persisten.
Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara terbuka
dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik
operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan
mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang
minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini
lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada
saraf. Beberapa penyebab CTS seperti adanya massa atau

25
anomaly maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik
dioperasi secara terbuka .
Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS
harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan
kekambuhan CTS kembali. Pada keadaan di mana CTS terjadi
akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya
antara lain (Bachrodin, 2011):
a. Mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan
repetitif, getaran peralatan tangan pada saat bekerja.
b. Desain peralatan kerja supaya tangan dalam posisi natural saat
kerja.
c. Modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan variasi
gerakan.
d. Mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat
pendek serta mengupayakan rotasi kerja.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala
dini CTS sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS
lebih dini.

Selain itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering


mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,
myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau
penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis,
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu
penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat
timbulnya penyakit.
Berdasarkan uraian di atas dapat maka Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) yang dialami oleh Tn.M adalah Penyakit Akibat Kerja (PAK)
karena gejala yang dikeluhkan baru muncul ketika Tn.M bekerja di
Industri ini.

B. Saran
1. Diharapkan Tn.M untuk selalu menghindari/mengurangi kegiatan
pencetusnya dan faktor yang memperberat.
2. Direkomendasikan untuk mengganti posisi kerja Tn.M ke pekerjaan
yang tidak memberatkan penyakitnya

27
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2007. Clinical Practice Guideline


On The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome

Bachrodin, Moch. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. Fakultas Kedokteran UMM.


Malang. Vol.7 No. 14

Campbell, William W. 2005. DeJong's The Neurologic Examination, 6th


Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelpia

Daryono, Wibawa, A dan Tianing, N. 2013. Intervensi Ultrasound dan Free


Carpal Tunel Exercise Lebih Efektif dibandingka Ultrasound dan
Glinding Exxercise Terhadap Penurunan Nyeri pada Kasus Carpal
Tunnel Syndrome. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar

Daulay, Rini Andriani. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Terjadinya Dermatitis Kontak Pada Pekerja di Pabrik Tahu Desa Suka
Maju Binjai Tahun 2016. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jagga, V. Lehri, A et al. 2011. Occupation and its association with Carpal
Tunnel syndrome A Review. Journal of Exercise Science and
Physiotherapy. Vol. 7, No. 2: 68-78.

Latov, Norman. 2007. Peripheral Neuropathy. Demos Medical Publishing. New


York

Mumenthaler, Mark, dkk. 2006. Fundamentals of Neurologic Disease.


Stuttgard Thieme.
Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. 2001. Tunnel Syndromes:
Peripheral Nerve Compression Syndromes Third Edition. CRC
PRESS. New York

Rambe, Aldi S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Aceh

Suma’mur, Soedirman. Pk. 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Erlangga. Jakarta

Tana, Lusianawaty, dkk. 2004. Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Garmen
di Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. Jakarta. Vol. 32, no. 2: 73-82.

28
LAMPIRAN

Pemeriksaan Pasien Kondisi penyortiran ikan

Situasi penyusunan ikan dalam pan

29

Anda mungkin juga menyukai