Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia kesehatan mendiagnosis suatu penyakit adalah tindakan yang harus dilakukan
sedini mungkin agar penyakit yang ditemukan pada tubuh pasien dapat segera diobati,
sehingga tidak menimbulkan kematian. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). TB Paru merupakan penyakit
yang mematikan setelah HIV-AIDS, penyakit ini menjadi apidemik di Dunia. Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB merupakan
penyakit yang dapat menimbulkan kematian jika tidak diketahui dan tidak diobati secara rutin.
Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kematian dari penderita Tuberkulosis, pakar
kesehatan harus mendiagnosis penyakit TB sedini mungkin serta menganalisis faktor risiko
kejadian penyakit TB.

Pada umumnya masyarakat mengetahui TB melalui diagnosis dokter bahwa parun-parunya


ada bercak, paru-paru basah, ada bisulnya atau ada cairan. Masyarakata perlu mengetahui TB
secara tepat dan benar agar dapat berperan aktif dalam penanggulangan TB baik promosi,
preventif ataupun kuratif.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu penyakit TB Paru?


2. Apa saja gejala-gejala penyakit TB Paru ?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan munculnya penyakit TB Paru ?
4. Bagaimana cara penularan dan pencegahan penyakit TB Paru ?
5. Bagaimana peran Kesmas dalam mengatasi masalah penyakit TB Paru ?

1
C. Tujuan penulisan

1. Untuk memenuhi tugas matakuliah yang diberikan oleh ibu Susilawati, SKM, M.Kes
2. Untuk mengetahui bagaimana gejala-gejala penyakit TB Paru.
3. Untuk mengetahui apa-apa saja faktor yang menyebabkan munculnya penyakit TB
Paru.
4. Untuk mengetahui bagaimana penularan dan pencegahan penyakit TB Paru.
5. Untuk mengetahui bagaimana peran Kesmas dalam mengatasi masalah penyakit TB
Paru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada didunia sejak 5000 tahun sebelum
Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam
dua abad terakhir.

Kemajuan pengendalian TB di dunia pada awalnya terkesan lambat. Pada 1882 Robert
Koch berhasil mengidentifikasi Mycobacterium Tuberculosis. Pada 1906 vaksin BCG berhasil di
temukan. Lama sesudah itu,mulai di temukan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak Zaman penjajahan


Belanda namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB
ditanggulangi melalui Balai pengobatan pendek penyakit paru-paru. Sejak tahun 1969
pengendalian TB dilakukan secara Nasional melalui Puskesmas. Pada tahun 1995, Program
Nasional Pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan
pengawasan langsung (Directly Observed Treatment Short-course, DOST) yang dilaksanakan di
Puskesmas seacara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara Nasional di
seluruh Fasilitas Pelayanana Kesehatan terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar.

Sasaran strategi Nasional pengendalian TB hingga 2014 mengacu pada rencana strategis
Kementrian Kesehatan 2009-2014 yaitu menurunkan prevalensi TB dari 235 per 100.000
penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Saat ini diperkirakan ada 1 dari setiap 3 kasus TB
yang masih belum terdeteksi oleh program.

3
B. Data Riset Kesehatan Di Dunia & Dinas Kesehatan Di Sumatera Utara

 Di Dunia

Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Health Emergency. TB
dianggap sebagai masalah penting karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh
Mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus TB yang tercatat diseluruh dunia.
Sebagian besar dari kasus TB ini (95 0/0) dan kematiannya (98 0/0) terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang. Diantara mereka 75 0/0 berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.
Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 0/0 dari kasus-kasus
TB yang baru dan kematian yang muncul di Asia.

Pada tahun 2016 kasus TBC baru mencapai 1.020.000 pengidap. Angka itu menjadikan
Indonesia berada diperingkat kedua kasus TBC terbanyak di Dunia setelah India. Kemudian
disusul oleh Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria dan Afrika Selatan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes Siswanto menyebutkan


berdasarkan Studi Global Burden Of Disease, TBC menjadi penyebab kematian kedua di dunia.
Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per 100 ribu penduduk untuk
usia 15 tahun ke atas dengan jumlah di Perkotaan lebih tinggi dari pada di Pedesaan.

 Dinas Kesehatan di Sumatera Utara

Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara menargetkan kepada para Stakeholder terkait
agar mencari penderita Tuberculosis (TBC) sebanyak 70.000 orang di seluruh Kabupaten/Kota di
tahun 2018. Sementara sejauh ini penderita TBC di Sumatera Utara baru ditemukan sebanyak
30.000 orang, sehingga sisanya rampung pada tahun ini sesuai dengan yang ditargetkan. Hal ini
sesuai roadmap pemerintah dengan target agar Indonesia bebas TBC pada tahun 2050.

4
“Tapi untuk mencapai ini, kita harus sudah memastikan hingga tahun 2030, sudah tidak
ditemukan kasus baru yang ditemukan ,” Kata Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara
Agustama diwakili Sekretaris Ridesman usai menutup Rapat Kerja Kesehatan Daerah
(Rakerkesda) Provinsi Sumatera Utara.

C. Klasifikasi Tuberculosis (TB)

Berdasarkan buku pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis (2014). TB dapat


diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya dari penyakit atau lokasi organ tubuh yang
diserang yaitu:

1.Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan paru). Militer TB
dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB rongga dada (
hilus dan mediastinum ) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung
TB pada paru dan sekaligus juga menderita TB Ekstraparu, diklasifikasikan sebagai pasien TB
paru.

2.Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis Ekstra Paru adalah TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya :
Pleura, kelenjar limfa, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis
TB paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB
Ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium Tuberculosis.

5
D. Perbedaan Di antara Infeksi TBC Dan Penyakit TBC

Infeksi TBC : kuman TBC berada didalam tubuh tapi tidak aktif yang pada umunya bisa
dikendalikan ketahanan tubuh, namun kumannya tetap dapat hidup dalam keadaan tidak aktif
ini. Selama kumannya tidk aktif, tidak dapat terjadi kerusakan atau penyebaran kepada orang
lain. Orangnya terkena infeksi tapi tidak sakit. Pada 90 0/0 dari orang yang terkena, kuman ini
akan tetap tidak aktif. Infeksinya dapat diketahui dari hasil positip uji coba kulit Tuberculin.

Penyakit TBC : walaupun sudah bertahun-tahun, kuman TBC tidak aktif dapat menjadi aktif
jika ketahanan tubuh melemah misalnya karena tua, sakit parah, kejadian menekan,
penyalahgunaan obat bius atau minuman keras, infeksi HIV dan lain-lain.

 Kalau kuman TBC tidak aktif menjadi aktif, penyakit TBC bisa terjadi.
 Hanya sekitar 10 0/0 dari orang yang terkena kumannya akan mendapat penyakit
TBC.
 Yang paru-paru atau tenggorokannya terkena TBC dapat menulari orang lain.
 Sesudah 2 minggu minum obat, pada umumnya pengidap penyakit TBC tidak dapat
menyebarkan kumannya lagi.
 Pengidap TBC dibagian lain tubuh tidak menulari.

E. Faktor Penyebab Munculnya Penyakit TB Paru

Alasan utama yang muncul atau meningkatnya penyakit TB Global disebabkan oleh :
1. Kemiskinan diberbagai masyarakat dan kalangan kota dan di kalangan rumah-rumah
industri dan menyerang diberbagai Negara berkembang
2. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan.
3. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB serta obat yang tidak terjamin ketersediannya.
4. Tidak memadainya pendidikan mengenai penyakit TB
5. Infrastruktrur yang buruk pada Negara-Negara yang mengalami krisis ekonomi.

6
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah,diantaranya infeksi HIV/AIDS dan Malnutrisi (gizi buruk). HIV
merupakan faktor resiko yang sangat kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi
HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular
immunity),sehingga jika terjadi infeksi oportunistik,seperti tubercolosis,maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah
orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat juga.

Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host) dan lingkungan (environtment).

1. Agent, Agen yang mempengaruhi penularan penyakit Tuberculosis adalah kuman


Mycobacterium Tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
pathogenitas, infektifitas dan virulensi.

2. Host, Host untuk kuman tuberculosis Paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia. beberapa faktor host yang mempengaruhi
penularan penyakit Tuberculosis Paru adalah :

 Umur
Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit TB Paru. Di Indonesia diperkirakan 75%
penderita TB adalah usia produktif, yakni 15-50 tahun (Umar Fahmi Achmadi,2005;283).

 Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak Tuberculosis, terutama menyerang laki-laki.Pada 1996 jumlah
penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibanding jumlah penderita TB paru pada
wanita, yaitu 43,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. TB paru lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.

7
 Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Di
antaranya, mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru
sehingga dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai
prilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh
terhadap jenis pekerjaan.

 Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap indiividu. Bila
pekerja dilingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan
mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang
tercemar dapat meningkatkan moribilitas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan
dan umumnya TB Paru.

 Kontak Dengan Penderita TB


Pasien TB TBA positif dengan kuman TB dalam dahaknya berpotensi menularkan kepada
orang-orang disekitarnya (Depkes RI,2011). Apabila seseorang yang telah sembuh dari TB Paru
terkena paparan kuman TB dengan dosis infeksi yang cukup dari penderita lain (terjadi kontak
dengan penderita lain), maka ia bisa mengalami kekambuhan, terlebih apabila ia masih dalam
keadaan daya tahan tubuh yang buruk.

3. Lingkungan (Rumah Sehat)


Rumah sehat adalah rumah yang memiliki criteria minimal akses air minum, akses jamban
sehat, lantai, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan (Depkes,1999). Tentang persyaratan
kesehatan perumahan (Kemenkes,2012) tentang pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah.

 Ventilasi : TB dapat menular jika rumah kurang sinar matahari dan sirkulasinya buruk
atau lembab, karena Bakteri Micobacterium Tuberculosis akan menetap lama dan berkembang
biak. Tapi jika banyak udara dan sinar matahari bakteri itu tidak akan bertahan lama sekitar 1-2
jam.

8
 Vektor Penyakit : (tidak ada lalat, nyamuk atau pun tikus yang bersarang di dalam
rumah).

 Penyediaan Air : Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari dan Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/air minum.

 Sarana Penyimpanan Makanan, tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.


 Pembuangan Limbah.

F. Gejala Penyakit TB Paru

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjaddi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat.
1. Gejala Umum :
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu atau lebih (dapat disertai dengan
darah).
d. Urine yang berubah warna.

2. Gejala Khusus :
a. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Jika ada cairan dirongga Pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
c. Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit paru selain TB Paru, oleh
karena itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehtaan dengan gejala

9
tersebut diatas, harus dianggap sebagai penderita TB Paru, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

G. Cara Penularan Penyakit TB

Penularan TBC paling umum terjadi melalui udara. Ketika seseorang yang telah mengidap
penyakit TBC batuk, bersin, atau berbicara dengan memercikkan ludah, bakteri TB akan ikut
melalui ludah tersebut untuk terbang ke udara. Selanjutnya bakteri akan masuk ke tubuh orang
lain melalui udara yang dihirup. Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik, seperti jabat
tangan atau menyentuh peralatan pribadi milik penderita. Berbagi makanan dan minuman
dengan penderita juga tidak menularkan bakteri TB dari penderita ke orang lain. TBC tidak
tersebar dari alat rumah tangga, misalnya sendok, garpu, piring, mangku, gelas, seprai, pakaian
atau telepon.

Pada dasarnya penularanTBC tidak semudah yang dibayangkan. Tidak semua orang yang
menghirup udara yang mengandung bakteri TB dapat langsung sakit. Bakteri yang berada di
udara bisa bertahan berjam-jam sebelum akhirnya terhirup. Ketika terhirup, tubuh yang
memiliki sistem imun yang kuat akan segera membunuh bakteri yang masuk. Orang-orang
yang beresiko tinggi terkena penularan TBC adalah mereka yang sering bertemu atau berdiam
ditempat yang sama dengan penderita, seperti keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas.
Ketika terhirup dan sistem imun tidak berhasil menyingkirkan bakteri, maka bakteri akan
berdiam di paru-paru. Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup akan berdiam diparu tanpa
menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lainnya. Bakteri tetap ada ditubuh sambil
menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi, yaitu ketika daya tahan tubuh sedang rendah.

Ada dua kondisi yang mungkin terjadi ketika seseorang menghirup bakteri TB yaitu :

1. Laten, yaitu kondisi ketika tubuh sudah di diami oleh bakteri TB. Ketika sistem
kekebalan tubuh sedang baik, sistem imunitas dapat menghalau bakteri. Dengan
demikian, bakteri tidak menyerang dan anda tidak terinfeksi TBC. Anda pun tidak

10
mengalami gejala-gejala penyakit TBC dan tidak berpotensi menulari orang lain. Mesk
begitu, bakteri dapat aktif dan menyerang anda kembali sewaktu-waktu, terutama saat
sistem kekebalan tubuh melemah. Karenanya, meskipun masih dalam kondisi laten,
anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan
antibiotik guna mencegah penyakit TBC. Apabila seseorang dalam keadaan laten TBC
tidak mendapatkan perawatan, potensi untuk terjadinya penyakit TBC adalah 5-10 0/0
lebih tinggi dibandingkan seseorang yang menjalani pencegahan.

2. Pengidap TBC aktif, ini adalah kondisi anda yang sudah mengidap TBC. Bakteri pada
tubuh anda telah aktif sehingga anda mengalami gejala-gejala penyakit TBC selain
turut berpotensi menulari orang lain. Disarankan bagi pengidap TBC aktif untuk
mengenakan masker, menutup mulut ketika batuk dan bersin, serta tidak meludah
sembarangan. Selain itu, anda sudah harus berobat secararutin sesuai prosedur medis
agar cepat sembuh dan mencegah terjadinya kekebalan bakteri terhadap obat TB.

H. Cara Pencegahan Penyakit TB Paru

 Upaya Untuk Mencegah Terjadinya Penyakit TB:

1. Tingkatkan Sistem Imun


Sistem imun bisa ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan rutin
berolahraga. Sistem imun yang baik membantu kamu terhindar dari berbagai macam penyakit,
termasuk bakteri penyebab TBC ini.

2. Memberikan Imunisasi BCG Pada Bayi.


Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) efektif untuk mencegah TBC sampai seseorang
berusia 35 tahun. Efektivitas BCG bisa meningkat bila tidak ada pengidap TBC di lingkungan
tempat tinggal kamu. Vaksin ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1920-an dan paling
banyak digunakan untuk memvaksin hampir 80% bayi baru lahir di seluruh dunia.

11
3. Diagnosis Sejak Dini
Pencegahan penyebaran TBC akan efektif bila dilakukan diagnosis dan pengobatan sejak
dini. Seseorang dengan penyakit TBC dapat menularkan bakteri kepada 10-15 orang setiap
tahunnya.

4. Menjaga Lingkungan Tempat Tinggal


TBC adalah penyakit yang menular melalui udara saat penderita TBC bersin atau batuk.
Risiko infeksi bisa dikurangi dengan membuat sistem sirkulasi udara atau ventilasi yang bagus di
rumah. Bakteri TBC dapat mengendap lebih lama dalam rumah apabila sistem ventilasi tidak
bagus. Berikan juga pencahayaan yang cukup bagi rumah. Sinar UV dari matahari mampu
membunuh bakteri TBC.

Keberhasilan upaya penanggulangan TB diukur dengan kesembuhan penderita.


Kesembuhan ini selain dapat mengurangi jumlah penderita, juga mencegah terjadinya penularan.
Oleh karena itu, untuk menjamin kesembuhan, obat harus diminum dan penderita diawasi secara
ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan dipantau oleh petugas
kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat.

 Cara Pencegahan Penularan Penyakit TB Adalah :

1. Mengobati pasien TB Paru BTA positif, sebagai sumber penularan hingga sembuh,
untuk memutuskan rantai penularan.

2. Menganjurkan kepada penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin.

3. Jika batuk berdahak, agar dahaknya ditampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahaknya
ditimbun dengan tanah.

4. Tidak membuang dahak di lantai atau sembarang tempat.

12
5. Meningkatkan kondisi perumahan dan lingkungan.

6. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya, terutama selama 2 bulan
pengobatan pertama.

I. Mendiagnosis Penyakit TB Paru

Untuk yang didalam paru-paru :


 Potret sinar x dapat menunjukkan apakah penyakit TBC sudah mengenai paru-paru atau
tidak.
 Uji coba dahak menunjukkan apakah ada kuman TBC pada dahak yang keluar.
 Jika orangnya tidak dapat mengeluarkan dahak, uji coba lain mungkin diperlukan.

Untuk yang diluar paru-paru :


 Uji coba seperti biopsi jarum halus, contoh dari luka, contoh dari pembedahan atau air
seni dini hari dapat membantu mendiagnosis TBC.

J. Pengobatan Penyakit Tb Paru

 Infeksi TBC : dokternya bisa menyarankan sederet tablet (tindakan pencegahan) atau
secara berkala memantaunya dengan potret sinar x.
 Penyakit TBC : diobati dengan gabungan antibiotik khusus setidaknya 6 bulan.
Antibiotik TBC ini diminum dibawah pengawasan perawat klinik dada guna
memperhatikan dampak sampingnya dan meyakinkan pengobatannya sudah selesai.
 Pengidap TBC dapat sembuh jika menyelesaikan pengobatannya.
 Selama diobati, pengidap TBC dapat kembali ke kegiatan seperti biasa jika sudah tidak
menulari lagi.
 Jika tidak minum obat, pengidapnya bisa menjadi sakit parah bahkan meninggal.

13
K. Peran Pemerintah, Tenaga Kesmas & Masyarakat Dalam Mengatasi Masalah
Penyakit TB Paru

Peran Pemerintah, Organisasi Pelaksanaan Penanggulangan TBC :

 Tingkat pusat
Untuk menggalang kemitraan dibentuk Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis (GERDUNAS-TB) yang dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada tanggal
24 Maret 1999, bertepatan dengan peringatan hari TB sedunia.

 Tingkat provinsi
Ditingkat propinsi dibentuk GEDURNAS-TB propinsi yang terdiri dari tim pengarah dan tim
teknis, bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

 Tingkat kabupaten/kota
Ditingkat kabupaten/kota dibentuk GEDURNAS-TB kabupaten/kota yang terdiri dari tim
pengarah dan tim teknis. bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan
kabupaten/kota.

 Unit pelayanan kesehatan


Dilaksanakan oleh Puskesmas, Rumah Sakit, klinik dan praktek dokter swasta.

Peran Masyarakat
Upaya Komunikasi, Edukasi, dan Informasi perlu dilakukan terus-menerus agar
masyarakat dapat berperan aktif secara tepat. Banyak yang dapat dilakukan melalui gerakan
masyarakat dengan pendekatan keluarga yang telah direncanakan Kementerian Kesehatan.
 Masyrakat dapat digerakkan untuk memperbaiki ventilasi udara dirumah masing-
masing. Jendela yang baik adalah yang dapat terbuka 100 0/0, seperti layaknya pintu
atau nako, menggunakan jendela jungkit akan akan tertutup saat tertiup angin kencang.
 Masyarakat juga dapat diajak berperan sebagai pengawas menelan obat (PMO) agar
penderita TB disiplin menelan obat.

14
 Mencari terduga TB dimasyarakat untuk diajak berobat ke puskesmas karena gratis.
 Bagi masyarakat yang menderita batuk, perlu segera memeriksakan diri ke puskesmas,
menggunakan masker ditempat berkumpul orang banyak.

Peran Tenaga Kesehatan


Penyuluhan Tuberkulosis, penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan menyampaikan
pesan penting secara langsung atau pun dengan menggunakan media. Penyuluhan langsung
bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Penyuluhan tidak langsung dengan
menggunakan media, dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk juga media
massa berupa media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti radio,
televisi dan handpone. Penyuluhan dengan menggunakan media cetak dan media massa
dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi
masyarakat tentang TB dari “ suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan “,
menjadi “ suatu penyakit yang berbahaya, tapi dapat disembuhkan “.

Bila penyuluhan ini berhasil, akan meningkatkan penemuan penderita secara passif.
Penyuluhan langsung dilaksankan oleh tenaga kesehatan, para kader dan PMO, sedangkan
penyuluhan kelompok dan penyuluhan dengan media massa selain dilakukan oleh tenaga
kesehatan, juga dilakukan oleh para mitra dari berbagai sektor, termasuk kalangan media massa.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seorang menjadi pasien
TB adalah daya tahan tubuh yang rendah,diantaranya infeksi HIV/AIDS dan Malnutrisi (gizi
buruk). Penularan TBC paling umum terjadi melalui udara. Ketika seseorang yang telah
mengidap penyakit TBC batuk, bersin, atau berbicara dengan memercikkan ludah, bakteri TB
akan ikut melalui ludah tersebut untuk terbang ke udara. Upaya Untuk Mencegah Terjadinya
Penyakit TB: Tingkatkan Sistem Imun, Memberikan Imunisasi BCG Pada Bayi, Diagnosis Sejak
Dini, Menjaga Lingkungan Tempat Tinggal.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/18030700005/rakerkesnas-2018-kemenkes-percepat-
atasi-3-masalah-kesehatan.html

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2018/07/13/353148/dinkes_sumut_cari_70_00
0_penderita_tbc/

https://id.scribd.com/doc/263855787/Makalah-TB-Paru-docx

https://www.kompasiana.com/yogafirmansyah/56332d66b59373130d6deefc/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-kajadian-tb-paru-dan-upaya-penanggulangannya

https://www.alodokter.com/tuberkulosis

https://www.academia.edu/13256312/Makalah_penyakit_TBC

17

Anda mungkin juga menyukai