Anda di halaman 1dari 17

Pendidikan dan Pelatihan Penggunaan Ovitrap Sebagai Upaya

Pemberantasan Nyamuk

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan

Dosen Pengampu: Ayu Anggraeni Dyah Purbasari, SKM.MPH (M)


Disusun oleh Kelompok 8 :
Noninda Oki Rianatasha 1710713047

Tiara Raudha Fanela 1710713075

Sara Aliah Rachman 1710713078

Nadya Saphira 1710713138

Eka Nurwidyanti 1710713079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGIUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Pendidikan dan Pelatihan Penggunaan Ovitrap


Sebagai Upaya Pemberantasan Nyamuk ini ditulis untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan. Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Pada kesempatan kali ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat


dan ucapan terima kasih kepada dosen pengampu karena telah membimbing kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 8 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Definisi Ovitrap ............................................................................................. 4
2.2 Alasan Penggunaan Ovitrap .......................................................................... 5
2.3 Waktu Penggunaan Ovitrap ........................................................................... 6
2.4 Tempat yang Direkomedasikan untuk Menggunakan Ovitrap ...................... 6
2.5 Sasaran untuk Menerapkan Ovitrap .............................................................. 7
2.6 Cara Pembuatan Ovitrap ............................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 9
3.1 Definisi Ovitrap ............................................................................................. 9
3.2 Alasan Pemilihan Materi Ovitrap .................................................................. 9
3.3 Waktu Pelatihan ............................................................................................ 9
3.4 Lokasi Pelatihan .......................................................................................... 10
3.5 Sasaran Pelatihan ......................................................................................... 10
3.6 Cara atau Teknis Pelatihan Pembuatan Ovitrap .......................................... 10
BAB IV ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 12
4.2. Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa


penyakit menula r yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara
berkembang. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aeides aegypti dan Aedes
albopictus ini penyebarannya cepat dan memiliki potensi menyebabkan
kematian (Depkes RI, 2008). Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang
mempunyai sifat yang khas, menggigit pada waktu siang yaitu pada pagi dan
sore hari, hinggap antara lain di gantungan baju, dan berkembang biak di
tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan, tempat minum
burung dan barang-barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu
hujan terisi air (Depkes RI, 2008).

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia terus bertambah.


Secara nasional, jumlah kasus DBD ada sebanyak 16.692 kasus dengan 169
orang meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa
Tengah, NTT dan Kupang. Meskipun masih banyak kasus DBD, ternyata
angka kasus DBD pada tahun 2019 menurun dari tahun 2017 yang angka
kasusnya mencapai 68.407 kasus (Kemenkes RI, 2019)

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit,


disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya
pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang
nyamuk, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air
serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun (Depkes
RI, 2004).

Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal, yakni : 1)


Peningkatan kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis

1
dini dan pengobatan dini, 3) Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular
penyakit DBD. Secara garis besar ada empat cara pengendalian vektoryaitu
dengan cara kimiawi, biologis, radiasi, dan mekanik/pengelolaan lingkungan.
Salah satu cara yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan adalah melalui
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) (Soegijanto, 2006). Upaya
pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa
dan pada stadium larva/jentik. Pemberantasan nyamuk dewasa yang umum
dilakukan adalah melalui pengasapan/fogging sementara untuk pengendalian
terhadap jentik dapat dilakukan antara lain dengan menghilangkan tempat
perkembangbiakan jentik (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Kegiatan ini dapat
dilakukan secara berkala oleh masyarakat yang dikenal sebagai gerakan 3M
(Menguras, Menutup, Menimbun). Tindakan masyarakat memelihara
kesehatan sering dilakukan setelah suatu penyakit mewabah dan bukan
melakukan pencegahan. Disini seharusnya diperlukan kesadaran perilaku
dalam menjaga kesehatan lingkungan agar penyakit menular tidak menjadi
endemis, dan kalaupun mewabah cepat teratasi (Notoatmodjo.S, 2005).

Untuk menunjang pengendalian Aedes aegypti melalui upaya


pemberantasan sarang nyamuk dengan peran serta masyarakat, telah dilakukan
penelitian dengan menggunakan ovitrap. Ovitrap telah umum digunakan dan
diproduksi secara massal di Singapura dan Malaysia. Di sana, ovitrap dikenal
dengan nama Mosquito Larvae Trapping Device (MLTD). Ovitrap berarti
perangkap telur (ovum= telur, trap= perangkap) terbukti menekan
pertumbuhan nyamuk hingga 50%. Ovitrap mudah dibuat, murah, dan efektif
(Yudiawan, 2008). Ovitrap terdiri atas beberapa bagian, yaitu ram kawat dan
bagian penampung air. Ovitrap dicat hitam dan disimpan di tempat lembap agar
disukai nyamuk dan air yang digunakan dapat ditambah ragi untuk
pertumbuhan bakteri sebagai pakan jentik nyamuk. Alat sederhana ini
dirancang untuk dapat memancing nyamuk agar bertelur didalamnya.

2
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Ovitrap ?


b. Kenapa menggunakan Ovitrap dalam memberantas nyamuk ?
c. Kapan penggunaan Ovitrap yang tepat ?
d. Dimana lokasi yang tepat untuk diterapkan Ovitrap ?
e. Siapa yang menerapkan penggunaan Ovitrap ?
f. Bagaimana cara menerapkan penggunaan Ovitrap ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi Ovitrap


b. Untuk mengetahui alasan Ovitrap dalam memberantas nyamuk
c. Untuk mengetahui waktu penggunaan Ovitrap yang tepat
d. Untuk mengetahui lokasi yang tepat untuk diterapkan Ovitrap
e. Untuk mengetahui sasaran untuk menerapkan penggunaan Ovitrap
f. Untuk mengetahui cara menerapkan penggunaan Ovitra

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ovitrap

Ovitrap (Oviposition trap) adalah peralatan untuk mendeteksi


keberadaan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Ovitrap yang standar
berupa tabung gelas kecil bermulut lebar yang ditutupi kain/plastik ataupun
sesuatu berwarna hitam di bagian luarnya. Tabung diisi air sampai setengahnya
dan ditempatkan dilokasi yang diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di
dalam atau di sekitarlingkungan rumah (Santoso, dkk,2007). Sedangkan
menurut beberapa penelitian yang lain ovitrap merupakan alat yang digunakan
untuk mendeteksi keberadaan nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus jika
kepadatan populasi nyamuk rendah dan survey larva menunjukkan hasil yang
tidak produktif (misal Breteau Index kurang dari 5), seperti dalam kondisi
normal.Dari pengertian ovitrap di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
ovitrap adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan
nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus dengan cara menangkap telur nyamuk
dalam upaya pemberantasan vektor DBD dan survey entomologi.
Dalam perkembangannya, penggunaan ovitrap meningkat menjadi
salah satu metode pengendalian vektor nyamuk. Modifikasi juga dilakukan
untuk meningkatkan produktifitas ovitrapdengan diisi zat penarik penciuman
(attractant) yang dapat mempengaruhi perilaku nyamukdalam memilih tempat
bertelur. Peneliti di Kamboja menyebutkan adanya perbedaan jumlah telur
pada ovitrap Modifikasi bentuk juga dilakukan dengan menggunakan kaleng
susubekas berukuran 240 milimeter yang dicat hitam bagian luar dan dalam.
Selain modifikasi bentuk modifikasi bahan juga dilakukan terhadap lapisan
tempat meletakkan telur dari panel kayu, bambu dan kertas saring. Nyamuk
dewasa akan bertelur di permukaan atas ovitrap. Kemudian, telur akan masuk
ke dalam air di penampung. Larva dan pupa masih dapat hidup di ovitrap itu,
namun saat berkembang menjadi dewasa, nyamuk tak akan dapat keluar dari

4
ovitrap hingga akhirnya mati (Yudiawan, 2008). Penggunaan ovitrap akan
sangat efektif jika nyamuk tak memiliki alternatif lain untuk bertelur.
Pembersihan ovitrap pun sangat mudah. Cukup dilakukan sekitar dua minggu
hingga sebulan sekali (Yudiawan, 2008).

2.2 Alasan Penggunaan Ovitrap

Kasus Demam Beerdarah Dengue (DBD) di Indonesia terus bertambah.


Secara nasional, jumlah kasus DBD ada sebanyak 16.692 kasus degan 169 orang
meninggal dunia (Kemenkes RI, 2019). Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa
Timur, Jawa Tengah, NTT dan Kupang. Meskipun masih banyak kasus DBD,
ternyata angka kasus DBD pada tahun 2019 menurun dari tahun 2017 yang
angka kasusnya mencapai 68.407 kasus.

Dengan adanya penurunan angka kasus DBD maka dapat dinyatakan sudah
mulai ada perubahan pengetahuan pada masyarakat Indonesia untuk melakukan
beberapa cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN). PSN yang dianjurkan oleh
Info Datin adalah dengan cara 3M-Plus (InfoDatin, 2017). Selain dengan
menggunakan cara 3M-plus, masyarakat Indonesia juga bisa menggunakan
ovitrap untuk membunuh nyamuk dewasa hingga telur yang akan menjadi
nyamuk nantinya.

Menurut WHO (2019), Ovitrap atau perangkap oviposition mengumpulkan


telur yang diproduksi oleh nyamuk betina dan akan berkembang menjadi larva,
pupa dan nyamuk dewasa. Ovitrap juga dapat menyebabkan harapan hidup
vector menjadi berpotensi singkat, sehingga dapat mengurangi jumlah vector
yang menjadi infektif.

Penggunaan ovitrap sudah dilakukan dalam studi di Meksiko dan


Venezuela dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar karena
kemanjuran ovitrap dalam mengurangi jumlah nyamuk yang ada di dalam
rumah. Selain terbukti kemanjurannya, penggunaan ovitrap juga hemat biaya

5
karena menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat dengan harga murah
(WHO, 2019).

2.3 Waktu Penggunaan Ovitrap

Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa


terdapat kaitan antara perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi dengan
meningkatnya kasus demam berdarah. Perubahan iklim yang terjadi dapat
berpengaruh terhadap kehidupan vektor, diluar faktor-faktor yang
memengaruhinya. Iklim yang berubah dapat memengaruhi perkembangan
vektor penyakit, seperti aedes aegypti, malaria, dan lain sebagainya. Nyamuk
demam berdarah paling aktif mencari mangsa sekitar dua jam setelah matahari
terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam. Atau bisa juga menggigit
pada malam hari di lokasi berpenerangan baik (Adrian, 2018; Kemenkes, 2017;
Pusdatin, 2016).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan


mosquito yang tepat adalah saat terjadinya perubahan iklim dan curah hujan
yang tinggi. Selain waktu-waktu tersebut, ada beberapa waktu lain yang tepat
untuk menggunakan mosquito trap ini, yaitu sekitar dua jam setelah matahari
terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam.

2.4 Tempat yang Direkomedasikan untuk Menggunakan Ovitrap

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang baik bagi pertumbuhan


hewan maupun tumbuhan, tetapi hal ini juga menjadikan Indonesia sebagai
tempat perkembangan penyakit terutama penyakit yang dibawa oleh vector.
Vektor adalah organisme yang menyebarkan agen pathogen dari inang ke
inang. Organisme vektor yang banyak menularkan penyakit yaitu nyamuk,
salah satunya sadalah nyamuk Aedes Aegypti (Waris dan Yuana, 2013).

6
Penderita DBD banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan
subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia
(Kurane, 2007). Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
oleh gigitan nyamuk aedes aegypti (Supartha, 2008). Spesies nyamuk ini
biasanya berkembang biak di tempat penampungan air, bak mandi, kaleng
bekas, ban bekas maupun tempat-tempat tertentu yang dapat menampung air.
Gejala DBD yaitu demam akut yang dialami oleh penderita dan biasanya
mengalami perdarahan, shock, bahkan kematian (WHO, 2009). Lebih dari 100
negara dilaporkan terjangkiti virus dengue, terutama daerah perkotaan yang
padat penduduk (Knowlton dkk, 2009)

Maka dapat disimpulkaan, penggunaan ovitrap yang dilakukan untuk


mencegah penyakit DBD akan lebih banyak dilakukan didaerah subtropis,
seperti Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika, dan Karibia.

2.5 Sasaran untuk Menerapkan Ovitrap

Sasaran pendidikan dan pelatihan penggunaan ovitrap ini adalah


masyarakat risiko tinggi atau kader kesehatan yang berada di daerah tropis dan
sering terjadi KLB DBD. Kasus DBD rentan terjadi pada kelompok masyarakat
dengan status kekebalan rendah, padat populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan. Ini biasanya terjadi pada musim penghujan di
mana banyak timbul genangan air di sekitar pemukiman seperti talang air, ban
bekas, kaleng, botol, plastik, gelas bekas air mineral, lubang pohon, pelapah
daun, dan lain sebagainya.

2.6 Cara Pembuatan Ovitrap

Alat dan Bahan

1. Botol plastik bekas ukuran besar

2. 200ml air

7
3. 50 gram gula pasir atau gila merah

4. 1 gram ragi

Langkah-Langkah Pembuatan

1. Potong botol plastik di bagian atas.

2. Campurkan gula dengan air hangat ke dalamnya. Biarkan hingga dingin.

3. Tambahkan ragi ke dalamnya. Tidak perlu diaduk. Campuran ini akan


menghasilkan karbon-dioksida yang menarik minat nyamuk.

4. Pasang/masukkan potongan botol bagian atas dengan posisi terbalik


seperti corong.

5. Bungkus botol dengan sesuatu yang berwarna hitam, kecuali bagian atas,
dan letakkan di beberapa sudut rumah Anda.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Ovitrap

Secara sederhana, ovitrap didedinisikan sebagai alat perangkap nyamuk


sederhana yang memanfaatkan botol bekas sebagai mediannya.

3.2 Alasan Pemilihan Materi Ovitrap

Kasus Demam Beerdarah Dengue (DBD) di Indonesia terus bertambah.


Secara nasional, jumlah kasus DBD ada sebanyak 16.692 kasus degan 169
orang meninggal dunia (Kemenkes RI, 2019). Kasus terbanyak ada di wilayah
Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT dan Kupang. Meskipun masih banyak kasus
DBD, ternyata angka kasus DBD pada tahun 2019 menurun dari tahun 2017
yang angka kasusnya mencapai 68.407 kasus.

Penggunaan ovitrap sudah dilakukan dalam studi di Meksiko dan


Venezuela dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar karena
kemanjuran ovitrap dalam mengurangi jumlah nyamuk yang ada di dalam
rumah. Selain terbukti kemanjurannya, penggunaan ovitrap juga hemat biaya
karena menggunakan bahan-bahan yang mudah di dapat dengan harga murah
(WHO, 2019).

3.3 Waktu Pelatihan

Pelatihan dilakukan pada saat mata kuliah Pendidikan dan Pelatihan


Kesehatan, yaitu pada hari Senin pukul 08.00 sampai 9.40.

9
3.4 Lokasi Pelatihan

Tempat atau lokasi pelatihan pembuatan ovitrap ini, yaitu di ruang kelas
202 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Jakarta.

3.5 Sasaran Pelatihan

Pelatihan kali ini ditujukan kepada Mahasiswa Program Studi S1


Kesehatan Masyarakat angkatan 2017 dengan peminatan Administrasi
Kebijakan dan Kesehatan (AKK). Kedepannya diharapkan pelatihan ini dapat
dilakukan kepada kader-kader posyandu.

3.6 Cara atau Teknis Pelatihan Pembuatan Ovitrap

Teknis pelatihan pembuatan ovitrap pada mahasiswa Kesmas peminatan


AKK adalah sebagai berikut :

1. Setiap kelompok diharapkan membawa botol minuman bekas yang


berukuran besar.

2. Bahan dan alat-alat lain terkait pelatihan ini selain botol minum bekas
berukuran besar akan disediakan oleh anggota kelompok yang akan
memberikan pelatihan.

3. Sebelum melakukan praktik, anggota kelompok yang akan memeberikan


pelatihan akan menjelaskan sedikit mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan.

4. Melakukan praktik sesuai langkah-langkah yang ada, yaitu :

a. Potong botol plastik di bagian atas.

10
b. Campurkan gula dengan air hangat ke dalamnya. Biarkan hingga dingin.

c. Tambahkan ragi ke dalamnya. Tidak perlu diaduk. Campuran ini akan


menghasilkan karbon-dioksida yang menarik minat nyamuk.

d. Pasang/masukkan potongan botol bagian atas dengan posisi terbalik


seperti corong.

e. Bungkus botol dengan sesuatu yang berwarna hitam, kecuali bagian


atas, dan letakkan di beberapa sudut rumah Anda.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Ovitrap adalah alat perangkap nyamuk sederhana dan mudah dibuat. Selain itu,
ovitrap juga dinilai cukup efektif digunanakan sebagai cara untuk
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Ovitrap dapat menarik nyamuk-
nyamuk dewasa untuk bertelur di dalamnya, namun cairan yang ada di
dalamnya dapat memerangkap nyamuk sehingga proses bertelur tidak terjadi.
Penggunaan ovitrap dapat dilakukan saat terjadinya perubahan iklim atau bila
kondisi curah hujanyang tinggi, karena pada saat itu biasanya populasi nyamuk
meningkat. Alat ini juga sangat direkomendasikan untuk masyarakat yang
tinggal di daerah risiko tinggi terkena penyakot DBD.

4.2. Saran

Penyusun sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari ovitrap. Harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga dapat berguna bagi semua pembaca. Walaupun makalah ini
masih kurang sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dikemudian hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. (2018). "Mengenal Habitat dan Kebiasaan Nyamuk Demam


Berdarah Agar Mudah Menanggulanginya". Diperoleh pada September
2019, dari https://www.alodokter.com/mengenal-habitat-dan-kebiasaan-
nyamuk-demam-berdarah-agar-mudah-menanganinya.

Depkes RI. 2004. Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti sangat
Penting Diketahui dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Termasuk Pemantauan Jentik Berkala. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan Pendekatan Komunikasi
Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact). Jakarta: Ditjen
PP dan PL.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kemeterian Kesehatan RI. 2017. Demam Berdarang Dengue.

Kemenkes RI. 2019. Kasus DBD Terus Bertambah, Anung Imbau Masyarakat
Maksimalkan PSN. Depkes RI.

Pusat Data dan Informasi RI. 2016. Situasi DBD di Indonesia

InfoDatin. (2017). Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017.


Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2019, Februari 4). Kasus DBD Terus Bertambah, Anung Imbau
Masyarakat Maksimalkan PSN. Retrieved from depkes.go.id

Notoatmodjo, S .2005. Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Santoso, J., dkk. 2007. Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Ovitrap Terhadap
Jumlah Jentik Nyamuk Aedes aegypti yang Terperangkap. Kesehatan
Masyarakat Indonesia. Vol 4 (2):85 – 90.

13
Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya:
Airlangga University Press.

WHO. (2019). Dengue Control. Research.

Knowlton K, Solomon G, Rotkin-Ellman M, Pitch F. 2009. Mosquito-Borne


Dengue Fever Threat Spreading in the Americas. New York: Natural
Resources Defense Council Issue Paper.

Kurane I. 2007. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on


Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology &
Infectious Disease.; Vol 30:329-40.

Supartha, I. 2008. Editor. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah


Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)
(Diptera:Culicidae). Pertemuan Ilmiah Dalam Rangka Dies Natalis 2008
Universitas Udayana; Denpasar: Universitas Udayana Denpasar.

WHO. 2009. Dengue: Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control.
New Edition. Geneva: World Health Organization.

Waris, L dan Yuana, TW. 2013. People’s knowledge and behavior to Dengue
Hemorragic Fever in Batulicin subdistrict,Tanah Bumbu District
Kalimantan Selatan Province. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber
Binatang. Vol. 4, No. 3, Hal : 144 – 149

14

Anda mungkin juga menyukai