Disusun oleh :
Pembimbing:
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan anak
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. S
Umur : 3 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sugihan 1/6, Toroh
Agama : Islam
No. RM : 505982
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien dibawa ke ruang Neoristi RSUD dr. R. Soedjati
Purwodadi dengan keluhan tidak langsung menangis sesaat setelah dilahirkan secara
spontan.
Riwayat kehamilan
Ini adalah kehamilan yang pertama, selama hamil ibu pasien mengaku menjalani
ANC di Puskesmas dan Posyandu lebih dari 4 kali, pada trimester pertama dan
trimester kedua kehamilan ibu pasien mengaku tidak ada masalah dalam
kehamilannya maupun kesehatannya secara umum dan hanya diberikan obat
penambah darah oleh petugas di Puskesmas/ Posyandu. Riwayat trauma selama hamil
(-). Riwayat perdarahan melalui jalan lahir (-). Riwayat mengkonsumsi obat-obatan
dan jamu selama kehamilan (-). Ibu pasien datang ke Poli Kandungan RSUD dr. R.
Soedjati pada tanggal 1 September 2019 dengan keluhan usia kehamilan sudah lewat
bulan perkiraan lahir namun belum merasakan kenceng-kenceng ataupun keluar air
ketuban sama sekali. Dokter spesialis kandungan RSUD dr. R. Soedjati mengatakan
bahwa Ibu pasien harus segera dirawat di RS untuk dilakukan “pacu” persalinan
karena usia kehamilan sudah lewat hari perkiraan lahir, serta jumlah air ketuban bayi
sedikit. Siang hari itu juga Ibu pasien dirawat di VK RSUD dr. R. Soedjati. Ibu pasien
mengaku mulai diberikan obat untuk “pacu” persalinan mulai pukul 16.30, setelah
diberikan obat tersebut Ibu pasien mengeluh sudah merasakan kenceng-kenceng pada
perutnya tapi masih jarang, dan belum ada pembukaan. Ibu pasien kemudian
mengatakan diberikan obat “pacu” persalinan lagi pukul 22.30 melalui infus, setelah
itu baru kenceng-kenceng dirasakan sering dan mulai ada pembukaan. Pada hari
Senin, 2 September 2019, Ibu pasien mengeluh kenceng-kenceng yang sangat sering,
pembukaan lengkap dan pimpin mengejan mulai pukul 06.00 dan akhirnya pasien
dilahirkan di ruang VK pada pukul 07.35, berat badan lahir = 2800 gram, pasien tidak
langsung menangis sesaat setelah dilahirkan (AS = 0-3), ketuban mekoneal (+
sedikit). Usia kehamilan 40 Minggu.
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada gambaran usus maupun vena
Palpasi : supel, turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh kuadran, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Tali pusat : Belum lepas, Radang (-), bau busuk (-)
Ekstremitas : Akral dingin (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik, oedem (-/-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Bilirubin (tanggal 5 September 2019)
V. DIAGNOSIS BANDING
o Asfiksia Berat
o Hyaline Membran Disease (HMD)
Ip Ex:
Mengedukasi Ibu mengenai pengertian asfiksia secara sederhana
Memberi tahu ibu mengenai terapi yang dilakukan pentingnya dirawat di Peristi
Memberi tahu komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak ditangani dengan cepat
dan benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbulikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada kelainan tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat janin dan jalan lahir, dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa
hal, sebagai berikut.
a. Pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu
secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin.
b. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial.
c. Kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresi/stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.
(Abdoerrachman dkk, 1985)
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen. Pada saat bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli
paru dan cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru. Pada
napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan
cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang
mengandung oksigen. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen
mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada
sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan
udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan
mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun. Oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di
vena pulmonalis dan darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian
jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada
kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh
paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas
yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan
pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan
berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan (Health Technology Assessment
Indonesia Depkes RI, 2008).
Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru
yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang
lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, keduanya,
menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah
paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang
kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi
vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten (Persisten Pulmonary
Hypertension of the Neonate) pada bayi baru lahir, dengan aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan
gagal napas (Dharmasetiawani, 2008).
(Pulse)
(Grimace)
(Respiration)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium beupa analisis gas darah tali pusat menunjukkan
hasil asidosis pada darah tali pusat:
a. PaO2 < 50 mm H2O
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan
penunjang diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
a. Darah perifer lengkap
b. Analisis gas darah sesudah lahir
c. Gula darah sewaktu
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
e. Ureum kreatinin
f. Laktat
g. Ronsen dada
h. Ronsen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala
(IDAI, 2004).