Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM KEGIATAN

BIMTEK PENGISIAN SIMDA DI WILAYAH MANONJAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiolingustik

Dosen Pengampu : Iin Tjarsinah, M.Pd.

Oleh:

Nama : Ade Irpa Maulana

Kelas : 3 B

NPM : 162121088

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2018
A. Tuturan

Pak Reza adalah narasumber yang mengisi kegiatan Bimtek pengisian SIMDA
di Wilayah Manonjaya yang dihadiri oleh Waka Kurikulum, Bendahara dan
Oprator dari masing-masing sekolah. Namun pengisian SIMDA ini tidak bias
dilaksanakan karena website SIMDA-nya ditutup karena dipakai untuk
simulasi UNBK tingkat SMA yang ditakutkan akan mengganggu servernya.
Pada akhirnya Bimtek pun dialihkan dengan membahas RKS sekolah masih
ada sangkut pautnya dengan pengisian SIMDA. Karena server SIMDA-nya
tidak bisa dibuka, narasumber mengarahkan peserta Bimtek untuk
mentransformasi RKS dalam bentuk file Excel.

(Singkat Pembahasan)

Pak Reza : RKS-nya dilihat-lihat lagi sambil diperbaiki, lalu


ditransformasikan dari RKS lama ke Excel saja!. Bisa?

Peserta : Bisa.

Pak Reza : Jadi, kalau aplikasi SIMDA-nya tidak kebuka, bisa dibuka di
Excel saja, bisakan!!!. Rata-rata semua bawa laptop ya?.
Pengisian ini kalau untuk swasta hanya untuk wawasan saja,
sedangkan untuk yang negeri wajib tahu. Jadi untuk swasta hanya
sebagai wawasan saja.

Pak Reza : Perhatiannya juga, ketika rapat diberi makan dan minum. Di
sekolah biasanya banyak rapatnya iya?

Kalau sekira-kira rapatnya dari pagi sampai jam 12 yang


diberikannya makan sama minum atau snack sama minum saja?

Peserta : Snack dan minum saja (secara serempak)

Pak Reza : Kalau rapatnya lebih dari jam 12 yang diberikannya makan dan
snack. Atuh bisi saalit. Muhun bisi saalit tapi lihat standarna Pak!.
Makan dan minum sesuai PEMDA maksimum untuk makan itu 45
ribu dan untuk snacknya 25 Ribu. Bisakan dimainkan di situ. Kalau
sudah biasa bisa dimainkan disebelah situ. Bisa kan pak, bu??.

Peserta : Boleh dikurangi sesuai standar?

Pak Reza : Boleh bu.. asal jangan lebih. Kalau standarnya 45 ribu dan ibu
beli 50 ribu itu tidak boleh. Tapi kalau standarnya 45 ribu dan ibu
beli 40 ribu, mangga!!

Tapi harus logis iya bu, misal standarnya 45 ribu ibu beli yang 10
ribu, itu tidak logis. Bisa!!

Filenya sudah ditransformasi? Kalau materi cukup sampai di sini,


sekarang kita sambal sharing saja.

B. Identitas tuturan
Konteks : Pak Reza yang sedang memberikan materi tentang cara
Pengisian SIMDA yang dihadiri oleh Oprator, Bendahara dan
Kurikulum sekolah di wilayah Manonjaya.
Tempat : SMPN2 Manonjaya
Jumlah Peserta : Sekitar 40 orang
Hari/tanggal : kamis, 13 Desember 2018
Suasana : Resmi dalam kegiatan Bimtek Pengisian SIMDA

C. Identitas penutur
1. Pak Reza (narasumber)
Profesi : Narasumber Nasional, Oprator Disdik Kab.
Tasikmalaya
Umur : Sekita 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Daerah asal : Tasikmalaya mungkin
2. Peserta Bimtek
Profesi : Mahasiswa, Guru, Waka Kurikulum, Bendahara
dan Oprator sekolah
Umur : Dari 22-50 Tahun lebih
Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Daerah asal : Tasikmalaya, Khususnya yang berada di Wilayah
Manonjaya

D. Hasil analisis dan pembahasan


1. Variasi bahasa
Setelah dilakukan analisis terhadap tuturan di atas dan mendengarkan
tuturan dari hasil rekaman, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam
tuturan di atas terdapat variasi bahasa yaitu Idiolek dan Dialek. Variasi
tersebut hanya dapat kita rasakan kalau mendengar nada percakapan
peserta Bimtek yang bertanya.

2. Kedwibahasaan
Setelah dilakukan analisis terhadap tuturan di atas, terdapat kedwibahasaan
yang terdapat pada tuturan berikut,
Pak Reza : Kalau rapatnya lebih dari jam 12 yang diberikannya makan
dan snack. Atuh bisi saalit. Muhun bisi saalit tapi lihat
standarna Pak!.
Pada tuturan tersebut terdapat kedwibahasaan yang dilakukan oleh Pak
Reza ketika menyampaikan materinya. Penulis berpendapat hal tersebut
terjadi karena peserta dan narasumber sama-sama orang Sunda, sehingga
ada kedekatan yang terhubung. Pada mulanya Pak Reza berbahasa
Indonesia karena kedekatan tersebut hadir sehingga membuat Pak Reza
berbahasa Sunda.

3. Alih kode
Setelah dilakukan analisis terhadap tuturan di atas, terdapat alih kode
internal yang terdapat pada tuturan berikut,

Pak Reza : Kalau rapatnya lebih dari jam 12 yang diberikannya makan
dan snack. Atuh bisi saalit. Muhun bisi saalit tapi lihat
standarna Pak!.

Pada tuturan tersebut terdapat alih kode internal yang dilakukan oleh Pak
Reza yaitu penggunaan Bahasa Sunda dengan Bahasa Indonesia secara
bersamaan dalam satu tuturan.
Selain itu terdapat alih kode internal pada tuturan yang lain, misalnya:
Pak Reza : Boleh bu.. asal jangan lebih. Kalau standarnya 45 ribu dan
ibu beli 50 ribu itu tidak boleh. Tapi kalau standarnya 45 ribu
dan ibu beli 40 ribu, mangga!!
Pada tuturan tersebut terdapat alih kode internal juga yang dilakukan oleh
Pak Reza juga yaitu penggunaan bahasa sunda dengan Bahasa Indonesia
secara bersamaan dalam satu tuturan. Namun Bahasa sundanya hanya satu
kata dan berada di akhir tuturannya.

4. Kebakuan bahasa
Ditinjau dari segi kebakuan bahasa Indonesia, untuk keseluruhan sudah
menggunakan Bahasa yang baku karena kegiatan bimtek ini bersifat
formal. Namun masih ada kata yang tidak baku meskipun hanya sedikit
misalnya kata “manga” (dalam Bahasa sunda) yang artinya silahkan, serta
terdapat kedwibahasaan dan alih kode pada tuturan yang di analisis.

5. Campur Kode
Setelah dilakukan analisis terhadap tuturan di atas, penulis menemukan
campur kode pada tuturan berikut,

Pak Reza : Kalau rapatnya lebih dari jam 12 yang diberikannya makan
dan snack. Atuh bisi saalit. Muhun bisi saalit tapi lihat
standarna Pak!.

Pada tuturan yang dilakukan oleh Pak Reza terdapat campur kode yaitu
ketika penyampaian materi pada peserta bimtek Pak Reza menggunakan
Bahasa Indonesia karena kegiatannya bersifat formal. Tetapi ketika Pak
Reza akan memperjelas maksudnya, maka Pak Reza mengubahnya ke
Bahasa Sunda. Hal ini tersebut dilakukan supaya tidak terjadi kekeliruan
antara yang disampaikan oleh Pak Reza dengan apa yang peserta dapat
dari Pak Reza.

E. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis terhadap tuturan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa setiap orang memiliki idiolek dan dialek tersendiri sesuai dengan tempat
ia tinggal dan bermasyarakat. Penggunaan dua bahasa dalam sebuah acara
formal perlu dilakukan untuk memperjelas tuturan yang disampaikan supaya
tidak terjadi kekeliruan antara penutur dan mitra tutur. Selain itu, penggunaan
dua bahasa dalam suatu tuturan bisa terjadi karena penutur atau mitra tutur
tersebut kurang menguasai bahasa yang dipakainya sehingga terjadi
pencampuran bahasa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap orang untuk
mempelajari Bahasa Indonesia yang baik dan benar namun jangan sampai
melupakan bahasa daerah yang menjadi bahasa pertamanya. Perlu diingat
bahwa Bahasa Indonesia tidak akan pernah ada kalau di negeri ini hanya
terdapat satu bahasa. Tetapi Bahasa Indonesia ada karena berbagai bahasa
daerah yang ada di Indonesia.

F. Saran
Setelah melakukan analisis terhadap tuturan dan didapat hasil dari analisis
tersebut, penulis memberikan saran bahwa sebagai warga Indonesia kita harus
mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
sesuai dengan kaidah kebahasaan, khususnya kita sebagai mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia harus membiasakan diri menggunakan bahasa
Indonesia namun jangan melupakan Bahasa ibu kita yang merupakan Bahasa
pertama kita. Cintailah bahasamu, karena itu bagian dari dirimu.

Anda mungkin juga menyukai