Anda di halaman 1dari 5

Larutan adalah campuran yang homogen yang terdiri dari dua zat ataulebih yaitu pelarut (solven)

dan zat terlarut (solute (Sukarjo, 1997). Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yangdapat larut dalam
sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh (Yazid, 2005).Kelarutan
bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain,terutama ion-ion dalam campuran itu
(Hardjaji, 1993).

. Berdasarkan pada prinsip kelarutan like dissolves like, maka senyawa yang bersifat polar akan larut
dalam pelarut yang polar, begitupun untuk senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut
non polar.chang

Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut dapat dinyatakan sebagai jumlahgram zat terlarut
dalam sejumlah tertentu larutan pada suhu tertentu. Salah satu faktorpenting yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat kepolaran masing – masingzat. Kepolaran
dipengaruhi oleh momen dipol senyawa tersebut. Bila momen dipol suatusenyawa tidak nol
maka molekul tersebut bersifat polar, dan bila jumlahnya nol makasenyawa bersifat nonpolar.
Harga momen dipol dipengaruhi oleh kelektronegatifan unsur-unsur pembentuk suatu senyawa.
Bila perbedaan kelektronegatifan besar maka senyawamemiliki momen dipol besar dan bersifat
polar. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarutpada dasarnya berlandaskan pada prinsip ‘like
dissolved like’. Kemiripan kepolaran zatterlarut dengan pelarut yang digunakan menentukan
hasil pelarutan. Senyawa polar akanmudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya. Didalam
suatu sistem larutan akan terdapat gaya antaraksi antara pelarut denganpelarut, pelarut dengan
zat terlarut dan zat terlarut dengan zat terlarut. Gaya antaraksi antarmedium pelarut dengan zat
terlarut sangat besar perannya dalam suatu proses pelarutan.Gara antaraksi ini dapat berupa
gaya tarik menarik maupun tolak menolak. Bila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut makin
besar maka zat terlarut makinmudah larut dan apabila gaya tarik menarik pelarut dan zat terlarut
makin kecil maka zatterlarut makin sukar larut. Dilain pihak bila gaya tarik menarik zat terlarut
dan zat terlarutmakin besar maka akan mendorong proses agregrasi zat terlarut sehingga zat
tersebut akansemakin sukar larut. Gaya antaraksi yang bekerja dalam antar pelarut dan zat
terlarut dapat berupaikatan ionik, ikatan hidrogen dan ikatan dari gaya Van der Waals

Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam pelarut organik. Air
mempunyai momen dipol yanng besar dan ditarik baik ke kationmaupun anion untuk membentuk
ion terhidrasi. Telah dicatat misalnya, bahwa ionhidrogen dalam air terhidrasi penuh, untuk
membentuk ion H

Tidak diragukansemua ion terhidrasi dalam larutan air, dan energi yang dibebaskan oleh interaksi
iondan pelarut membantu mengalahkan gaya tarik yang cenderung menahan ion-iontetap dalam kisi
zat padat. Ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang besarterhadap molekul pelarut organik
dan karena itu, biasanya kelarutannya lebih rendahdibandingkan kelarutan dalam air (Day dan
Underwood, 1996).

Pa percobaa ni, digaka pelarit anorganik seperti air, hcl, hno3, dan hcl+hno3. Zat zat yang dapat larut
dalam air adalah............................

Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut
menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara
molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik
antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan
akan mengendap dalam air.

Kalsium karbon (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dam larutan HCl. Dalam
larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan sebagai berikut. Dalam larutan asam, ion
CO3 2- akan diikat oleh ion H+ membentuk HCO3 - atau H2CO3. H2CO3 selanjutnya
akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan menggeser kesetibangan ke kanan
atau menyebabkan CaCO3 melarut.

 Uji Kelarutan:

Pada percobaan dilkukan uji kelarutan pada semua sampel oleh beberapa pelarut.
Penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya kelarutan pada sampel
padatan. Pemberian pelarut ini dilakukan secara berurutan sesuai dengan tingkat daya
pelarutnya. Pertama, semua sampel padatan dilarutkan dengan pelarut sebagai berikut
akuades, akuades panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.

Dari hasil yang didapatkan sampel yang larut dalam akuades adalah sampel FeSO4,
CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4 dan MnO2, sampel ini dapat larut dalam akuades
karena sampel merupakan zat-zat yang memiliki nilai Ksp yang besar, sehingga senyawa
akan memiliki kelarutan yang besar dan memungkinkan semakin mudah larut senyawa
tersebut.

Lalu sampel yang larut dalam aquades panas adalah sampel NaH2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7 , sampel ini dapat larut dalam aquades panas karena
sampel-sampel ini merupakan zat yang memiliki kelarutan yang besar. Sehingga panas yang
dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga besar, sehingga titik leleh dan
titik didihnya juga tinggi. Maka dari itu sampel ini dapat larut dalam aquades panas.

Lalu sampel yang larut dalam HCl pekat adalah sampel CaCO3. Apabila kalsium
karbonat ini ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat dan cepat apabila
dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan kalor. Molekul dari CaCO3
akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan membentuk kalsium hidroksida, zat yang
lunak seperti pasta (zat mengendap). Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
CaCO3 (aq) + H2O (l) → Ca(OH)2 ↓ (s) + CO2 (aq)
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat, hasilnya larut. Endapan
Ca(OH)2 yang dihasilkan bereaksi hebat dengan berbagai asam, dengan adanya air. Sehingga
dapat larut. Berikut persamaan reaksinya :
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq)→ CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
Lalu sampel yang larut dalam HNO3 encer adalah sampel Zn, sampel ini dapat larut
dalam HNO3 encer karena logam Zn sangat sukar larut di dalam air, tetapi dapat larut dalam
larutan asam.
Sedangkan sampel yang tidak larut walaupun ditambahkan pelarut air raja adalah
sampel C, PbSO4 dan Silika gel, sampel ini tidak dapat larut bisa dikarenakan zat ini tidak
dapat bereaksi didalam air dan pelarut asam, tetapi hanya bisa larut dalam pelarut organik.
Hal ini karena karbo merupaka senyawa non polar sedangkan pelarut yang digunakan
merpakan pelarut polar

Sehingga dapat dilihat bahwa pada semua sampel yang digunakan tidak semua sampel
dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat terlebih dahulu sampel yang digunakan
dan pelarut yang cocok untuk melarutkannya.

Uji Kemagnetan

Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen
pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh kemagnetan, bahan magnet ini dapat
digolongkan menjadi 5 yaitu bahan diamagnetik, bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik, bahan
anti ferromagnetik, dan bahan ferrimagnetik (Jiles, D. C, 1998). Jiles, DC., 1998, Introduction to
Magnetism and magnetic Materials, CRC Press, Boca Raton

Pertama, semua sampel yang berupa padatan didekatkan pada batang magnet. Dari
hasil yang didapatkan pada semua sampel padatan yang tertarik atau terdorong oleh magnet
yaitu hanya sampel Karbon (C) dan FeSO4, ini dikarenakan zat bersifat paramagnetik (adanya
elektron yang tidak berpasangan), sedangkan zat Fe sendiri termasuk zat yang bersifat fero
magnetik (zat yang sangat kuat interaksinya dengan magnet). Sedangkan sampel padatan
yang lainnya tidak mengalami tarikan atau dorongan. Ini bisa dikarenakan sampel tidak
bersifat paramagnetik, melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet)
dan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan sudah mengalami
kerusakan. Sehingga tidak terjadi interaksi pada saat larutannya pada magnet.
Sehingga dapat dilihat bahwa sifat magnetik suatu zat terdiri atas atom, ion atau
molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Secara garis besar Interaksi antara zat dan
medan magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak tertarik magnet.
Banyak unsur transisi dan senyawa yang bersifat paramagnetik. Hal ini disebabkan adanya
elektron yang tidak berpasangan. Sifat magnet zat berkaitan dengan konfigurasi elektronnya.
Zat yang bersifat paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan.
Semakin banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat
magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu
spesi.

Yang ketiga yaitu uji reaksi, setiap sample yang sebelumnya telah diuji kelarutan
kemudian di uji reaksi dengan menggunakan sembilan pereaksi yaitu, NaOH, NaCl, Na2S,
NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan NH4Cl. Reaktifitas suatu senyawa dapat
diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Reaktifitas suatu
senyawa khususnya yang mengandung ion logam transisi tergantung beberapa faktor,
misalnya muatan dan jari – jari ion, serta konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda
dengan kestabilan, dimana reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi
kimia dengan zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan
suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada senyawa
yang inert. (Misbah,dkk.2011)

Sample yang pertama adalah karbon, ketika dilakukan penambahan pereaksi sampel
karbon tidak dapat bereaksi hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perubahan pada larutan.
Larutan tetap tidak berwarna, hal ini karena karbon merupakan suatu atom yang dapat
bereaksi dengan pereaksi yang bersifat nonpolar. Persamaan reaksinya adalah :

Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak
ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi,
subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap
energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan
warna yang sesuai dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke
keadaan dasar.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Yazid, estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi


Daftar Pustaka Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai